Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROGRAM DAN ANALISIS JURNAL EVALUASI

PADA KEPERAWATAN KOMUNITAS

(Untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I)

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Ajeng Adinda M
2 Dede Fikri H
3 Dede Zakaria
4 Elisa Aryani
5 Lusi
6 Meli
7 Yesi Nuraisah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH TASIKMALAYA
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Program
Evaluasi pada Keperawatan Komunitas”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Komunitas I Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Tasikmalaya, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi ................................................................................. 3


B. Tujuan Evaluasi ....................................................................................... 3
C. Fungsi Evaluasi ....................................................................................... 3
D. Prinsip Evaluasi....................................................................................... 4
E. Proses Evaluasi ....................................................................................... 4
F. Komponen Evaluasi ................................................................................ 6
G. Menentukan Kriteria,Standar Dan Pertanyaan Evaluasi ......................... 7
H. Evaluasi Dan Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas ........ 8
I. Standar Evaluasi Praktik Keperawatan Menurut ANA ......................... 10
J. Analisis Jurnal ....................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 20
B. Kritik dan Saran .................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai. Evaluasi
mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang
menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Perencanaan
merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali
informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau
menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan.
Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan
bersama antara perawat dank lien (Yura & Walsh, 1988).
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu
sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam
menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan
mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal
terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari
keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu evaluasi ?
2. Apa tujuan dari evaluasi?
3. Apa fungsi dari evaluasi?
4. Bagaimanakan prinsip dari evaluasi?
5. Bagaimana proses dari evaluasi?
6. Apa saja komponen dari evauasi?
7. Bagaimana cara menentukan kriteria, standar dan pertanyaan
evaluasi?
8. Bagaimana evaluasi dan penilaian mutu pelayanan keperawatan
komunitas?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu evaluasi.
2. Untuk mengetahui tujuan darievaluasi.
3. Untuk mengetahui fungsi dari evaluasi.
4. Untuk mengetahui prinsip evaluasi.
5. Untuk mengetahui proses dari evaluasi.
6. Untuk mengetahui komponen yang terdapat pada evaluasi.
7. Untuk mengetahui cara menentukan kriteria, standar dan
pertanyaan dari evaluasi
8. Untuk mengetahui evaluasi dan penilaian mutu pelayanan
keperawatan komunitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai.
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai
proses yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai
kualitas, nilai atau kelayakan dari kesesuaian dengan membandingkan
pada kriteria yang diidentifikasi atau standar sebelumnya.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan,
evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan
apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah
perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosa juga perlu dievaluasi
dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.

B. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan:
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan).
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
3. Meneruskan renana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).

C. Fungsi Evaluasi
1. Menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
3. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.

3
D. Prinsip Evaluasi
Sejalan dengan landasan teoritis dalam menjalin kemitraan dengan
komunitas, program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip
yang dikemukakan oleh W.K Kellogg Foundation (1998). Prinsip tersebut
disimpulkan sebagai berikut :
1. Memperkuat program. Tujuan kita adalah promosi kesehatan dan
peningkatan kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu
pencapaian tujuan ini dengan cara menyediakan proses yang
sistematik dan berkelanjutan dalam mengkaji program,
dampaknya serta hasil akhir program tersebut.
2. Menggunakan pendekatan multipel. Selain pendekatan
multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam–
macam. Tidak ada suatu pendekatan yang lebih unggul, tetapi
metode yang dipilih harus sejalan dengan tujuan program.
3. Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata. Program
berbasis dan berfokus komunitas, yang berakar pada komunitas
“nyata” dan berdasarkan pengkajian komunitas harus memiliki
rancangan evaluasi untuk mengukur kriteria mengenai
pentingnya program tersebut bagi komunitas.
4. Menciptakan proses partisipasi. Apabila anggota komunitas
merupakan bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan dan
implementasi, mereka pun harus menjadi mitra dalam evaluasi.
5. Memungkinkan fleksibilitas. “Pendekatan ecaluasi harus fleksibel
dan bersifat preskriptif; jika tidak, akan sulit untuk
mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali
meningkat secara tajam dan kompleks: (W. K Kellogg Foundation,
1998, hal. 3)
6. Membangun kapasitas. Proses evaluasi, selain mengukur hasil
akhir, harus meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan
perilaku individu yang terlibat di dalamnya. Hal ini serupa dengan
dengan konteks profesional maupun non profesional.

E. Proses Evaluasi
Proses evaluasi terdiri dari dua tahap:
1. Mengukur Pencapaian tujuan Klien
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk
mendapatkan data yang akan di gunakan dalam evaluasi. Faktor
yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien, yang terdiri

4
dari beberapa komponen, meliputi: KAPP (Kognitif, Afektif,
Psikomotor, Perubahan fungsi dan gejala yang spesifik).
a. Kognitif (pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang
diperlukan setelah klien di ajarkan tentang teknik-teknik
tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi
pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-
gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas ,persediaan alat-alat,
resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan,
pengukuran dll. Evaluasi kognitif di peroleh melalui interview
atau tes tertulis.
b. Affektif (status emosional)
Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan
sangat sukar di evaluasi. Hasil penilaian emosi di tulis dalam
bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi
terhadap status emosi klien. Hasil tersebut meliputi ”tukar
menukar perasaan tentang sesuatu”, cemas yang berkurang
ada kemauan berkomunikasi dan seterusnya.
c. Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan
yang lainnya jika perilaku yang dapat di observasi sudah di
identifikasikan pada tujuan (kriteria hasil). Hal ini biasanya
dilakukan melalui observasi secara langsung. Dengan melihat
apa yang telah di lakukan klien sesuai dengan yang
diharapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk
mengevaluasi psikomotor klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup
beberapa aspek status kesehatan klien yang bisa di observasi.
Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat
memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien
berubah setelah di lakukan tindakan keperawatan. Evaluasi
pada gejala yang spesifik di gunakan untuk menentukan
penurunan atau penigkatan gejala yang mempengaruhi status
kesehatan Klien. Evaluasi tersebut bisa di lakukan bisa di
lakukan dengan cara observasi secara langsung, interview dan
pemeriksaan fisik.

5
2. Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi.
Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien, maka
perawat membandingkan data dengan outcomes. Tahap
berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian klien
terhadap outcomes. Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap
ini:
a. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.
Pada keadaan ini perawat akan mengkaji masalah klien lebih
lanjut atau mengevaluasi outcomes yang lain.
b. klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di
tentukan. Perawat mengetahui keadaan klien pada tahap
perubahan kearah pemecahan masalah. Penambahan waktu,
resources, dan intervensi mungkin di perlukan sebelum
tujuan tercapai.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan. Pada
situasi ini, perawata harus mencoba untuk mengidentifikasi
alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul.

F. Komponen Evaluasi
Ada 2 (dua) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
keperawatan, yaitu:
1. Proses (formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi
proses harus di lakukan segera setelah perencanaan keperawatan
di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan.
Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang
telah di tentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam
evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan
keperawatan, open-chart audit, pertemuan kelompok, interview,
dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi.
Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sitem
SOAP atau model dokumentasi lainnya.
2. Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe
evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien.
Adapun metode penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari

6
closed-chart audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir
pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun
informasi pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh
terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi
suatu metode dalam memonitor kualitas dan evisiensi tindakan
yang telah diberikan.
Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut
(Pinnell & Meneses,1986 :
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan
standart
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

G. Menentukan Kriteria, Standar dan Pertanyaan Evaluasi


1. Kriteria.
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk
mengumpulkan data dan sebagai penentuan kesahihan data yang
terkumpul. Semua kriteria yang di gunakan pada tahap evaluasi di
tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan hasil akhir
tindakan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan
lebih luas sebagai dasar untuk evaluasi praktek keperawatan secara
luas.
Kriteria hasil didefenisikan sebagai standar untuk menjelaskan
respon atau hasil dari rencana tindakan keperawatan. Hasil tersebut
akan menjelaskan bagaimana keadaan klien, setelah tindakan
dilaksanakan. Kriteria akan dinyatakan dalam istilah behaviour
(perilaku) sebagaimana disebutkan dalam bab terdahulu, supaya
dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah
yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh
setiap orang yang terlibat dalam evaluasi.
2. Standar Praktek
Standar pelayanan keperawatan dapat digunakan untuk
mengevaluasi praktek keperawatan secara luas. Suatu standar
menyatakan apa yang harus dilaksanakan sebagai suatu model untuk
kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian,
konsep teori, dan dapat di terima oleh praktek klinik keperawatan
saat sekarang. Standar harus secara cermat disusun dan di uji untuk

7
menetukan kesesuain dalam penggunaannya. Contoh pemakain
standar dapat dilihat pada standar praktek keperawatan yang
disusun oleh ANA.
3. Evaluative question
Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu
digunakan pertanyaan evaluative sebagai dasar mengevaluasi
kualitas pelayanan dan respon klien terhadap tindakan.
a. Pengkajian: apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada
klien?
b. Diagnosa: apakah diagnosa disusun bersama dengan
klien? Perencanaan: apakah tujuan diidentifikasi dalam
perencanaan?
c. Pelaksanaan: apakah klien diberitahu terhadap tindakan
yang diberikan?
d. Evaluasi: apakah modifikasi tindakan keperawatan
diperlukan?
H. Evaluasi dan Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas
Mutu layanan kesehatan dapat diukur melalui 3 cara:
1. Pengukuran mutu prospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang
dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh
karena itu pengukurannya akan ditujukan terhadap struktur atau
input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan
harus memiliki sumber daya tertentu agar dapa menghasilakan
suatu layanan kesehatan yang bermutu. Bagian–bagiannya
sebagai berikut:
a. Pendidikan Profesi Kesehatan
Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang
mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang
dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu.
b. Perizinan
Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu
layanan kesehatan. Surat ijin kerja (SIK) dan surat ijin praktek
(SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan suatu
pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi syarat
untuk melakukan praktek profesi keperawatan (NERS).
Demikian pula dengan profesi kesehatan lain, harus
mempnyai ijin kerja sesuai dengan profesimya.

8
c. Standardisasi
Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi
peralatan, tenaga, gedung, sistem, organisasi, anggaran dan
lain-lain. Setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki
standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan
kesehatan yang sama mutunya. Contohnya: standardisasi
layanan rumah sakit akan mengelompokan atau
mengklasifikasikan rumah sakit kedalam berbagai kelas
tertentu misalnya RSU kelas A, B, C dan D, Rumah sakit jiwa
kelas A dan B.
d. Sertifikasi
Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai
ners yang tergistrasi adalah contoh setifikasi. Di indonesia,
perizinan seperti itu dilakukan oleh departemen kesehatan
atau dinas kesehatan dengan rekomendasi dari persatuan
perawat nasional indonesia (PPNI).
e. Akreditasi
Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan
kesehatan seperti RS telah memenuhi beberapa standar
layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif
berfokus pada penilaian, sumber daya, bukan pada kinerja
penyelenggaraan layanan kesehatan.
2. Pengukuran Mutu Retrospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang
dilakukan setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai
dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari
beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan
(nursing record), wawancara, pembuatan kuesioner, dan
penyelenggaraan pertemuan.
3. Pengukuran Mutu Konkuren
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang
dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau
diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan
langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan
pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan
mengadakan pertemuan dengan klien, keluarga, atau petugas
kesehatan.

9
I. Standar Evaluasi Praktik Keperawatan Menurut ANA (2004)
Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan
komunitas. Adapun kriteria pengukuran bagi perawat kesehatan
komunitas adalah sebagai berikut:
1. Mengkordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi
berdasarkan kriteria hasil pelayanan dalam komunitas dan
pemangku kepentingan lain.
2. Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi
dan metode ilmiah untuk menentukan efektivitas intervensi
keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program,
dan pelayanan.
3. Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas
pemantauan (monitoring) program dan pelayanan.
4. Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk
merevisi rencana, intervensi, dan aktivitas yang sesuai.
5. Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau
rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas intervensi.
6. Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada
komunitas dan pemangku kepentingan lain berdasarkan hukum
dan peraturan negara.
Biasanya fokus pertanyan evaluasi adalah seputar relevansi,
kemajuan, efiensi biaya, efektivitas, dan hasil.
a. Relevansi
Adakah tuntutan untuk menyelenggarakan program? Relevansi
menentukan alasan untuk menyelenggarakan suatu program atau
serankaian aktivitas. Pertanyaan seputar relevansi mungkin lebih
penting untuk program yang sudah berjalan dibandingkan dengan
program baru.
Seringkali suatu program direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan komunitas yang terungkap, seperti screening tekanan
darah.
Program ini kemudian berlangsung selama beberapa tahun
tanpa disertai evaluasi mengenai relevansinya. Pertanyaan harus
diajukan secara rutin apakah program masih dibutuhkan?
Sebenarnya, evaluasi tidak hanya dibutuhkan untuk program
baru, tetapi untuk seluruh program.
Keterbatasan yang lazim ditemukan pada program baru adalah
ketidakadekuatan staff atau anggaran. Satu jalan keluar terhadap
keterbatasan tersebut adalah evaluasi relevansi program yang

10
ada. Staff dan anggaran program yang tidak lagi dibutuhkan dapat
dialokasikan pada program baru.
b. Kemajuan
Apakah aktivitas program sesuai dengan rencana? Apakah staff
dan material yang tepat tersedia dalam kuantitas dan waktu yang
tepat untuk mengimplementasikan aktivitas program? Apakah
banyak klien yang diharapkan banyak ikut berpartisipasi dalam
aktivitas program yang dijadwalkan? Apakah input dan output
memenuhi beberapa rencana yang ditetapkan sebelumnya?
Jawaban terhadap pertanyaan ini akan mengukur kemajuan
program dan merupakan bagian dari proses evaluasi formatif.
c. Efisiansi Biaya
Bagaimana pembiayaan program? Apa keuntungannya?
Apakah keuntungan program sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan? Evaluasi efisiensi biaya mengukur hubungan antara
hasil (keuntungan/manfaat program dan biaya penyelenggaraan
program (seperti gaji staff dan material). Efisiensi biaya
mengevaluasi apakah hasil program dapat dicapai dengan biaya
yang lebih murah melalui pendekatan yang lain.
d. Efektivitas (dampak)
tujuan program tercapai? Apakah klien merasa puas dengan
program? Apakah penyelenggara program merasa puas dengan
aktivitas dan keterlibatan klien? Efektivitas berfokus pada
evaluasi formatif seperti hasil jangka pendek dan segera.
e. Hasil
Apakah implikasi jangka panjang program? Sebagai hasil dari
program, perubahan perilaku apa yang dapat diharapkan dalam
waktu 6 minggu, 6 bulan atau 6 tahun? Efektivitas mengukur hasil
yang segera, sedangkan evaluasi hasil mengukur apakah aktivitas
program mengubah alasan awal penyelenggara program.
Pertanyaan mendasar adalah: apakah program mencapai
tujuannya? (apakah kesehatan meningkat?).

11
J. Analisis Jurnal
a. Jurnal 1
“Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ketapang 2”

No Kriteria Jawab Pembenaran Dan Caritical Problem


1. P  Masalah dari jurnal ini adalah
(Patient/Problem) Ya untuk mengetahui pelaksanaan
kegiatan program P2DBD dengan
melakukan evaluasi terhadap input,
proses dan output pelaksanaan
program P2DBD di wilayah kerja
Puskesmas Ketapang 2 Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang pada
tahun 2011.
2. I  Jenis penelitian ini merupakan
(Intervensi) Ya penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Bentuk
pelaksanaannya merupakan
penelitian evaluasi, tehnik
pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam
(Indepth interview) dan observasi
untuk menggali informasi
sebanyak-banyaknya dari informan
terkait dengan tujuan penelitian.
 Analisis data dilakukan dengan
membuat matriks yang berisi data
ringkasan hasil wawancara
mendalam. Data dari informan
direduksi menjadi informasi yang

12
bermakna sesuai dengan kategori.
Tahap akhir dalam analisis data
adalah penarikan kesimpulan/
verifikasi.
3. C Rancangan ini bertujuan untuk
(Comparation) Ya menjelaskan evaluasi pelaksanaan
program P2DBD di Wilayah Kerja
Puskesmas Ketapang 2 pada tahun
2011.
4. O  komponen input dimana
(Outcome/Hasil) Ya tenaga, dana, sarana dan
prasarana, metode/SOP masih
tidak mencukupi, petugas
pemegang program P2DBD
merangkap sebagai pelaksana
promosi kesehatan, belum
adanya pembentukan tim
dalam pelaksanaan program
P2DBD, jumantik tidak
tersedia di setiap RT tenaga
pelaksana kegiatan kualitasnya
masih kurang disebabkan tidak
ditunjang dengan pelatihan
yang berkesinambungan.
 Komponen proses dimana
perencanaan yang ada dalam
kegiatan program P2DBD
meliputi tenaga, dana, sarana
dan prasarana kecuali untuk
perencanaan metoda/SOP,

13
hanya pelaksanaan kegiatan di
Puskesmas Ketapang 2 tidak
berjalan sesuai dengan yang
direncanakan karena
puskesmas hanya melakukan
kegiatan pada saat adanya
kasus DBD dan cenderung
menunda kegiatan.
 Perencanaan yang dibuat
puskesmas hanya
seadanya/kurang baik karena
kurangnya kemampuan SDM
untuk melakukan perencanaan
serta selama ini tidak pernah
dilakukan pengawasan dari
dinas kesehatan. Tidak ada
pengorganisasian tenaga
pelaksana secara khusus karena
tenaga yang terbatas,
sedangkan untuk
pengkoordinasian dana, sarana
dan prasarana, metode/SOP
sudah berjalan dengan baik
pelaksanaan kegiatan tidak
sesuai dengan perencanaan hal
ini disebabkan oleh
metode/SOP dan tenaga yang
terbatas, kualitas SDM yang
kurang, dana yang tersedia
terbatas. tidak pernah

14
dilakukan pengawasan secara
langsung.
 Pengawasan kegiatan program
P2DBD diserahkan langsung
kepada setiap pelaksana
kegiatan, sehingga pelaksana
kegiatan memiliki
tanggungjawab sebagai
pelaksana kegiatan dan
penanggungjawab kegiatan.
Seharusnya pengawasan
dilakukan secara berjenjang di
berbagai tingkatan baik
provinsi, kabupaten,
puskesmas maupun lapangan.
Komponen Otput : capaian PE
masih di bawah standar yaitu
56,03% disebabkan oleh
terlambatnya laporan dari
rumah sakit dan unit pelayanan
kesehatan lain kepada dinas
kesehatan dan puskesmas
sehingga berpotensi
penyebaran penyakit lebih
lanjut, capaian fogging fokus
sudah mencapai 100% tetapi
potensi penularan terus
berlangsung hal tersebut
disebabkan proses pelaksanaan
kegiatan fogging tidak sesuai

15
dengan SOP, keterbatasan dan
kelangkaan bahan bakar,
sarana dan prasarana yang
tidak mencukupi, pelaksanaan
fogging baru dapat dilakukan
dalam waktu 2 atau 3 hari
sehingga dapat menyebabkan
penyebaran kasus lebih cepat,
capaian ABJ masih di bawah
standar yakni <95% sehingga
penularan DBD tidak dapat di
cegah atau dikurangi hal ini
disebabkan kurangnya peran
serta masyarakat dalam
kegiatan PSN, kurangnya
pengetahuan masyarakat,
penyuluhan PSN yang kurang
maksimal, kader yang tersedia
tidak mencukupi, capaian
penyuluhan kesehatan masih
tidak sesuai dengan yang
direncanakan karena tenaga
pelaksana kegiatan terbatas,
SDM yang tidak memadai,
pengorganisasian tenaga yang
kurang berjalan dan kurangnya
kerjasama tim.
5. T
(Time) Tidak

16
b. Jurnal 2
“Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Balita”

No Kriteria Jawab Pembenaran Dan Caritical Problem


1. P  Masalah dari jurnal Ini adalah
(Patient/Problem) Ya banyak ditemukan kasus gizi
kurang dan untuk mengetahui
kinerja pengelola program PMT-
anak balita menggunakan standar
pedoman petunjuk teknis
program yang telah ditetapkan
oleh Depkes.
2. I  Jenis penelitian ini merupakan
(Intervensi) Ya penelitian deskriptif kualitatif
berupa penelitian evaluasi dengan
rancangan sumatif
 Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara
mendalam yang direkam pada
tape recorder dengan kepala
puskesmas dan pengelola
program PMT-anak balita, serta
dengan menggunakan check list
dokumen. Analisis data dengan
cara hasil wawancara
ditranskripkan dalam catatan
tertulis dan dikelompokkan sesuai
dengan bidang-bidang yang akan
dianalisis kemudian dilakukan
penafsiran data secara narasi dan
interpretasi kemudian

17
dibandingkan dengan standar
Depkes yang telah ditetapkan dan
teori dari beberapa pustaka.
3. C  Rancangan ini bertujuan untuk
(Comparation) Ya mengevaluasi program PMT-anak
balita di Puskesmas Mungkid
4. O  Hasil penelitian ini meliputi
(Outcome/Hasil) Ya evaluasi terhadap: (1) Evaluasi
terhadap input di lakukan
meliputi unsur tenaga, dana,
sarana, bahan dan metode.
Evaluasi tenaga sudah sesuai
dengan buku pedoman petunjuk
teknis program yang telah
ditetapkan oleh Depkes. Evaluasi
terhadap dana tidak ditemui
permasalahan mengenai
anggaran. Evaluasi terhadap
sarana belum tersedianya buku
petunjuk teknis program yang
ditetapkan Depkes. Evaluasi
terhadap bahan dan metode telah
sesuai dengan pedoman petunjuk
teknis program yang telah
ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan.
 (2) Evaluasi terhadap proses
belum sesuai dengan pedoman
petunjuk teknis program yang
telah ditetapkan oleh Depkes

18
terutama dalam hal perencanaan
sasaran program penerima PMT-
anak balita.
 (3) Evaluasi tehadap output
belum sesuai dengan tujuan
PMT-anak balita karena masih
banyak balita status gizi kurang.
5. T
(Time) Tidak

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama
tahap ini termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana
tindakan keperawatan dan intervensi jika perlu. Pernyataan evaluasi
memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang
direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan evaluasi
terdiri dari dua komponen yaitu:
1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.
2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat
sehubungan dengan pengaruh intervensi terhadap status
kesehatan klien.

B. Saran
1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan
standar evaluasi atau penilaian dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas.
2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam
koordinasi dan organisasi dalam merespons isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan.
3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah
wawasan mengenai standar evaluasi keperawatan kesehatan
komunitas.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://kornelizsiki.blogspot.com/2010_06_10_archive.html, diakses pada


tanggal 22 Oktober 2019.

http://smartnurs.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-
komunitas.html, diakses pada tanggal 22 Oktober 2019.

Nurjanah, Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC.


Jogjakarta: MocoMedia.

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai