Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Infeksi cacing menyerang lebih dari 2 juta orang didunia. Pada wilayah
dengan angka kemiskinan yang tinggi di daerah tropis, dimana prevalensi sangat
besar, infeksi bersamaan dengan jenis cacing yang lebih dari satu adalah hal yang
biasa. Cacing yang bersifat patogen pada manusia adalah Metazoa dan dapat
diklasifikasi menjadi nematode, trematoda, cestoda. Secara biologis jenis-jenis
tersebut bervariasi berdasarkan siklus hidup, sturktur tubuh, perkembangan,
fisiologis, lokasinya pada tubuh inang, serta kerentanannya terhadap kemoterapi.
Bentu imatur yang masuk ke tubuh manusia melalui kulit ataupun traktus GI dan
berkembang menjadi cacing dewasa sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.
1. ALBENDAZOL
Albendazol, suatu antihelmintik oral spektrum luas,untuk mengobati
penyakit hidatid dan sistiserkosis. Obat ini juga digunakan untuk infeksi cacing
kremi (pinworm) dan cacing tambang (hookworm), askariasis, trikuriasis, dan
strongiloidiasis.
FARMAKOLOGI DASAR. Albendazol adalah suatu benzimidazol karbamat.
Penyerapan obat ini tidak teratur (meningkat setelah makanan berlemak) dan obat
ini kemudian mengalami metabolisme first-pass cepat di hati menjadi metabolit
aktif albendazol sulfoksida. Waktu-paruh plasmanya adalah 8-12 jam. Sulfoksida
sebagian besar terikat ke protein, terdistribusi baik ke jaringan dan diekskresikan
di urin.
PEMAKAIAN KLINIS Albendazol diberikan pada lambung kosong jika
digunakan untuk parasit intralumen, tetapi dengan makanan berlemak jika
digunakan untuk parasit jaringan. Dosis dewasa dan anak umur di atas 2 tahun
adalah 400 mg dosis tunggal bersama makan. Untuk cacing kremi, terapi
hendaknya diulangi sesudah 2 minggu. Untuk askariasis berat, lama
pengobatan yang dianjurkan ialah 2-3 hari. Untuk infeksi cacing S. stercoralis
dosis terapi 2x 400 mg per hari selama · 1-2 minggu diberikan bersama
makanan. Untuk penyakit hidatid: dosis terapi yang dianjurkan 800 mg per
hari selama 30 hari; rangkaian pengobatan ini dapat diulangi 2 sampai 3 kali,
dengan interval 2 minggu. Untuk neuro-sistiserkosis: dosis efektif yang
dilaporkan adalah 15 mg/kgBB per hari selama 1 bulan. Untuk cutaneus larva
migrans dosis terapinya 400 mg/hari selama 3 hari dan untuk kapilariasis
intestinal selama 10 hari serta untuk trichinosis 2 x 400 mg/hari selama 1-2
minggu.
EFEK SAMPING. Untuk penggunaan 1-3 hari, urin aman. Efek samping
berupa nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, pusing, insomnia,
frekuensinya sebanyak 6%. Tetapi pada salah satu penelitian dilaporkan,
bahwa insidens efek samping ini tidak berbeda dengan plasebo. Pada
pengobatan/penyakit hydatid selama 3 bulan, dilaporkan timbulnya efek
samping· berupa: alopesia, leukopenia yang reversibel, peningkatan
transaminase yang reversibel, serta gangguan cema berupa mual, muntah, dan
nyeri perut. Pada studi toksisitas kronik dengan hewan coba ditemukan
adanya: diare, anemia, hipotensi, depresi sumsum tulang, kelainan fungsi hati,
embriotoksisitas, dan teratogenisitas.
KONTRAINDIKASI. Anak umur kurang dari 2 tahun, wanita hamil dan
sirosis hati.
2. BITIONOL
Bitionol adalah alternatif untuk triklabendazol untuk mengobati fasioliasis
(fluke hati sapi). Bitionol juga merupakan obat alternative dalam pengobatan
paragonimiasis paru.
Farmakologi Dasar Setelah ingesti, bitionol mencapai kadar darah puncak dalam
4-8 jam. Ekskresi tampaknya terutama melalui ginjal. Ekskresi tampaknya
terutama melalui ginjal.
