Anda di halaman 1dari 10

Motor Bakar

Bab. II
Dasar-Dasar Bahan Bakar

Bahan bakar adalah bahan yang menyimpan energi yang dapat diekstradisi menjadi kerja
mekanik dengan cara yang terkendali. Bahan bakar yang paling banyak digunakan melalui proses
pembakaran, sebuah reaksi redoks dimana bahan yang mudah terbakar melepaskan energi setelah
bereaksi dengan oksigen. Proses lain yang digunakan untuk mengkonversi bahan bakar menjadi energi
adalah reaksi kimia eksotermik and nuklir (fisi dan fusi nuklir).

II.1 Bahan bakar padat.


Bahan bakar padat yang terdapat dibumi berasal dari zat-zat organik. Bahan bakar padat
mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), belerang (S) dan air
yang terikat dalam persenyawaan kimia.
Bila dalam 1 kg bahan bakar yang terdiri dari C kg karbon, H kg hidrogen, O kg oksigen, N kg
nitrogen, S kg belerang, A kg abu, W kg air maka dapat dihitung nilai pembakaran (heating value) dari
bahan bakar tersebut. Nilai pembakaran yaitu jumlah panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna
1 kg bahan bakar dihitung dengan persamaan :
Qhigh = 33915 C + 144033 (H - O/8) + 10468 S kilojoule/kg
Qlow = 33915 C + 121423 (H - O/8) + 10468 S – 2512 (W + 9 x O/8) kilojoule/kg
Dimana :
Qhigh : Nilai pembakaran tertinggi
Qlow : Nilai pembakaran terendah

II.1.1 Sifat sifat bahan bakar padat yang berupa batu bara
II.1.1.1 Kandungan zat yang mudah menguap (volatile matter)
Didalam bahan bakar padat terkandung sejumlah zat atau gas yang mudah menguap, antara lain
hidrogen dan zat air arang (methan, ethan, acetylen dsb). Zat zat yang mudah menguap tersebut akan
terbakar segera setalah tercampur dengan udara pembakar pada temperatur tinggi sekitar 1200o C.
Kandungan zat yang mudah menguap adalah presentase zat-zat mudah menguap bila dilakukan
destilasi kering terhadap bahan bakar tanpa ada hubungan dengan udara pada temperatur 950 o C
dikurangi presentase berat uap air yang menguap dan sisanya berupa kokas.
1 kg bahan bakar padat = V kg zat penguap + W kg uap air + K kg kokas

II.1.1.2 Temperatur pencetusan (flashing temperature)


Temperatur pencetusan menyatakan temperatur saat panas reaksi yang dihasilkan sama dengan
jumlah panas yang dibuang. Bahan bakar yang bersinggungan dengan udara panas yang melebihi atau
sama dengan temperatur pencetusan dan tidak ada panas yang terbuang atau tidak ada pertukaran panas
Motor Bakar

maka dalam keadaan demikian bahan bakar dapat terbakar.

II.1.1.3 Temperatur penyalaan (ingination temperature)


Temperatur penyalaan adalah temperatur pada saat bahan bakar akan terbakar setelah
menguapkan zat-zat penguapnya. Pada umumnya temperatur penyalaan makin tinggi bila susunan
bahan bakar makin sederhana. Gas-gas yang terbentuk setelah proses destilasi kering mengandung
banyak hidrogen dan bila gas tersebut mengandung H2 akan terbakar pada temperatur tinggi serta
pembakaran berlangsung sempurna dan cepat bila cukup banyak udara yang tersedia untuk
pembakaran.
Untuk pembakaran bahan bakar gas hanya dibutuhkan sedikit energi untuk penyalaannya. Ini
disebabkan luas permukaan bidang molekul-molekul bahan bakar demikian merata untuk dapat
bersinggungan dan dengan mudah pula bisa menerima panas dari udara pembakarnya.
Dengan jalan menghaluskan butiran batubara atau dengan jalan mengabutkan untuk bahan bakar cair,
maka permukaan bidang bahan bakar menjadi luas untuk dapat bersinggungan dengan udara
pembakarnya.

II.1.1.4 Kecepatan pembakaran


Jika batubara dipanasi sampai 450o C, maka yang pertama-tama akan menguap semua
kandungan uap air disusul dengan penguapan dari zat-zat penguap. Penguapan tersebut tergantung dari
besar-kecilnya butiran-butiran bahan bakar.
Adapun kecepatan pembakaran kokas yang tersisa, disamping tergantung ukuran butiran bahan bakar
juga tergantung pada kandungan zat-zat yang mudah menguap dalam batu bara tersebut. Makin besar
persentase zat-zat yang mudah menguap maka kecepatan pembakaran makin lambat.
Ukuran butiran batubara diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bongkahan batu bara : lebih besar dari 80mm
b. Butiran I : antara 80 – 50mm
c. Butiran II : antara 50 – 30mm
d. Butiran III : antara 30 – 20mm
e. Butiran IV : antara 20 – 10mm
f. Butiran V : antara 10 – 5mm
g. Batubara pasir : lebih kecil dari 5mm
h. Serbuk batubara : lebih kecil dari 0,075mm
Makin kecil butirannya maka makin cepat pembakarannya.

II.1.1.5 Kecenderungan untuk mengumpal.


Kecenderungan untuk mengumpal dari suatu batubara adalah sifat untuk melunak dan saling
mengumpal antara butiran kokas yang tertinggal setelah berlangsungnya proses penguapan. Proses
Motor Bakar

penguapan air dan zat-zat penguap sering disebut juga proses destilasi.
Batubara yang mempunyai kecenderungan besar untuk mengumpal akan menyebabkan arus udara
pembakar dari bawah melalui celah-celah rangka bakar ( disebut angin bawah atau udara primer)
menjadi tersumbat sehingga api mudah padam.
Batubara yang kemampuan mengumpalnya kecil atau batubara yang pada waktu terbakar pecah-pecah
menjadi butiran yang kecil akan mudah jatuh kebawah melalui celah rangka bakar dan terbuang
bersama abu tanpa ada kesempatan terbakar. Jika butiran yang kecil ada diatas lapisan api maka butiran
itu akan terhembus terbang oleh gas melewati saluran gas asap hingga keluar cerobong.
Untuk menghindari kesukaran diatas maka sering dicampur batubara yang kecendrungan
mengumpalnya besar (batubara gemuk) dengan batubara yang kecil kemampuannya untuk
menggumpal (batubara kurus). Pencampuran yang dilakukan harus merata untuk menghindari
distribusi temperatur diatas rangka bakar tidak merata sehingga efisinsi pembakarannya menjadi
rendah.

II.1.1.6 Kadar abu.


Kadar abu dalam batubara dapat diturunkan dengan jalan mencucinya. Bongkahan batubara
yang besar lebih banyak mengandung abu, untuk memperkecilnya maka bongkahan diremukan dan
dicuci. Kadar abu tidak mempengaruhi proses pembakaran namun dapat memperbesar kerugian yang
disebabkan sejumlah bahan bakar bakar yang terbuang bersama abu dan sehabis pembakaran dapat
menimbulkan kerak-kerak abu.
Yang lebih penting adalah justru kemungkinan mencairnya abu. Bila abu mencair pada temperatur
pembakaran dan merupakan lapisan cairan abu tipis diatas rangka bakar maka lapisan cairan abu akan
menutupi celah celah rangka bakar yang akan dilalui udara primer. Disamping itu bila abu cair
kemudian menjadi padat yang disebut kerak abu maka kerak tersebut sukar untuk dihilangkan dari
rangka bakar atau dinding-dinding ketel tempat kerak itu melekat. Kemungkinan mencairnya abu
tergantung dari susunan batubara abu itu sendiri. Indeks pencairan (melting index) dari batubara
dihitung dari :
𝑆1 𝑂2 +𝐴𝑙2 𝑂3
Indeks pencairan = 𝐹𝑒
2 𝑂3 +𝐶𝑎𝑂+𝑀𝑔𝑂

Makin tinggi indeks pencairan abu makin tinggi pula temperatur melunaknya.

II.1.1.7 Kadar air.


Kadar air pada batubara bertambah pada saat pencucian batubara, penimbunan batubara pada
udara terbuka dan bila butiran batubara makin halus. Jumlah kadar air dalam batubara akan
menurunkan nilai pembakaran dari batubara.

III.1.1.8 Sifat membara sendiri dan merusak sendiri (Broeien).


Proses merusak dengan sendirinya berlangsung karena batubara ditimbun secara terbuka di
udara bebas untuk jangka waktu yang lama. Hal ini karena kandungan karbon dan hydrogen menyusut
sedangkan oksigen bertambah yang disebabkan proses oksidasi secara berlahan-lahan antara udara
Motor Bakar

bebas sekitarnya dengan tumpukan batubara tersebut.


Nilai pembakaran batubara dengan demikian menjadi menurun dan pengaruhnya besar terhadap
kemampuan menggumpal. Kecendrungan untuk merusak sendirinya atau terbakar dengan sendirinya
akan menurun bila derajat pengarangan dari batubara makin tinggi. Batubara dengan kandungan
hydrogen yang rendah dan kandungan oksigen tinggi kecendrungan untuk merusak sendiri lebih tinggi.
Untuk menghindari merusak/terbakar sendirinya maka timbunan batubara diusahakan tidak mendapat
pengaruh panas dari luar. Pengaruh pengaruh lain yang dapat mempengaruhi merusak sendiri :
1. Kandungan air
2. Kandungan ferit (FeS)
3. Besarnya bongkahan
4. Kerapuhan batubara
5. Tinggi penimbunan

II.2 Bahan bakar cair.


Minyak (Petroleum) berasal dari kata Petro = rock (batu) dan leaum = oil (minyak). Minyak dan
gas sebagian besar berasal dari campuran molekul Carbon dan Hydrogen yang disebut Hydrocarbons.
Material organic tertimbun jutaan tahun dank arena pengaruh temperature dan tekanan didalam bumi
membentuk minyak dan gas. Kumpulan minyak dan gas membentuk reservoir minyak dan gas.
Minyak bumi terdiri dari bermacam-macam jenis Hidrokarbon, beberapa jenis yang dominan
antara lain :
1. Jenis Paraffin (CnH2n+2) mempunyai sifat yang stabil, banyak terdapat hampir semua jenis
minyak bumi.
2. Jenis Olefin atau Ethylene (CnH2n) terdiri dari senyawa tidak jenuh, mudah bereaksi dengan
gas chloor, asam chloride dan asam sulfat.
3. Jenis Naphthene (CnH2n) mempunyai tipe yang samma dengan Olefin namun memiliki sifat
berbeda. Naphthene memiliki senyawa cincin yang jenuh sedangkan Olefin senyawa lurus
yang tak jenuh.
4. Jenis Aromatik (CnH2n-6) biasanya disebut jenis benzene, mudah bereaksi dengan senyawa
lain. Minyak bumi jarang mengandung benzene (terdapat di Sumatera dan Kalimantan)
5. Jenis Diolefin (CnH2n-2), sifatnya hamper sama dengan dengan Olefin tapi lebih aktif bahkan
dapat membentuk senyawa polimer.
Minyak bumi dapat dipisahkan menjadi beberapa bahan bakar cair antara lain bensin, minyak
tanah, kerosin dan solar dengan proses destilasi bertingkat melalui tingkatan temperatur.
Titik pendidihan dalam tekanan atmosfir fraksi destilasi :
1. Minyak eter : 40 – 70 oC (bahan pelarut)
2. Minyak ringan : 60 – 100 oC (bahan bakar mobil)
3. Minyak berat : 100 – 150 oC (bahan bakar mobil)
Motor Bakar

4. Minyak tanah ringan : 120 – 150 oC (pelarut dan bahan bakar rumah)
5. Kerosene : 150 – 250 oC (bahan bakar mesin jet)
6. Minyak gas : 250 – 350 oC (minyak diesel/pemanas)
Flaming point adalah temperatur terendah uap minyak bakar yang terbentuk dapat terbakar. Pour point
adalah temperatur minyak bakar menjadi padat sehingga tidak dapat dipompakan.

Pada umumnya minyak bumi mengandung 5 sampai 40 atom karbon ( C ) per molekul.
1. Metana (CH4) sampai Butana (C4H10) berbentuk gas dan dijual dalam bentuk LPG
2. Pentana (C5H12) sampai Oktana (C8H18) disuling menjadi bensin
3. Nonana (C9H20) sampai Heksadekana (C16H34) disuling menjadi solar, kerosene
4. Jumlah atom Carbon 17 sampai 24 disuling akan jadi bahan pelumas.
5. Jumlah atom Carbon 25 sampai 35 disuling akan jadi paraffin
6. Jumlah atom Carbon lebih dari 35 disuling menjadi aspal.
Secara umum spesifikasi bahan bakar minyak antara lain :
1. Pertamax Plus :
Adalah bahan bakar motor bensin tanpa timbal yang diproduksi dari High Octane Mogas
Component (HOMC) yang berkualitas tinggi ditamah bahan aditif. Bahan bakar ini dibuat
untuk memenuhi tuntutan bahan bakar yang digunakan untuk mesin dengan kompresi tinggi
tetapi ramah lingkungan. Pertamax Plus minimal mempunyai angka oktan 95 dan dipasarkan
tanpa pewarna. Digunakan untuk rasio kompresi mesin 10:1 – 11:1
2. Pertamax
Adalah bahan bakar motor bensin tanpa timbal dengan aditif yang dapat membersihkan
intake port fuel dan ruang bakar dari carbon. Pertamax digunakan untuk kendaraan dengan
kompresi tinggi dan pertamax mempunyai angka oktan 92. Digunakan untuk rasio kompres
mesin 9:1 – 10:1
3. Premium/Gasoline
Adalah bahan bakar dengan warna kekuningan jernih. Premium dapat ditambahkan TEL
(Tetra Ethyl Lead, Pb(C2H5)4) dan tidak boleh digunakan untuk kendaraan yang dilengkapi
catalytic converter. Campuran lain yang dapat dipakai pada premium adalah MTBE (Methyl
Tertiary Butyl Ether (C5H11O) Premium mempunyai angka oktan 88. Digunakan untuk
rasio kompres 7:1 – 9:1
4. Kerosene
Adalah fraksi berat daripada gasoline dan mudah menguap, kerosene biasanya digunakan
untuk lampu penerangan dan saat ini juga digunakan untuk pesawat penerbangan yang
menggunakan mesin jet DPK (Double Purpose Kerosene)
5. Minyak Diesel
Motor Bakar

6. Industril Diesel Oil (IDO)


Digunakan untuk keperluan industry dan lebih berat dari solar
7. Residuel fuel oil
Biasanya disebut juga dengan minyak bakar hitam dan digunakan untuk ketel uap dengan
desain khusus untuk burnernya.
8. Minyak pelumas
Digunakan untuk melumasi permukaan mesin yang saling bergesekan dan bergerak untuk
mencegah keausan
9. Greases
Pelumas yang berbentuk padat dan digunakan untuk bantalan/bearing yang beroperasi pada
suhu tinggi
10. Lilin
Merupakan hasil samping dari kilang minyak pelumas dan digunakan untuk packing agar
menjadi water proof.
11. Aspal
Hasil residue dari minyak bumi dan digunakan untuk pembuatan jalan
12. Kokas
Hasil samping produk proses pengolahan residue berbentuk padat, digunakan untuk
melelehkan metal pada industry pengecoran logam

Aviation Turbine Fuel (AVTUR)

Aviation Turbine Fuel (AVTUR) atau secara internasional lebih dikenal dengan nama Jet A-1
adalah bahan bakar untuk pesawat terbang jenis jet atau turbo jet (baik tipe jet propulsion atau
propeller).

Di samping sebagai sumber energi penggerak mesin pesawat terbang, bahan bakar penerbangan
juga berfungsi sebagai cairan hidrolik di dalam sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin bagi
beberapa komponen sistem pembakaran. Hanya terdapat satu jenis bahan bakar jet-yakni tipe kerosene
(minyak tanah), yang digunakan untuk keperluan penerbangan sipil di seluruh dunia. Oleh karenanya
sangatlah penting bagi perusahaan penyedia bahan bakar penerbangan untuk memastikan bahan bakar
yang disediakannya bermutu tinggi dan sesuai dengan standar internasional.

AVTUR adalah bahan bakar dari fraksi minyak tanah yang dirancang sebagai bahan bakar
pesawat terbang yang menggunakan mesin turbin atau mesin yang memiliki ruang pembakaran
eksternal (External Combustion Engine). Kinerja/kehandalan AVTUR terutama ditentukan oleh
karakteristik kebersihannya, pembakaran, dan performanya pada temperatur rendah. Berdasarkan
spesifikasi tersebut, AVTUR harus memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, seperti memiliki titik beku
(freeze point) maksimum -47°C dan titik nyala (flash point) minimum 38°C (100° F)
Motor Bakar

Aviation Gasoline (AVGAS)

Sejak mesin yang pertama kali digunakan untuk menggerakkan pesawat terbang
menggunakan/berbasiskan mesin otomotif, bahan bakarnya pun menggunakan bahan bakar untuk
otomotif. Dewasa ini beberapa pesawat terbang masih menggunakan mesin otomotif/mesin piston,
walaupun dalam jumlah yang tidak banyak. Untuk jenis pesawat inilah digunakan Aviation Gasoline
(AVGAS). AVGAS adalah bahan bakar dari fraksi minyak tanah yang dirancang sebagai bahan bakar
pesawat terbang yang menggunakan mesin yang memiliki ruang pembakaran internal (Internal
Combustion Engine), mesin piston atau mesin yang bekerja dengan prinsip resiprokal dengan
pengapian/pembakaran. AVGAS merupakan suatu campuran komponen-komponen yang berasal dari
minyak mentah dengan hidrokarbon sintetik yang di blending dengan additive tertentu yakni
unsur/bahan kimia seperti tetraethyl lead, inhibitors dan dyes dalam jumlah kecil. AVGAS adalah
bahan bakar dengan nilai oktan sangat tinggi yang spesifik digunakan untuk mesin pesawat terbang
yang memiliki tingkat kompresi tinggi.

Performa AVGAS terutama ditentukan oleh karakteristik anti-knock yang ditunjukkan oleh bilangan
oktan untuk nilai di bawah 100 dan juga capaian performa di atas 100. Tingkat/grade AVGAS pada
prinsipnya ditentukan oleh nilai oktan yang mengindikasikan tingkat performa/kinerja bahan bakar.
AVGAS memiliki sifat sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar pada temperatur normal.
Oleh karenanya prosedur dan peralatan yang digunakan dalam menangani produk ini secara aman
haruslah mendapat perhatian serius. AVGAS harus memiliki titik beku (freeze point) maksimum -58°C
dan memiliki kandungan Sulfur maksimum 0.05 % m/m.

Bahan bakar cair didapat dari proses destilsai minyak bumi yaitu dengan cara memanaskan dan
menguapkan minyak bumi kemudian didinginkan sehingga akan akan terpisah sesuai dengan
temperature pengembunanya.
Motor Bakar

II.3 Bahan bakar gas.


Berdasarkan cara mendapatkan bahan bakar gas, jenis bahan bakar gas dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis :
1. Bahan bakar yang dapat secara alami dari alam
Gas alam dan Metan dari penambangan batubara
2. Bahan bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat
Gas yang terbuat dari batubara dan gas yang terbuat dari limbah (biomasa)
3. Gas yang terbuat dariminyak bumi
Gas petroleum cair (LPG) dan gas dari gasifikasi minyak
4. Gas dari proses fermentasi

Bahan bakar gas yang biasa digunakan adalah LPG, gas alam. Nilai panas bahan bakar gas
dinyatakan dalam Kilokalori per normal meter kubik (kkal/Nm3) ditentukan pada suhu normal 20oC
dan tekanan normal 760mmHg.
LPG terdiri dari campuran utama propana (C3) dan Butana (C4) dan berbentuk gas gas pada
tekanan atmosfir. LPG dapat diembunkan menjadi cair pada suhu normal dengan tekanan yang cukup
besar. Untuk kenyamanan dan kemudahan untuk penyimpanan dan pengiriman maka LPG diubah
menjadi cair. LPG cair jika menguap membentuk gas dengan volume 250kali dibandingkan berupa cair.
Gas alam merupakan bahan bakar dengan nilai kalor tinggi dengan unsur utama Metana. Gas
alam dapat bercampur dengan udara dan tidak menghasilkan asap, jelaga dan tidak mengandung Sulfur.
Lebih ringan dari udara dan menyebar dengan mudah jika terjadi kebocoran.
Perbedaan LPG dengan LNG
1. LPG unsur utamanya adalah propana dan butana, LNG unsur utamanya adalah metana
2. LPG lebih berat dari udara, LNG lebih ringan dari udara
II.4 Proses Pembakaran.
Reaksi pembakaran adalah reaksi antara bahan bakar dengan Oksigen dengan dibantu adanya
percikan api sebagai penyalaan Reaksi pembakaran adalah reaksi eksoterm yaitu reaksi yang
menghasilkan panas.
Pembakaran yang sempurna jika :
1. Adanya kelebihan O2 untuk membakar Hidrokarbon secara sempurna
2. Hasil pembakarannya berupa CO2 dan H2O
3. Hidrokarbon terbakar dengan nyala api biru
Persamaan umum untuk reaksi pembakaran sempurna hidrokarbon adalah:
CxHy + (x + y/4) O2 → x CO2 + y/2 H2O + kalor
Pembakaran sempurna disebut juga pembakaran stoikiometri atau pembakaran tanpa kelebihan udara.
Jika bahan bakarnya mengandung sulfur (belerang), maka terbentuk pula sulfur dioksida.
Motor Bakar

Contoh:
hidrokarbon: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O + kalor

Pembakaran hidrokarbon menjadi aktif bila hidrokarbon dipanaskan di atas suhu penyalaannya dan
tersedia cukup oksigen. Ikatan kimia hidrokarbon menjadi terurai dan unsur-unsur, karbon dan
hidrogen dalam hidrokarbon, bergabung dengan oksigen untuk membentuk oksida: karbon dioksida
dan air. Jumlah oksigen yang dibutuhkan agar pembakaran tersebut sempurna tergantung pada rasio
karbon – hidrogen dalam hidrokarbon. Semakin tinggi jumlah karbon dalam bahan bakar, semakin
banyak oksigen diperlukan.

Persamaan umum reaksi pembakaran tak sempurna adalah


CxHy + (?)O2 → C + CO + CO2 + H2O + kalor

 Ada kekurangan jumlah oksigen dalam reaksi ini.


 Jumlah hidrokarbon berlebih.
 Selain CO2(g), dihasilkan juga karbon monoksida CO(g), karbon (C(s)) yang biasanya berupa
jelaga, dan H2O(g)
 Hidrokarbon terbakar dengan nyala berasap atau berjelaga.
 Atom-atom karbon yang berpijar mengubah nyala menjadi kuning.

Contoh:
CH4(g) + O2(g) → C(s) + 2H2O(g).
Ketika ikatan-ikatan dalam hidrokarbon terurai, mula-mula hidrogen bergabung dengan oksigen untuk
membentuk uap air, lalu karbon bergabung dengan sisa oksigen. Karena itu, terbentuk entah karbon
padat atau karbon monoksida. CO adalah gas beracun tak berwarna. Gas ini mampu mengikatkan diri
dengan hemoglobin darah kita sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen. Karena itu, orang yang
menghirup gas CO akan mati kehabisan napas.

II.5 Bahan bakar nuklir.


Dikenal dua reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi dan reaksi fisi. Reaksi fusi adalah reaksi peleburan
dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan menghasilkan energi, juga dikenal sebagai reaksi yang
bersih. Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan
menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Reaksi
fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang sangat berbahaya bagi manusia. Contoh
reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang terjadi di hampir semua inti bintang di alam semesta. Senjata bom
hidrogen juga memanfaatkan prinsip reaksi fusi tak terkendali. Contoh reaksi fisi adalah ledakan
senjata nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Motor Bakar

Unsur yang sering digunakan dalam reaksi fisi nuklir adalah Plutonium dan Uranium (terutama
Plutonium-239, Uranium-235), sedangkan dalam reaksi fusi nuklir adalah Lithium dan Hidrogen
(terutama Lithium-6, Deuterium, Tritium).
Bahan pokok dari energi nuklir adalah Uranium yang merupakan salah satu unsur kimia berat
dengan bilangan atom 92. Secara kimia Uranium merupakan logam yang sangat reaktif dengan valensi
3; 4 dan 6 dengan temperatur cair 1132oC. Uranium adalah campuran tiga buah isotop yaitu Uranium
234 sebanyak 0,01%, Uranium 235 sebanyak 0,71% dan Uranium 238 sebanyak 99,28%.
Uranium 234 jumlahnya sedikit dan tidak berfungsi dalam reaksi nuklir. Uranium 235 adalah isotop
yang dapat dibelah sedangkan Uranium 238 merupakan isotop pembiak/pembuah. Uranium 235dapat
dibelah sebagai akibat penyerapan sebuah neutron pada intinya dan akan menimbulkan reaksi inti
berantai. Sebuah neutron berdaya rendah menembaki dan menembus inti U-235 serta merta akan
melepaskan sebanyak 2,5 neutron tambahan yang akan mampu menimbulkan reaksi berikutnya secara
terus menerus dan berantai dengan melepaskan sejumlah energi panas yang sangat besar.
U-238 tidak mampu membangkitkan sendiri reaksi inti berantai namun dapat dibelah oleh neutron
berdaya tinggi. Inti U-238 setelah menyerap sebuah neutron dalam reaktor nuklir akan berubah menjadi
Plutonium 239 (Pu-239) yang merupakan unsur baru yang isotopnya dapat dibelah. Pu-239 dapat
membangkitkan reaksi inti berantai.
Suatu system yang terdiri dari bahan inti dapat menimbulkan reaksi berantai bila masing-
masing neutron yang dilepaskan menghasilkan lebih dari sebuah pemecahan inti berikutnya.
Neutron-neutron yang terbentuk dari pemecahan inti mempunyai energy kinetis yang sangat besar dan
disebut fast neutron. Neutron ini akan melepaskan energinya bila bertumbukan dengan medium
(moderator) yang mengandung substansi ringan misalnya Graphite, Berylium atau Hidrogen berat.
Neutron yang diperlambat oleh moderator disebut slow neutron atau thermal neutron yang energy
kinetisnya sama dengan molekul-molekul dari gas Hidrogen. Neutron lambat diserap hampir seluruh
isotop dalam suatu reactor dan menghasilkan isotop-isotop yang lebih berat serta memancarkan sinar
gamma. Proses tersebut disebut penyerapan radiative (radiative capture) akan mengurangi jumlah
neutron yang tersedia untuk membangkitkan proses proses pemecahan inti dan merupakan reaksi
penahan (competitive reaction).
Didalam reaktor, energi yang dihasilkan karena pembelahan inti sebagian utama berupa energi
kinetis, energi radioaktif dan sinar gamma yang diperlukan dalam reaksi pemecahan inti. Sekalipun
hanya sebagian kecil massa U-235 yang diubah menjadi panas namun pemecahan inti dari 1kg U-235
akan menghasilkan sebanyak 24 X 106 KWH.

Anda mungkin juga menyukai