Anda di halaman 1dari 32

PEMIKIRAN KARTINI

&
PERAN PEREMPUAN DI ERA MILENIAL

0leh:
Prof. Dr. Emy Susanti, MA
(Universitas Airlangga)
KUTIPAN-KUTIPAN PEMIKIRAN KARTINI

"Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau


dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup!
Kehidupan yang sebenarnya kejam."

"Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang


ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku
melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tiada dapat!
melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah
mendaki puncak gunung."

"Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah


diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek
moyangnya."

"Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam dalam hati kita.
Semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh dasar rasa kasih
sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia."
KUTIPAN-KUTIPAN PEMIKIRAN KARTINI

"Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu – satunya hal


yang benar – benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu
sendiri."

"Saat membicarakan org lain Anda boleh saja menambahkan


bumbu, tapi pastikan bumbu yg baik."

"Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain


menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang
kita cintai.

"Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam


hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang
membiarkannya datang."
POKOK-POKOK PIKIRAN KARTINI

MEMERANGI KEBODOHAN
 PEREMPUAN HARUS SEKOLAH –
BERPENDIDIKAN & MEMILIKI KETRAMPILAN

MEMERANGI KEMISKINAN
 PEREMPUAN HARUS DAPAT BERKONTRIBUSI
SECARA SOSIAL & EKONOMI

MEMERANGI KETIDAKADILAN PADA PEREMPUAN


 MENENTANG POLYGAMI – PERJODOHAN
PAKSAAN - PINGITAN
ERA MILLENIAL

KARAKTERISTIK:

Confident
high expectations
Achievement oriented

 PEMIKIRAN KARTINI …….?


Number of Enrolled Students by Level of Program & Gender
Undergrad
Diploma Master Doctoral
No. Gender uate Proffesions Specialist
Program Program Program
Program
1. Male 347.106 2.451.761 143.487 13.912 20.956 5.767

2. Female 486.067 2.470.312 114.920 8.270 40.681 6.549

Jumlah 833.173 4.922.073 258.407 22.182 61.637 12.316

Number of Graduates by Level of Program & Gender

Diploma Bachelor Master Doctoral


No. Gender Proffesions Specialist
Program Program Program Program

1. Male 63.529 273.492 29.901 1.706 8.961 1.041

2. Female 115.006 362.478 26.453 972 18.401 1.236

Jumlah 178.535 635.970 56.354 2.678 27.362 2.277


Number of Lecturers by Gender

Types of Male Female


No. (Male + Female)
University (f/%) (f/%)
41.371 26.751 68.122
1. Public
(60.73) (39.27) (100.00)
81.331 64.467 145.798
2. Private
(55.78) (44.22) (100.00)

Number of Researcher in Indonesia

No
Gender f (%)
.
1. Male 5.636 (58.45)
2. Female 4.006 (41.55)
Total 9.642 (100.00)
GENDER MAINSTREAMING IN HIGHER EDUCATION

“Four pillars of education (learning to know, learning to


do, learning to be, and learning to live together)
should be interpreted in the context of upholding
equity and gender equality in the development of the
education system”
 Equal access of women and men to be accepted as
students, lecturers, employees
 Equal treatment in the process of education -
teaching, administration, and career development
 Apply Gender-based curriculum
 Adoption of justice and gender equality values ​by all
education stakeholders
REALITAS DI ERA MILLENIAL

PEREMPUAN BERSEKOLAH – BERPENDIDIKAN (V)

PEREMPUAN BERKONTRIBUSI SECARA SOSIAL &


EKONOMI (V)

KETIDAKADILAN PADA PEREMPUAN –


KESETARAAN PERAN PEREMPUAN 7 LAKI-LAKI (?)
(POLYGAMI – PERJODOHAN PAKSAAN – KAWIN
ANAK)
“ Saya tahu bahwa keluarga saya tidak
senang dengan kelahiran saya.
Mereka menginginkan bayi laki-laki.”

“ Saudara laki-laki saya boleh pulang sesuka


hati, tetapi saya hrs pulang sblm gelap.”
emi fisip unair 0309
“ Saya harus membantu ibu
mengerjakan pekerjaan rumah,
tapi saudara laki-laki saya tidak.”

