Anda di halaman 1dari 2

PERANG ACEH – Kelompok 7

Latar Belakang
• Belanda memiliki prinsip Pax Neerlandica yang artinya politik kolonial untuk menyatukan
seluruh wilayah nusantara di bawah kekuasaan Belanda.
• Wilayah Aceh berada pada posisi strategis bagi perdagangan.
• Penghapusan Traktat London yang digantikan oleh Traktat Sumatera. Salah satu isi Traktat
Sumatera yakni Inggris memberi kebebasan pada Belanda untuk mengusai pulau Sumatera.
• Sultan Siak menyerahkan wilayah kekuasaannya pada Belanda yang mana wilayah
kekuasaannya itu termasuk ke dalam kekuasaan Aceh.
• Berbagai tekanan ini, membuat Aceh mencari bantuan dan sekutu dari kerajaan-kerajaan
lain.
• Namun, Belanda mengetahui rencana Aceh dan mengancam serta mengultimatum Aceh
agar tunduk pada Belanda.
• Aceh menghiraukan ultimatum tersebut.
• Belanda mengumumkan perang terhadap Aceh.
Proses Perang
 5 April 1873, Belanda menyerang Aceh dipimpin oleh Jenderal Kohler.
 14 April 1873, Belanda mencoba merebut Masjid Baiturrahman namun tidak berhasil
 Jenderal Kohler terbunuh. Pasukan Belanda ditarik mundur.
 9 Desember 1873 Belanda melakukan penyerangan kedua dipimpin oleh J. Van Swieten.
 Belanda berhasil merebut Masjid Baiturrahman dan Istana.
 Sultan Mahmud Syah II melarikan diri dan akhirnya wafat akibat wabah kolera.
 Habib Abdurrahman dan Tengku Cik Di Tiro melancarkan perlawanan pada Belanda.
 Belanda mendesak Pasukan Aceh hingga Habib Abdurrahman menyerah pada Belanda.
 1884, Daud Syah (putra Sultan Mahmud Syah) telah dewasa dan siap untuk dinobatkan
sebagai Sultan Aceh.
 Setelah dinobatkan, Sultan Daud Syah memproklamirkan Perang Sabil terhadap Belanda.
 Berbagai Perlawanan dilakukan oleh rakyat Aceh seperti oleh pasukan yang dipimpin Tengku
Cik Di Tiro dan Pasukan Teuku Umar.
 Belanda kewalahan menghadapi perlawanan rakyat Aceh.
 Belanda menerapkan strategi Konsentrasi Stelsel namun tidak berhasil.
 Strategi Perang Gerilya digelorakan oleh Rakyat Aceh.
 Di tengah perlawanan, Tengku Cik Di Tiro Wafat.
 1893, Teuku Umar pura-pura berdamai dengan Belanda.
 Teuku Umar yang berhasil mendapat pasokan senjata dan pasukan dari Belanda selanjutnya
menyerang balik Belanda.
 Belanda mulai mengutus informan-informan seperti Dr. Snouck Hurgronje untuk memata-
matai Aceh.
 Rencana penyerangan Teuku Umar ke Belanda di Meulaboh berhasil diketahui Belanda.
 1899, Teuku Umar gugur dan perjuangannya dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien, Istrinya.
 Pasukan Aceh semakin terdesak, Belanda akhirnya berhasil menduduki Istana di Keumala.
Akhir Perang
• Belanda menggunakan siasat licik.
• Istri dan anak Sultan Daud Syah diculik.
• Dalam keadaan tertekan, Sultan Daud Syah akhirnya menyerah.
• Kerajaan Aceh resmi berakhir.
• Namun perlawanan-perlawanan skala kecil masih terus dilancarkan seperti oleh Cut Nyak
Mutia.
• Perlawanan kecil itu diperkirakan masih berlangsung hingga tahun 1942.
Dampak Perang
Bagi Belanda :
 Dampak Negatif
1. Menguras Kas dan Keuangan Belanda.
2. Menimbulkan banyak korban jiwa termasuk J. Kohler.
 Dampak Positif :
1. Belanda dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan rakyat Aceh.
Bagi Aceh :
• Dampak Negatif
1. Kerugian dalam hal materi (kas dan bangunan).
2. Menimbulkan banyak korban jiwa.
• Dampak Positif :
1. Menguatnya persatuan dan kesatuan
2. Menumbuhkan sikap tidak gentar terhadap penjajah.
Tokoh Terlibat

 ‘Tengku Cik Di Tiro’ Tokoh Pejuang dari Aceh


 ‘Teuku Umar’ Tokoh pejuang dari Aceh yang terkenal dengan strategi perang ge
rilyanya.
 ‘Sultan Mahmud Syah’ Sultan Aceh yang sedang berkuasa saat Belanda pertama kali
menyerang.
 ‘J. Van Swieten’ Pemimpin pasukan Belanda saat penyerangan yang kedua.
 ‘Habib Abdurrahman’ Tokoh Pejuang dari Aceh.

 ‘Sultan Daud Syah’ Putra dari Sultan Mahmud Syah dan Sultan yang memproklamirkan
Perang Sabil.
 ‘Cut Nyak Dien’ Tokoh Pejuang dari Aceh serta istri dari Teuku Umar.
 ‘Dr. Snouck Hurgronje’ Intel Belanda untuk memata-matai siasat Rakyat Aceh.
 ‘J. Kohler’ Pemimpin Pasukan Belanda pada penyerangan pertama

Anda mungkin juga menyukai