Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkatNya saya bisa menyelesaikan makalah asuhan keperawatan yang berjudul
“Makalah Maternitas Kistoma Uteri & Endometriotis” tugas mata kuliah
Keperawatan Anak.

Pemahaman tentang apa itu kistoma uteri dan endometriosis serta


penatalaksanaan dalam mencegah dan mengobatinya masih bisa dinilai kurang
pada anak penderita. Hal ini dapat disimpulkan dari masih ada kasus kistoma
uteri dan endometriosis yang masih menyerang wanita di beberapa daerah
khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, penulis ingin mengulas dan menganalisis
mengenai kistoma uteri dan endometriosis yang masih menyerang wanita.

Penulis menyadari bawa makalah asuhan keperawatan ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
pembuatan makalah yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Semarang, 18 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................... 3
D. Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

A. KISTOMA UTERI .................................................................................... 4


1. Pengertian ............................................................................................ 4
2. Etiologi ................................................................................................. 4
3. Patofisiologi ......................................................................................... 5
4. Pathway ................................................................................................ 7
5. Manifestasi klinik.................................................................................. 8
6. Klasifikasi ............................................................................................ 9
7. Komplikasi ........................................................................................... 10
8. Pemeriksaan penunjang ....................................................................... 10
9. Penatalaksanaan ................................................................................... 11
10. Pengkajian ............................................................................................ 15
11. Diagnosa keperawatan ......................................................................... 17
12. Rencana intervensi ................................................................................ 18
B. Endometriosis ............................................................................................ 25
1. Pengertian ............................................................................................ 25
2. Etiologi ................................................................................................. 25
3. Manifestasi klinik ................................................................................. 25
4. Pemeriksaan penunjang ....................................................................... 27
5. Komplikasi ........................................................................................... 28
6. Klasifikasi ............................................................................................ 28

ii
7. Diagnosa banding ................................................................................. 29
8. Terapi ................................................................................................... 30
9. Prognosis .............................................................................................. 30
10. Pengkajian ............................................................................................ 30
11. Diagnosa keperawatan ......................................................................... 32
12. Rencana intervensi ................................................................................ 33
13. Implementasi ........................................................................................ 35
14. Evaluasi ................................................................................................ 36

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 37

A. Kesimpulan ........................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kistoma uteri dan endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim
menyerang wanita di usia reproduksi. Penyakit ini merupakan kelainan
ginekologis yang menimbulkan keluhan nyeri haid, nyeri saat senggama,
pembesaran ovarium dan infertilitas. Endometriosis terjadi ketika suatu
jaringan normal dari lapisan uterus yaitu endometrium menyerang organ-
organ di rongga pelvis dan tumbuh di sana. Jaringan endometrium yang
salah tempat ini menyebabkan iritasi di rongga pelvis dan menimbulkan
gejala nyeri serta infertilitas.
Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar,
gelembung atau flek-flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di
rongga pelvis. Flek-flek ini bisa berwarna bening, putih, coklat, merah,
hitam, atau biru. Jaringan endometriosis dapat tumbuh di permukaan
rongga pelvis, peritoneum, dan organ-organ di rongga pelvis, yang
kesemuanya dapat berkembang membentuk nodul-nodul. Endometriosis
bisa tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian dalam ovarium
dan membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai kista
endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena
terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini
bisa berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari
buah anggur. Endometriosis dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan
dapat menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang
ditimbulkannya.
Kistoma uteri dan endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia
reproduksi dan mengenai 40-60% wanita dengan dismenorhea dan 20-30%
wanita subfertil. Saudara perempuan dan anak perempuan dari wanita
yang menderita kistomauteri dan endometriosis berisiko 6-9 kali lebih
besar untuk berkembang menjadi kistomauteri dan endometriosis.
kistomauteri dan endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis

1
berkisar 70%. Risiko untuk menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka
kejadian infertilitas berkisar 30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas
0,7-1%. Kistomauteri dan endometriosis sekalipun sudah mendapat
pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah
pengobatan berkisar 30%.
Penanganan kistomauteri dan endometriosis baik secara
medikamentosa maupun operatif tidak memberikan hasil yang memuaskan
disebabkan patogenesis penyakit tersebut belum terungkap secara tuntas.
Keberhasilan penanganan kistomauteri dan endometriosis hanya dapat
dievaluasi saat ini dengan mempergunakan laparoskopi. Laparoskopi
merupakan tindakan yang minimal invasif tetapi memerlukan keterampilan
operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat terjadi komplikasi dari yang
ringan sampai berat. Alasan yang dikemukakan tadi menyebabkan banyak
penderita kistomauteri dan endometriosis yang tidak mau dilakukan
pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui apakah kistomauteri dan
endometriosis sudah berhasil diobati atau tidak.

B. Rumusan Masalah

C. Bagaimanakah pengertian dari Kistoma Uteri ?


D. Bagaimanakah Etiologi dari Kistoma Uteri ?
E. Bagaimanakah Patofisiologi dari Kistoma Uteri ?
F. Bagaimanakah Klasifikasi dari Kistoma Uteri ?
G. Bagaimanakah Penatalaksanaan dari Kistoma Uteri ?
H. Bagaimanakah Proses Asuhan Keperawtan dari Penyakit Kistoma Uteri ?
I. Bagaimanakah pengertian dari Endometriosis ?
J. Bagaimanakah Etiologi dari Endometriosis ?
K. Bagaimanakah Patofisiologi dari Endometriosis ?
L. Bagaimanakah Klasifikasi dari Endometriosis ?
M. Bagaimanakah Proses Asuhan Keperawtan dari Endometriosis ?

2
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Penulis mampu membuat Asuhan pada pasien
dengan Kistoma Uteri dan Endometriosis

2) Tujuan Khusus
Penulis diharapkan dapat :

a. Memahami tentang Kistoma Uteri dan Endometriosis (definisi,


etiologi, manifestasi klinis, patofisiologis, pemeriksaan penunjang,
komplikasi, dan pengobatan).
b. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Kistoma Uteri dan
Endometriosis.

D. Manfaat

Setelah membaca makalah tentang Kistoma Uteri dan


Endometriosis ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Mahasiswa mampu memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi


klinis, patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan
pengobatan Kistoma Uteri dan Endometriosis.
b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
dengan Kistoma Uteri dan Endometriosis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KISTOMA UTERI

A. Konsep Dasar Kistoma Uteri


1. Pengertian
Menurut (Winkjosastro, et. all, 1999) kistoma Uteri merupakan suatu
tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau
ganas. Dalam kehamilan, kistoma Uteri yang dijumpai yang paling
sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. kistoma Uteri
yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam
rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam
panggul.
2. Etiologi
Menurut etiologinya, kistoma Uteri dibagi menjadi dua, yaitu
(Ignativicius, Bayne, 1991) :
a. Kista non neoplasma, disebabkan karena ketidak seimbangan
hormon estrogen dan progesteron, diantaranya adalah :
- Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam kortek.

- Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang
menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi
cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi
pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi.
3) Kista tuka lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar
HCG terdapat pada mola hidatidosa.

4
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar
LH yang menyebabkan hiperstimulasi ovarium.

b. Kista neoplasma (Wiknjosastro, et.all, 1999)


- Kistoma ovarii simpleks. Adalah suatu jenis kistadenoma
serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan
cairan dalam kista.
- Kistadenoma ovarii musinosum. Asal kista ini belum pasti,
mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen yang lain.
- Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal ovarium).

3. Patofisiologi
a. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )
- Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul
invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya
tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada
cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba. Berukuran
1 cm sampai beberapa cm.

- Kista fungsional
1) Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang
menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi
cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur
menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut
dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada
wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista
lebih dari 8 cm.
2) Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan
meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan
keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang,

5
nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan
intraperitonial, terapinya adalah operasi oovorektomi.
3) Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi
pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil
lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG.
Tindakannya adalah mengangkat mola.
4) Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang
berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium
dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia
endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi.
Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan
produksi LH dan oovorektomi.

b. Kista neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)


- kistoma Uteri simplek. Kista ini bertangkai dan dapat
menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini adalah
jenis kista denoma serosum yang kehilangan kelenjarnya
karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
- Kista denoma ovarii musinosum. Asal tumor belum diketahui
secara pasti, namun diduga berasal dari teratoma yang
pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang lain,
atau berasal dari epitel germinativum.
- Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi
pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai
neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan
mengalami keganasan.
- Kista endometroid. Kista biasanya unilateral dengan
permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan
sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

