HALUSINASI PENDENGARAN
Diajukan Untuk Memehuni Salah satu Tugas Matakuliah Keperawatan Jiwa II
Dosen pembimbing Shella Febrita Utomo. S. Kep., Ners. M. Kep
disusun oleh :
Anggi Aprilia Hayati (302017004)
Aqmarina Ghoesani (Penyaji) (302017012)
Desi Putri Anjani (Penyaji) (302017020)
Dizza Tresa Desclara (302017026)
Fina Asfiaul Hasanah (Pembanding) (302017034)
Khoerunisa Oktaviani S (Pembanding) (302017042)
Moch. Ramlan (302017046)
Nurranti (302017052)
Rani Sopiah Septianilova (302017059)
Shafithri Nurafifah (302017066)
Sylvi Nurdianti (302017073)
Wafa Wafiah P (302017079)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini membahas tentang “Halusinasi Pendengaran” makalah ini kami buat untuk
memudahkan para pembaca memahami materi yang akan disajikan. Dengan rangkuman materi
yang kami dapatkan dari beberapa sumber diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Dan tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan baik
penyajian maupun teknis penyusunannya sehingga sulit untuk dipahami, maka dari itu sudilah
kiranya memberi kritik dan saran untuk lebih meningkatkan mutu pembuatan makalah selanjutnya.
Dan mudah-mudahan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami terlebih lagi untuk para
pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan mental yang
terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari
populasi global menderita gangguan depresi dan 3,6% gangguan kecemasan. Jumlah
penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan 2015. Depresi
merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit dialami
orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah
(WHO,2017).
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan
persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan (Damaiyanti, 2012). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata artinya pasien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus atau rangsangan dari luar (Trimelia, 2011). Dapat disimpulkan bahwa halusinasi
merupakan respon persepsi panca indera yang dialami oleh seseorang tanpa rangsangan
atau stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain. Kasus yang paling banyak di
Rumah Sakit Jiwa adalah pasien dengan skizofrenia, 70% mengalami halusinasi dan 30%
mengalami waham. Sedangkan pasien yang mengalami waham, 35% mengalami
halusinasi (Hawari, 2014).
Halusinasi dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang mengalami halusinasi.
Respon pasien akibat terjadinya halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata atau tidak nyata. Yang
dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrolnya.
Pasien akan mengalami panik dan perilakunya akan dikendalikan oleh halusinasi. Pada
situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide)
bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya hal tersebut
maka diperlukan penanganan yang tepat.
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan merupakan kalimat yang menunjukan hasil atau sesuatu yang diperoleh setelah
penelitian selesai. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai beikut :
1. Tujuan Umum
Dari tujuan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mengetahui dan memahami
tentang Halusinasi serta mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan makalh ini dapat disebut juga jawaban dalam setiap rumusan masalah. Adapun
tujuan dalampembuatan makalah ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui definisi dari Halusinasi.
3
A. Definisi Halusinasi
4
5
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo,
2014).
Gangguan presepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasiengangguan jiwa. Pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata. Salah satu jenis halusinasi yang paling
sering ditemukan adalah halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran dapat
berupa bunyimendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi
lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Suara
itu bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa
ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan kadang-
kadang mendesak atau memerintahkan untuk berbuat sesuatu seperti
membunuh dan merusak. (Halawa, 2010).
1. Factor Predisposisi
Hal- hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah :
a. Factor Biologis
Hal yang dikaji pada fakrot bilogi, meliputi adnya factor herediter
gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma
kepala dan riwayat penggunaan NAPZA.
b. Factor Psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan berulang, individu korban kekerasa, kurangnya kasih saying,
atau overprotektif.
c. Sosiobudaya dan Lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan social ekonomi rendah, riayat
penolakan lingkuangan pada usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan social ( perceraian,
hidup sendiri), serta tidak berkerja.
d. Faktor psikologis
6
Tanda dan gejala halusinasi dari hasil observasi terhadapa klien serta ungkapan
klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah :
a. Data Subejektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi mengatakan bahwa klien :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urine, feses.
