Anda di halaman 1dari 2

Nama :Arik Gustian Satria F Mata kuliah :Dasar-Dasar Filsafat

NPM :180310170024 Dosen Pengampu :Fadly Rahman, M.A

Mitos, Budaya, dan Perilaku

Dalam pandangan Mircea Eliade dari hasil penyelidikannya mitos mempunyai peranan
penting bagi manusia religius arkhais. Bisa dikatakan bahwa tidak mungkin membicarakan manusia
arkhais tanpa membicarakan mitos, karena mitos merupakan dasar kehidupan sosial dan
budayanya.Sebagaimana yang dituliskan oleh Eliade mitos merupakan dasar kehidupan sosial dan
kebudayaan, bisa kita tinjau saat manusia mempercayai adanya kekuatan yang luar biasa diluar
kemampuan manusia, atau kekuatan roh leluhur, manusia mulai mempercayai dan mempunyai
hasrat untuk melakukan bentuk bentuk pemujaan. Barulah saat mereka melakukan ritus-ritus
pemujaan mereka menciptakan bangunan-bangunan untuk memuja seperti halnya dolmen, punden
berundak, tak hanya hanya di masa animisme dan dinamisme disaat manusia sudah mulai mengenal
konsep sebuah agama, manusia pun membangun sebuah bangunan yang tujuannya untuk
melakukan sebuah peribadahan seperti halnya islam dengan masjidnya, kristen dengan gerejanya,
Hindu dengan puranya, budha dengan viharanya. Tidak hanya dari bangunan,kepercayaan tersebut
menciptakan tari-tarian yang tentu dianggap sakral, misalnya di Jawa Barat ada tari ngalage yaitu
tarian yang dilakukan saat perayaan panen padi, tarian ini ditujukan sebagai rasa terimakasih kepada
dewi kesuburan yaitu pohaci sang hyang sri atau lebih kita kenal dewi sri, di Bali ada tarian yang
bernama sang hyang jaran tarian ini dipercayai oleh masyarakat sekitar sebagai tari yang bisa
mengusir roh-roh jahat, dan tentunya masih banyak tarian semacam itu di berbagai daerah di
Indonesia. Tentu didalan ritual yang bersifat sakral manusia mulai menciptakan pakaian khusus
untuk melakukan atau mengikuti upacara sakral tersebut.

Berpindah dari sisi budaya kali ini kita akan bahas sisi dari kehidupan sosial yang
dipengaruhi oleh mitos dalam hal ini bisa kita lihat salah satunya dari suku baduy, orang-orang
baduy mereka berpedoman pada pikukuh aturan adat mutlak mereka, pikukuh itu adalah aturan atau
cara bagaimana mereka melakukan perjalanan hidup sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
nenek moyang mereka. Di masyarakat baduy mereka mengenal apa yang dimaksud dengan buyut,
buyut itu adalah sebuah larangan atau apa saja yang menjadi hal-hal tabu bagi mereka, ada buyut
untuk masyarakat umum disana ada juga buyut yang khusus untuk pemegang mandat buyut di
baduy atau dikenal puun, contohnya ada buyut yang mengatur puun yaitu tidak boleh beristri lebih
dari seorang, tidak boleh makan daging, tidak boleh bertemu orang luar sebelum usia 25 taun bila
menjadi puun diusia muda, makan harus menggunakan piring kayu, cangkir kayu, atau batok
kelapa, tidak boleh merokok, tidak boleh berpergian keluar kecuali dipanggil oleh pemerintah
itupun tidak boleh menggunakan kendaraan. Tentu ada sangki atau hukunan bagi mereka yang
melanggar buyut tersebut. Menurut Eliade memang fungsi mitos yang utama adalah menetapkan
contoh model bagi semua tindakan manusia, baik dalam upacara-upacara maupun kegiatan sehari-
hari yang bermakna, misalnya makan, seksualitas, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selain itu mitos juga
berperan sebagai sarana penyembuhan saya rasa diera modern ini masih banyak pengobatan-
pengobatan dengan cara supranatural ini contohnya mungkin yang sekarang lumayan ramai di
youtube akun bernama dadap kelor atau dikenal sebagai pak jero. Dalam tulisannya Eliade
membagi mitos menjadi 5 tipe yaitu, mitos kosmogoni yang mengisahkan terjadinya alam semesta
secara keseluruhan, mitos asal-usul, mitos tentang Dewa-dewa dan makhluk ilahi, mitos androgini,
dan yang terakhir mitos akhir dunia.

Mitos menjadi suatu kebenaran yang pasti dan menetapkan suatu kebenaran absolut yang tak
bisa diganggu gugat. Maka itu ia menggaris bawahi bahwa mitos sama sekali berbeda dengan
dongeng, dongeng bukanlah merupakan kenyataan. Dalam tulisannya pun Eliade menjelaskan
dalam semua mitologi terdapat suatu pola dasar, yaitu suatu pola yang mempersatukan secara
harmonis realitas-realitas dan pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan yang disebut
coincidentia oppositorum. Pengalaman mitis ini memasuki hampir semua pengalaman religius
manusia, Eliade menuliskan hal ini bahkan masuk kedalam tradisi yang sangat keras misalnya
Yudeo-Kristiani. Yahweh itu peramah sekaligus pemurka, Tuhan para mistik dan para teolog
Kristen itu lemah-lembut dan menakutkan sekaligus. Dalam islam pun kita mengenal hal tersebut
bila kita membaca asmaul husna kita bisa melihat allah itu maha merendahkan (Al-Khaafidh) tapi
allah juga maha meninggikan (Ar-raafi), allah itu maha memuliakan (Al-mu’izz) sekaligus maha
menghinakan (al-mudzill).

Berbeda dengan manusia arkhais, manusia modern dicirikan oleh ketidakpercayaan akan
mitos-mitos. Namun dilain pihak, manusia modern masih membutuhkan mitos-mitos dan
kenyataanya dalam masyarakat modern sekarang ini masih terdapat sikap-sikap mitologis. Mitologi
ini sedikit demi sedikit mengalami desakralisasi dan di era modern orang-orang biasanya mencari
makna yang tersirat dari sebuah mitos. Sebagai ganti mitologi kudus, manusia modern mempunyai
mitos-mitos sekular dan mitos politik. Seiring berjalannya waktu mitos juga kerap digunakan untuk
memenuhi berbagai jenis tujuan. Mitos politik ini bisa kita lihat salah satunya dalam buku
Mohammad Yamin yang berjudul 6000 taun sang merah putih. Di masyarakat modern pun
seringkali mitos menjadi latar untuk membuat film-film baik yang diputar di bioskop, maupun di
acara-acara televisi.

Referensi : Hary Susanto.1987.”Pandangan Mircea Eliade Tentang Mitos”, Dalam Mitos Menurut
Pemikiran Mircea Eliade, hal.71-106.

Anda mungkin juga menyukai