ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU HAMIL GIP0A0 UK 34-35 MINGGU,TUNGGAL,HIDUP,INTRA
UTERI,LETKEP DENGAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS DI RSUD SYARIFA
AMBAMI RATO EBU BANGKALAN
Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Wito kematian ibu adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau
dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka kematian
ibu (AKI) dinegara berkembang merupakan masalah yang besar dimana jumlah kematian
maternal masih tinggi, diperhitungkan terdapat 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup bahkan
dunia setiap tahunnya (lebih dari 585.000 meninggal saat hamil atau bersalin (Depkes
RI,2007).
Menurut data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi atau hamper setiap
satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia. Indonesia merupakan Negara dengan
angka kematian ibu (AKI) tertinggi se ASEAN yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada target nasional mellenium Deselopment Gods (MDGs) tahun 2015, AKI
akan turun dari 288/100.000 kelahran hidup begitu juga dengan angka kematian bayi
walaupun penyebab kematian dapat berhubungan erat dengan tingkat kesehatan walaupun
peyebab kematian dapat dibedakan sebagai penyebab secara langsung maupun tidak
posr partum (28%), keracunan kehamilan / eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi
masa puerperium (8%), persalinan macet (5%) , abortus (5%) dan lain lain (11%).
Sedangkan penyebab tidak langsung tingginya AKI adalah karena kondisi masyarakat
67%, umumnya berkaitan dengan berat badan lahir rendah (Nugroho,2010). Indonesia
memiliki angka kejadian partus prematurus sekitar 19% dan merupakan penyebab utama
dimulainya kontraksi uterus yang disertai dengan perdarahan dan dilatasi servik serta
turunnya kepala bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannyankurang dari 37 minggu
(Oxorn,2010).
prematurus imminiens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20-37 minggu)
Komplikasi yang dapat terjadi akibat partus prematurus imminens pada ibu yaitu
yang lebih tinggi seperti gangguan respirasi, gagal jantung kongesif, perdarahan atau
(Benson,2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah partus
prematurus imminens
C. Tujuan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan partus prematurus imminens sesuai teori
varney.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Oxorn (2010) partus prematurus atau persalian premature dapat diartikan
sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau
dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita yang lama kehamilannya kurang dari 37
minggu sejak hari pertama haid terakhir. Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm
atau partus prematurus adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu atau dengan berat badan janin kurang dari 2500 gram.Partus preterm adalah
kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama
mensrtuasi terakhir (Benson, 2012). Menurut Rukiyah (2010) partus preterm adalah
persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-
2499 gram.
imminens (PPI) adalah suatu ancaman pada kehamilan dimana timbunya tanda-tanda
persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat
2. Ibu : DM, Pre Eklamsia, HT, ISK, Infeksi dengan Demam, Kelainan Bentuk
Resus.
Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
terbuka lebih dari 1cm pada kehamilan 312 minggu, riwayat abortus pada trimester 2
lebih dari satu kali, riwayat persalinan pretem sebelmnya, operasi abdominal pada
kehamilan 112 minggu, riwayat pisknefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari,
riwayat abortus pada trimester 2, riwayat abortus pada trimester 1 lebih dari 2 kali.
sebagai berikut:
1. Faktor ibu : gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas
pecah dini
persalinan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat
jalur terpisah yaitu stres, infeksi, regangan, dan perdarahan (Norwin t, 2007)
Enzim sitokinin dan prostaglandin, rupture membran, ketuban pecah, aliran darah
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan ibu.Pada janin
jaringan pada janin.Salah satu dampaknya terjadilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cedera pada janin. Sedangkan pada ibu resiko tinggi pada kesehatan yang
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lepas dari
Menurut manuaba (2009) jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 30 menit atau 6 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlukaan
E. Diagnosa
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari.
2. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8
3. Merasakan gejala seperti rasa kaku diperut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrakaranial pelvik dan nyeri pada punggung bawah (loe back pan)
colage of obstetric and gynecologist (1997) untuk mendiagnosis PPI ialah sebagai
berikut :
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi 4 klai dalam 20 menit atau 8 kali dalam
PPI:
darah janin
2. USG untuk mengetahui usia gestasi janin, jumlah janin, besar janin, kotifitas
biofisik, cacat kongenital letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba dan
kelainan uterus
F. Komplikasi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti resiko distres pernafasan, sepsis neonatal, nekrofizing, enterokalitis dan
makan.
prematuritas adalah :
2. Gangguan respirasi
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organic otak yang lebih tinggi pada bayi premature (
G. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI terutama untuk mencegajh
a. Kalsium antagosis: Nifedipine 10 mg/ oral diulang 2-3 kali/jam dilanjutkan tiap 8
c. Sulfas magnesikus : dosis posinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv secara
a. Oligohidramnion
tidak diulang karena resiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal
kertikosteroid ialah:
Selain yang disebutkan diatas juga dapat diberikan thyrotropin releasing hormone
400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar triiodothyronine yang kemudian dapat
pembentukan sulfaktan.
DAFATAR PUSTAKA
Oxorn, H. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan
Essentika Medica
Wiknjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi
1. Cet. 12. Jakarta :Bina Pustaka.