mempunyai hak dan kewenangan untuk memindahkan hak. Di mana pihak yang menerima hak juga
harus memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang baru
Sebagaimana peralihan hak atas tanah lainnya, proses hibah juga perlu disaksikan, didampingi, serta
dibuat oleh dan di hadapan PPAT. Harus ada akta PPAT di dalam proses ini, sesuai dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Syarat, prosedur, serta penyerahan dokumen yang wajib dilakukan oleh Tuan Mujidan Tuan Bambang
dalam pembuat akta hibah di PPAT antara lain:
Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya, di atas materai
cukup;
Fotokopi identitas pemohon/penerima hak (KTP, KK), serta kuasa apabila dikuasakan;
Ijin pemindahan hak, apabila dalam sertifikat/keputusannya dicantumkan tanda yang menyatakan
bahwa hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan jika telah diperoleh ijin dari instansi yang
berwenang;
Fotokopi SPPT PBB tahun berjalan yang telah dicocokan dengan aslinya oleh petugas loket;
Penyerahan bukti SSB (BPHTB) danbukti SSP/PPH untuk perolehan tanah lebih dari Rp 60 juta;
Surat Penguasaan Fisik yang ditandatangani pemberi hibah dan dilegalisasi Notaris.
Jika semua hal di atas sudah terpenuhi, dan masing-masing pihak sudah memastikan bahwa tanah serta
bangunan tidak dalam sengketa, maka akta hibah akan dibuatkan oleh pihak PPAT, dengan disaksikan
oleh dua orang saksi.
Prosedur Peralihan Hak di Kantor Pertanahan
Setelah hibah resmi dilakukan serta telah ada akta hibah dan PPAT, maka Tuan Bambang sebagai
penerima hibah harus mengurus proses peralihan tanah di Kantor Pertahanan, agar status dari tanah
hibah tersebut menjadi hak miliknya. Jika semua syarat dan prosedur di atas telah selesai dilakukan,
maka proses hibah dan peralihan tanah dinyatakan sah secara hukum. Dengan ini, kemungkinan
sengketa yang akan terjadi di kemudian hari dapat diminimalisir.