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasi.
b. Data Objektif
Berdasarkan data objektif , klien dengan gangguan sensori persepi halusinas
melakukan hal-hal berikut :
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengerahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu
6) Ketakutan pada Sesutu yang tidak jelas
7) Mecium Sesutu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit.
9
Klien psikiatri memiliki hak legal, sama seperti klien ditempat lain. Isu legal
dan etik yang dibahas pada bagian ini terutama berkaitan dengan topik klien
yang menunjukkan sikap bermusuhan dan agresif, tetapi berlaku untuk semua
klien di lingkungan kesehatan jiwa.
A. Hospitalisasi Involunter
Klien masuk ke tempat rawat inap atas dasar sukarela. Hal ini berarti mereka
ingin mencari terapi dan setuju dirawat di rumah sakit. Akan tetapi,
beberapa klien tidak mau dirawat di rumah sakit dan diobati. Keinginan
mereka dihargai kecuali mereka berbahaya bagi diri mereka sendiri atau
orang lain (misalnya : mereka mengancam atau berupaya bunuh diri atau
membahayakan orang lain). Klien yang dirawat di rumah sakit di luar
kemauan mereka dengan kondisi seperti ini dimasukkan ke rumah sakit
untuk perawatan psikiatri sampai mereka tidak lagi berbahaya bagi diri
mereka sendiri atau orang lain. Setiap negara bagian memiliki hukum yang
mengatur proses komitmen sipil, tetapi sama di setiap Negara bagian.
Seseorang dapat ditahan di fasilitas psikiatri selama 48 sampai 72 jam
karena keadaan darurat sampai dapat dilakukan pemeriksaan untuk
menentukkan apakah klien harus dimasukkan ke fasilitas psikiatri untuk
menjalani terapi selama periode waktu tertentu. Banyak negara bagian
memiliki hukum yang sama, yang mengatur komitmen klien dengan
masalah penyalahgunaan zat yang membahayakan diri mereka sendiri atau
orang lain ketika di bawah pengaruh zat. Komitmen sipil atau hospitalisasi
involunter mengurangi hak klien untuk bebas atau meninggalkan rumah
sakit ketika ia menginginkannya. Hak klien yang lain tetap utuh.
12
hari yang kita anggap benar. Karena konservator atau pelindung hukum
berbicara atas nama klien, perawat harus mendapat persetujuan atau izin
dari konservator klien.
E. Lingkungan yang Kurang Restriktif
Klien memiliki hak untuk menjalani terapi di lingkungan yang kurang
restriktif yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini berarti
bahwa klien tidak harus dirawat di rumah sakit jika ia dapat diobati di
lingkungan rawat jalan atau group home. Hal ini juga berarti bahwa klien
harus bebas dari restrein atau seklusi
F. Kewajiban untuk Memperingatkan Pihak Ketiga
Satu pengecualian terhadap hak klien dalam kerahasiaan ialah kewajiban
untuk memperingatkan, yang didasarkan pada keputusan Pengadilan Tinggi
California, dalam Tarasoff vs. Regents of the University of California.
Akibat keputusan ini ialah klinisi kesehatan jiwa berkewajiban untuk
memperingatkan pihak ketiga yang dapat diidentifikasi tentang ancaman
yang dilakukan seseorang walaupun ancaman tersebut didiskusikan selama
sesi terapi, yang sebaliknya dilindungi oleh pihak istimewa.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
1. Kasus 2
Ny. M (usia 28 tahun, sudah menikah) di bawa ke RSUD poli jiwa
oleh suami dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan rutin, selain
itu 1 minggu sebelum masuk RSUD, Ny. M tampak sering melamun
sembari berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, sudah 1 bulan,
Ny. M menolak minum obat karena merasa sudah tidak sakit. Sejak
2 tahun yang lalu, Ny.M terdiagnosa Skizofrenia. Hasil pemeriksaan
saat itu dokter memutuskan Ny,M untuk dilakukan rawat inap di RS
pada tgl 13 November 2017 pukul 15.30 WIB.
Kemudian perawat ruangan melakukan pengkajian pada Ny. M pada
tgl 14 November 2017 pukul 08.00. Hasil pengkajian di dapatkan
bahwa Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada
setiap waktu dengan durasi sekitar 15 menit, namun Ny.M masih
mampu memenuhi kebutuhan ADL nya secara mandiri, Ny. M
mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya berbicara,
kontak mata mudah beralih, tampak sedikit cemas, cara berbicara
cepat dan kadang melambat, ketika berbicara Ny.M tampak
kooperatif namun berubah menjadi kurang kooperatif. Ketika diajak
berdiskusi Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya,
tidak ada gerakan yang berlebih.
Menurut keluarganya, Ny.M mengalami perubahan pada
perilakukanya setelah Ny.M pulang bekerja sebagai TKW di Taiwan
pada usia 25 tahun karena mendapatkan prilaku kekerasan fisik oleh
majikannya. Dan kejadian semakin parah ketika anak kandungnya
meninggal dunia karena sakit. Selain itu, Ny.M sebelumnya pernah
mengalami masalah yang sama (7 tahun yang lalu) setelah kematian
ayahnya sebelum Ny.M menikah. Saat itu Ny.M melakukan
14
15
KESEHATAN JIWA
STIKES AISYIYAH BANDUNG
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. M (P) Tanggal Pengkajian : 14-11-2017
Umur : 28 tahun RM No. : 24012000
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Status Marital : Sudah Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Hubungan dengan klien: Suami
2. ALASAN MASUK
KU: Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 November 2017 pukul 08.00 di dapatkan
hasil pengkajian di dapatkan bahwa Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada
setiap waktu dengan durasi sekitar 15 menit, namun Ny.M masih mampu memenuhi kebutuhan
ADL nya secara mandiri, Ny. M mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya
berbicara, kontak mata mudah beralih, tampak sedikit cemas, cara berbicara cepat dan kadang
melambat, ketika berbicara Ny.M tampak kooperatif namun berubah menjadi kurang
kooperatif. Ketika diajak berdiskusi Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya, tidak
ada gerakan yang berlebih.
SMRS: Ny. M (usia 28 tahun, sudah menikah) di bawa ke RSUD poli jiwa oleh suami dan
keluarga untuk melakukan pemeriksaan rutin, selain itu 1 minggu sebelum masuk RSUD, Ny.
M tampak sering melamun sembari berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, sudah 1 bulan,
Ny. M menolak minum obat karena merasa sudah tidak sakit. Sejak 2 tahun yang lalu, Ny.M
terdiagnosa Skizofrenia. Hasil pemeriksaan saat itu dokter memutuskan Ny,M untuk dilakukan
rawat inap di RS pada tgl 13 November 2017 pukul 15.30 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian
17
pada tanggal 14 November 2017 pukul 08.00 di dapatkan hasil pengkajian di dapatkan bahwa
Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada setiap waktu dengan durasi sekitar
15 menit, namun Ny.M masih mampu memenuhi kebutuhan ADL nya secara mandiri, Ny. M
mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya berbicara, kontak mata mudah beralih,
tampak sedikit cemas, cara berbicara cepat dan kadang melambat, ketika berbicara Ny.M
tampak kooperatif namun berubah menjadi kurang kooperatif. Ketika diajak berdiskusi Ny.M
bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya, tidak ada gerakan yang berlebih
b. Presipitasi
Biologis (traumatic) Psikologis Social Budaya, Agama
Ny. M 1bulan yang lalu Ny. M pun semakin parah Ny. M pernah melakukan
menolak minum obat. pada saat kejadian anak pengobatan alternative ke
kandungnya meninggal pak ustad.
dunia karena sakit.
18
Riwayat Pengobatan :-
Masalah Keperawatan: -
b. Kegagalan :-
Masalah Keperawatan: Kehilangan
6. Pemeriksaan Fisik
1) Gambaran diri
Perlu dikaji apakah ada bagian tubuh yang Ny. M tidak sukai.
2) Identitas diri
Ny. M seorang istri dan seorang ibu dengan 1anak yang sudah meninggal karena sakit
3) Peran
Ny. M 3tahun yang lalu menjadi seorang TKW di Taiwan pada usia 25tahun
4) Ideal diri
Ny.M ingin segera pulang kerumah
5) Harga diri
Perlu dikaji apakah klien merasa malu tentang kondisinya atau menarik diri dari
lingkungan
Masalah Keperawatan: Resiko Gangguan Konsep Diri
Hubungan sosial
1) Orang yang berarti: suami dan keluarga
1) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: tidak peran serta dalam kegiatan
kelompok dan keluarga
2) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak ada hambatan dalam
hubungan dengan orang lain
Masalah Keperawatan:
b. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan: keluarga Ny.M mempercayai pengobatan alternativ ke ustadz
2) Kegiatan ibadah: -
Masalah Keperawatan: -
8. Pengkajian Status Mental (Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai)
a. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan
√ Cepat √ Gelisah Apatis
20
Jelaskan : klien berbicara cepat dan lambat. Klien juga merasa sedih dan cemas
karena mengingat anaknya dirumah.
Masalah Keperawatan: klien merasa sedih dan cemas
c. Aktivitas motorik
Lesu Tegang √ Gelisah
e. Afek
Datar Tumpul √ Labil Sesuai Tidak Sesuai
Jelaskan: kontak mata klien mudah teralih dan ketika berbicara tampak kooperatif
dan berubah menjadi tidak kooperatif
Masalah Keperawatan: klien tidak kooperatif
g. Persepsi
√ Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Ilusi
i. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Waham: Sesuai
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
22
j. Tingkat kesadaran
√ Mudah beralih √ tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
k. Memori
Gangguan daya ingat
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
√ Mudah beralih √ Tidak mampu Tidak mampu mampu
konsentrasi berhitung berkonsentrasi
sederhana
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
m. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
√ Tidak ada gangguan
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan: -
n. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang √ Menyalahkan hal hal diluar dirinya
diderita
Memahami sakit yang di deritanya
Jelaskan: Ny.M sering menggambarkan kekesalannya dengan menyalahkan
suaminya
Masalah Keperawatan:
a. Makan
√ Bantuan minimal Bantuan Total
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
b. BAB/BAK
√ Bantuan minimal Bantuan Total
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
c. Mandi
√ Bantuan minimal Bantuan Total
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
d. Berpakaian/Berhias
√ Bantuan minimal Bantuan Total
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
e. Istirahat tidur
Tidur siang lama: - s/d -
Tidur malam lama: - s/d -
Kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
f. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantuan Total
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjut Ya Tidak
Perawatan pendukung
√ Ya Tidak
Jelaskan : keluarga klien mendukung akan pengobatan dan kesembuhan untuk
Ny. M
Masalah Keperawatan :
h. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan Makan Ya √ Tidak
√
24
Analisa Data
Masalah muncul
Sedih,cemas,mondar-
mandir tidak jelas, tampak
mulut komat kamit.
27
Intervensi Keperawatan
a. Jelaskan cara
menghardik
b. peragakan cara
menghardik
29
c. minta pasien
memperagakan
ulang
d. pantau
penerapan cara
ini, beri
penguatan
perilaku pasien
e. masukan
dalam jadwal
kegiatan pasie
SP 2 : 1. Mengetahui hasil
1. evaluasi kegiatan yang pada tindakan yang
lalu (SP 1) diberikan kepada
2. tanyakan program klien sebelumnya
pengobatan 2. mengetahui
3. jelaskan pentingnya program dari
penggunaan obat pada pemberian
pasien dengan halusinasi pengobatan pada
4. jelaskan akibat bila klien halusinasi
pendengaran
tidak rutin melakukan 3. agar klien
pengobatan sesuai program memahami
5. jelaskan akibat bila putus pentingnya minum
obat obat
6. jelaskan cara 4. agar pasien
mendapatkan obat atau mengetahui akibat
berobat jika tidak rutin
minum obat
30
PENDAHULUAN
A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan respon persepsi panca indera yang dialami oleh seseorang
tanpa rangsangan atau stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain. Kasus yang
paling banyak di Rumah Sakit Jiwa adalah pasien dengan skizofrenia, 70% mengalami
halusinasi dan 30% mengalami waham. Sedangkan pasien yang mengalami waham, 35%
mengalami halusinasi (Hawari, 2014).
Halusinasi dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang mengalami halusinasi.
Respon pasien akibat terjadinya halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata atau tidak nyata.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ricky Zainuddin dkk (2019). Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian Mengontrol
Halusinasi Pendengaran. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah