Variola
Variola
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penyakit cacar (smallpox) merupakan salah satu penyakit mematikan yang
pernah ada di dunia. Diperkirakan penyakit ini sudah ada sejak beratus-ratus tahun
yang lalu. Cacar merupakan penyakit yang spesifik dan mudah menyebar yang
hanya bisa ditularkan oleh manusia.
Dari abad 15-18, penyakit cacar membuat rekor di Eropa sebagai penyakit
yang menyebabkan bencana besar terhadap kehidupan manusia, sejarah politik,
serta sejarah ekonomi. Baru pada bulan Mei 1980, WHO menyatakan bahwa
smallpox telah menghilang. Kasus terakhir terjadi di Somalia pada bulan Oktober
1977.
Dari segi historis, penyebab cacar memiliki kisah yang cukup buruk, namun
ditemukannya vaksin cacar merupakan babak baru dari kisah penyakit ini. Penyakit
cacar telah terjadi sejak lama selang beberapa ribu tahun yang lalu, akibat
merebaknya penyebab cacar yang semakin berkembang maka hingga sekarang
diberantas setelah program vaksinasi sukses di seluruh dunia. Setelah penyakit
tersebut dieliminasi dari dunia, vaksinasi rutin terhadap cacar di kalangan
masyarakat umum dihentikan karena tidak lagi diperlukan untuk pencegahan.
Jika terdapat diantara anggota keluarga yang terkena penyakit cacar, penting untuk
memutuskan penularan penyebab cacar baik dengan menjaga hygene penderita
maupun mengisolasi benda-benda sekitar yag berpotensi menularkan penyakit
tersebut.
Penyakit cacar disebabkan oleh virus variola. Virus variola dapat bertahan
hidup selama beberapa jam di luar tubuh manusia dengan syarat tidak terkena sinar
matahari. Saat ini virus variola hanya terdapat di dua tempat , yaitu State
Researchcenter Of Viroloy And Biotechnology (Rusia) dan Center For Diseases
Control And Prevention (CDC, Amerika Serikat). Di kedua tempat tersebut, virus
variola digunakan untuk penelitian.
1
Cacar sangat menular. Dalam kebanyakan kasus, penularan cacar terjadi
melalui menghirup air liur, paparan udara, kontak dengan orang yang terinfeksi,
dan sebagainya. Melihat penyebab penyakit cacar yang menginfeksi anak-anak dan
cara penualarannya yang sangat mudah, semestinya cacar menjadi perhatian bagi
masyarakat. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat kita menganggap
penyakit cacar adalah penyakit yang sepele.
1.2. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian penyakit variola
2. Menjelaskan etiologi dari penyakit variola
3. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit variola
4. Menjelaskan gejalai klinis dari penyakit variola
5. Menjelaskan pengobatan dari penyakit variola
6. Menjelaskan pencegahan dari penyakit variola
7. Menjelaskan asuhan keperawatan dari penyakit variola
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaan umum
yang buruk, sangat menular, dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruam
kulit yang monomorf, terutama tersebar di bagian perifer. Variola muncul pada
pembuluh darah kecil di kulit serta di mulut dan kerongkongan.
(Hartadi ; Sumaryo, Sugatiasri : 2008)
Cacar adalah infeksi akut dimana ciri dominannya adalah ruam
papulovesicular yang berkembang menjadi pustula lebih dari 1 sampai 2
minggu. Potensi untuk penyebaran dan kematian sangat besar, terutama pada
populasi non-imunik. Cacar telah memainkan peran penting dalam sejarah
dunia sehubungan dengan epidemi yang serius tercatat sejak zaman purbakala
dan terkadang tindakan yang berbahaya dilakukan untuk mencegah infeksi.
Virus cacar menular dan bisa bertahan dengan baik di ekstrasel lingkungan
Hidup. Akuisisi infeksi dengan tetesan air liur yang terinfeksi atau dengan
paparan lesi kulit, benda yang terkontaminasi, dan fomites telah
didokumentasikan dengan baik. (Ryan KJ, Ray CG:2008)
2.2. Etiologi
Penyebab variola adalah Pox virus variolae. Ada 2 tipe virus yang
identik, tetapi menimbulkan 2 tipe variola yaitu variola mayor dan variola
minor (alastrim). (Hartadi ; Sumaryo, Sugatiasri : 2008)
Perbedaan virus itu adalah bahwa penyebab variola mayor bila
diinokulasikan pada membrane karioalontoik tubuh pada suhu 38o C,
sedangkan yang menyebabkan variola minor tumbuh dibawah suhu 38o C.
(Hartadi ; Sumaryo, Sugatiasri : 2008)
Virus ini sangat stabil pada suhu ruangan, sehingga dapat hidup di
luar tubuh selama berbulan bulan. (Hartadi ; Sumaryo, Sugatiasri : 2008)
3
Variola mayor dan Variola Minor. Manusia adalah satu-satunya host
variola. Virus DNA yang bereplikasi di sitoplasma sel. Ditularkan melalui
tetesan pernafasan atau fomites. (Fitzpatrick, 2009)
2.3. Patofisiologi
Variola (Smallpox) disebabkan oleh virus yang menyebar dari satu
orang ke orang lainnya melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup
virus dari orang yang terinfeksi. Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar
melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan objek
yang terkontaminasi seperti baju. (Hartadi ; Sumaryo, Sugatiasri : 2008)
Penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi
infeksi primernya selalu melalui hawa nafas. Virusnya yang terdapat di udara,
berasal dari debu pakaian, tempat tidur, dari keropeng yang jatuh ditanah
ataupun dari hawa nafas di penderita, terhirup bersama hawa pernafasan
sehingga terjadi penularan. Cacar adalah penyakit yang sangat menular.
(Hartadi ; Sumaryo, Sugatiasri : 2008)
Virus variola diperoleh dari inhalasi (pernafasan ke paru-paru).
Partikel virus cacar dapat tetap pada benda seperti pakaian, tempat tidur, dan
permukaan hingga 1 minggu. Virus dimulai di paru-paru, dari sana virus
menyerang aliran darah dan menyebar ke kulit, usus, paru-paru, ginjal, dan otak.
Aktivitas virus dalam sel-sel kulit menciptakan ruam yang disebut makula
(karakteristik : datar, lesi merah). Setelah itu vesikel (lepuh mengangkat)
terbentuk. Kemudian, pustula (jerawat berisi nanah) muncul sekitar 12-17 hari
setelah seseorang menjadi terinfeksi. Sembuh dari cacar sering meninggalkan
bekas di kulit oleh karena pustula. (Hartadi ; Sumaryo, Sugatiasri : 2008)
Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat
ditularkan oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita
cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar
air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang
menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. (Hartadi ; Sumaryo,
Sugatiasri : 2008)
4
2.4. Pathways
(Fitzpatrick, 2009)
5
2.5. Manifestasi Klinis
Gambar 1.1
Makula merah kecil berevolusi menjadi papula selama 1-2 hari. Lesi
awal pada wajah dan ekstremitas, kemudian secara bertahap disebarluaskan.
Dalam 1-2 hari lagi, papula menjadi vesikula. Vesikel berkembang menjadi
pustula 4-7 hari setelah onset ruam (Gambar 1.2-1), dan berlangsung selama 5-
8 hari. Diikuti oleh umbilication dan crusting (Gambar 1.2-2). Lesi umumnya
pada tahap perkembangan yang sama. Pockmarks / diadu bekas luka terjadi
pada 65 85% kasus parah, terutama pada wajah (Gambar 1.3-3). Infeksi
Staphylococcus aureus sekunder dengan abses dan selulitis dapat terjadi pada
6
lesi cacar. Membran mukosa. Enanthema (lidah, mulut, oropharynx)
mendahului exanthem satu hari. Temuan Umum. Varian: Panophthalmitis,
keratitis, infeksi mata sekunder (1%). Arthritis pada anak-anak (2%).
Ensefalitis (<1%). (Fitzpatrick, 2009)
Gambar 1.2
7
3. Stadium vesikula – pustulosa / supurasi
Dalam waktu 5 – 10 hari timbul vesikula-vesikula yang cepat berubah
menjadi pustule. Pada saat ini suhu tubuh akan meningkat dan lesi-lesinya
akan mengalami umblikasi.
4. Stadium resolusi
Berlangsung dalam 2 minggu, stadium ini dibagi menjadi 3 :
Stadium krustasi
Suhu tubuh mulai menurun, pustule-pustula mengering menjadi krusta.
Stadium dekrustasi
Krusta-krusta mengelupas, meninggalkan bekas sebagai sifakriks atrofi.
Kadang-kadang ada rasa gatal dan stadium ini masih menular.
Stadium rekon valensensi.
Lesi-lesi menyembuh, semua krusta rontok, suhu tubuh kembali normal,
penderita betul-betul sembuh dan tidak menularkan penyakit lagi.
(Hartadi ; Sugatiasri Sumaryo : 2008)
2.6. Terapi
8
saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu
menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).
Pengobatan penyakit cacar berfokus pada keluhan yang timbul,
misalnya demam, menggigil, nyeri dipersendian, bintik kemerahan pada kulit
yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair.
