Anda di halaman 1dari 36

CASE ANALYSIS METDHOD (CAM)

HALUSINASI PENDENGARAN
Diajukan Untuk Memehuni Salah satu Tugas Matakuliah Keperawatan Jiwa II
Dosen pembimbing Shella Febrita Utomo. S. Kep., Ners. M. Kep

disusun oleh :
Anggi Aprilia Hayati (302017004)
Aqmarina Ghoesani (Penyaji) (302017012)
Desi Putri Anjani (Penyaji) (302017020)
Dizza Tresa Desclara (302017026)
Fina Asfiaul Hasanah (Pembanding) (302017034)
Khoerunisa Oktaviani S (Pembanding) (302017042)
Moch. Ramlan (302017046)
Nurranti (302017052)
Rani Sopiah Septianilova (302017059)
Shafithri Nurafifah (302017066)
Sylvi Nurdianti (302017073)
Wafa Wafiah P (302017079)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini membahas tentang “Halusinasi Pendengaran” makalah ini kami buat untuk
memudahkan para pembaca memahami materi yang akan disajikan. Dengan rangkuman materi
yang kami dapatkan dari beberapa sumber diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Dan tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan baik
penyajian maupun teknis penyusunannya sehingga sulit untuk dipahami, maka dari itu sudilah
kiranya memberi kritik dan saran untuk lebih meningkatkan mutu pembuatan makalah selanjutnya.
Dan mudah-mudahan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami terlebih lagi untuk para
pembaca.

Bandung, November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN KONSEP TEORI ....................................................................................... 4
A. Definisi Halusinasi ............................................................................................................... 4
B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi ...................................................................................... 5
C. Tanda dan Gejala ................................................................................................................. 8
D. Jenis – jenis Halusinasi ........................................................................................................ 9
E. Rentang Respon Neurobiologis ......................................................................................... 10
F. Aspek Legal Etik................................................................................................................ 11
BAB II PEMBAHASAN KASUS .............................................................................................. 14
A. Kasus dan Hasil Pengkajian ............................................................................................... 14
BAB II PENDAHULUAN .......................................................................................................... 32
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan mental yang
terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari
populasi global menderita gangguan depresi dan 3,6% gangguan kecemasan. Jumlah
penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan 2015. Depresi
merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit dialami
orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah
(WHO,2017).
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan
persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan (Damaiyanti, 2012). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata artinya pasien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus atau rangsangan dari luar (Trimelia, 2011). Dapat disimpulkan bahwa halusinasi
merupakan respon persepsi panca indera yang dialami oleh seseorang tanpa rangsangan
atau stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain. Kasus yang paling banyak di
Rumah Sakit Jiwa adalah pasien dengan skizofrenia, 70% mengalami halusinasi dan 30%
mengalami waham. Sedangkan pasien yang mengalami waham, 35% mengalami
halusinasi (Hawari, 2014).
Halusinasi dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang mengalami halusinasi.
Respon pasien akibat terjadinya halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata atau tidak nyata. Yang
dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrolnya.
Pasien akan mengalami panik dan perilakunya akan dikendalikan oleh halusinasi. Pada
situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide)
bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya hal tersebut
maka diperlukan penanganan yang tepat.

1
2

Pasien dengan halusinasi pendengaran mengalami gangguan status mental atau


dengan kata lain pasien mengalami defisit kognitif khususnya dalam hal konsentrasi.
Sehingga perlu dilakukan suatu upaya untuk memutus halusinasi dengan alternatif
menghardik menutup telinga. Diharapkan dengan menghardik menutup telinga, pasien
dapat lebih fokus pada menghardik. Upaya dalam menangani atau mengontrol pasien
halusinasi dengan menghardik telah dilakukan sehari-hari oleh perawat di Wisma Arimbi
dalam rangka upaya memutus halusinasi. Akan tetapi penerapan tindakan untuk
menganalisa penurunan tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan pasien dalam
menghardik belum pernah dilakukan di Wisma Arimbi. Halusinasi juga memerlukan suatu
strategi manajemen gejala seperti perawatan diri sendiri (self care) untuk mengatasi gejala
halusinasi. Sebuah studi di Taiwan oleh Tsai & Ku (2009) tentang self care symptom
management, menemukan bahwa self care manajemen gejala skizofrenia pada halusinasi
pendengaran dibagi dalam 3 kategori, yaitu fisiologis, kognitif dan perilaku (behavioral).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Halusinasi?


2. Apa saja Faktor Predisposisi dan Presipitasi pada Halusinasi?
3. Apa saja Tanda dan Gejala Halusinasi?
4. Bagaimana Rentang Respon dari Halusinasi?
5. Apa saja diagnosa Keperawatan pada kasus Halusinasi?
6. Bagaimana rencana Asuhan Keperawatan pada kasus Halusinasi?

C. Tujuan

Tujuan merupakan kalimat yang menunjukan hasil atau sesuatu yang diperoleh setelah
penelitian selesai. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai beikut :
1. Tujuan Umum
Dari tujuan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mengetahui dan memahami
tentang Halusinasi serta mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan makalh ini dapat disebut juga jawaban dalam setiap rumusan masalah. Adapun
tujuan dalampembuatan makalah ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui definisi dari Halusinasi.
3

b. Untuk mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi dari Halusinasi.


c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Halusinasi.
d. Untuk mengetahui aspek legal etik dari Halusinasi.
e. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari Halusinasi.
f. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan dari Halusinasi.
g. Untuk mengetahui efek samping fisiofarmako dari Halusinasi.
BAB II

TINJAUAN KONSEP TEORI

A. Definisi Halusinasi

Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang bermakna


secara mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk. ( 2013)
menegaskan “the term hallucination comes from the latin “ hallucination” : to
wonder mentally or to be absent inded”. Halusiansi adalah persepsi tau
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
(struart & lararia, 2005).
Halusinasi adalah gangguan persepsi senssori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
panca indra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman, pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa di mana klien
merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan, atau penciuman. Pada gangguan halusinasi penglihatan ,
misalnya klien melihat suatu bayangan yang menakutkan, padahal tidak ada
bayangan tersebut. Salah satu manisfestasi yang timbul adalaha halusianasi
membuat klien tidak dapat memenuhi kehidupannya sehari-hari. Hausinasi
merupakan salah satu dari sekian bentuk psikopatologi yang paling parah dan
membingungkan. Secara fenomenologis, halusinasi adalah gangguan yang
paling umum dan paling penting. Selain itu halusinasi di anggap sebagai
karakteristik psikosis.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu

4
5

persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo,
2014).
Gangguan presepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasiengangguan jiwa. Pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata. Salah satu jenis halusinasi yang paling
sering ditemukan adalah halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran dapat
berupa bunyimendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi
lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Suara
itu bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa
ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan kadang-
kadang mendesak atau memerintahkan untuk berbuat sesuatu seperti
membunuh dan merusak. (Halawa, 2010).

B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

1. Factor Predisposisi
Hal- hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah :
a. Factor Biologis
Hal yang dikaji pada fakrot bilogi, meliputi adnya factor herediter
gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma
kepala dan riwayat penggunaan NAPZA.
b. Factor Psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan berulang, individu korban kekerasa, kurangnya kasih saying,
atau overprotektif.
c. Sosiobudaya dan Lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan social ekonomi rendah, riayat
penolakan lingkuangan pada usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan social ( perceraian,
hidup sendiri), serta tidak berkerja.
d. Faktor psikologis
6

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus


pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari alam
nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pada klien dengan halusinasi di temukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan
dalam kleuarga, atau adanya kegagalan- kegagalan dalam hidup,
kemiskinanan, adanya aturan atau tuntutan dilkeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik antar masyarakat.
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan yang tidak nyata. Menurut Rawlins dan
Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan
atas hakikat keberadaan seseorang individu sebagai makhluk yang
dibangun atas dsar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
2) Dimensi Emosional
7

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak


dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi intelektual
Individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasi, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,
dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu.
5) Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama
sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan
bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain
yang menyebabkan takdirnya.
8

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala halusinasi dari hasil observasi terhadapa klien serta ungkapan
klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah :
a. Data Subejektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi mengatakan bahwa klien :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urine, feses.
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasi.
b. Data Objektif
Berdasarkan data objektif , klien dengan gangguan sensori persepi halusinas
melakukan hal-hal berikut :
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengerahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu
6) Ketakutan pada Sesutu yang tidak jelas
7) Mecium Sesutu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit.
9

D. Jenis – jenis Halusinasi

Menurut Yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan


secara detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah
kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada
penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan
suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa
takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan
tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan
sebagai pengalaman yang di anggap penderita sebagai suatu kombinasi
moral.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih
jarang dari halusinasi gustatorik.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah
kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
6. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba.
Penderita meras diraba dan diperkosa sering pad skizoprenia dengan waham
kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7. Halusinasi Kinistetik
10

Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota


badannya bergerak-gerak. Misalnya "phantom phenomenom" atau tungkai
yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada
skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu.
8. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom lobus parietalis.
Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.
b. Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang
dialaminya seperti dalam impian.
E. Rentang Respon Neurobiologis

Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori sehingga halusinasi


merupakan hgangguan dari respons neurobiologis.oleh karenannya, secara
keseluruhan. Rentang respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons
neurobiology.
Rentang respons neurobiology yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis,
persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan
terciptanya hubungan social yang harmonis. Sementara itu respons maladaptive
meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak
terorganisasi, dan isolasi social : menarik diri.
Adaptif Maladaptif

1. Pikiran logis. 1. kadang proses 1. gangguan proses


2. presepsi akurat pikir tidak berpikir
3. Emosi terganggu. 2. Halusinasi
konsisten 2. Ilusi 3. kesukaran proses
emosi
11

dengan 3. Emosi tidak 4. perilaku tidak


pengalaman stabil terorganisasi
4. Perilaku cocok 4. Perilaku tidak 5. Isolasi sosial
5. Hubungan biasa
social harmonis. 5. Menarik diri

F. Aspek Legal Etik

Klien psikiatri memiliki hak legal, sama seperti klien ditempat lain. Isu legal
dan etik yang dibahas pada bagian ini terutama berkaitan dengan topik klien
yang menunjukkan sikap bermusuhan dan agresif, tetapi berlaku untuk semua
klien di lingkungan kesehatan jiwa.
A. Hospitalisasi Involunter
Klien masuk ke tempat rawat inap atas dasar sukarela. Hal ini berarti mereka
ingin mencari terapi dan setuju dirawat di rumah sakit. Akan tetapi,
beberapa klien tidak mau dirawat di rumah sakit dan diobati. Keinginan
mereka dihargai kecuali mereka berbahaya bagi diri mereka sendiri atau
orang lain (misalnya : mereka mengancam atau berupaya bunuh diri atau
membahayakan orang lain). Klien yang dirawat di rumah sakit di luar
kemauan mereka dengan kondisi seperti ini dimasukkan ke rumah sakit
untuk perawatan psikiatri sampai mereka tidak lagi berbahaya bagi diri
mereka sendiri atau orang lain. Setiap negara bagian memiliki hukum yang
mengatur proses komitmen sipil, tetapi sama di setiap Negara bagian.
Seseorang dapat ditahan di fasilitas psikiatri selama 48 sampai 72 jam
karena keadaan darurat sampai dapat dilakukan pemeriksaan untuk
menentukkan apakah klien harus dimasukkan ke fasilitas psikiatri untuk
menjalani terapi selama periode waktu tertentu. Banyak negara bagian
memiliki hukum yang sama, yang mengatur komitmen klien dengan
masalah penyalahgunaan zat yang membahayakan diri mereka sendiri atau
orang lain ketika di bawah pengaruh zat. Komitmen sipil atau hospitalisasi
involunter mengurangi hak klien untuk bebas atau meninggalkan rumah
sakit ketika ia menginginkannya. Hak klien yang lain tetap utuh.
12

B. Keluar dari Rumah Sakit


Klien yang masuk rumah sakit secara sukarela memiliki hak untuk
meninggalkan rumah sakit jika mereka tidak membahayakan diri sendiri
atau orang lain. Klien dapat menandatangani suatu permintaan tertulis untuk
pulang dan keluar dari rumah sakit tanpa saran medis jika mereka tidak
berbahaya. Apabila klien yang masuk rumah sakit secara sukarela yang
berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain menandatangani surat
permintaan untuk pulang, psikiater dapat mengajukan komitmen sipil untuk
menahan klien terhadap keinginannya sampai dapat dilakukan pemeriksaan
untuk memutuskan hal tersebut.
C. Hak-hak Klien
Klien kesehatan jiwa tetap memiliki semua hak sipil yang diberikan kepada
semua orang, kecuali hak untuk meninggalkan rumah sakit dalam kasus
komitmen involunter. Klien memiliki hak untuk menolak terapi, mengirim
dan menerima surat yang masih tertutup, dan menerima atau menolak
pengunjung. Setiap larangan ( misalnya : surat, pengunjung, pakaian) harus
ditetapkan oleh pengadilan atau instruksi dokter untuk alasan yang dapat
diverifikasi dan didokumentasikan
D.Konservator
Pengangkatan konservator atau pelindung hukum merupakan proses yang
terpisah dari komitmen sipil. Individu yang mengalami disabilitas berat
terbukti tidak kompeten tidak dapat menyediakan makanan, pakaian, dan
tempat tinggal bagi diri mereka sendiri walaupun sumber-sumber tersedia
dan tidak dapat bertindak sesuai keinginan mereka sendiri, dapat
memerlukan pengangkatan seorang konservator. Pada kasus ini, pengadilan
menunjuk seseorang untuk bertindak sebagai pelindung hukum. Petugas ini
memiliki banyak tanggung jawab untuk individu tersebut, seperti memberi
persetujuan tindakan, menulis cek, dan membuat kontrak. Klien yang
memiliki pelindung hukum tidak lagi memiliki hak untuk membuat kontrak
atau persetujuan hukum (misal, pernikahan atau penggadaian) yang
memerlukan tanda tangan : hal ini mempengaruhi banyak aktivitas sehari-
13

hari yang kita anggap benar. Karena konservator atau pelindung hukum
berbicara atas nama klien, perawat harus mendapat persetujuan atau izin
dari konservator klien.
E. Lingkungan yang Kurang Restriktif
Klien memiliki hak untuk menjalani terapi di lingkungan yang kurang
restriktif yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini berarti
bahwa klien tidak harus dirawat di rumah sakit jika ia dapat diobati di
lingkungan rawat jalan atau group home. Hal ini juga berarti bahwa klien
harus bebas dari restrein atau seklusi
F. Kewajiban untuk Memperingatkan Pihak Ketiga
Satu pengecualian terhadap hak klien dalam kerahasiaan ialah kewajiban
untuk memperingatkan, yang didasarkan pada keputusan Pengadilan Tinggi
California, dalam Tarasoff vs. Regents of the University of California.
Akibat keputusan ini ialah klinisi kesehatan jiwa berkewajiban untuk
memperingatkan pihak ketiga yang dapat diidentifikasi tentang ancaman
yang dilakukan seseorang walaupun ancaman tersebut didiskusikan selama
sesi terapi, yang sebaliknya dilindungi oleh pihak istimewa.
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus dan Hasil Pengkajian

1. Kasus 2
Ny. M (usia 28 tahun, sudah menikah) di bawa ke RSUD poli jiwa
oleh suami dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan rutin, selain
itu 1 minggu sebelum masuk RSUD, Ny. M tampak sering melamun
sembari berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, sudah 1 bulan,
Ny. M menolak minum obat karena merasa sudah tidak sakit. Sejak
2 tahun yang lalu, Ny.M terdiagnosa Skizofrenia. Hasil pemeriksaan
saat itu dokter memutuskan Ny,M untuk dilakukan rawat inap di RS
pada tgl 13 November 2017 pukul 15.30 WIB.
Kemudian perawat ruangan melakukan pengkajian pada Ny. M pada
tgl 14 November 2017 pukul 08.00. Hasil pengkajian di dapatkan
bahwa Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada
setiap waktu dengan durasi sekitar 15 menit, namun Ny.M masih
mampu memenuhi kebutuhan ADL nya secara mandiri, Ny. M
mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya berbicara,
kontak mata mudah beralih, tampak sedikit cemas, cara berbicara
cepat dan kadang melambat, ketika berbicara Ny.M tampak
kooperatif namun berubah menjadi kurang kooperatif. Ketika diajak
berdiskusi Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya,
tidak ada gerakan yang berlebih.
Menurut keluarganya, Ny.M mengalami perubahan pada
perilakukanya setelah Ny.M pulang bekerja sebagai TKW di Taiwan
pada usia 25 tahun karena mendapatkan prilaku kekerasan fisik oleh
majikannya. Dan kejadian semakin parah ketika anak kandungnya
meninggal dunia karena sakit. Selain itu, Ny.M sebelumnya pernah
mengalami masalah yang sama (7 tahun yang lalu) setelah kematian
ayahnya sebelum Ny.M menikah. Saat itu Ny.M melakukan

14
15

pengobatan alternatif ke pak ustad dengan diberikan air doa hingga


saat ini karena tidak ada perubahan akhirnya keluarga mmebawanya
ke medis. Ny.M tidak memiliki riwayat menggunakan NAPZA dan
Psikotropika, serta tidak mengalami masalah penyakit fisik yg
mengganggu kesehatan dan aktifitasnya.
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa pola asuh yang diterapkan juga tidak bersifat otoriter
tidak ada perilaku kekerasan yang dilakukan juga. Keluarga
mengatakan sangat mendukung apapun bentuk pengobatan demi
kesembuhan Ny.M.
Hasil pengkajian fisik, TD: 100/80, n: 78kali/menit, RR: 18
kali/menit , suhu 37’C. Ny. M tidak mengeluh adanya nyeri.
Pengkajian Resiko jatuh EDMONSON < 90 (rendah). Skring nutrisi
Dewasa(MST) tidak ada.
Saat pengkajian konsentrasi Ny.M mudah teralihkan, kemapuan
mengingat baik. Ny. M mengatakan sedih dan cemas karena teringat
anaknya di rumah dan ingin segera pulang ke rumah. Ny. M Nampak
selalu mondar mandir tidak jelas di dalam ruangan dan kadang
tampak mulutnya berkomat kamit sendiri. Proses interaksi dengan
lingkungan baik, Ny.M tidak menunjukan tindakan menarik diri.
Ny. M mengaku tidak perlu mencari solusi permasalah yang sedang
di hadapi. Ny. M juga mengaku sering merasa kesal dan tiba –tiba
marah. ketika pengkajian Ny.M sering menggambarkan
kekesalannya dengan menyalahkan suaminya.
2. Pengkajian
16

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN STATUS MENTAL

KESEHATAN JIWA
STIKES AISYIYAH BANDUNG

RUANG RAWAT TANGGAL DIRAWAT : 13-11-2017

1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. M (P) Tanggal Pengkajian : 14-11-2017
Umur : 28 tahun RM No. : 24012000
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Status Marital : Sudah Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Hubungan dengan klien: Suami

2. ALASAN MASUK
KU: Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 November 2017 pukul 08.00 di dapatkan
hasil pengkajian di dapatkan bahwa Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada
setiap waktu dengan durasi sekitar 15 menit, namun Ny.M masih mampu memenuhi kebutuhan
ADL nya secara mandiri, Ny. M mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya
berbicara, kontak mata mudah beralih, tampak sedikit cemas, cara berbicara cepat dan kadang
melambat, ketika berbicara Ny.M tampak kooperatif namun berubah menjadi kurang
kooperatif. Ketika diajak berdiskusi Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya, tidak
ada gerakan yang berlebih.
SMRS: Ny. M (usia 28 tahun, sudah menikah) di bawa ke RSUD poli jiwa oleh suami dan
keluarga untuk melakukan pemeriksaan rutin, selain itu 1 minggu sebelum masuk RSUD, Ny.
M tampak sering melamun sembari berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, sudah 1 bulan,
Ny. M menolak minum obat karena merasa sudah tidak sakit. Sejak 2 tahun yang lalu, Ny.M
terdiagnosa Skizofrenia. Hasil pemeriksaan saat itu dokter memutuskan Ny,M untuk dilakukan
rawat inap di RS pada tgl 13 November 2017 pukul 15.30 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian
17

pada tanggal 14 November 2017 pukul 08.00 di dapatkan hasil pengkajian di dapatkan bahwa
Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada setiap waktu dengan durasi sekitar
15 menit, namun Ny.M masih mampu memenuhi kebutuhan ADL nya secara mandiri, Ny. M
mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya berbicara, kontak mata mudah beralih,
tampak sedikit cemas, cara berbicara cepat dan kadang melambat, ketika berbicara Ny.M
tampak kooperatif namun berubah menjadi kurang kooperatif. Ketika diajak berdiskusi Ny.M
bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya, tidak ada gerakan yang berlebih

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : tidak √ Ya


(tahun: 7tahun yang lalu Ny. M mengalami gangguan jiwa yang sama dan 2tahun yang
lalu juga Ny. M terdiagnosa Skizofrenia)

2. Pengobatan sebelumnya Berhasil √ kurang berhasil tidak berhasil

Alasannya : Ny. M pernah melakukan pengobatan sebelumnya tetapi hanya melakukan


pengobatan alternative dengan diberikan air dan Ny. M menolak minum obat.

3. Faktor predisposis dan presipitasi


a. Predisposisi
Neurobiologis Psikologis Sosial Budaya

Ny. M pernah menjadi TKW Ny. M pernah mengalami -


dan pernah mendapatkan masalah yang sama 7tahun
perilaku kekerasan oleh yang lalu setelah kematian
majikannya. ayahnya.

b. Presipitasi
Biologis (traumatic) Psikologis Social Budaya, Agama

Ny. M 1bulan yang lalu Ny. M pun semakin parah Ny. M pernah melakukan
menolak minum obat. pada saat kejadian anak pengobatan alternative ke
kandungnya meninggal pak ustad.
dunia karena sakit.
18

Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori bd Halusinasi


4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa

Ada √ Tidak ada


Jika ada (siapa)/ Hub. dengan keluarga : -
Gejala :-

Riwayat Pengobatan :-
Masalah Keperawatan: -

Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek :

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


a. Kehilangan : Ny. M kehilangan ayah nya dan anak nya

b. Kegagalan :-
Masalah Keperawatan: Kehilangan
6. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda Tanda Vital: TD: 100/80 mmHg, N: 78x/mnt, S: 37˚C P: 18x/mnt


b. Atopometrik : BB - Kg, TB: - cm
c. Keluhan Fisik ada / tidak, jelaskan
Masalah Keperawatan: -
7. Psikososial
a. Konsep diri
19

1) Gambaran diri
Perlu dikaji apakah ada bagian tubuh yang Ny. M tidak sukai.
2) Identitas diri
Ny. M seorang istri dan seorang ibu dengan 1anak yang sudah meninggal karena sakit
3) Peran
Ny. M 3tahun yang lalu menjadi seorang TKW di Taiwan pada usia 25tahun
4) Ideal diri
Ny.M ingin segera pulang kerumah
5) Harga diri
Perlu dikaji apakah klien merasa malu tentang kondisinya atau menarik diri dari
lingkungan
Masalah Keperawatan: Resiko Gangguan Konsep Diri
Hubungan sosial
1) Orang yang berarti: suami dan keluarga

1) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: tidak peran serta dalam kegiatan
kelompok dan keluarga
2) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak ada hambatan dalam
hubungan dengan orang lain
Masalah Keperawatan:
b. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan: keluarga Ny.M mempercayai pengobatan alternativ ke ustadz
2) Kegiatan ibadah: -
Masalah Keperawatan: -
8. Pengkajian Status Mental (Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai)
a. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai

Berpakaian tidak seperti √ Sesuai


biasanya

Jelaskan: pasien mampu memenuhi ADL nya sehari-hari

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan
√ Cepat √ Gelisah Apatis
20

Keras Inkoheren tidak mampu memulai pembicaraan

√ Lambat Membisu Sesuai

Jelaskan : klien berbicara cepat dan lambat. Klien juga merasa sedih dan cemas
karena mengingat anaknya dirumah.
Masalah Keperawatan: klien merasa sedih dan cemas

c. Aktivitas motorik
Lesu Tegang √ Gelisah

Agitasi Apatis Grimasen

Tremor √ Kompulsif Sesuai

Jelaskan: klien selalu mondar mandir tidak jelas didalam ruangan

Masalah Keperawatan: sikap pasien kompulsif


d. Suasana hati:
√ Sedih Ketakutan Putus asa

Khawatir Gembira berlebihan Sesuai

Jelaskan: pasien merasa sedih karena mengingat anaknya dirumah


Masalah Keperawatan:

e. Afek
Datar Tumpul √ Labil Sesuai Tidak Sesuai

Jelaskan: Ny.M tampak koperatif namun berubah menjadi tidak kooperatif


Masalah Keperawatan: afek labil
f. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan √ Tidak kooperatif mudah tersinggung

√ Kontak mata kurang Defensive Curiga

Seduktif Berhati-hati √ Kooperatif


21

Jelaskan: kontak mata klien mudah teralih dan ketika berbicara tampak kooperatif
dan berubah menjadi tidak kooperatif
Masalah Keperawatan: klien tidak kooperatif
g. Persepsi
√ Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Ilusi

Visual (penglihatan) Gustatori Sesuai


(pengecapan)
Olfakori (penciuman)

Jelaskan: klien mengaku sering mendengar bisikan dan mengajakan berbicara

Masalah Keperawatan: gangguan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi


pendek
h. Proses berfikir
√ Sirkumtansial Tangensial Kehilangan Inkoheresn
asosiasi
Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme

Irelevansi √ Verbigerasi Word salad Sesuai

Jelaskan: ketika di ajak berbicara klien tampak bertele tele dalam


menyampaikannya
Masalah Keperawatan: komunikasi tidak efektif

i. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham: Sesuai

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Siar pikir Sisip pikir Kontrol piker

Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
22

j. Tingkat kesadaran
√ Mudah beralih √ tidak mampu berkonsentrasi

tidak mampu berhitung sederhana mampu berkonsentrasi

Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -

k. Memori
Gangguan daya ingat

jangka panjang jangka pendek

saat ini Konfabulasi √ Sesuai

Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
√ Mudah beralih √ Tidak mampu Tidak mampu mampu
konsentrasi berhitung berkonsentrasi
sederhana
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -

m. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan  Gangguan bermakna

√ Tidak ada gangguan 
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
n. Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang √ Menyalahkan hal hal diluar dirinya
diderita
 Memahami sakit yang di deritanya
Jelaskan: Ny.M sering menggambarkan kekesalannya dengan menyalahkan
suaminya
Masalah Keperawatan:

9. Kebutuhan Persiapan Pulang


23

a. Makan
√ Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
b. BAB/BAK
√ Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

c. Mandi
√ Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
d. Berpakaian/Berhias
√ Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
e. Istirahat tidur
 Tidur siang lama: - s/d -
 Tidur malam lama: - s/d -
 Kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :

f. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjut  Ya  Tidak

Perawatan pendukung 
√ Ya  Tidak
Jelaskan : keluarga klien mendukung akan pengobatan dan kesembuhan untuk
Ny. M
Masalah Keperawatan :
h. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan Makan  Ya √ Tidak


24

Menjaga kerapihan  Ya  Tidak


rumah

Mencuci pakaian  Ya √ Tidak

Pengaturan keuangan  Ya √ Tidak


Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
i. Kegiatan di luar rumah
Belanja  Ya √ Tidak
Transportasi  Ya √ Tidak
Lain lain  Ya √ Tidak
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
10. Mekanisme koping
Adaptif Maladaptif

 Berbicara dengan orang lain  Minum alqohol


 Mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/berlebihan
 Tekhnik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas Konstruktif  Menghindar
 Olah raga  Mencederai diri
 Lainnya 
√ Lainnya
.............................................. ...........................................
Jelaskan: cara berbicara klien cepat dan kadang lambat

Masalah Keperawatan: komunikasi tidak efektif


11. Masalah psikososial dan lingkungan
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: -
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik -
 Masalah dengan pendidikan, spesifik -
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik -
 Masalah dengan perumahan, spesifik -
 Masalah dengan ekonomi, spesifik -
Masalah Keperawatan: -

12. Pengetahuan kurang tentang


25

 Penyakit jiwa  Sistem pendukung


 Faktor presipitasi  Penyakit fisik
√ Koping √ Obat obatan
 Lainnya:
MasalahKeperawatan: Koping tidak efektif

13. Aspek medik


Diagnosis Medik:
Skizofrenia

Terapi Modalitas (farmako dan Non-farmako):


Diberikan air doa dari ustadz
14. Daftar masalah keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori bd Halusinasi
2. Kehilangan
3. Resiko Konsep Diri

4. Mekanisme Koping Tidak Efektif

Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DO: Faktor Predisposisi


- Klien tampak sering Dan presipitasi Gangguan persepsi
melamun sembari sensori bd Halusinasi
berbicara sendiri
dengan mulut Klien seorang TKW dan
komatkamit pernah mendapatkan
perilaku kekerasan
- klien sering berbicara
sendiri dan tidak
jelas pada setiap 7tahun yang lalu klien
waktu durasi 15 pernah mengalami
menit penyakit yang sama dan
- kontak mata mudah kehilangan ayah
teralih kandungnya karena
meninggal
- tampak sedikit cemas
- ketika berbicara
tampak kooperatif
26

namun berubah Keadaan klien semakin


menjadi kurang parah akibat kejadian
kooperatif anak kandungnya
meninggal karena sakit.
- ketika di ajak
berdiskusi Ny.M
bertele-tele untuk 1bulan yang lalu klien
menyampaikan sempat menolak untuk
pendapat minum obat dan
- cara berbicara cepat terdiagnosa skizofrenia.
dan kadang lambat
DS: 1bulan yang lalu klien
sempat menolak untuk
- Sering mendengar
minum obat.
bisikan dan
mengajak berbicara
- Pengobatan alternative

Masalah muncul

Pola koping tidak efektif

Sering berbicara sendiri,


mendengar bisikan dan
mengajaknya berbicara,
kontak mata mudah
beralih, ketika berbicara
tampak kooperatif namun
berubah menjadi tidak
kooperatif, ketika diajak
berdiskusi bertele tele.

Sedih,cemas,mondar-
mandir tidak jelas, tampak
mulut komat kamit.
27

1. Daftar diagnosa keperawatan


a. Gangguan Persepsi Sensori bd Halusinasi
28

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana tindakan keperawatan Rasional


Tujuan Kriteria evaluasi Itervensi
Gangguan Pasien mampu: Setelah 3pertemuan SP1 : SP 1 :
1. Dengan klien
persepsi sensori 1. Mengenali pasien mampu : 1. Bantu pasien mengenali
bd Halusinasi halusinasi 1. menyebutkan mengenal halusinasi
diharapkan klien
yang di Isi, waktu, halusinasi: isi, menyadari yang di
alaminya frekuensi, waktu, frekuensi, dengar atau dilihat
adalah bohong atau
2. Mengontrol situasi situasi pencetus, tidak ada dan
halusinasinya pencetus, perasaan saat mengarahkan klien
ke hal yang lebih
3. Mengikuti perasaan terjadi halusinasi nyata
2. dengan melatih
program 2. memperagakan 2. Latih mengontrol
klien mengontrol
pengobatan cara dalam halusinasi dengan
halusinasi dengan
secara mengontrol cara: menghardik.
menghardik
optimal halusinas Tahapan tindakan
berupa: halusinasinya

a. Jelaskan cara
menghardik
b. peragakan cara
menghardik
29

c. minta pasien
memperagakan
ulang
d. pantau
penerapan cara
ini, beri
penguatan
perilaku pasien
e. masukan
dalam jadwal
kegiatan pasie
SP 2 : 1. Mengetahui hasil
1. evaluasi kegiatan yang pada tindakan yang
lalu (SP 1) diberikan kepada
2. tanyakan program klien sebelumnya
pengobatan 2. mengetahui
3. jelaskan pentingnya program dari
penggunaan obat pada pemberian
pasien dengan halusinasi pengobatan pada
4. jelaskan akibat bila klien halusinasi
pendengaran
tidak rutin melakukan 3. agar klien
pengobatan sesuai program memahami
5. jelaskan akibat bila putus pentingnya minum
obat obat
6. jelaskan cara 4. agar pasien
mendapatkan obat atau mengetahui akibat
berobat jika tidak rutin
minum obat
30

7. jelaskan pengobatan 5. agar klien


dengan prinsip 5B mengetahui akibat
8. latih pasien minnum obat jika putus obat
9. masukan dalam jadwal 6.agar klien mau
untuk berobat dan
kegiatan pasien mengetahui obat
yang dibutuhkan
oleh dirinya saat
halusinasinya
kambuh
7. agar klien
memahami
pengobatan dengan
prinsip 5 B
8. agar klien terbiasa
minum obat dengan
mandiri dengan
benar
sesuai prinsip 5B
9. agar
mengingatkan klien
untuk minum obat
dalam jadwal
kegiatan klien
1. SP3 : 1. untuk mengetahui
sejauh mana
1. Evaluasi kegiatan perkembangan
yang lalu (SP1 dan pasien, dan apakah
kegiatan
SP2) sebelumnya
2. latih berbicara/ berdampak baik
bagi pasien
bercakap dengan 2. agar halusinasi
bisa teralihkan
dengan
31

orang lain saat pembicaraan yang


fakta
halusinasi 3. terbiasa dengan
3. muncul masukan melakukan aktifitas
dalam jadwal
positif
kegiatan pasien
SP4: 1. Memastikan klien
1. Evaluasi kegiatan sudah
mempraktekan
yang lalu ( SP 1, 2 , dan 3 ) kegiatan yang telah
2. latih kegiatan agar dilakukan
halusinasi tidak muncul, sebelumnya
dengan tahapan : 2. dengan diberikan
- jelaskan pentingnya kegiatan diharapkan
aktivitas teratur untuk dapat membantu
mengatasi halusinasi klien dalam
- diskusikan aktivitas yang mengendalikan
biasa dilakukan oleh pasien halusinasinya
- latih pasien melakukan 3. dengan
aktivitas
- susun jadwal sehari-hari memantau dapat
sesuai aktivitas yang telah
dilatih ( mulai bangun pagi- mengetahui
tidur malam) apakah kegiatan
3. Pantau
yang sudah
jadwal kegiatan, berikan
reinforcement terhadap terjadwal
perilaku pasien yang positif dilakukan
(+)
BAB II

PENDAHULUAN

A. Kesimpulan

Halusinasi merupakan respon persepsi panca indera yang dialami oleh seseorang
tanpa rangsangan atau stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain. Kasus yang
paling banyak di Rumah Sakit Jiwa adalah pasien dengan skizofrenia, 70% mengalami
halusinasi dan 30% mengalami waham. Sedangkan pasien yang mengalami waham, 35%
mengalami halusinasi (Hawari, 2014).
Halusinasi dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang mengalami halusinasi.
Respon pasien akibat terjadinya halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata atau tidak nyata.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ricky Zainuddin dkk (2019). Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian Mengontrol
Halusinasi Pendengaran. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai