Perang Aceh
Perang Aceh
Latar Belakang
• Belanda memiliki prinsip Pax Neerlandica yang artinya politik kolonial untuk menyatukan
seluruh wilayah nusantara di bawah kekuasaan Belanda.
• Wilayah Aceh berada pada posisi strategis bagi perdagangan.
• Penghapusan Traktat London yang digantikan oleh Traktat Sumatera. Salah satu isi Traktat
Sumatera yakni Inggris memberi kebebasan pada Belanda untuk mengusai pulau Sumatera.
• Sultan Siak menyerahkan wilayah kekuasaannya pada Belanda yang mana wilayah
kekuasaannya itu termasuk ke dalam kekuasaan Aceh.
• Berbagai tekanan ini, membuat Aceh mencari bantuan dan sekutu dari kerajaan-kerajaan
lain.
• Namun, Belanda mengetahui rencana Aceh dan mengancam serta mengultimatum Aceh
agar tunduk pada Belanda.
• Aceh menghiraukan ultimatum tersebut.
• Belanda mengumumkan perang terhadap Aceh.
Proses Perang
5 April 1873, Belanda menyerang Aceh dipimpin oleh Jenderal Kohler.
14 April 1873, Belanda mencoba merebut Masjid Baiturrahman namun tidak berhasil
Jenderal Kohler terbunuh. Pasukan Belanda ditarik mundur.
9 Desember 1873 Belanda melakukan penyerangan kedua dipimpin oleh J. Van Swieten.
Belanda berhasil merebut Masjid Baiturrahman dan Istana.
Sultan Mahmud Syah II melarikan diri dan akhirnya wafat akibat wabah kolera.
Habib Abdurrahman dan Tengku Cik Di Tiro melancarkan perlawanan pada Belanda.
Belanda mendesak Pasukan Aceh hingga Habib Abdurrahman menyerah pada Belanda.
1884, Daud Syah (putra Sultan Mahmud Syah) telah dewasa dan siap untuk dinobatkan
sebagai Sultan Aceh.
Setelah dinobatkan, Sultan Daud Syah memproklamirkan Perang Sabil terhadap Belanda.
Berbagai Perlawanan dilakukan oleh rakyat Aceh seperti oleh pasukan yang dipimpin Tengku
Cik Di Tiro dan Pasukan Teuku Umar.
Belanda kewalahan menghadapi perlawanan rakyat Aceh.
Belanda menerapkan strategi Konsentrasi Stelsel namun tidak berhasil.
Strategi Perang Gerilya digelorakan oleh Rakyat Aceh.
Di tengah perlawanan, Tengku Cik Di Tiro Wafat.
1893, Teuku Umar pura-pura berdamai dengan Belanda.
Teuku Umar yang berhasil mendapat pasokan senjata dan pasukan dari Belanda selanjutnya
menyerang balik Belanda.
Belanda mulai mengutus informan-informan seperti Dr. Snouck Hurgronje untuk memata-
matai Aceh.
Rencana penyerangan Teuku Umar ke Belanda di Meulaboh berhasil diketahui Belanda.
1899, Teuku Umar gugur dan perjuangannya dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien, Istrinya.
Pasukan Aceh semakin terdesak, Belanda akhirnya berhasil menduduki Istana di Keumala.
Akhir Perang
• Belanda menggunakan siasat licik.
• Istri dan anak Sultan Daud Syah diculik.
• Dalam keadaan tertekan, Sultan Daud Syah akhirnya menyerah.
• Kerajaan Aceh resmi berakhir.
• Namun perlawanan-perlawanan skala kecil masih terus dilancarkan seperti oleh Cut Nyak
Mutia.
• Perlawanan kecil itu diperkirakan masih berlangsung hingga tahun 1942.
Dampak Perang
Bagi Belanda :
Dampak Negatif
1. Menguras Kas dan Keuangan Belanda.
2. Menimbulkan banyak korban jiwa termasuk J. Kohler.
Dampak Positif :
1. Belanda dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan rakyat Aceh.
Bagi Aceh :
• Dampak Negatif
1. Kerugian dalam hal materi (kas dan bangunan).
2. Menimbulkan banyak korban jiwa.
• Dampak Positif :
1. Menguatnya persatuan dan kesatuan
2. Menumbuhkan sikap tidak gentar terhadap penjajah.
Tokoh Terlibat
‘Sultan Daud Syah’ Putra dari Sultan Mahmud Syah dan Sultan yang memproklamirkan
Perang Sabil.
‘Cut Nyak Dien’ Tokoh Pejuang dari Aceh serta istri dari Teuku Umar.
‘Dr. Snouck Hurgronje’ Intel Belanda untuk memata-matai siasat Rakyat Aceh.
‘J. Kohler’ Pemimpin Pasukan Belanda pada penyerangan pertama