Obat yang seharusnya diberikan :
a. Paracetamol tablet
b. Acyclovir tablet
c. Bedak Talek
d. Vitamin Neurobian/neuroboran
2.7. Komplikasi
1. Bronkopneumania
2. Infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo)
3. Ulkus kornea
4. Ensefalitie
5. Effluvium
6. Telogen dalam 3-4 bulan.
2.8. Prognosis
9
Orthopoxviruses sebagai kelompok yang menyebabkan efek
dramatis pada fungsi makromolekul sel inang, yang mengarah ke peralihan dari
sintesis protein sel ke virus, perubahan permeabilitas membran sel dan sitolisis.
Inklusi Eosinofilik, yang disebut tubuh Guarnieri, dapat dilihat di sitoplasma.
Beberapa protein virus, seperti protein pengatur pelengkap dan faktor lain yang
dapat mengganggu induksi atau aktivitas sitokin sel mononuklear host ganda,
juga disintesis; Ini berfungsi untuk mengganggu pertahanan host yang penting
dalam pengendalian infeksi dini. (Ryan KJ, Ray CG:2008)
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
3.1.1. Biodata
a. Identitas Klien
1) Nama : Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien
dan untuk membangun hubungan saling
percaya sehingga mempermudah dalam melakukan
asuhan keperawatan.
2) Umur : Umur berguna dalam pemberian dosis obat.
3) Jenis kelamin : -
4) Agama : Untuk mengakaji status spiritual sehingga kebutuhan
fisik, psikis dan spiritual dapat dipenuhi.
5) Pendidikan : Untuk mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait
penyakit penyakit yang dideritanya.
6) Alamat : Untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal
yang mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya.
Lingkungan yang padat penduduk dapat
memudahkan penyebaran virus ini, karena mudah
menular melalui udara atau kontak langsung. Selain
itu, lingkungan dengan fasilitas yang digunakan
secara bersama-sama juga memudahkan penularan
penyakit ini,karena persentase terkontaminasi virus
penderita menjadi semakin besar.
7)Tgl masuk : Untuk melihat bagaimana perkembangan status
kesehatannya dari hari ke hari semakin baik atau
buruk selama dilakukan perawatan.
8) Tgl pengkajian : Untuk memastikan perkembangan status kesehatan
pada saat itu.
9) Diagnosa medik: Mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien.
11
b. Identitas Orang tua
1) Ayah, meliputi: nama, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan, agama, dan alamat.
2) Ibu, meliputi: nama, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan, agama, dan alamat.
12
1) Prenatal care
Merupakan keadaan anak atau bayi saat masih dalam
kandungan. Penyakit variola ini bermula dari infeksi virus
Variolae. Meskipun kebanyakan penyakit ini menyerang anak-
anak, tidak menutup kemungkinan calon ibu sudah mengalami
infeksi virus Variolae tersebut.
2) Intra-Natal
Merupakan keadaan bayi saat dilahirkan. Data yang
diperlukan meliputi: tempat melairkan, jenis persalinan, penolong
persalinan, dan komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat
melahirkan dan setelah melahirkan. Data ini membantu dalam
menegakkan etiologi dari penyakit ini, seperti tempat melahirkan
yang kurang steril yang memungkinkan bayi terinvasi oleh virus
varicella zoster.
3) Post natal
Keadaan bayi atau anak setelah dilahirkan. Penyakit variola
ini masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari
sekresi pernapasan (droplet infection) ataupun kontak langsung
dengan lesi kulit.
13
usianya maka anak tersebut dapat beresiko tinggi terserang bakteri-
bakteri patogen yang dapat memicu terjadinya penyakit
variola.Biasanya bayi yang berusia 1-2 tidak diberikan imunisasi
campak sehingga dapat menimbulkan penyakit variola tersebut.
14
b. Pemberian susu formula
Pemberian susu formula memang dapat memberikan nutrisi
pada anak, tetapi tidak dapat menandingi besarnya nutrisi yang di
dapat dari ASI. Sehingga perlu ditanyakan pula apakah anak telah
mendapatkan ASI ekslusif atau hanya diberikan susu formula saja
15
3.1.9. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
1. Selera makan
Adanya mual, muntah dan anoreksia menyebabkan intake
nutrisi yang tidak adekuat. BB mengalami penurunan
b. Cairan
Berdasarkan jenis minuman, frekuensi minum, kebutuhan
cairan, dan cara pemenuhan apabila anak disertai muntah dan
demam tinggi saat terjadinya gejala, kemungkinan anak berisiko
kekurangan cairan.
c. Eliminasi (BAB&BAK)
Berdasarkan kondisi Tempat pembuangan, frekuensi
(waktu), konsistensi, kesulitan eliminasi alvi tidak ada gangguan.