Pemakaian Klinis. Untuk mengobati paragonimiasis dan fasioliasis, dosis
bitionol adalah 30-50 mg/kg dalam dosis terbagi dua atau tiga, yang diberikan per
oral setelah makan selang sehari selama 10-15 hari. Untuk paragonimiasis paru,
angka kesembuhan lebih dari 90%. Untuk paragonimiasis otak, mungkin
diperlukan pengulangan pengobatan.
Reaksi Samping, Kontraindikasi, & Peringatan Efek samping, yang terjadi
pada hingga 40% pasien, umumnya ringan dan sementara, tetapi kadang
keparahannya menyebabkan terapi dihentikan. Masalah-masalah ini mencakup
diare, kram perut, anoreksia, mual, muntah, pusing bergoyang, dan nyeri kepala.
Ruam kulit dapat terjadi setelah terapi seminggu atau lebih, mengisyaratkan suatu
reaksi terhadap antigen yang dibebaskan dari cacing yang sekarat. Bitionol
sebaiknya diberikan dengan hati-hati kepada anak yang berusia kurang dari 8
tahun karena pengalaman dengan kelompok usia ini terbatas.
3. DIETILKARBAMAZIN SITRAT
Dietilkarbamazin adalah suatu obat pilihan untuk penanganan filariasis,
loiasis, dan eosinofilia tropis. Untuk pengobatan onkoserkariasis, obat ini telah
digantikan oleh ivermektin.
Farmakologi Dasar Dietilkarbamazin, suatu turunan piperazin sintetik,
dipasarkan sebagai suatu garam sitrat. Obat ini cepat diserap dari saluran cerna;
setelah dosis 0,5 mg/kg, kadar plasma puncak tercapai dalam 1-2 jam. Waktu-
paruh plasma adalah 2-3 jam jika urin asam, tetapi sekitar 10 jam jika urin basa,
Obat ini dengan cepat mencapai keseimbangan dengan semua jaringan kecuali
lemak. Obat ini diekskresikan terutama di urin. Dosis mungkin perlu dikurangi
pada pasien dengan gangguan ginjal atau alkalosis urin persisten.
Dietilkarbamazin menyebabkan imobilisasi mikrofilaria dan mengubah struktur
permukaan mereka, melepaskan mereka dari jaringan, dan menyebabkan mereka
lebih rentan terhadap destruksi oleh mekanisme pertahanan pejamu. Cara kerja
terhadap cacing dewasa belum diketahui.
Penggunaan Klinis Obat ini harus diminum setelah makan. Dietilkarbamazin
adalah obat pilihan dalam pengobatan infeksi oleh parasit-parasit ini karena
efikasinya, dan tidak adanya toksisitas serius. Mikrofilaria dari semua spesies
cepat terbunuh; parasit dewasa mati lebih lambat, sering memerlukan pengobatan
beberapa kali. Rejimen ini adalah 50 mg (1 mg/kg pada anak) pada hari 1, tiga
dosis 50 mg pada hari 2, tiga dosis 100 mg (2 mg/kg pada anak) pada hari 3, lalu
2 mg/kg tiga kali sehari untuk menuntaskan pengobatan selama 2-3 minggu.
Untuk kemoprofilaksis (300 mg setiap minggu atau 300 mg selama 3 hari
berturut-turut setiap bulan untuk loiasis; 50 mg setiap bulan untuk filariasis
bankrofti dan Malayan).
EFEK SAMPING. Reaksi terhadap dietilkarbamazin, yang umumnya ringan dan
sementara, mencakup nyeri kepala, malaise, anoreksia, kelemahan otot, mual,
muntah, dan pusing bergoyang. Efek samping juga terjadi akibat pembebasan
protein-protein dari mikrofilaria atau cacing dewasa yang mati, Reaksi terutama
parah pada onkosekariasis, tetapi dietilkarbamazin kini relatif jarang digunakan
untuk infeksi ini, karena ivermektin sama manjurnya dan kurang toksik. Reaksi
terhadap mikrofilaria yang mati biasanya ringan pada infeksi W. bancrofti, lebih
intens pada B. malayi, dan kadang parah pada L. loa. Reaksi berupa demam,
malaise, ruam papular, nyeri kepala, gejala pencernaan, batuk, nyeri dada, dan
nyeri sendi atau otot. Sering terjadi leukositosis. Eosinofilia mungkin meningkat
pada pengobatan. Juga dapat terjadi proteinuria. Gejala paling besar
kemungkinannya terjadi pada pasien dengan jumlah microfilaria yang besar.
Perdarahan retina dan, yang jarang, ensefalopati pernah dilaporkan. Antara hari
ketiga dan kedua belas pengobatan, dapat terjadi reaksi lokal di sekitar cacing
dewasa atau imatur yang mati. Reaksi-reaksi ini mencakup limfangitis disertai
pembengkakan lokal pada infeksi W. bancrofti clan B. malayi, urtika kecil di kulit
pada L. loa, dan papul datar pada M. streptocerca. Pasien dengan serangan
limfangitis akibat W.bancrofti atau B.malayi sebaiknya diterapi ketika periode
tenang di antara serangan. Pemberian dietilkarbamazin pada pasien dengan
hipertensi atau penyakit ginjal perlu dilakukan dengan hati-hati.
4. DOKSISIKLIN
Doksisiklin terbukti memperlihatkan aktivitas makrofilarisida signifikan
terhadap W. bancrofti untuk cacing dewasa, Doksisiklin bekerja secara tak-
langsung, dengan mematikan Wolbachia, suatu simbion bakteri intrasel parasit
filaria.
5. IVERMEKTIN
Ivermektin adalah obat pilihan pada strongiloidiasis dan onkoserkariasis. Obat
ini juga merupakan obat alternatif untuk sejumlah infeksi cacing lainnya.
FARMAKOKINETIK. lvermektin dihasilkan lewat proses fermentasi dari
Streptomyces avermftilis. Pemberian per oral pada manusia diabsorpsi baik dan
memiliki waktu paruh ·10-12 jam. Kadar puncak dicapai dalam 4 jam.
FARMAKODlNAMIK. Cara kerja obat ini yakni memperkuat perarian GABA
pada proses transmisi di saraf tepi, sehingga cacing mati pada keadaan paralisis.
Obat berefek terhadap rnikrofilaria di jaringan dan embriogenesis pada cacirig
betina. Mikrofilaria mengalami paralisis, sehingga mudah dihancurkan oleh
sistem retikulo-endotelial. lvermektin juga efektif terhadap strongiloidosis dan
merupakan obat altematif untuk pasien yang tak tahan atau tak mempan dengan
tiabendazole. lvermektin tidak memiliki efek makrofilarisid bagi filariasis
bancrofty untuk membunuh cacing dewasanya.
INDIKASI. Digunakan pada onkoserkiasis. Dosis tunggal sebesar 150 μg/kgBB,
obat ini memberantas mikrofilaria di jaringan kulit dan rongga mata bagian
depan (anterior chamber), tetapi ivermektin kerjanya lebih lambat dan
menyebabkan reaksi sistemik dan reaksi terhadap mata yang lebih ringan. Untuk
strongiloidiasis pemberian dosis tunggal. 200 μg/kgBB, memberikan keberhasilan
pengobatan lebih dari 80%.
EFEK SAMPING. Pada dosis tunggal 50-200 μg/ kgBB efek samping yang
timbul umumnya ringan, sebentar dan dapat ditoleransi. Biasanya berupa: demam,
pruritus, sakit ot.ot dan sendi, sakit kepala, hipotensi, nyeri di kelenjar limfe.Efek
teratogenik obat ini terlihat pada hewan coba.
KONTRAINDIKASI. Pada wanita hamil, obat ini jangan diberikan bersama-
sama barbiturat, benzodiazepin, atau asam valproat.
6. MEBENDAZOL
Farmakologi Dasar. Kurang dari 10% dari mebendazol yang diberikan per oral
diserap. Obat yang terserap kemudian terikat ke protein (>90%), cepat diubah
menjadi metabolit inaktif dan memiliki waktu-paruh 2-6 jam. Obat ini
diekskresikan terutama di urin dan turunannya diekskresikan di empedu.
Penyerapan meningkat jika obat dimakan bersama dengan makanan berlemak.
Mebendazol mungkin bekerja dengan menghambat sintesis mikrotubulus; Efikasi
obat bervariasi sesuai dengan waktu transit di saluran cerna, dengan intensitas
infeksi, dan mungkin dengan galur parasit.