“ Saya tidak punya hak atas harta ayah saya. Harta


suami saya juga bukan milik saya. Sebenarnya tdk
ada rumah yang bisa saya sebut rumah saya.”
emi fisip unair 0309
DISKRIMINASI GENDER
(Menurut Siklus Kehidupan)

THE NEW BORN GIRL (BARU LAHIR)


Kelahiran anak perempuan tidak/jarang dirayakan secara khusus bahkan
seringkali mendapat perlakuan yang tidak proporsional karena kelahirannya
tidak/kurang dikehendaki
THE GIRL INFANT (USIA S/D 1 th)
Anak perempuan mengalami kondisi buruk dalam hal gizi, imunisasi, tingkat
penderita sakit dan tingkat kematian serta tingkat kesehatan pada
umumnya
THE YOUNG GIRL (USIA 1-5 th)
Rendahnya dorongan dan kesempatan pendidikan bagi anak perempuan,
rendahnya perhatian dalam pengasuhan anak perempuan dibandingkan
anak laki-laki
THE SCHOOL AGE GIRL USIA (6-11 th)
Besarnya tanggung jawab tugas domestik bagi anak perempuan, menjadi
pekerja keluarga, rendahnya prioritas pendidikan sehingga angka
’drop out’ tinggi dan tingkat pendidikan anak perempuan rendah
THE ADOLESCENT GIRL (12-18 th)
Pada tahap ini anak perempuan disiapkan untuk memasuki jenjang
perkawinan, sebaliknya anak laki-laki mengikuti pendidikan yang lebih tinggi
dan disiapkan melaksanakan peran-peran publik.
SEKS GENDER

LAKI 2 PEREMP LAKI 2 PEREMP


Jakala Rahim Maskulin Feminin
Penis Vagina
Sel Telur Mandiri
Sperma Paydara Tergantung
Agresif Lemah
Dominan Penurut
Tegas Emosional
Haid
Mengandung Peran Publik
Melahirkan Peran
Sponsor Menyusui Domestik

SOSIAL/BUKAN KODRAT

BIOLOGIS/KODRAT
DAPAT DIPERTUKARKAN
TIDAK DAPAT
DIPERTUKARKAN
DAPAT
TIDAK DAPAT BERUBAH
BERUBAH

SAMA BERBEDA
WAKTU / TEMPAT WAKTU / TEMPAT
Isu gender di bidang ekonomi, antara lain:

1. Rendahnya akses perempuan terhadap kredit usaha/modal kerja,


dan sumber daya ekonomi lainnya, karena sebagian besar
mensyaratkan adanya “agunan”  Perlu peningkatan akses
perempuan terhadap kredit/modal kerja dan sumber daya ekonomi
terutama pada usaha-usaha kecil dan mikro.
2. Rendahnya keterampilan dalam berusaha di kalangan perempuan,
karena keterbatasan akses  Pelatihan (produksi, pemasaran, dll)
perlu diperbanyak untuk perempuan, dalam rangka meningkatkan
produktivitas mereka, dan selanjutnya pendapatannya juga akan
meningkat.
3. Berbagai kegiatan pembangunan dengan sasaran seperti:
pengusaha kecil dan mikro, koperasi, petani, atau nelayan perlu
memberikan perhatian khusus bagi perempuan. Pelibatan
perempuan merupakan salah satu bentuk aksi afirmasi.

15
Isu gender di bidang ketenagakerjaan, antara lain:

1. Kualitas tenaga kerja yang masih rendah, terutama


tenaga kerja perempuan di sektor informal, sehingga
sangat rentan terhadap berbagai tindak kekerasan dan
diskriminasi  Perlu ditingkatkan pendidikan dan
keterampilan tenaga kerja perempuan sehingga memiliki
“posisi tawar/bargaining position” yang lebih tinggi
2. Tidak adanya sistem perlindungan bagi tenaga kerja di
sektor informal (yang didominasi oleh perempuan,
terutama sebagai PRT)  Perlu dikembangkan
sistem perlindungan sosial bagi pekerja informal,
terutama PRT (baik yang bekerja di DN maupun di LN).
3. Lemahnya akses perempuan terhadap informasi tenaga
kerja  Perlu disusun strategi diseminasi informasi “pasar
tenaga kerja” yang responsif gender, yang dapat
membuka akses lebih banyak bagi perempuan terutama di
daerah perdesaan.

16
Isu gender di bidang hukum, antara lain:

1. Materi hukum: banyak peraturan perundangan yang bias gender


 Perlu dilakukan revisi peraturan perundang-undangan yang
bias gender (berupa UU, dll)
2. Struktur hukum: banyak aparat penegak hukum yang belum
memiliki wawasan gender dan masih diskriminatif  Perlu KIE
bagi aparat penegak hukum (jaksa, polisi dan aparat penegak
hukum lainnya)
3. Budaya hukum: akses perempuan terhadap hukum masih
rendah  Kegiatan penyuluhan kesadaran hukum lebih
digiatkan sehingga dapat menjangkau lebih banyak perempuan.

17
Isu gender di bidang kesehatan, antara lain:

1. Tingginya angka kematian ibu (tertinggi diantara negara-negara


ASEAN), terutama di daerah perdesaan, daerah miskin perkotaan
dan KTI  Perlu dilakukan penggalakan kembali berbagai bentuk
gerakan yang pernah ada (Gerakan Sayang Ibu, Rumah Sakit Sayang
Ibu, Ambulans Desa, dll), dan merevitalisasi peran Posyandu serta
penempatan bidan desa di seluruh desa sehingga mampu mendeteksi
ibu-ibu hamil resiko tinggi yang perlu penanganan khusus, serta
penguatan sistem rujukan puskesmas ke rumah sakit terdekat untuk
penanganan kelahiran dari bagi ibu-ibu hamil yang berisiko tinggi.
2. Rendahnya pemahaman suami, keluarga dan masyarakat tentang
kesehatan dan gizi bagi bayi, balita, anak, dan ibu hamil  Perlu KIE
bagi suami, keluarga dan masyarakat akan pentingnya menjaga
kesehatan dan gizi bagi bayi, balita, anak, dan ibu hamil yang berada
di lingkungannya.
3. Masalah anemia pada remaja putri  Perlu ditingkatkan pemberian
tablet besi dikhususkan bagi remaja putri.
18
Isu gender di bidang pendidikan, antara lain:

1. Tingginya angka buta aksara perempuan (dua kali lipat dari laki-laki) 
Perlu ditingkatkan upaya penurunan angka buta aksara, terutama bagi
perempuan, melalui kegiatan keaksaraan fungsional.
2. APK dan APS SLTA dan PT untuk perempuan jauh lebih rendah
daripada laki-laki  Perlu dilakukan peningkatan akses perempuan
terhadap pelayanan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan
menengah dan tinggi, misalnya melalui pemberian beasiswa yang lebih
difokuskan bagi perempuan, terutama dari keluarga miskin di daerah
perdesaan dan di KTI.
3. Materi ajar pada seluruh jenjang dan jenis pendidikan masih bias
gender  Perlu penggarapan penulisan materi ajar khususnya ilustrasi,
contoh-contoh dan pernyataan yang mencerminkan kesetaraan gender.
4. Manajemen pendidikan masih bias gender terutama pada penetapan
kepala sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah  perlu
kebijakan afirmatif untuk mensetarakan kesempatan guru perempuan
dan laki-laki menjadi kepala sekolah

19
Lahirnya Gerakan Kesetaraan Gender

Tahun 1960 an: mulai lahir gerakan Feminisme (di


Amerika)
Gerakan Feminisme ditandai: gerakan ‘civil rights’ +
‘gender needs’
1975: PBB mencanangkan ‘International Decade for
Women’
1979: Resolusi PBB untuk penghapusan segala bentuk
diskriminasi thd perempuan
Indonesia: PUG, UU Penghapusan Kekerasan, UU
KDRT
ISSUES BROUGHT IN WOMEN SOCIAL MOVEMENTS

Various issues were brought in the women’s social


movement:

Higher Education for Women


Stop the Practices of Girl Marriage & Female Genital
Mutilation
No Polygamy Practices
No prohibition on women working and career with high
positions
Ensure Women's Rights in Politics
Reinterpretation of Religious Text that harms Women
Feminisme

suatu aliran pemikiran yang memberikan


penjelasan tentang akar ketimpangan relasi
sosial perempuan dan laki-laki

suatu perjuangan untuk perubahan mendasar


sistem dan struktur sosial yang adil bagi
perempuan dan laki-laki

 IBU KARTINI TOKOH FEMINIS


PUISI: Emansipasi Wanita Indonesia
Raden Ajeng Kartini
Kau lahir pada masa penjajahan
tumbuh menjadi sosok perempuan yang elok
berparas nan cantik dan berakal budi yang baik

Akal budimu menjelajah dunia


Membawa dunia di tangan hawa
Agar sejajar diantara kaum adam
Kau perjuangkan martabat kaum hawa

Untuk perempuang yang terkungkung


Terkekang oleh jiwa jiwa yang terpenjara
Kau bebaskan mereka dengan pengetahuanmu
Kau bela selalu kaum hawa
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai