Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena mempunyai
gugus pelarut sulfonat atau karboksilat dalam struktur molekulnya.Gugus-gugus
tersebut berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik dengan
tempat-tempat positif dalam serat poliamida.
Menurut Stevens zat warna ini dibagi menjadi 3 sub bagian untuk klasifikasi
warna asam, yaitu:
a. Grup I, zat warna asam jenis levelling: zat warna ini memiliki afinitas kecil
pada serat poliamida pada kondisi netral atau asam lemah sehingga pada
pencelupannya memerlukan kondisi asam yang lebih kuat (pH 3,0-4,0).
b. Grup II, zat warna asam jenis milling: zat warna ini memiliki afinitas sedang
sehingga dapat digunakan untuk mencelup poliamida pada (pH 4,0-5,0).
c. Grup III, zat warna asam jenis supermilling: zat warna ini memiliki afinitas
yang tinggi pada serat poliamida sehingga dapat dicelup pada kondisi di
bawah netral atau asam lemah (pH 5,0-7,0). Zat warna ini ada dua jenis, yaitu
zat warna asam yang mengandung logam dan tidak mengandung logam.
Gugus fungsi pada zat warna asam ada yang mempunyai 1 (satu) gugus
sulfonat dalam struktur molekulnya disebut zat warna asam monobasic, dan ada
juga yang mempunyai 2 (dua) gugus sulfonat yang disebut zat warna asam
dibasic dan seterusnya.
Zat warna asam yang gugus pelarutnya lebih banyak, maka kelarutannya
makin tinggi sehingga pencelupannya menjadi lebih mudah rata tetapi tahan
luntur hasil pencelupan terhadap pencuciannya akan berkurang.
Keunggulan dari zat warna asam adalah warnanya yang cerah, hal tersebut
disebabkan ukuran partikelnya relatif kecil (lebih kecil dari ukuran zat warna
direk).Ukuran-ukuran partikel zat warna asam mulai dari yang paling kecil adalah
zat warna asam jenis levelling, milling, supermilling.Sehingga kecerahan zat
warna asam levelling paling tinggi dibandingkan zat warna tipe asam lainnya.
Ukuran partikel zat warna juga menentukan besarnya ikatan sekunder antara
zat warna dengan serat yang berupa ikatan dari gaya Van Der Waalss, dimana
makin banyak elektron dalam molekul (makin besar ukuran molekul) ikatan fisika
(Van Der Waals) zat warna makin besar. Oleh karena itu dapat dipahami bila
tahan luntur hasil pencelupan dengan zat warna asam levelling lebih rendah
dibandinkan dengan tahan luntur hasil pencelupan dengan zat warna asam milling
atau supermilling. Struktur kimia zat warna asama bervariasi, antara lain jenis
trifenil metan, xanten, nitro aromatic, azo, dan pirazolon. Kebanyakan zat warn
asam termasuk azo sehingga hasil celupnya dapat dilunturkan dengan reduktor.
Zat warna asam levelling (levelling acid dyes) atau disebut juga zat warna
asam celupan rata karena pencelupannya mudah rata akibat dari ukuran molekul
zat warnanya yang relatif sangat kecil sehingga substantifitas terhadap serat
relatif kecil, sangat mudah larut, dan warnanya sangat cerah tetapi tahan luntur
warnanya rendah.Untuk pencelupan warna tua biasanya diperlukan sedikit kondisi
larutan celup yang sangat asam pada pH 3-4, tapi untuk warna sedang dan muda
dapat dilakukan pada pH 4-5. Pemakaian NaCl pada larutan celup yang pH nya
rendah akan berfungsi sebagai perata, tetapi pada pH>4, akan berperan sebagai
pendoong penyerapan zat warna.
Berikut ini contoh zat warna asam levelling produk leveller seperti Supracen
Yellow B-WP, Supracen Red B-WP, Supracen Blue B-WP 125%, Supracen Brown
3G. Zat pembantu yang dapat digunakan seperti Sodium sulphate 1-2 g/L dan
asam asetat 2% (leaflet dyeing of wool.synthetic blends, 2002).
Ukuran molekul zat warna asam jenis milling agak lebih besar dibandingan
zat warna asam levelling, sehingga afinitas dan ketahanan luntur warna hasil
celupan poliamida dengan zat warna asam milling lebih besar. Karena ukuran
molekulnya yang lebih besar dan ikatan antara zat warna dengan poliamida
berupa ikatan ionik (yang merupakan gaya antar aksi jangka panjang) maka
migrasi zat warna di dalam serat relatif lebih sukar. Selain itu, mengingat struktur
serat poliamida yang rapat perlu dipilih zat warna asam milling yang struktur
molekulnya relatif langsing untuk memudahkan difusi zat warna ke dalam serat.
Untuk warna sedang dan muda sebaiknya dilakukan pada pH 5-6 agar zat
warna dapat berikatan ionik dengan gugus amina dari serat.Sedangkan untuk
mencelup warna tua umumnya diperlukan kondisi larutan celup antara pH 4-5
agar zat warna asam dapat berikatan ionik dengan gugus amina dan amida dari
serat.Penambahan NaCl dalam larutan celupnya lebih rata, penambahan NaCl
sebaiknya dimasukkan secara bertahap.
Di antara seluruh jenis zat warna asam, ukuran molekul zat warna asam
supermilling paling besar (tapi masih lebih kecil dari ukuran molekul zat warna
direk) sehingga afinitas terhadap serat relatif besar dan sukar bermigrasi,
akibatnya sukar mendapatkan kerataan hasil celupnya, tetapi tahan luntur
warnanya tinggi.
Tahan luntur yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan zat
warna yang berupa ikatan ionik yang didukung oleh ikatan fisika gaya Van Der
Waals serta kemungkinan terjadinya ikatan hidrogen. Untuk pencelupan warna
tua dapat dilakukan pada kondisi larutan celup pH 5-6 tetapi untuk warna sedang
dan muda dapat dilakukan penambahan NaCl (atau jumlahnya dikuangi), karena
NaCl dalam suasana larutan celup yang kurang asam akan berfungsi sebagai
pendorong penyerapan zat warna.
Dalam pencelupan dengan zat warna asam supermilling seringkali sukar
untuk menghindarkan terjadinya ketidakrataan. Untuk itu pada proses pencelupan
dapat ditambahkan perata anionik (retarder).
Berikut ini reaksi yang terjadi pada pencelupan zat warna asam pada
poliamida:
HOOC --- Poliamida --- CONH --- NH2
H+ (pH 5-6)
HOOC --- Poliamida --- CONH --- NH3+
H+ (pH 3-4)
HOOC --- Poliamida --- CON+H2 --- NH3+
Sehingga zat warna asam dapat masuk ke gugus amida dan amina.
3.2 Bahan
1. Zat warna asam jenis milling (Acidol Brilliant Yellow M-36L)
2. Zat perata (Leveling)
3. Asam asetat 30%
4. Aquadest
5. NaCl
6. Teepol
7. Sabun
Evaluasi
Persiapan
Pencelupan (Kerataan
alat dan Pencucian Pengeringan
poliamida dan Ketuaan
bahan
warna)
V. RESEP
5.1 Resep Pencelupan
1. Zat warna asam milling = 1%
2. Asam asetat 30% = pH 5
3. Zat perata (Leveling) = 1 ml/l
4. NaCl = 20 g/l
5. Pembasah = 1 ml/l
6. Waktu = 30 menit
7. Vlot = (1:10 ; 1:15 ; 1:20 ; 1:25)
8. Suhu = 100°C
Kain
NaCl
Asam asetat 100°C Sabun
Perata
Pembasah
Zat warna 70°C
30°C
VII. DISKUSI
7.1 Ketuaan Warna
1. Grafik
2. Kesimpulan
Dari tabel dan grafik data percobaan dapat dilihat bahwa variasi vlot (liquor
ratio) berpengaruh terhadap ketuaan warna pada hasil celup kain poliamida
dengan zat warna asam milling.
3. Analisa
Hal ini dapat disebabkan oleh, semakin banyak NaCl yang ditambahkan
maka zat warna bermigrasi ke dalam serat semakin banyak pula. NaCl pada
pH 4 berfungsi untuk mendorong zat warna masuk ke dalam serat.
Mekanismenya adalah NaCl mempunyai derajat agregrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan molekul zat warna, sehingga NaCl dapat mendorong zat
warna masuk ke dalam bahan dengan cepat. Kemudian faktor lainnya adalah
pemanasan pada suhu 100°C menyebabkan pori-pori serat poliamida
membuka sehingga molekul zat warna mudah terdorong masuk ke permukaan
serat dengan cepat. Maka semakin tinggi penambahan NaCl maka ketuaan
warna hasil pencelupan akan semakin tinggi pula.
2. Kesimpulan
Dari tabel dan grafik data percobaan dapat dilihat bahwa variasi
penambahan NaCl berpengaruh terhadap kerataan pada hasil celup kain
poliamida dengan zat warna asam leveling.
3. Analisa
Hal ini dapat disebabkan oleh, semakin banyaknya konsentrasi NaCl yang
ditambahkan maka distribusi partikel-partikel zat warna asam leveling dapat
tersebar merata karena bantuan dari elektrolit (NaCl) didorong kedalam serat
dengan bantuan pemanasan pula pori-pori serat poliamida terbuka sehingga
partikel zat warna dapat masuk dan tersebar merata pada kain poliamida.
Faktor yang lainnya adalah jenis zat warna asam yang digunakan adalah jenis
leveling. Jenis ini berukuran kecil sehingga mudah rata.
Penambahan NaCl dilakukan beberapa saat akan terjadi kenaikan suhu.
Pada keadaan ini NaCL akan bekerja dengan baik dan tidak menghalangi
difusi zat warna ke permukaan serat, sehingga hasil kerataan warna lebih baik.
VIII. DATA PENGAMATAN
8.1 Data awal
Tabel 8.1. Evaluasi Awal
NO. EVALUASI KAIN 1 KAIN 2 KAIN 3 KAIN 4
1. Berat awal 4,97 5,01 5,02 4,99
(gram)
2. Variasi NaCl 0 10 20 30
(g/l)