d. Istirahat tidur
Berdasarkan kondisi jam tidur, pola tidur, kesulitan tidur dan
kebiasaan sebelum tidur anak mengalami perubahan pola tidur
dikarenakan terjadi peningkatan suhu dan adanya nyeri.
e. Olah Raga
Pada anak yang menderita penyakit variola mengalami
kelemahan akibat penurunan kontraktilitas otot
f. Personal Hygiene
Berdasarkan frekuensi dan cara Mandi, cuci rambut, gunting
kuku, dan gosok gigi ketika sakit sebaiknya kebersihan anak perlu
dijaga dengan baik supaya dapat mengurangi infeksi virus yang
dapat mempengaruhi kesehatannya.
g. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Berdasarkan kegiatan sehari-hari, pengaturan jadwal harian,
penggunaan alat Bantu aktifitas, dan kesulitan pergerakan tubuh
Pada klien dengan penyakit variola mengalami kelemahan akibat
penurunan kontraktilitas otot.
16
3.2. Diagnosa Keperawatan
3.2.2. Nyeri akut berhubungan dengan lesi mengenai saraf nyeri pada kulit
17
3.3. Perencanaan
18
virus, reaksi jam diharapkan suhu tubuh sehingga tanda-
inflamasi dan pasien dapat kembali dalam Tanda vital setiap
pelepasan mediator kondisi normal 36-370C. saat dpat berubah.
kimia Kriteria Hasil: 2. Anjurkan klien untuk 2. Peningkatan suhu
1. Suhu tubuh kembali banyak minum ± 1.5-2 badan dapat
stabil. liter/hari. mengakibatkan
2. Pasien tampak nyamn penguapan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi
asupan cairan yang
banyak.
3. Berikan kompres 3. Membantu
hangat. menurunkan suhu
tubuh dengan
dilatasi pembuluh
darah
4. Anjurkan pasien untuk 4. Agar pasien lebih
memakai pakaian tipis. nyaman dan tidak
19
semakin merasa
5. Kolaborasi pemberian panas.
obat antipiretik 5. Obat antipiretik
dapat digunakan
untuk mengurangi
demam dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus.
3. Gangguan integritas kulit Tujuan: 1. Kaji ukuran, warna, 1. Memberikan
berhubungan dengan trauma, Setelah dilakukan tindakan dan kedalaman luka. informasi dasar
erupsi pada kulit keperawatan selama 2×24 terhadap kondisi
jam diharapkan masalah kulit.
bisa teratasi 2. Siapkan dan bantu 2. Digunakan untuk
Kriteria Hasil: prosedur balutan penutupan luka
1. Mencapai 3. Tinggikan area graft 3. Menurunkan
penyembuhan tepat bila mungkin/tepat pembekakan
waktu 4. Lakukan perawatan 4. Menjaga kondisi
2. Menunjukan regenerasi luka pada pasien jaringan baru dan
jaringan
20
menghindari
adanya infeksi
21
3.4. Implemetasi
No Diagnosa Implementasi
1. Nyeri berhubungan dengan 1. Telah mengkondisikan tempat
kerusakan kulit/jaringan tidur yang nyaman.
2. Telah menutup luka sesegera
mungkin.
3. Telah berkolaborasi pemberian
analgesik.
4. Telah mengkaji keluhan nyeri.
5. Telah mengajarkan tehnik
relaksasi.
2. Hipertermi berhubungan 1. Telah mengobservasi tanda-
dengan invasi virus, reaksi tanda vital tiap 3 jam.
inflamasi dan pelepasan 2. Telah menganjurkan klien untuk
mediator kimia banyak minum ± 1.5-2 liter/hari.
3. Telah memberikan kompres
hangat.
4. Telah menganjurkan pasien
untuk memakai pakaian tipis.
5. Telah berkolaborasi pemberian
obat antipiretik
3. Gangguan integritas kulit 1. Telah mengkaji ukuran, warna,
berhubungan dengan dan kedalaman luka.
trauma, erupsi pada kulit 2. Telah menyiapkan dan bantu
prosedur balutan
3. Telah meninggikan area graft
bila mungkin/tepat
4. Telah melakukan perawatan luka
pada pasien
22
3.5. Evaluasi
3.5.1. Dx 1:
3.5.2. Dx 2:
3.5.3. Dx 3:
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Ryan KJ, Ray CG ; 2008 ; Sherris Medical Microbiology 4th edition ; New York ;
McGraw-hill
Wolff, Klaus, dkk ; 2009 ; Fitzpatrick’s Color of Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology ; New York ; McGraw-hill
25
26
27