6
4. Pathway

Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Infeksi ovarium histeroktomi

Pembesaran ovarium Pembesaran ovarium Pembesaran ovarium

Kurang pengetahuan Rupture ovarium

ansietas Resiko pendarahan

peritonitis Gangguan perfusi jaringan

peritonitis Metabolisme menurun Luka operasi

Hipolisis asam lakta


kelebihan

Gangguan metabolisme

Deficit perawatan diri

nyeri Port d’entri

Resiko cidera Resiko infeksi

Reflek menelan & nervus anastesi


muntah
Peristaltik usus
Resiko aspirasi menurun

konstipasi Absorbs air dikolon

7
5. Manifestasi klinik
Kebanyakan tumor atau Kista Ovarium tidak bergejala, sebagian besar
gejala akibat dari pertumbuhan, aktifitas endokrin atau komplikasi
tumor.
a. Akibat pertumbuhan
- Pembenjolan perut sebagai akibat adanya tumor atau kista di
dalam perut bagian bawah.
- Gangguan miksi yang diakibatkan oleh penekanan kandung
kencing.
- Tekanan tumor yang lebih besar menimbulkan rasa berat dalam
perut, obstipasi, oedema tungkai, nafsu makan menurun dan
sesak napas.
b. Akibat Aktifitas Abnormal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali
jika tumor tersebut mengeluarkan hormon.
c. Akibat Komplikasi
- Perdarahan ke dalam kista bisa mengakibatkan nyeri perut
mendadak
- Perputaran tangkai/torsi menimbulkan nyeri abdomen
mendadak
- Infeksi pada tumor menimbulkan gejala infeksi seperti badan
panas, nyeripada abdomen dan mengganggu aktifitas sehari-
hari.
- Robekan dinding kista menyebabkan isi kista tumpah ke
dalamruangan abdomen.
- Degenerasi keganasan, sering dijumpai pada usia penderita
sebelum menarche dan di atas 45 tahun.(Joedosapoetra, M,
2007. Hal 347)

8
6. Klasifikasi
kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari
epithelium ovarium. Dan di bagi menjadi dua, yaitu :
a. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan
progesteron diantaranya ialah :
- Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
- Kista fungsional
1) kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang
menjadi rupture atau folikel yang tidak matang direasorbsi
cairan folikuler diantaranya siklus menstruasi. Banyak
terjadi pada wanita menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar
HCG, terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena meningkatnya
kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium
b. Kista neoplasma
- Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma
sirosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan
cairan dalam kista.
- Kistadenoma ovari musinosum: asal kista ini belum pasti,
mungkin berasal dari suatu terutama yang pertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen yang lain
- Kistodenoma ovari serosum: berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium)
- Kista endrometreid: belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid

9
- Kista dermoid: tumor bersal dari sel telur melalui proses
patogenesis. Pada kehamilan yang di jumpai dengan kista
ovarium ini memerlukan tindakan operasi untuk mengangkat
kista tersebut (pada kehamilan 15 minggu) karena dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya
mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim. ( Nurarif dan
Kusuma, 2015)

7. Komplikasi
Salah satu bahaya yang ditakuti ialah kista tersebut menjadi ganas.
Sekalipun tidak semua kista mudah berubah manjadi ganas.
Berdasarkan kajian teoritik, kista fungsional yang sering tejadi dan
sangat jarang menjadi ganas. Sebaliknya kista denoma yang jarang
terjadi tetapi mudah menjadi ganas pada usia di atas 45 tahun atau
kurang dari 20 tahun. Bahaya lain dari kista adalah terpuntir. Kejadian
ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan memerlukan
tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai pecah.
Dalam jangka waktu tertentu, kista terus tumbuh hingga diameter
mencapai puluhan sentimeter. Sebenarnya tidak ada patokan mengenai
ukuran besarnya kista sehingga berpotensi untuk pecahnya kista dapat
menyebabkan pembuluh darah menjadi rusak dan menimbulkan
terjadinya perdarahan yang dapat berakibat fatal.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan
kemungkinan adanya kanker / kista
b. Ultrasound / scan CT : membantu mengidentifikasi ukuran / lokasi
massa.
c. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, pendarahan,
perubahan, endometrial
d. Hitung darah lengkap
e. Foto rontgen

10
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. (
Nurarif dan Kusuma, 2015 :160)
9. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan / fisiologis pada pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29 tahun daan yang
lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan untuk mengangkut kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini
dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita
abdomen yang ketat.
Pengangkatan ovarium saat operasi harus diperiksa untuk
menentukan ganas atau tidak, apabila terjadi keganasan maka
ditangani sesuai dengan tindakan kanker ovarium atau biasa disebut
staging laparatomy.
a. Perawatan Pasca Bedah
- Perawatan luka insisi/pasca operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain :
1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama
pasca operasi.
2) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
3) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari
Selama masa pasca operasi sampai ibu diperbolehkan
pulang/dirujuk.
4) Luka mengeluarkan cairan atau tembus kepakaian,
pembalutanluka harus diulang sebab bila tidak
kemungkinan luka terbuka.

11
5) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus
yang sesuai dan tidak lengket.
6) Pembalutan dilakukan dengan tekhnik aseptik.
- Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca
operasi, maka pemberian cairan perinfus harus cukup
banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan
agartidak terjadi hipertermia, dehidrasi dan komplikasi
pada organ-organ lainnya.
Cairan yang diperlukan biasanya dekstrose 5-10%, garam
fisiologis dan ranger laktat (RL) secara bergantian. Jumlah
tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan,
biasanyakira - kira 20 tetes per menit. Bila kadar
hemoglobin darah rendah, berikan tranfusi darah atau packed-
cell sesuai dengan kebutuhan.
- Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan
setelahpenderita flatus, laludimulailah pemberian
minuman dan makanan peroral sebenarnya pemberiansedikit
minuman sudahboleh diberikan pada 6 – 10 jam pasca
bedah berupa air putihatau air teh yang jumlahnya dapat di
naikkan pada hari pertama dan kedua pasca bedah.
Setelah cairan infus dihentikan, berikan makanan bubur
saring, minuman air, buahdansusu. Selanjutnya secara
bertahap diperbolehkan makan bubur dan akhirnya
makanan biasa. Sejak boleh minum pada hari pertama,
obat - obatan sudah boleh diberikan peroral.
Pemberian makanan rutin tersebut diatas akan berubah
bila dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan
seperti adanya kembung pada perut dan peristaltik usus
yang kurang sempurna.

12
- Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri
masihdirasakan didaerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri
tersebut dapat diberikan obat - obatan antisakit dan
penenang seperti suntikan intramuskuler (IM) pethidin
dengan dosis 100 - 150 mg atau morpin sebanyak 10 - 15
mg atau secara perinfus atauobat - obatan lainnya.
Dengan pemberian obat–obatandiatas penderita yang kurang
tenang dan gelisah akan merasa lebih tentram.
- Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk
membantu jalannya penyembuhan penderita. Kemajuan
mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang
dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai secara
psikologis hal ini memberikan pula kepercayaan pula pada
klien bahwa ia mulai sembuh. Perubahan gerakan dan posisi
ini harus diterangkan pada penderita atau keluarganya yang
menungguinya.
Miring kekanan dan ke kiri sudah dapat dimulai 6-10 jam
setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan
sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari
ke dua penderita dapat di duduk selama 5 menit dan diminta
untuk bernapas dalam-dalam lalu menghembuskannya desertai
batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melongarkan
pernapasan sekaligus memberikan kepercayaan pada diri
penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur
terlentang diubah menjadi setengah duduk (Posisi semi
fowler).
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima
pasca operasi.

13
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosisi dan
emboli. Sebaliknya bila terlalu dini melakukan mobilisasi
dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi
mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan
istirahat adalah yang paling dianjurkan. (Mochtar, R, 1998.
Hal. 158).
- Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dantidak
nyaman pada penderita dan menyebabkan pendarahan. Karena
itu dianjurkan pemasangan kateter tetap (Balon kateter) yang
terpasang 24 - 48 jam atau lebih lama lagi, tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita. Dengan cara ini urine dapat
ditampung dan diukur dalam kantong plastik secara periodik.
Bila tidak dipasangi kateter yang tetap, dianjurkan untuk
melakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca operasi
kecuali bila penderita dapat berkemih sendiri sebanyak 100 cc.
- Pemberian Obat-obatan
1) Antibiotik, kemoterapi dan antiinflamasi
Cara pemilihan dan pemberian antibiotiksangat berbeda
disetiap institut, bahkan satu institut pun masing -
masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang
berlainan.
2) Obat-obat pencegah perut kembung
Untuk mencegah perut kembung dan
untukmemperlancar kerja saluran pencernaan dapat
diberikan obat-obatan secara suntikan dan peroral.
3) Obat-obatan lainnya
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum
penderita dapat diberikan robaransia, obat anti
inflamasi atau bahkan tranfusi darah pada penderita yang
anemis.

14
- Perawatan rutin
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemerikaan
dan pengukuran adalah :
1) Tanda-tanda vitalmeliputi :Tekanandarah (TD),Jumlah nadi
permenit(N),Frekuensipernapasanpermenit(P), suhu badan
(S).
2) Jumlah cairan yang masuk dan keluar (urine)
3) Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.

10. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,


pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab

b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri
pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.

c. Riwayat Kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien


adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan
pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual
dan muntah.

- Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.

- Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit


menular/keturunan.

- Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi


pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.

- Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan


persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.

15
- Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-
kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.

d. Pemeriksaan Fisik : Dilakukan mulai dari kepala sampai


ekstremitas bawah secara sistematis.
- Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
- Mata
1) Sklera: ikterik/tidak
2) Konjungtiva: anemis/tidak
3) Mata: simetris/tidak
- Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
- Dada
- Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
- Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
- Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
- Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK

16
e. Data Sosial Ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan


berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun
sebelum menopause.

f. Data Spritual

Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan


kepercayaannya.

g. Data Psikologis

Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana


ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang
ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental
klien yang ingin hamil/punya keturunan.

h. Pola kebiasaan Sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam


aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri

i. Pemeriksaan Penunjang

- Data laboratorium

1) Pemeriksaan Hb

- Ultrasonografi

1) Untuk mengetahui letak batas kista.

11. Diagnosa Keperawatan


a. Preoperasi

1. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi

17
2. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan

3. PK: perdarahan

b. Post operasi
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

2. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

3. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

12. Rencana Intervensi Keperawatan


(Pre Operasi)

DIANGOSA
NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen § - -Lakukan pengkajian nyeri secarav -Mampu mengontrol nyeri
injuri biologi komprehensif termasuk lokasi, (tahu penyebab nyeri, mampu
karakteristik, durasi, frekuensi, menggunakan tehnik
kualitas dan faktor presipitasi nonfarmakologi untuk
§ -Observasi reaksi nonverbal dari mengurangi nyeri, mencari
ketidaknyamanan bantuan)
§ -Gunakan teknik komunikasi v -Melaporkan bahwa nyeri
terapeutik untuk mengetahui berkurang dengan
pengalaman nyeri pasien menggunakan manajemen
§ -Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri
respon nyeri v -Mampu mengenali nyeri
§ -Evaluasi pengalaman nyeri masa (skala, intensitas, frekuensi dan
lampau tanda nyeri)
§ -Evaluasi bersama pasien dan tim v -Menyatakan rasa nyaman
kesehatan lain tentang setelah nyeri berkurang
ketidakefektifan kontrol nyeri v Tanda vital dalam rentang
masa lampau normal
§ -Bantu pasien dan keluarga untuk

18
mencari dan menemukan
dukungan
§ -Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
§ -Kurangi faktor presipitasi nyeri
§ -Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
§ -Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
§ -Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
§ -Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
§ -Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
§ -Tingkatkan istirahat
§ -Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2. Kecemasan bd · -Gunakan pendekatan yang v -Klien mampu mengidentifikasi
diagnosis dan menenangkan dan mengungkapkan gejala
pembedahan · -Nyatakan dengan jelas harapan cemas
terhadap pelaku pasien v -Mengidentifikasi,
· -Jelaskan semua prosedur dan apa mengungkapkan dan
yang dirasakan selama prosedur menunjukkan tehnik untuk
· -Temani pasien untuk mengontol cemas
memberikan keamanan dan v -Vital sign dalam batas normal
mengurangi takut v Postur tubuh, ekspresi
· -Berikan informasi faktual wajah, bahasa tubuh dan

19
mengenai diagnosis, tindakan tingkat aktivitas menunjukkan
prognosis berkurangnya kecemasan
· -Dorong keluarga untuk
menemani anak
· -Lakukan back / neck rub
· -Dengarkan dengan penuh
perhatian
· -Identifikasi tingkat kecemasan
· -Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
· -Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
· -Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
-Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
3. PK: Perdarahan -Monitor tanda-tanda perdarahan Setelah dilakukan asuhan
gastrointestinal keperawatan selama 3x24 jam
· -Awasi petheciae, ekimosis, diharapakan pasien
perdarahan dari suatu tempat menunjukkan perdarahan dapat
· -Monitor vital sign diminimalka
· -Catat perubahan mental
· -Hindari aspirin
· -Awasi HB dan factor
pembekuan
-Berikan vitamin tambahan dan
pelunan feses

20
(Post Operasi)

No. DIANGOSA
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen§ -Lakukan pengkajian nyeri
v -Mampu mengontrol nyeri
injuri fisik secara komprehensif (tahu penyebab nyeri,
termasuk lokasi, mampu menggunakan
karakteristik, durasi, tehnik nonfarmakologi
frekuensi, kualitas dan faktor untuk mengurangi nyeri,
presipitasi mencari bantuan)
§ -Observasi reaksi nonverbal
v -Melaporkan bahwa nyeri
dari ketidaknyamanan berkurang dengan
§ -Gunakan teknik komunikasi menggunakan manajemen
terapeutik untuk mengetahui nyeri
pengalaman nyeri pasien v -Mampu mengenali nyeri
§- -Kaji kultur yang (skala, intensitas,
mempengaruhi respon nyeri frekuensi dan tanda nyeri)
§ -Evaluasi pengalaman nyeri
v --Menyatakan rasa nyaman
masa lampau setelah nyeri berkurang
§ -Evaluasi bersama pasien dan v Tanda vital dalam
tim kesehatan lain tentang rentang normal
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
§ -Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
§ -Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
§ -Kurangi faktor presipitasi
nyeri

21
§ Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
§ -Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
§ --Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
§ --Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
§ -Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
§ -Tingkatkan istirahat
§ Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
2. Resiko infeksi b.d· -Bersihkan lingkungan
v -Klien bebas dari tanda dan
penurunan setelah dipakai pasien lain gejala infeksi
pertahanan primer· -Pertahankan teknik isolasi v -Mendeskripsikan proses
· -Batasi pengunjung bila penularan penyakit, factor
perlu yang mempengaruhi
· -Instruksikan pada penularan serta
pengunjung untuk mencuci penatalaksanaannya,
tangan saat berkunjung dan
v -Menunjukkan kemampuan
setelah berkunjung untuk mencegah
meninggalkan pasien timbulnya infeksi
· -Gunakan sabun
v -Jumlah leukosit dalam
antimikrobia untuk cuci batas normal
tangan v Menunjukkan perilaku
· -Cuci tangan setiap sebelum hidup sehat
dan sesudah tindakan
kperawtan

22
· -Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat pelindung
· -Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
· -Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
· -Gunakan kateter
intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
· -Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
· -Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
· -Monitor hitung granulosit,
WBC
· -Monitor kerentanan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· -Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
· -Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
· -Pertahankan teknik isolasi
k/p
· -Berikan perawatan kuliat
pada area epidema

23
· -Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
· -Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
· -Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
· -Dorong masukan cairan
· -Dorong istirahat
· -Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
· -Ajarkan pasien dan
keluarga
-Tanda dan gejala infeksi
· -Ajarkan cara menghindari
infeksi
· -Laporkan kecurigaan
infeksi
· -Laporkan kultur positif
3. Defisit perawatan · -Kaji keterbatasan pasien
v Pasien bebas dari bau
diri b.d imobilitas dalam perawatan diri v Pasien tampak
(nyeri pembedahan)· -Berikan kenyamanan pada menunjukkan kebersihan
pasien dengan membersihkan v Pasien nyaman
tubuh pasien
(oral,tubuh,genital)
· -Ajarkan kepada pasien
pentingnya menjaga
kebersihan diri
-Ajarkan kepada keluarga
pasien dalam menjaga
kebersihan pasien

24
ENDOMETRIOSIS

B. Konsep Dasar Endometriosis


1. Pengertian
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus.
Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii,
ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis.
2. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara
lain:
a. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
b. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari) 3
c. Menstruasi yang lama (>7 hari)
d. Spotting sebelum menstruasi
e. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
f. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
g. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
h. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan
produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah
perkotaan.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
a. Nyeri
- Dismenore sekunder
- Dismenore primer yang buruk
- Dispareunia
- Nyeri ovulasi
- Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha,
dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus
menstruasi.

25
- Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan
seksual
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
b. Perdarahan abnormal
- Hipermenorea
- Menoragia
- Spotting sebelum menstruasi
- Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum
menstruasi atau di akhir menstruasi
c. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a) Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b) Darah pada feces
c) Diare, konstipasi dan kolik

4. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang
memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis
memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini
disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita
tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan
respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya
dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini
akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh. Faktor penyebab lain berupa toksik dari
sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke
dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag
yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal.

26
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari
fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari
infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi
tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian
pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel
endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga
sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran
regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun
lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin,
maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan
endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi
perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau
berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi
peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea).
Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan
adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah
permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat
melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi
di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi
di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae
untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah
yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya
endometirosis ini antara lain:
a. Uji serum

27
- CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
- Protein plasenta
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami
infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
- Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

b. Teknik pencitraan
- Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma
dengan sensitifitas 11%
- MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
- Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
6. Komplikasi
a. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena
endometriosis dekat kolon atau ureter
b. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis
karena endometrioma
c. Pneumotoraks karena eksisi endometriosis

7. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus.
Akan terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang
timbul hampir tidak ada. Ada dua gejala yang khas buat
adenomiosis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid.
- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.

28
b. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal
tuba.Akibatnya adalah:
- Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.
- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
- Hematosalping

c. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista
coklat. Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan
organ-organ di sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi.
d. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum
Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan
rectum, akibatnya adalah:
- Nyeri pada saat haid.
- Nyeri pada saat senggama.

8. Diagnosa banding
a. Karsinoma ovarium.
b. Metastasis di kavum Douglas.
c. Mioma multiple.
d. Karsinoma rectum.
e. Endometriosis Ekstragenital.
f. Tumor Ovarium
g. Metastasis di kavum Douglas
h. Mioma Multipel
i. Karsinoma Rektum
j. Radang pelvis

29
9. Terapi
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin
jaringan endometriosis, antara lain:
a. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi,
sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan
mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-
menopause, yang digunakan adalah :
- Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
- Progestrogen, seperti provera, primolut
- GnRH
- Pil kontrasepsi kombinasi
b. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung
luasnya invasi endometriosis.

10. Prognosis
Pada pasien yang mengalami pembedaha defenitif, 3 % akan
mengalami endometriosis kembali. Sedangkan pasien yang mengalami
pembedahan konservatif, 10 % akan menderitan kembali 3 tahun
pertam dan 35 % pada 5 tahu pertama. Pemeriksaan CA 125 secara
varsial mungkin berguna untu memperkirankan kemungkinan rekulensi
setelah terapi

11. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke
daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah
pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
- Dysmenore primer ataupun sekunder
- Nyeri saat latihan fisik

30
- Dispareunia
- Nyeri ovulasi
- Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha,
dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus
menstruasi.
- Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan
seksual
- Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
- Hipermenorea
- Menoragia
- Feces berdarah
- Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
- konstipasi, diare, kolik.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar)
yang menderita endometriosis.
d. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek,
darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum
menstruasi atau di akhir menstruasi.
e. Aktifitas dan istirahat
Gejala:
- Kelemahan atau keletihan akibat anaemia
- Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
- Adanya foktor – factor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas dan keringat malam
- Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingungan
dan tingkat sters tinggi
f. Integritas Ego
Gejala : factor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyngakal diagnosis dan perasaan putus asa.

31
g. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis,
misalnya masalah nyeri
h. Makanan dan Minuman
Kebiasaan diet buruk ( misalnya : rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet rasa )
i. Neurosensori
Gejala : pusing, singkope
j. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamana
ringan sampai nyeri berat
k. Pernapasan
Gejala : merokok, pemajanan abses
l. Keamana
Gejala : pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
m. Seksualitas
Gejala : perubahan pola respomn seksual.
n. nteraksi social
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan system pendukung.

12. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
- Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses
penjalaran penyakit.
- Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
- Cemas b.d diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan
feminitas dan perubahan bentuk tubuh

32
13. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d gangguan menstruasi, proses
penjalaran penyakit
Di tandai dengan :
- Keluhan nyeri
- Memfokuskan pada diri sendiri atau penyempitan focus
- Distraksi atau perlakuan hati-hati
- Gelisah
Tujuan :
nyeri hilang/berkurang

Kriteria Hasil :
- Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan
- Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat
Intervensi :
Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi,
dan intensitas ( skala 0 - 10 ), serta tindakan kehilangan yang
digunakan.

Rasional
- Informasi memberi data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
atau keevektifan evaluasi
- Berikan tindakan kenyamana dasar (misalnya: reposisi,
gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan ( misalnya: music
dan televise ).
- Meningkatkan relaksasi dan membantu menfokuskan kembali
perhatian
- Palpasi kandung kemih, sedik,it keluhan merasa
ketidaknyamanan dalam berkemih
- Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas
simfisis pubis menunjukkan retensi urin

33
b. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
Dibuktikan dengan :
- Mengungkapakan perubahan dalam gaya tentang tubuh,
perasaan tidak berdaya, putus asa dan ketidak mampuan
- Tidak mengambil tanggun jawab untuk perawatan diri, kurang
mengikuti perubahan pada persepsi diri atau persepsi orang
lain tentang peran
Tujuan : meningkatkan harga diri klien
Kriteria Hasil : klien mengungkapkan pemahaman tentang
perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi yang sedang
dialami
Intervensi:
Motivasi diskusi tentang atau pecahkan masalah tentang efek
kankar atau pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga,
orang tua dan sebagainya.
Rasional :
- Dapat membantu menurunkan masalah yang memengaruhi
penerimaan pengobatan atau merangngsang kemajuan penyakit
- Akui kesulitan klien yang mungkin dialami, berikan informasi
bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses
adaptasi
- Memvalidasi perasaan ibu dan memberikan izin, untuk
tindakan apa pun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.

c. Cemas b.d diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan


feminitas dan perubahan bentuk tubuh
Dibuktikan dengan:
- Peningktan ketegangan, gemetaran, ketakutan dan gelisah
- Mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian
hidup

34
Tujuan : rasa cemas klien hilang atau tidak cemas lagi
Kriteria hasil : menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut
Intervensi
Tinjau ulang pengalaman klien atau orang terdekat sebelumnya
yang kenker.
Rasional
- Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep
berdasarkan pada pengalam pada kanker
- Berikan dukungan emosi pada klien atau orang terdekat selama
tes diagnostic dan fase pengobatan
- Meskipun mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
efek kanker atau efek semping terapi banyak klien memerlukan
dukungan tambahan selama peride ini.
- Rujuk ibi atau orang terdekat pada program kelompok ( bila
ada )
- Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan, baik
untuk klien maupun orang terdekat, memberikan kontak
dengan ibu denagn kanker pada berbagia tingkat pengobatan
dan pemulihan
- Rujuk pada konseling professional bila diindikasikan
- Mungtkin perlu untuk memulai dan mempertahankan struktur
psikososial positif bila system pendukung orang terdekat ibu
terganggu.

13. Implementasi
- Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
- Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan
analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga
kesehatan lain.

35
- Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.

14. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman
pada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum
diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006).
Kasus kista uteri terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri
pada saat haid di abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang lab
yaitu USG untuk memastikan diagnosa kista uteri. Pemeriksaan dini lebih
baik dilakukan apabila ada manifestasi klinis lain.
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus.
Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen
pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan
pelvis.

37
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC.

Ayu, Ida, dkk. 2009. Memahami Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jkarta : EGC

Doenges, Marilynn C, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk


Perencanaa dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI.

Mitiyani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

38

Anda mungkin juga menyukai