Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Disusun Oleh:

1. Karina (021811133060) 8. Devi Lavinia R (021811133067)


2. Naila Mufidah (021811133061) 9. Umi Lutfiah (021811133068)
3. Nur Atika (021811133062) 10. Haykal Mitfah G. (021811133069)
4. Louis Krisna W. (021811133063) 11. M. Raihan Liandro (021811133070)
5. Vankalayya Y. D (021811133064) 12. Jason Patrick S. (021811133071)
6. Prawidia Ayu W (021811133065) 13. Patricia Samantha (021811133072)
7. Larasati Buzaina (021811133066) 14. Galuh Damar Jati (021811133073)

UNIVERSTAS AIRLANGGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali
diabaikan oleh rakyat Indonesia, terutama oleh anak muda. Sehingga mengakibatkan
hilangnya karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Menanggapi itu semua, perlu
diperkenalkannya pancasila sebagai nilai etika. Karena pada dasarnya pancasila
merupakan suatu nilai yang didalamnya terkandung pemikiran – pemikiran yang bersifat
kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komperhensif (menyeluruh). Seperti yang kita
ketahui, sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental
dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila
lainnya. Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri.

Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di dunia, bahwa
cita-cita Pancasila untuk membangun Indonesia dari berbagai aspek. Selain sebagai
sebuah ideologi. Pancasila juga memperhatikan nilai, norma, etika, moral bangsa
Indonesia.
Etika tidak lah cukup didefinisikan atau digeneralisir dari masalah keramahan dan
kesantunan saja. Masih banyak lagi permasalahan yang berkaitan dengan etika. Cakupan
etika sangat lah luas. Pancasila sebagai sistem etika, maka nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai
wujud etika sesungguhnya.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa Pancasila memiliki peranan penting bagi
bangsa ini dalam pembangunan bangsa dan pembangunan jiwa bangsa ini.

1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan etika, nilai, norma dan moral?
1.2.2 Bagaimana hakekat Pancasila sebagai sistem etika?
1.2.3 Bagaimana hubungan antara nilai, norma dan moral?
1.2.4 Bagaimana aplikasi nilai, norma dan moral dalam kehidupan sehari-hari?

1.3Tujuan
1.3.1 Mengetahui arti etika, nilai, norma dan moral.
1.3.2 Mengetahui hakekat Pancasila sebagai sistem etika.
1.3.3 Mengetahui hubungan antara nilai, norma, dan moral.
1.3.4 Mengetahui aplikasi nilai, norma dan moral dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Etika, Nilai, Norma, dan Moral


2.1.1. Pengertian Etika
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani yaitu”ethos” yang
artinya watak kesusilaan atau adat. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai
ajaran moral.
Etika termasuk ke dalam kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan
prinsip-prinp yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Pemikiran etika
beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan dan
perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebaga individu
maupun makhluk sosial. Etika khusus dibagi menjadi dua macam, yaitu etika
individual dan etika sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia
terhadap dirinya sendiri dan dengan kepercayaan agama yang dianutnnya serta
kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap Tuhannya. Sedangkan etika sosial
membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam hubungannya dengan
manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
Etika berkaitan dengan berbagai masalah. Dalam kajian etika dikenal tiga
teori/aliran besar, yaitu:
a. Etika Deontologi
Etika deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau rkan buruk
berdasarkan apakahtindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika
deontologi tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut, baik atau buruk.
b. Etika Teleologi
Panangan etika teleology berkebalikan dengan etika deontology, yaitu
bahwa baik buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari
perbuatan itu. Etika teologi digolongkan menjadi dua, yaitu egoisme etis dan
utilitaranisme. Egoisme etis memandang bahwa tindakan yang baik adalah
tindakan yang berakibat baik untuk pelakunya. Utilitarianisme menilai bahwa
baik buruknnya suatu perbuatan tergantung bagaimana akibatnya terhadap banyak
orang.
c. Etika Keutamaan
Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga
mendasarkan pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hokum moral
universal, tetapi pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Karakter moral ini dibangun dengan cara meneladani perbuatan-perbuatan baik
yang dilakukan oleh para tokoh besar.

2.1.2. Pengertian Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan lainnya yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suat benda yang menyebabkan
menariik minat seseorang atau kelompok. Jadi, pada hakikatnya nilai itu adalah
sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka
nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan
lain.

Di dalam nilai terkandung cita-cita, harapan, dan dambaan-dambaan serta


keharusan. Maka apabila kita berbicara tetang nilai sebenarnya kita berbicara
tentang hal yang ideal, tentang hal yang merupakan cita-cita, harapan, dambaan
dan keharusan. Nilai bukan hanya sesuatu yang berwujud maerial saja, akan tetapi
juga sesuatu yang berwujud nonmaterial atau immaterial.
Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama
luhurnya dengan sama tingginya. Menurut tingggi rendahnya, nilai-nilai dapat
dikelompokan kedalam empat tingkatan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang


mengenakan dan tidak menegakan, yang menyebabkan orang senang atau
menderita tidak enak.
2. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting bagi
kehidupan misalnya kesehatan, kesegaran jasmani dan kesejahteraan umum.
3. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama
sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
4. Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari yang suci
dan tidak suci.

Walter G.Evert menggolongkan nilai-nilai kedalam delapan keolompok yaitu:

1. Nilai ekonomis: ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat
dibeli.
2. Nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari
kehidupan badan.
3. Nilai hibburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat
menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
4. Nilai sosial: berasal mula dari keutuhan kepribadian dan social yang diinginkan.
5. Nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan social yang diinginkan.
6. Nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
7. Nilai inteektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
8. Nilai keagamaan

Nototnegoro membagi nilai kedalam tiga macam yaitu:


1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang bergna bagi kehidupan jasmani atau
material ragawi manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
iini dapat dibedakan menjadi:
a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
b) Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (esthetis,
govel, rasa) manusia.
c) Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsure kehendak
(will,wolle,karsa) manusia.
d) Nilai religius, merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religious
ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.Notonegoro berpendapat
bahwa Pancasila tergolong nilai-nilai kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian
mengakui adanya nilai material dan nilai vital.
Kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya, nilai dapat dikelompokan
ke dalam tiga macam, yaitu:
a) Nilai dasar, yaitu nilai yang bersifat tetap tidak berubah sepanjang masa, abstrak,
umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat. Dalam sistem ketatanegaraan nilai
dasar tercantum dalam hukum dasar tertulis, pembukaan dan Batang Tubuh yang
memuat kaidah yang hakiki antara lain cita-cita, tujuan nasional, tatanan dasar
dan ciri khasnya. Nilai dasar juga disebut sebagai sumber norma yang dijabarkan
atau direalisasikan dalam suatu kehidupan yang bersifat praksis.
b) Nilai instrumental, yaitu penjabaran dari nilai dasar, yang merupakan arahan
kinerja untuk waktu dan kondisi, mempunyai sifat dinamis konstekstual dan
mengikuti perkembangan zaman. Nilai di tuangkan dalam bentuk norma. Nilai ini
tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang menindak lanjuti UUD,
misal UU dan peraturan pelaksanaan termasuk konvensi. Kongkritnya diperlukan
strategi dan kebijaksanaan. Nilai instrumental merupakan suatu eksplitasi dari
nilai dasar.
c) Nilai praksis, merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
suatu kehidupan yang nyata. Sehingga nilai praksis merupakan perwujudan dari
nilai instrumental. Nilai prakis dalam wujud penarapannya nilai pancasila oleh
organisasi kegiatan politik, ormas, badan-badan ekonomi, pemimpin
kemasyarakatan, warganegara perseorangan. Dalam kenyataan sehari-hari nilai
prakis terkandung dalam cara bagaimana kita melaksanakan nilai-nilai pancasila.

2.1.3. Pengertian Norma

Norma adalah perwuujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya,


moral, religi dan social. Norma merupakan suat kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, nomrma filsafat, norma kesusilaan, norma hokum
dan norma sosial serta norma hukum. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi
karena adnya sanksi.

Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain:

1. Norma agama, adalah ketentuan hidup yang bersumber pada agama.


2. Norma kesusilaan, adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani,
moral, atau filsafat hidup.
3. Norma hukum, adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan bersumber
pada UU suatu negara tertentu.
4. Norma sosial, adalah ketentuan hidupyang berlaku dalam hubungan antara
manusia dalam masyarakat.

2.1.4. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) yang bersinonim dengan kesusilaan,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang abik dan buruk yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Moral dalam perwujudannya dapat berupa
peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji dan mulia. Moral
dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Moral pada hakikatnya
berkaitan dengan integritas manusia, dengan harkat dan martabat manusia. Ada
3(tiga) macam Prinsip Dasar Moral, yaitu :
1. Prinsip sikap baik, bahwa manusia jangan sampai berbuat sesuatu
yang merugikan orang lain.
2. Prinsip keadilan, yaitu perlakuan yang sama dalam situasi yang sama
dan menghormati semua hak orang.
3. Prinsip hormat terhadap diri sendiri, agar manusia selalu
memperlakukan diri sendiri sebagi sesuatu yang sangat bernilai.

2.2Pancasila Sebagai sistem Etika


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memegang peranan penting
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila memegang
banyak peranan penting, salah satunya adalah Pancasila sebagai sistem etika.
Pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini
sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab di
dunia. Pembentukan etika bukanlah hal yang mudah karena berasal dari tingkah
laku dan hati nurani.
Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk
pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuaan,
kerakyatan dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila
tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan
mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun
merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan,
maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai
Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun.
Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar
dalam kehidupan manusia. Nilai yang pertama adalah ketuhanan. Nilai ini bisa
dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nila yang bersifat
mutlak. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila idak bertentanngan dengan
nilai, kaidah dan hukum Tuhan.
Nilai yang kedua adalah kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik
apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai
kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkan
keseimbangan, anatara lahir dan batin, jasmasni dan rohani, individu dan social,
makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hokum-hukum Tuhan.
Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia disbanding dengan makhluk
lain.
Nilai yang ketiga adalah persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik
apabila dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Nilai yang keempat adalah
kerakyatan. Dalam kaitannya dengan kerakyatan, terkandung nilai lain yang
sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata
hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai
kebaikan tertinggi. Perbuatan belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat
untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang
didasarkan pada konsep hikmah/kebijaksanaan.Nilai yang kelima adalah
keadilan. Nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks social.
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan
masyarakat banyak.
Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka
Pancasila dapat menjadi system etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada
tidak hanya bersifat mendasar, namun juga realistis dan aplikatif. Nilai-nilai
tersebut merupakan nilai yang bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai
yang melingkkupi realitas kemanusiaan dimanapun, kapanpun dan merupakan
dasar bagi setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain. Misalnya, nilai
ketuhanan akan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. Nilai
kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan, tolong menolong, penghargaan,
penghormtan, kerjasama, dan lain-lain. Nilai persatuan menghasilkan nilai
cinnta tanah air, pengorbanan dan lai-lain. Nilai keadilan menghasilkan nilai
kepedulian, kesejahteraan ekonomi, kemajuan bersama dan lain-lain.

2.3Hubungan Nilai, Norma dan Moral


Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki
hubungan yang cukup erat, karena masing-masing akan menentukan etika bangsa
ini.agar suatu nilai bisa menjadi lebih berguna dalam menentukan sikap dan tingkah
laku manusia, maka perlu ditingkatkan lagi dan diformulasikan menjadi lebih
objektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku
secara konkrit. Maka wujud yang lebih konkrit dari nilai tersebut adalah suatu
norma.
Selanjutnya nilai dan norma saling berkaitan dengan moral dan etika. Istilah
moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Makna moral yang
terkandung falam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah
lakunnya.. oleh karena itu, norma dijadikan sebagai penuntun sikap dan tingkah
laku manusia.
Hubungan antara moral dan etika memiliki hubungan yang sangat erat dan
kadangkala kedua hal tersebut disamakan begitu saja. Namun sesunggunhnya
kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Moral merupakan suatu ajaran-ajaran,
patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sedangkan
etika adalah suatu cabang ilm filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral tersebut.

2.4Aplikasi Nilai, Norma dan Moral dalam Kehidupan Sehari-hari


Dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu berhadapan dengan nilai dan
juga moral. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi
dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan
tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.
Nilai, norma dan moral penting untuk digunakan sebagai panduan ataupun
dasar dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Contoh dari penggunaan nilai,
norma dan moral yaitu ketika kita dihadapkan pada situasi dimana pada saat kita
jalan, kita menemukan dompet yang berisi sejumlah uang dan kartu identitasnya.
Disinilah moral kita akan terlihat. Bila moral kita baik pasti kita akan memberikan
dompet itu kepada pihak yang berwajib atau pun mengembalikannya langsung
kepada pemiliknya.
Berikut adalah beberapa norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia.
1. Norma sopan santun, adalah norma yang mengatur tata pergaulan sesame
manusia di dalam masyarakat. Contohnya, hormat terhadap orang tua dan guru,
berbicara dengan bahasa yang sopan kepada semua orang,
2. Norma agama, adalah norma yang mengatur kehidupan manusia yang berasal
dari peraturan kitab suci melalui wahyu yang diturunkan nabi berdasarkan
agama dan kepercayaannya masing-masing. Contohnya, membayar zakat tepat
pada waktunya bagi agama Islam, menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa
serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh agama yang dianutnya.
3. Norma hukum, adalah norma yang mengatur kehidupan social kemasyarakatan
yang berasal dari undang-undang yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk menciptakan kondisi negara yang damai, tertib, aman,
sejahtera, makmur dan sebagainya. Contohnya, tidak melanggar rambu-rambu
lalu lintas walaupun tidak ada polentas, menghormati pengadilan dan peradilan
di Indonesia, taat membayar pajak serta menghindari KKN.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari, etika, nilai dan moral saling berkaitan. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Nilai adalah kemampuan lainnya yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Norma adalah perwuujudan martabat manusia
sebagai makhluk budaya, moral, religi dan social. Moral adalah ajaran tentang hal yang
abik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Etika Pancasila
adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila,
yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuaan, kerakyatan dan keadilan. Suatu
perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai
tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Pancasila
sebagai system etika memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini
sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Kohleberg, Lawrence, 1995, Tahap-tahap perkembangan Moral, Kanisius, Yogyakarta.

Tim Penulis Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, 2012, Materi Ajar Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Zubair, Achmad Charris, 1990, Kuliah Etika, Rajawali Pers, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai