Jiwa Psikofarmako
Jiwa Psikofarmako
PSIKOFARMAKA
Awal Febrian M
Gita
Komala
Rima Yasika
Yesi Nuraisah
Indikasi
Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam
menangani skizofreni, untuk memgurangi delusi, halusinasi,
gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam
mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam
menangani mania, Tourette’s syndrome, perilaku kekerasan
dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat
dikombinasikan dengan anti-depresan dalam penanganan
depresi delusiona.
Efek samping
a. Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia,
dikinesia tardiv
b. Endokrin: galactorrhea, amenorrhea
c. Antikolinergik: hiperprolaktinemia
Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris
yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan
gangguan kesadaran.
2. Anti Depresan
Anti depresan terutama digunakan untuk mengobati depresi,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan ansietas menyeluruh,
gangguan panik, gangguan fobik dan pada kasus tertentu, enuresis
nokturnal (antidepresn trisiklik) dan bulimia nervosa (fluoxetine).
Tiga fase pengobatan gangguan depresif saat merencanakan
intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada
penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan
perjalanan gangguan depresif :
a. Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala
b. Fase kelanjutan untuk mencegah relaps
c. Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren
Mekanisme Kerja
Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan
serotonin yang menuju neuron presinaps. SSRI hanya
memblokade reuptake dari serotonin. MAOI menghambat
pengrusakan serotonin pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin
memblokade reseptor alfa 2 presinaps. Setiap mekanisme kerja
dari antidepresan melibatkan modulasi pre atau post sinaps
atau disebut respon elektrofisiologis.
Cara Penggunaan
Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali
sehari dan mengalami proses first-pass metabolismdi hepar.
Respon anti-depresan jarang timbul dalam waktu kurang dari
2-6 minggu. Untuk sindroma depresi ringan dan sedang,
pemilihan obat sebaiknya mengikuti urutan:
Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor)
Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)
Langkah 3 :golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin
Oxydase Inhibitor) reversibel
Pemberian Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
a. onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
b. efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam
c. waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).
Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:
1. Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis
anjuran selama minggu I. Misalnya amytriptylin 25 mg/hari
pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV,100
mg/hari pada hari V dan VI.
2. Titrating Dosage(dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran
sampai dosis efektif kemudian menjadi dosis optimal.
Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7sampai 15 hari
(miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu
IV 300mg/hari.
3. Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal
dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya amytriptylin 300
mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis
pemeliharaan.
4. Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan.
Biasanya dosis pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya
amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tappering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan.
Kebalikan dari initiating dosage. Misalnya amytriptylin 150
mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu, 100mg/hari à 75
mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama
1 minggu, 50mg/hari à 25 mg/hari selama 1 minggu.
5. Anti-Insomnia
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua
golongan yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :
1) Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur).
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep inducing
anti-insomnia” yaitu golongan benzodiazepine (Short
Acting) Misalnya pada gangguan anxietas.
2) Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir
dan sulit masuk kembali ke proses tidur selanjutnya).
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong latent
phase Anti-Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik
antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik). Misalnya pada
gangguan depresi.
3) Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak
utuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa bagian
(multiple awakening). Obat yang dibutuhkan adalah
bersifat “Sleep Maintining Anti-Insomnia”, yaitu
golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine
(Long acting). Misalnya pada gangguan stres
psikososial.
Efek Samping
a. Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur.
b. Hati-hati pada pasien dengan insufisiensi pernapasan,
uremia, gangguan fungsi hati, leh karena keadaan
tersebut terjadi penurunan fungsi SSP, dan dapat
memudahkan timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut
dapat terjadi “over sedation”, sehingga resiko jatuh dan
trauma menjadi besar, yang sering terjadi adala “hip
fracture”.
c. Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan
farmakokinetik obat anti-insomnia (waktu paruh):
- Waktu paruh singkat, seperti Triazolam (selama 4
jam) berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi
panik
- Waktu paruh sedang, seperti Estazolam
- Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam.
Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan
benzodiazepine dapat terjadi “disinhibiting effect” yang
menyebabkan “rage reaction” (perilaku penyerang dan
ganas).
Kontraindikasi :
a. Sleep apneu syndrome
b. Congestive Heart Failure
c. Chronic Respiratory Disease
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7650923/TUGAS_ILMU_KESEHATAN_JIWA_PSI
KOFARMAKA_Disusun_Oleh