Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease
Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Beberapa
PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP),
kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Para peneliti mendapati bahwa
infeksi kelamin terkait dengan risiko keguguran pada trimester pertama dan kedua
(Sarwono, 2011).
Selain itu, infeksi kelamin yang menyebar secara hematogen dan masuk ke sirkulasi
janin akan menimbulkan kecacatan, terhambatnya pertumbuhan, hingga janin mati dalam
kandungan. Untuk itu, wanita hamil disarankan untuk melakukan skrining dan
penanganan sedini mungkin sejak awal kehamilan sehingga mengurangi resiko
kehamilannya. Terdapat banyak penyakit menular seksual atau penyakit kelamin yang
dikenal, namun yang tersering adalah gonore, sifilis, HIV/AIDS, kondiloma akuminata,
bacterial vaginosis, infeksi genital nonspesifik, hepatitis B, herpes genitalis, kandidiasis
vulvovaginalis, dan trikomoniasis. Perhatian lainnya ditujukan kepada pengobatan
penyakit, dimana pemilihan obat yang aman bagi ibu dan janin harus diperhatikan,
namun efektivitasnya terhadap penyakit cukup baik.
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang
yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan
salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada
dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di
negara berkembang (Sarwono, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2011) sebanyak 70% pasien wanita dan
beberapa pasien pria yang terinfeksi gonore atau klamidia mempunyai gejala yang
asimptomatik. Antara 10% – 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidia yang tidak
tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease. Penyakit menular
seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita.
Angka kejadian PMS dari 340 juta kasus baru yang dapat disembuhkan (sifilis,
gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada laki-laki

1
dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh
dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti
Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan Karibean. Di Amerika, jumlah wanita yang
menderita infeksi klamidial 3 kali lebih tinggi dari laki- laki. Dari seluruh wanita yang
menderita infeksi klamidial, golongan umur yang memberikan kontribusi yang besar
ialah umur 15-24 tahun (Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2008).
Prevalensi PMS di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di
negara maju. Pada perempuan hamil di dunia, angka kejadian gonore 10 – 15 kali lebih
tinggi, infeksi klamidia 2 – 3 kali lebih tinggi, dan sifilis 10 – 100 kali lebih tinggi jika
dibandingkan dengan angka kejadiannya pada perempuan hamil di negara industri. Pada
usia remaja (15 – 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara
seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus PMS baru yang
didapat. Kasus-kasus PMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50% - 80% dari
semua kasus PMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan “screening” dan
rendahnya pemberitaan akan PMS (Sarwono, 2011).
Di Indonesia, berdasarkan Laporan Survei Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP) oleh
Kementrian Kesehatan RI (2011), prevalensi penyakit menular seksual (PMS) pada tahun
2011 dimana infeksi gonore dan klamidia sebesar 179 % dan sifilis sebesar 44 %. Pada
kasus Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) selama delapan tahun terakhir mulai dari tahun 2005 – 2012 menunjukkan
adanya peningkatan. Kasus baru infeksi HIV meningkat dari 859 kasus pada 2005
menjadi 21.511 kasus di tahun 2012. Sedangkan kasus baru AIDS meningkat dari 2.639
kasus pada tahun 2005 menjadi 5.686 kasus pada tahun 2012.
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanakkanak menuju
masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi
reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik
fisik, mental, maupun peran sosial. Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan
yang utama, karena pada masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan
dikarenakan perkembangan arus moderenisasi yang mendunia serta menipisnya moral
serta keimanan seseorang khususnya remaja pada saat ini. Pergaulan remaja saat ini
sangat mengkhawatirkan, ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya angka
pemakaian narkoba di kalangan remaja, dan adanya seks bebas di kalangan remaja di luar
nikah (Jahja, 2012).
1.2 Rumusan Masalah

2
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit menular seksual (PMS)?
2. Apa saja tanda gejala penyakit menular seksual (PMS)?
3. Apa saja macam PMS yang disebabkan oleh bakteri?
4. Apa saja macam PMS yang disebabkan oleh virus?
5. Apa saja macam PMS yang disebabkan oleh parasit?
6. Apa saja peran bidan di komunitas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit menular seksual (PMS).
2. Untuk mengetahui tanda gejala penyakit menular seksual (PMS).
3. Untuk mengetahui PMS yang disebabkan oleh bakteri.
4. Untuk mengetahui PMS yang disebabkan oleh virus.
5. Untuk mengetahui PMS yang disebabkan oleh parasit
6. Untuk mengetahui peran bidan di komunitas

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Menular Seksual

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang penularannya terjadi melalui
kontak seksual baik dalam bentuk kontak seksual genital, oral atau anal. Banyak
penderita PMS tidak menyadari bahwa dirinya mengidap PMS oleh karena penyakit ini
seringkali tidak menunjukkan gejala (Sarwono, 2011).
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. PMS dapat
menyebabkan :
1. Abortus
2. Kehamilan Ektopik
3. Persalinan preterm
4. Lahir mati
5. Cacat bawaan
6. Morbiditas neonatus
Seringkali penularan pada janin terjadi saat persalinan, saat melalui jalan lahir yang
terinfeksi. Namun, sejumlah infeksi juga dapat terjadi secara transplasental sehingga
menyebabkan infeksi janin intrauterin. Suatu hal yang penting untuk memastikan
bahwa wanita hamil bebas dari PMS. Pada kunjungan prenatal pertama, provider
kesehatan (bidan, dokter , obstetric & gynecologist) akan melakukan skrining untuk
beberapa jenis PMS, termasuk HIV – human immunodeficiency virus ( pada beberapa
sentra kesehatan tertentu ) dan syphilis. Beberapa jenis PMS dapat disembuhkan dengan
obat, namun tidak semua jenis PMS dapat diobati dengan obat.Bila jenis PMS yang
diderita termasuk jenis yang sulit disembuhkan maka harus diambil langkah terbaik
untuk melindungi janin yang dikandung (Sarwono, 2011).
Penyakit kelamin (veneral disease) sudah lama di kenal dan beberapa di antaranya
sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrea. Dengan semakin majunya ilmu
pengetahuan ,dan semakin banyaknya penyakit–penyakit baru, sehingga istilah tersebut
tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted Diseases ( STD ) atau
Penyakit Menular Seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah Sexually Transmitted
Diseases (STD) mulai berubah menjadi Infeksi menular seksual (IMS) agar dapat
menjangkau penderitaan asimptomatik (Sarwono, 2011).

4
Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu
orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan seksual baik
lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama
jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga kelainan
ditimbulkan tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah
ekstra genital. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS
adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun)
(Prayetni,2016).

2.2 Tanda dan gejala


Gejala penyakit menular seksual (PMS) dibedakan menjadi:
1. Perempuan
a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian
tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat
kelamin.
b) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan,
berbau atau berlendir.
c) Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin.
d) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul dan tidak
berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi (infeksi
yang telah berpindah kebagian dalam sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi
dan ovarium).
e) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin (Prayetni,2016).

2. Laki – laki
a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus , mulut atau bagian
tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil , diikuti luka yang sangat sakit di sekitar
alat kelamin.
b) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari pembukaan
kepala penis.
c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau
setelah urination.
d) Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong zakar
(Prayetni,2016).
2.3 PMS yang Disebabkan oleh Bakteri
Bakteri adalah jasad renik bersel tunggal yang dapat menyebabkan banyak penyakit
kelamin yaitu gonore, sifilis dan chlamidia.
1. Gonorhea (Kencing Nanah)
1. Definisi

5
Gonorhoe adalah IMS yang disebabkan oleh diplokokus intrasel gram-negatif
anaerob Neisseria gonorrhoeae. gonorrrhoeae dibawah mikroskop cahaya tampak
sebagai diplokokus berbentuk biji kopi dengan lembar 0,8 µm dan bersifat tahan
asam. Kuman ini bersifat gram negative, tampak diluar dan di dalam leukosit
polimorfnuklear, tidak dapat bertahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan
kering, tidak tahanpada suhu di atas 39° C, dan tidak tahan zat desinfektan (Romauli,
dkk. 2014).
2. Etiologi
Organisme gonokokus (gonokokus, GC) adalah bakteri diplokokus berbentuk
kacang-kacang merah, yang bersifat patogen pada epitel. Lokasi infeksi yang umum
mencakup :
1) Orofaring
2) Konjungtiva mata
3) Uretra pria
4) Saluran reproduksi wanita. GC menetap dalam vagina hingga menstruasi, saat
kanalis serviks terbuka, dan kemudian naik ke uterus serta tuba falopii.
5) Rektum (Romauli, dkk. 2014).
3. Gambaran klinis
Gejala pada wanita berbeda dengan pria, karena perbedaan antomi dan fisiologi
genital wanita dan pria. Masa inkubasinya bervariasi, singkat (mulai dari beberapa
jam sampai 2- 5 hari ), gejala dan tanda pada ibu hamil:
a. Disuria
b. Gatal pada vulva
c. Sekret purulenta dari uretra
d. Kelenjar batholini membesar
e. Orofaringitis ( penyebab hubungan oral – genital )
f. Rektum ( penyebab hubungan rectum dan genital)
g. Konjungtivitis ( melalui alat/ tangan)
h. Kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri di panggul bawah (Prayetni,2016).
4. faktor resiko
Kelompok berisoko tinggi
a. PSK ( Pekerja Seks Kormesial )
b. Orang yang mempunyai 1 pasangan seksual tetapi pasanganya suka bergonta –
ganti pasangan seksual
c. Pada wanita usia 16-24 tahun
d. Pada laki-laki usia 20-34 tahun
e. Homoseks dan pecandu narkotika
5. Prognosis .

6
Bayi yang terkena gonorhoe akan menjadi buta, pembengkakan pada kedua
kelopak mata dan matanya mengeluarkan nanah. Selain itu penyakit sistemik seperti
meningitis dan arthritis, sepsis, pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan
(Romauli, dkk. 2014).
6. Penatalaksanaan
Pada ibu hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetraksiklin
yang direkomendasikan adalah golongan sefalosporin ( seftriakson 250 Mg/ IM dosis
tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisil atau sefalosporin tidak dapat
ditoleransi sebaiknya diberikana Spektinomisin 2 gr/IM sebagai dosis tunggal.
Pada wanita hamil juga dapat diberikan amoksisilin 2 grm / 3 gram peroral
dengan tambahan probenesid 1 grm oral sebagai dosis tunggal saat isolasi
N.Gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan
untuk pengobatan jika disertai infeksi C. Trachomatis (Romauli, dkk. 2014).
7. Pencegahan
a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi
b. Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama
sekali risiko penularan penyakit ini
c. Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
d. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih
jauh dan mencegah penularan
e. Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan
kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan (Romauli, dkk. 2014).

Gambar Gonorhea
2. Syphilis
1. Definisi

7
Sifilis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang biasa dikenal dengan
raja singa. Sifilis dapat menular pada bayi yang dikandung secara transplasenta dan
menimbulkan kecacatan.
Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh treponema pallidum
yang dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga
susunan saraf pusat. Infeksi terbagi atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis
sekunder, sifilis laten dini dan lanjut, serta neurosifilis (sifilis tersier). Sifilis umumnya
ditularkan lewat kontak seksual, namun juga dapat secara vertical pada masa kehamilan
(Sarwono, 2011).
2. Etiologi
1) Sifilis disebabkan oleh treponema pallidum, spiroket yang menginfeksi mukosa
sampai timbulnya kanker membran.
2) Sifilis sulit di lacak dan penyakit ini hanya menghilang ke dalam tubuh dan terus
melakukan kerusakan di tempat-tempat yang tidak dapat dilihat
3) Lama masa inkubasi, dari waktu pajanan sampai timbulnya kanker primer,
bergantung pada jumlah microorganisme yang menetap saat infeksi dan berapa
lama organism ini bereplikasi. Spiroket membutuhkan 33 jam untuk bereplikasi
dibandingkan bakteri yang hanya memerlukani beberapa menit untuk bereplikasi.
a. Inkubasi pada tahap primer adalah 10-90 hari setelah kontak, rata-rata 21 hari.
la sembuh dengan spontan dalam 3 minggu tanopa terapi.
b. Inkubasi pada tahap sekunder adalah 17 hari samapai 6 bulan setelah kontak,
rata-rata 2,5 bulan. Bila sifilis tidak diobati tanda dan gejala sembuh secara
spontan dalam 2-8 minggu, dengan rata-rata 4 minggu.
c. Tahap laten dimulai setiap lesi sekunder hilang.
4) Individu dinyatakan infeksius bila muncul salah asatu lesi primer atau
sekunder.Respon antibody awal adalah IgM, dan dalam 2 minggu IgM berubah
menjadi IgG (Sarwono, 2011).
3. Gambaran klinis
Pada kehamilan gejala klinik tidak banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil,
hanya perlu diwaspadai hasil tes serologi sifilis pada kehamilan normal bisa
memberikan hasil positif palsu.Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya
terjadi setelah plasenta terbentuk utuh, kira – kira sekitar umur kehamilan 16 minggu.
Oleh karena itu bila sifilis primer atau sekunder ditemukan pada kehamilan setelah 16
minggu, kemungkinan untuk timbulnya sifilis congenital lebih memungkinkan.
1. Tahap primer menunjukan ciri-ciri berikut :

8
1) Lesi primer adalah kanker: papula kecil yang membentuk jalan masuk dan
menghancurkan diri untuk membentuk ulserasi superficial yang tidak nyeri, dan
berakhir selama 5 minggu dan sembuh secara spontan. Lesi mungkin satu atau
banyak.
2) Sekitar 70% kasus terjadi duseminata dari jalan masuk infeksi ke kelenjar limfe
yang menyebabkan pembesaran kelenjar limfe pada lipatan paha dan axila yang
diikuti pembesaran kelenjar limfe yang lain (bubo-satelit), nyeri tekan dan
berbatas tegas (Sarwono, 2011).
2. Tahap sekunder
Disebabkan diseminata hematogen yang berasal dari drainase kelenjar limfe
regional. Tahap sekunder ditandai dengan kondisi berikut:
1) Ruam kulit yang menyeluruh, bilateral, tidak gatal, dan tidak nyeri. terutama di
membrane mukosa, telapak tangan dan telapak kaki. Ruam yang muncul bisa
berupa salah satu atau semua bentuk lesi berikut:
a) Macula datar, berwarna tembaga.
b) Papula eritematosa, berkerak.
c) Pustule
2) Tampilan ruam dalam mulut berupa erosi putih yang disebabkan dengan
“tempelan mukosa”.
3) Lesi lecet yang berkombinasi dengan kondiloma latum yang terbentuk pada area
tubuh yang lembab, seperti area vulva dan perianal. Lesi ini berupa sekelompok
kecil veruka datar yang tertutup oleh eksudat keabu-abuan; lesi ini sangat
infeksius. Jangan keliru membedakan lesi ini dengan kondiloma akuminata,
veruka eksternal yang disebabkan oleh HPV (Sarwono, 2011).
4) Gejala sistemik yang biasa terjadi:
a) Adenopati yang menyeluruh.
b) Demam, malaise, letargi dan sakit kepala
c) Anoreksia dan penurunan berat badan
d) Alopesia terjadi dimana saja pada tubuh (Sarwono, 2011).
3. Tahap laten
Terjadi setelah manifestasi sifilis sekunder hilang tanpa terapi. Spiroket yang
tinggal dalam keadaan dorman ditubuh dan termanifestasi sendiri beberapa tahun
kemudian seiring degenerasi banyak organ. Spiroket dapat didiagnosis dengan uji
laboratorium saat tidak ada manifestasi klinis, terutama bila riwayat pejanan telah
diketahui atau terdapat riwayat lesi primer atau sekunder. Dengan gejala:
1) Luka primer didaerah genetalia atau tempat lain seperti dimulut dari sekitarnya.
Pada lues sekunder kadang – kadang timbul kondiloma lata. Lues laten dan
sudah lama dapat menyerang organ tubuh lainnya.

9
2) Pemeriksaan serologis reaksi wassermann dan VDRL
3) Kelahiran mati atau anak yang lalu dengan lues congenital merupakan petunjuk
bahwa ibu menderita sifilis (Sarwono, 2011).
4. Tahap Tersier
Sifilis tersier adalah kelanjutan dari sifilis sekunder. Dengan tandda khas
Gumma ( infiltrate berbatas tegas, lunak, destruktif, besarnya bervariasi ) dapat
menjadi ulkus. Dapat terjadi pada mukosa, tulang, hepar, kardiovaskuler.
4. Faktor resiko
a. Paling sering terjadi pada golongan usia muda umur 20 – 29 tahun
b. Orang yang melakukan kontak langsung dengan infeksius awal lesi awal kulit atau
selaput lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan penderita sifilis.
c. Dapat diturunkan oleh ibu penderita pada anak yang dikandungnya
d. Bergonta ganti pasangan seksual
e. Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual
f. Melalui barang perantara yang sedah dipakai oleh penderita seperti pakaian
dalam, handuk dan sebagainya (Djuanda, 2017).
5. Prognosis
Prognosis pada ibu hamil dengan sifilis buruk, jika tidak dilakukan dengan
penanganan yang tepat akan berdampak buruk baik si Ibu maupun untuk janin yang
dikandungnya. Pada saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah
beberapa minggu, tetapi dapat pula kelainan ada sejak lahir. Di mana virus Troponema
Pallidum masuk secara hematogen melalui placenta ( UK 10 minggu ), sehingga janin
yang terinfeksi dapat mati atau abortus, lahir mati atterm ( IUFD ), dan lahir hidup
dengan tanda- tanda sifilis kongenital.
Pada bayi dapat dijumpai kondisi sebagai berikut :
a. Pertumbuhan intrauterine yang terlambat
b. Kelainan membrane mukosa ( bibir, mulut, laring dan mukosa genital)
c. Kelainan kulit, rambut dan kuku
Dapat berupa macula eriterm, papullosqruamosa, dan bulla.Bulla sedah ada sejak
lahir yang tersebar secara simetris terutama pada telapak tangan dan kaki.
d. Kelainan tulang ( terjadi pada 6 bulan pertama) (Djuanda, 2017).
Tanda sifilis kongenital lanjut :
a. Kornea : Keratitis intersisial
Biasanya terjadi pada umur pubertas dan bilateral.pada kornea timbul pengabuan
menyerupai gelas disertai vaskularisasi sclera.Terjadi pada 20 – 50% kasus sifilis
kongenital lanjut.
b. Tulang : Perisynovitis

10
Mengenai kedua lutut yang akan mengakibatakan terjadinya bengkak tanpa nyeri
yang simetris.
c. Sistem saraf pusat
Biasanya yang menjadi tanda adalah adanya kelemahan umum dan renjatan
(Djuanda, 2017).
6. Penatalaksanaan
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pada
bayi.Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis
didapat maupun kongenital.Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan
kontraindikasi. Pengobatan sifilis pada kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Sifilis Dini ( primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dari 2 tahun)
Benzatine Penisillin 1x / IM, Penisillin G Prokain dalam aquadest 600.000 IU/IM
selama 10 hari.
b. Sifilis Lanjut ( lebihan dari 2 tahun )
Benzatine Penisillin G 2.4 juta IU/ IM setiap minggu, selama 3x berturut- turut,
atau dengan Penisilin G Prokain 600.000 UI/ IM setiap hari selama 21 hari.
c. Neurosifilis
Benzidin penicillin 6 – 9 MU selama 3 sampai 4 minggu. Selanjutnya dianjurkan
pemberian benzyl penicillin 2 -4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari.
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil
atau pada triwulan 1 untuk mencegah penularan pada janin. Suami harus diperiksa
dengan menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati (Djuanda,
2017).

Gambar Syphilis
3. Chlamidia

11
1. Etiologi
Chlamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, suatu parasitnya dapat
hidup didalam sel sehingga menimbulkan peradangan pada saluran kencing pada
wanita dan pria. Infeksi biasanya berlangsung pada hubungan seks lewat vagina dan
anus.
2. Cara Penularan
Hubungan seks vaginal dan anal.
3. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi
Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang
Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan
menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di mana
sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu yang
terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
4. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir
Lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang
dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
5. Tanda- tanda atau gejalanya
1) Pada laki-laki
a) Nyeri waktu buang air kecil.
b) Berat pada buah pelir dan gatal.
c) Kesukaran buang air kecil.
d) Demam.
2) Pada wanita
a) Nyeri waktu buang air kecil.
b) Nyeri di perut bawah.
c) Gangguan sirklus menstruasi
d) Mengalami keputihan ringan.
e) Demam.
6. Mencegah penyakit chlamidia
1) Berpantang seks sebelum menikah.
2) Hubungan monogami seumur hidup.
3) Melakukan seks yang aman.
4) Periksalah organ reproduksi anda ke rumah sakit.
5) Hindarkan gonta-ganti pasangan.
6) Sebelum menikah pilihlah pasangan secara berhati-hati (Djuanda, 2017).
Infeksi Chlamidya Trachomatis (C.trachomatis) pada banyak negara merupakan
penyebab utama infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dalam bidang
infeksi menular seksual C. trachomatis dapat merupakan penyebab uretritis, servisitis,
endometritis, salpingitis, perihepatitis epididimitis, limfogranuloma venerium dan
seterusnya (Romauli dkk, 2014).

12
Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih merupakan problematik karena
keluhan ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, serta
mungkin menyebabkan komplikasi yang serius, seperti infertilitas dan kehamilan
ektopik. Selain itu bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi mempunyai resiko untuk
menderita konjungtivitis dan atau pneumonia.) Beberapa penelitian menunjukkan
meningkatnya risiko kehamilan dan persalinan pada ibu dengan infeksi klamidia,
misalnya dapat menimbulkan abortus, kematian janin, persalinan preterm,
pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dini, serta endometritis paska aborsi
(Romauli dkk, 2014).
Bayi yang lahir per vaginam dari ibu dengan infeksi Chlamydia 20-50% dapat
mengalami konjungtivitis inklusi dalam 2 minggu pertama kehidupannya. Pneumonia
dapat terjadi pada usia 3-4 bulan dengan prevalensi 10. Selain itu, dapat pula terjadi
otitis media, obstruksi nasal, dan bronkiolitis. Risiko infeksi perinatal tidak terjadi bila
persalinan berlangsung per abdominal kecuali bila telah terjadi ketuban pecah
sebelumnya (Ahmad, 2017).
Diagnosis infeksi klamidia dapat ditegakkan bila sekret mukopurulen dari ostium
uteri eksternum atau apusan serviks pada biakan menemukan mikroorganisme ini.
Selain itu, dapat pula dilakukan pemeriksaan sitologi yang memperlihatkan adanya
badan inklusi intrasel, pemeriksaan secara serologic yang menunjukkan adanya
kenaikan titer antibodi, misalnya dengan ELISA, fiksasi komplemen, dan
mikroimunofluoresensi. Doxycycline dan ofloxacin, yang merupakan first-line
treatment pada infeksi chlamydia adalah kontraindikasi pada kehamilan. Obat yang
direkomendasikan adalah azitrhromycin 1 gram per oral dosis tunggal atau
amoksisilin 500 mg 3 secara oral selama 7 hari (Aziz, et al, 2017).
Pengobatan infeksi Chlamydia dalam kehamilan perlu juga memperhatikan
infeksi campuran dengan gonore. Bila sarana diagnostik tidak ada, kasus dengan
risiko tinggi perlu mendapat pengobatan dengan eritromisin 500 mg secara oral 4 kali
sehari selama 7 hari atau eritromisin 250 mg secara oral 4 kali sehari selama 14 hari.
Pencegahan terhadap ophthalmia neonatorum perlu dilakukan dengan memberikan
salep mata eritromisin (0,5%), atau tetrasiklin (1%) segera setelah bayi lahir (Ahmad,
2017).
4. Bakterial vaginosis
Bakterial vaginosis adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang
disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan

13
Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina. Secara
klinik, untuk menegakkan diagnosis bacterial vaginosis harus ada tiga dari empat
criteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik
sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada ca duh yang
homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5
Awalnya infeksi pada vagina hanya disebut dengan istilah vaginitis, di dalamnya
termasuk vaginitis akibat Trichomonas vaginalis dan akibat bakteri anaerob lain
berupa Peptococcus dan Bacteroides, sehingga disebut vaginitis nonspesifik (Aziz, et
al, 2017).
Dalam kehamilan, penelitian membuktikan bahwa bakterial vaginosis merupakan
salah satu faktor penyebab pecahnya ketuban pada kehamilan dan persalinan prematur.
Dengan demikian, pemeriksaan terhadap kemungkinan infeksi perlu diperhatikan.
Pengobatan yang dianjurkan metronidazol 250 mg per oral diberikan 3 hari selama 7
hari. Pendapat lama mengenai metronidazol yang tidak dianjurkan untuk diberikan pada
trimester pertama kehamilan ternyata dari beberapa penelitian besar yang melibatkan 150
200.000 sampel tidak menunjukkan efek teratogenik sama sekali. Pada saat ini
metronidazol boleh dipakai pada seluruh masa kehamilan. Dapat juga diberikan
klindamisin 300 mg secara oral 2 kali sehari selama 7 hari (Daili dkk, 2010).

2.4 PMS yang Disebabkan oleh Virus


Virus adalah penyakit yang merusak tubuh dengan cara menyerang sistem imun
tubuh.Virus yang menimbulkan PMS ialah AIDS, herpes dan genital warts
1. Herpes Genital (HSV-2)
1. Etiologi
Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 2 yang mengakibatkan
lepuh yang nyeri dan luka di daerah kemaluan dapat berpindah melalui seks oral dan
berciuman. Biasanya menyerang kalangan orang berintelek seperti mahasiswa, hati -
hati virus ini dapat menembus kondom, disarankan memakai kondom plus spermisida.
2. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi
Orang yang terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk
terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
3. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi
Perempuan yang mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil
akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian
akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan

14
operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
4. Tanda- tanda atau gejalanya
1) Gejala timbul sekitar 6-8 hari sesudah infeksi dalam bentuk luka di daerah
kemaluan.mula-mula berupa bintit merah yang perih di vulva atau penis.
2) Virus ini mengakibatkan sakit kepala ,nyeri otot ,demam,kelenjar getah bening
membengkak,dan nyeri waktu buang air kecil.
5. Mencegah penyakit herpes
1) Berpantang seks sebelum menikah.
2) Melakukan seks yang aman.
3) Periksalah organ reproduksi anda ke rumah sakit.
4) Hindarkan gonta-ganti pasangan.
5) Sebelum menikah pilihlah pasangan secara berhati-hati (Daili dkk, 2010).

Gambar Herpes
2. HIV/AIDS
1. Definisi
HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh,dan AIDS adalah
kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang
dibentuk setelah lahir.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit turunan, immuno berarti
sistem kekeblan tubuh, Deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah
kumpulan gejala. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
kekebalan tubuh, sehingga mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang berakibat
fatal. Selain penyakit infeksi,penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan
demikian gejala AIDS amat bervariasi. Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah
virus HIV (Humman Immuno-deficiency Virus) (Daili dkk, 2010).

15
2. Etiologi
1) Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV,seperti
hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik,dan alat-alat
penusuk (tato,penindik,dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang
mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita
2) Yang mengidap HIV (+).Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih
mungkin tertular.
3) Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi ,sebagian besar penularan
terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika
persalinan berlanjut lama.Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko
tertular oleh darah ibu,Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi HIV juga
mengandung virus itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular
(Daili dkk, 2010).
3. Gambaran klinis
Sebagian penderita mengalami gejala-gejala berikut dalam masa 2 - 6 minggu
selepas dijangkiti kuman HIV:
a. Demam
b. Sakit tekak dan batuk
c. Sakit otot
d. Sakit kepala
e. Bengkak kelenjar limfa
f. Letih
g. Ruam
h. Sakit sendi
i. Turun berat badan
Gambaran klinis pada anak :
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai
penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur
muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu
ke anak. Lima puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3
tahun. Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum
memperlihatkan gejala AIDS pada umur 10 tahun. Gejala klinis yang terlihat adalah
akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena
itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa gagal tumbuh, berat
badan menurun, anemia, panas berulang, limfadenopati, dan hepatosplenomegali
(Daili dkk, 2010).
Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia
interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV

16
pada jaringan paru. Manifestasi klinisnya berupa hipoksia, sesak napas, jari tabuh, dan
limfadenopati. Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus
bilateral, terkadang dengan adenopati di hilus dan mediastinum.
Infeksi HIV terjadi melalui 3 tahapan :
a. Tahap Primer/Akut
Terjadi dalam 3-6 minggu, manifestasinya klinisnya berlangsung selama kurang
lebih 1 bulan yang menyebabkan nyeri kepala, demam.Pada tahap ini virus dapat
dideteksi di dalam darah. Jumlah sel CD4+ sedikit menurun : 750-1000 sel/mm3.
b. Tahap Kronik / Asimptomatik
Dapat berlangsung selama 10 tahun, replikasi virus berlangsung lebih cepat dan
lebih destruktif CD4 sebanyak 500 sel/mm3
c. Tahap AIDS
Ditandai dengan penurunan jumlah sel CD4+ yang progresif (200 sel/mm3) (Daili
dkk, 2010).
4. Faktor resiko
a. Mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi yaitu melakukan seksual tanpa
kondom dengan banyak mitra seksual yang dapat berpotensi HIV/ AIDS
b. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
c. Mempunyai riwayat menerima transfuse darah berulang, tanpa tes penapisan awal
d. Mempunyai perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak
steril dan bergantian
e. Sebagai pemakai narkoti suntik terutama pemakaian jarum bersama secara
bergantian tanpa sterilisasi yang memadai (Sarwono,2011).
5. Prognosis
Tujuh puluh delapan persen ( 78% ) bayi yang terinfeksi HIV akan menunjukan
gejala klinis menjelang umur 2 tahun dan biasanya 3 sampai 4 tahun kemudian akan
meninggal.Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa
orng yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain
seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakan gejala selama lebih dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan , infeksi HIV ,mempunyai resikom1-2 % untuk menjadi AIDS pada
beberapa tahun pertama. Risiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Teknik
perhitungan jumlah virus HIV ( plasma RNA ) dalam darah seperti polymerase chain
reaction ( PCR ) dan branched deoxyribo nucleid acid (bDNA ) test membantu dokter
untuk memonitor efek penobatan dan membantu penilaian prognosis penderita. Kadar
virus ini bervariasi mulai kuran dari beberapa ratus sampai lebi dari sejuta virus
RNA/mL plasma (Sarwono,2011).

17
Dengan HIV, antibodinya dihasilkan dalam jangka 3-8 minggu. Tahap berikutnya
sebelum antibody tersebut dapat dideteksi dikenal sebagai tahap jendela. Pengujian
dapat dilakukan dengan menggunakan sampel darah, air liur atau air kencing.
Pengujian HIV harus dilakukan sejalan dengan bimbingan sebelum-selama-dan
sesudahnya. Jumlah normal dari sel-sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800-
1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel-sel CD4+T-nya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi infeksi
oportunistik(Sarwono,2011)..
6. Penatalaksanaan
Tata cara mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi caranya dengan melakukan
skrining yg baik, cara lainnya dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu positif
HIV, selain itu dengan melakukan persalinan yang aman pada saat persalinan, selama
persalinan, setelah persalinan.
Untuk mencegah HIV perlu juga diberikan obat anti HIV pada ibu hamil yang
diketahui terinfeksi HIV pada TM II dan III, diberikan AZT peroral, sedangkan saat
persalinan diberikan AZT melalui infus, keada bayi baru lahir diberikan selama 6
minggu.
Pada persalinan normal kemungkinan penularan HIV lebih besar sehingga pada
ibu hamil di anjurkan untuk menjalani operasi caesar.
Manajemen ibu hamil penderita AIDS tanpa gejala atau dengan gejala, sebaiknya
mendapatkan langkah- langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi Resiko Tinggi yaitu pemakai narkotika intravena, pasangan
seksualnya memakai narkotika intravena.
b. Dilakukan pemeriksaan darah terhadap HIV.
c. Diberikan peningkatan pengetahuan tentang HIV/ AIDS
d. Memberikan konseling mengenai masalah HIV/ AIDS
Infeksi HIV/AIDS saat ini belum ditemukan obatnya sehingga disarankan bagi
mereka yang menderita HIV tidak melakukan huhungan badan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi (Sarwono,2011).
3. Human Papilloma Virus (HPV)
1. Cara Penularan
Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
2. Gejala-Gejala
Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau
pada kelamin, anus dan tenggorokan.
3. Pengobatan

18
Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil dapat dihilangkan dengan cara-cara
kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.
4. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains dari virus ini
berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker
vulva, vagina, penis dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks
adalah virus HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan
Amerika setiap tahunnya.
5. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi
Pada bayi-bayi yang terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil
pada tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut
harus dikeluarkan.
6. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah
penularan. Kondom hampir tidak berfungsi sama sekali dalam mencegah penularan
virus ini melalui hubungan seks (Daili dkk, 2010).

Gambar Kondiloma Akuminata


Infeksi HPV pada daerah genital tidak jarang terjadi pada wanita hamil dengan
atau tanpa keluhan. Pada kasus prematuritas banyak ditemukan hasil seropositif
terhadap HPV tipe 16. Akibat yang bisa terjadi kemungkinan munculnya neoplasia
pada daerah serviks. Beberapa tipe dari HPV dapat menimbulkan kutil, kondiloma
akuminata, yang biasanya disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Neoplasia intraepitel
pada serviks lebih disebabkan oleh HPV tipe 16, 18, 45, dan 56. HPV tipe 6 dan 11
dapat menyebabkan laring papilomatosis pada bayi yang dilahirkan yang menghisap
bahan infeksius saat kehamilan (Kornia dkk, 2016).
Masa inkubasi antara 1-8 bulan. Virus masuk ke dalam tubuh melalui
mikrolesi pada kulit sehingga sering timbul pada daerah yang mudah mengalami
trauma pada saat berhubungan seksual. Pertumbuhan kutil dapat dibagi dalam 3

19
bentuk yaitu: bentuk akuminata (jengger), bentuk papul dan bentuk datar. Selain
bentuk itu bila berkembang dapat menjadi sangat besar yaitu Giant Condyloma, sering
dihubungkan dengan kemungkiinan adanya keganasan (Aziz et al, 2017).
Pada saat kehamilan kondiloma akuminata akan membesar dan meluas sampai
memenuhi dan menutupi vagina dan perineum yang menyebabkan kesulita persalinan
pervaginam. Kemungkinan keadaan basah pada daerah vulva pada saat kehamilan
merupakan kondisi yang untuk pertumbuhan virus.
Pengobatan saat hamil sangat mengganggu penderita dan bagusnya lesi ini
biasanya menghilang setelah persalinan. Saat kehamilan dianjurkan untuk sering
mencuci dan membersihkan daerah vulva ditambah membersihkan vagina dengan
irigasi dan menjaga daerah itu tetap kering dan hal ini akan menghambat proliferasi
kutil itu dan mengurangi ketidaknyamanan yang ada. Pemilihan cara pengobatan terga
pada besar, lokalisasi, jenis, dan jumlah lesi serta fasilitas pelayanan yang tersedia.
Pada wanita hamil pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian asam trikloroasetat
50% seminggu sekali dengan cara berhati karena dapat menimbulkan ulkus yang
dalam. (Kornia dkk, 2016).

2.5 PMS yang Disebabkan oleh Parasit


Parasit ialah protozoa (hewan bersel tunggal) yang merugikan dan dapat berkembang
di dalam tubuh
1. Vaginitis
1. Etiologi
Vaginitis adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi atau
peradangan vagina.di tandai dengan keluarnya cairan yang kurang sedap dari vagina.
Dan gatal atau iritasi di daerah kemaluan dan perih sewaktu kencing. disebabkan oleh
bakteri candida dan trichomonas (Aziz et al, 2017).
2. Mencegah infeksi vagina
a. Dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter ahli penyakit kandungan
(ginekolog).
b. Basuhlah bagian luar kemaluan secara teratur dengan sabun ringan.

20
c. Pakailah celana dalam katun.
d. Jangan memakai celana yang terlalu ketat pada selangkangan.
e. Hentikan hubungan seks yang nyeri atau mengakibatkan lecet.
f. Jika kehidupan seks anda aktif, jangan lupa menjaga kebersihan dan memakai
kondom.

Gambar Vaginitis

2. Trikomoniasis
1. Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit protozoa persisten yang umum menyerang
saluran urogenital pada wanita ditandai dengan timbulnya vaginitis dengan bercak
bercak berwarna merah seperti “strawberry”, disertai dengan discharge berwarna hijau
dan berbau. (Ahmad, 2017).
2. Etiologi.
Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis adalah PMS
yang dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif
seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki (Kornia
dkk, 2016).
3. Cara Penularan
Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat
bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular
dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
4. Gejala-Gejala

21
Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna
kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat
berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan
gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi
radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun
pada laki-laki umumnya tidak ada gejala (Kornia dkk, 2016).
5. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin
juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus
tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan
meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya (Kornia dkk, 2016).
6. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi
Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini
dan kelahiran prematur.
7. Prognosis
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya parasit yang bergerak pad
pemeriksaan mikroskopis atau dari kultur discharge. Penyebab penyakit ini adalah
Trichomonas vaginalis, salah satu protozoa dengan flagella. Trichomonas vaginalis
ditularkan khususnya melalui kontak seksual secara langsung. Penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui mutual masturbation dan berbagai sex toys (alat bantu seks)
(Kornia dkk, 2016).
Perempuan yang terinfeksi parasit Trichomonas akan mengeluarkan cairan dari
vagina berwarna kuning kehijauan atau abu abu serta berbusa dalam jumlah banyak,
kadangkala disertai pendarahan dan bau tidak sedap, gatal pada vulva sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman. Sering buang air kecil dan terasa sakit,
pembengkakan vulva, rasa tidak nyaman selama berhubungan seksual dan sakit di
wilayah perut. pendarahan di serviks mungkin terjadi, namun ini bukan gejala umum
dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Pengobatan trikomoniasis dalam kehamilan
adalah dengan meronidazol yang saat ini diyatakan boleh dipakai pada seluruh masa
kehamilan. Sebaiknya diberikan dosis tunggal (2 gram) dibandingkan dengan dosis
terbagi. (Daili dkk, 2010).
8. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi
adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan
trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon dan berbagai metode penghalang
sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular
penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk

22
atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit
ini (Daili dkk, 2010).
3. Kandidiasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Kandidiasis terjadi akibat reaksi
radang yang akibat infeksi jamur di dalam liang vagina dan vulva. Penderita
mengeluhkan kemaluan sangat gatal kadang-kadang sukar tidur dan terdapat banyak
bekas garukan. Sekresi seperti susu kental dan warna putih kekuningan secret tidak
berbau. Seringkali ditemukan adanya faktor predisposisi seperti diabetes melitus,
pemakaian antibiotika yang lama, defisiensi vitamin, pemakaian hormon kortikosterid
dan kontrasepsi oral. (Daili, 2010).
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan usapan mukosa dan kulit yang
terkena, kemudian diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan Gram.
Pada mikroskop akan ditemukan sel sel ragi,blastospora, atau pseudohifa dari Candida
albicans. Infeksi kandida di daerah orofaring neonatus yang lahir dari ibu dengan
kandidiasis vulvovagina memiliki angka penularan hingga 50%.
Pengobatan terhadap kandida di jalan lahir dilakukan sebelum persalinan berlangsung,
yaitu dengan pemberian antifungan secara topikal. Walaupun sekarang diketahui
beberapa macam obat yang cukup efektif dengan pemberian per oral dosis tunggal,
namun belum jelas apakah cara ini cukup efektif dan aman untuk diberikan. Hanya
derivat-azol topikal yang dianjurkan untuk digunakan pada wanita hamil (Daili, 2010).

2.6 Peran Bidan Di Komunitas


Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah pelayanan tersendiri
sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang lain. Peran, fungsi, tugas/tanggung
jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai dengan wewenang yang diberikan
pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan tugasnya. Asuhan mendasar kebidanan
komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk rujukan, asuhan kegawatdaruratan,
maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada penyakit, pengobatan ringan, asuhan
pada kondisi kronik, dan pendidikan kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka
bidan perlu melaksanakan kegiatan seseuai dengan kewenangannya dalam menjalankan
praktik mandiri. Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar
dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas (Jahja,2012).
1. Peran Bidan
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan (promosi
kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus kehidupan, melakukan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk mengatasi masalah kesehatan yang
ada di komunitas serta melakukan rujukan kebidanan bila mana ada kasus

23
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan demikian, bidan dituntut harus
kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam upaya pelayanan kebidanan
yang berfokus pada kesehatan reproduksi ibu dan anak, maka bidan memiliki peran
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti (IBI, 2005).
1) Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan kepada wanita dalam
siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas,
neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa antara, keluarga berencana dan
lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
a. Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut ini.
a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan.
b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan
melibatkan
mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan
bersama klien.
c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien/keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause.
i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan
keluarga dan pelaporan asuhan.
b. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

24
d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi
serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga. g) Memberi asuhan
kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
c. Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.
c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam
masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan klien/keluarga.
2) Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan
dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.
b. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan
program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah
kerjanya.
3) Peran sebagai Pendidik

25
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:
a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
b. Melatih dan membimbing kader.
4) Peran Sebagai Peneliti/Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan
program kerja atau pelayanan kesehatan (Jahja,2012).

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa Penyakit Menular Seksual adalah infeksi yang
penularannya terjadi melalui kontak seksual baik dalam bentuk kontak seksual genital,
oral atau anal. Jenis dari penyakit PMS pada ibu hamil diantaranya adalah Sifilis yang
disebabkan virus Troponemma Pallidum, Gonorhoe disebabkan virus Neiseria gonorea
dan HIV/AIDS di sebabkan virus Humman Immuno-deficiency Virus. Dampak dari PMS
ini sangat membahyakan janin karena dapat menjadikan janin cacat kongenital, maupun

26
kematian..Sehingga disini perlu penatalaksanaan yang benar-benar diperhatikan atau
serius.
PMS biasanya ditularkan dari satu orang kepada orang lainnya melalui hubungan
heteroseksual, homoseksual atau kontak intim melalui genitalia, mulut atau
rectum.Beberapa penyakit menular seksual yang dibahas didalam makalah ini
mencangkup Gonorhea, Syphillis, Herpes genital dan HIV /AIDS.
Didalam makalah dijelaskan penyebab dan tanda-tanda atau gejala dan penyakit
menular seksual antara lain pengeluaran cairan yang tidak normal dan saluran kencing
atau liang senggama (berbau amis, keputihan yang banyak sekali) rasa nyeri atau sakit
pada saat kencing atau saat berhubungan seksual, lecet, luka kecil yang disertai dengan
pembengkakan kelenjar getah bening,dll. Adapun pencegahan atau penanggulangan PMS
tergantung dari jenis-jenis PMS yang dijelaskan.
3.2 Saran
Penulis mengharapkan agar tenaga kesehatan (khususnya mahasiswa kebidanan) dapat
mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk menambah wawasan dalam penyakit
menular seksual dan dapat dicegah atau ditanggulangi di lingkungan masyarakat.
Sebaiknya kehamilan dengan PMS perlu perhatian dan pengawasan yang serius.
Tenaga kesehatan juga harus lebih waspada lagi terhadap PMS karena penyakin ini dapat
menular dan sangat berbahaya. Persalinan dengan PMS juga sebaiknya dilakukan di RS
agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2017. Penyakit Menular Seksual. Bandung : Rineka Cipta

Daili dkk, 2010. Penyakit Menular Seksual. Jakarta : FK-UI

Djuanda, Adhi. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FK-UI

Jahja, Yudrik. 2012. Psokologi Perkembangan. Jakarta: Kencana


Kornia dkk, 2016. Sistem Reproduksi. Jakarta : EGC.

Majoer, arief dkk. 2000. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapitus FKUI

Prayetni. 2016. Asuhan Keperawatan Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta :
Depkes RI Pusat Pendidikan

Romauli, S. Dkk. 2014. Kesehatan Reproduksi Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Media


Medika

Sarwono. 2011. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Media Medika

Sindiariyani. 2011. Melaksanakan Upaya Promotif. Yogyakarta : Media Medika

Widyastutik, Y, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

28

Anda mungkin juga menyukai