2019
Amelia, Putri
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11569
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENYAKIT JANTUNG REMATIK
PADA ANAK
PUTRI AMELIA
19840810 200812 2 003
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini, sebagai salah satu tulisan
pada Program Studi Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Tulisan ini berjudul “Penyakit Jantung Rematik pada Anak”. Dalam penyelesaian
tulisan ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang telah membantu.
Penulis menyadari bahawa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat berguna bagi kita semua.
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
BAB 3. KESIMPULAN 16
Daftar Pustaka 17
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan refarat ini adalah untuk membahas secara ringkas mengenai definisi,
diagnosis, manajemen dan prognosispenyakit jantung reumatik.
2.1 Definisi
Penyakit Jantung Reumatik (PJR) merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat
demam reumatik akut sebelumnya. Penyakit ini terutama mengenai katup mitral (75%), aorta
(24%), jarang mengenai katup trikuspidal (1%) dan tidak pernah menyerang katup pulmonal.3
MenurutAfif.A (2008),PJRadalah penyakitjantungsebagai
akibatadanyagejalasisa(sekuele)dari Demam Rematik(DR),yangditandai dengan
terjadinyacacatkatupjantung.4
DefinisilainjugamengatakanbahwaPJRadalahhasildari demam reumatik,yang
merupakansuatukondisiyangdapatterjadi 2-3minggusetelahinfeksistreptococcus
betahemolyticus grupApadasalurannafas bagianatas.5
2.2 Epidemiologi
DR dapat ditemukan di seluruh dunia dan mengenai semua umur, tetapi 90% dari serangan
pertama terjadi pada umur 5-15 tahun, sedangkan yang terjadi di bawah umur 5 tahun jarang
sekali. Sebuah penelitian melaporkan bahwa DR adalah penyebab utama penyakit jantung
untuk anak usia 5-30 tahun, DR dan PJR adalah penyebab utama kematian akibat penyakit
jantung untuk usia di bawah 45 tahun, selain itu dilaporkan bahwa 25-40% penyakit jantung
disebabkan oleh PJR untuk semua umur.3
Ditemukan perempuan lebih sering mengalami PJR dibandingkanlaki-
lakidenganperbandingan7:1. PJRkronisdiperkirakanterjadi pada5-30jutaanak-anakdan
orangdewasamuda;90.000orangmeninggalkarenapenyakitinisetiaptahun.Angka kematian dari
penyakitinimasih1-10%.1
Adapun menurut WHO, PJR menyumbangkan 12-65% kasus penyakit jantung pada anak-
anak yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit di seluruh dunia dengan 2-9,9%
kasus tersebut berada di wilayah asia.4
2.4 Patogenesis
Streptococcus beta hemolyticus grup A dapat menyebabkan penyakit supuratifmisalnya
faringitis, impetigo, selulitis, miositis, pneumonia, sepsis nifas dan penyakit non supuratif
misalnya demam rematik, glomerulonefritis akut. Setelah inkubasi 2-4 hari, invasi
Streptococcus beta hemolyticus grup A pada faring menghasilkan respon inflamasi akut
yang berlangsung 3-5 hari ditandai dengan demam, nyeri tenggorok, malaise, pusing dan
leukositosis. Pasien masih tetap terinfeksi selama berminggu-minggu setelah gejala
faringitis menghilang, sehingga menjadi reservoir infeksi bagi orang lain. Kontak
langsung per oral atau melalui sekret pernafasan dapat menjadi media trasnmisi penyakit.
Hanya faringitis Streptococcus beta hemolyticus grup A saja yang dapat mengakibatkan
atau mengaktifkan kembali demam rematik.7
Penyakit jantung rematik merupakan manifestasi demam rematik berkelanjutan yang
melibatkan kelainan pada katup dan endokardium. Lebih dari 60% penyakit rheumatic
fever akan berkembang menjadi rheumatic heart disease.Adapun kerusakan yang
ditimbulkan pada rheumatic heart disease yakni kerusakan katup jantung akan
menyebabkan timbulnya regurgitasi. Episode yang sering dan berulang penyakit ini akan
menyebabkan penebalan pada katup, pembentukan skar (jaringan parut), kalsifikasi dan
dapat berkembang menjadi valvular stenosis.7
Sebagai dasar dari rheumatic heart disease, penyakit rheumatic fever dalam
patogenesisnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun beberapa faktor yang berperan
dalam patogenesis penyakit rheumatic fever antara lain faktor organisme, faktor host dan
faktor sistem imun.7
Bakteri Streptococcus beta hemolyticus grup A sebagai organisme penginfeksi memiliki
peran penting dalam patogenesis rheumatic fever. Bakteri ini sering berkolonisasi dan
berproliferasi di daerah tenggorokan, dimana bakteri ini memiliki supra-antigen yang dapat
berikatan dengan major histocompatibility complex kelas 2 (MHC kelas 2) yang akan
6
2.5 Diagnosis
Rheumatic fever merupakan penyakit sistemik, pasien rheumatic fever menunjukan
keluhan yang bervariasi. Gambaran klinis pada rheumatic fever bergantung pada sistem
organ yang terlibat dan manifestasi yang muncul dapat tunggal atau merupakan gabungan
beberapa sistem organ yang terlibat.
a. Anamnesis
Sebanyak 70% remaja dan dewasa muda pernah mengalami sakit tenggorok 1-5 minggu
sebelum muncul rheumatic fever dan sekitar 20% anak-anak menyatakan pernah
mengalami sakit tenggorokan. Keluhan mungkin tidak spesifik, seperti demam, tidak enak
8
b. Manifestasi Klinis
Untuk diagnosis rheumatic fever digunakan kriteria Jones yang pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1944, dan kemudian dimodifikasi beberapa kali. Kriteria ini membagi
gambaran klinis menjadi dua, yaitu manifestasi mayor dan minor.7
Ditambah
Bukti infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A sebelumnya (45 hari terakhir)
- Kultur hapusan tenggorok atau rapid test antigen streptococcus betahemolyticus
grup A hasilnya positif
-
Peningkatan titer serologi antibodi streptococcus beta hemolyticus grup A.1,8
Gagal jantung kongestif bisa terjadi sekunder akibat insufisieni katup yang parah atau
miokarditis, yang ditandai dengan adanya takipnea, ortopnea, distensi vena jugularis, ronki,
hepatomegali, irama gallop, dan edema perifer.7
10
Poliartritis Migrans
Merupakan manifestasi yang paling sering dari rheumatic fever, terjadi pada sekitar 70%
pasien rheumatic fever. Gejala ini muncul 30 hari setelah infeksi Streptococcus yakni saat
antibodi mencapai puncak. Radang sendi aktif ditandaidengan nyeri hebat, bengkak, eritema
pada beberapa sendi. Nyeri saat istirahat yang semakin hebat pada gerakan aktif dan pasif
merupakan tanda khas. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi-sendi besar seperti
sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan. Gejala ini bersifat asimetris dan
berpindah-pindah (poliartritis migrans). Peradangan sendi ini dapat sembuh spontan
beberapa jam sesudah serangan namun muncul pada sendi yang lain. Pada sebagian besar
pasien dapat sembuh dalam satu minggu dan biasanya tidak menetap lebih dari dua atau tiga
minggu.7
Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan ruam khas pada rheumatic fever yang terjadi kurang dari
12
10% kasus. Ruam berbentuk anular berwarna kemerahan yang kemudian ditengahnya
memudar pucat, dan tepinya berwarna merah berkelok-kelok seperti ular. Umumnya
ditemukan di tubuh (dada atau punggung) dan ekstremitas.7
11
Kriteria Minor
Demam biasanya tinggi sekitar 39oC dan biasa kembali normal dalam waktu 2-3 minggu,
walau tanpa pengobatan. Artralgia, yakni nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda objektif
(misalnya bengkak, merah, hangat) juga sering dijumpai. Artralgia biasa melibatkan sendi-
sendi yang besar. Penanda peradangan akut pada pemeriksaan darah umumnya tidak
spesifik, yaitu LED dan CRP umumnya meningkat pada rheumatic fever. Pemeriksaan
dapat digunakan untuk menilai perkembangan penyakit.7
c. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mendukung
diagnosis dari rheumatic fever dan rheumatic heart disease adalah :
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Reaktan Fase Akut
Merupakan uji yang menggambarkan radang jantung ringan. Pada pemeriksaan
darah lengkap, dapat ditemukan leukosistosis terutama pada fase akut/aktif, namun
sifatnya tidak spesifik. Marker inflamasi akut berupa C-reactive protein (CRP) dan
laju endap darah (LED). Peningkatan laju endap darah merupakan bukti non
spesifik untuk penyakit yang aktif. Pada rheumatic fever terjadi peningkatan LED,
namun normal pada pasien dengan congestive failure atau meningkat pada anemia.
CRP merupakan indikatordalam menentukan adanya jaringan radang dan tingkat
aktivitas penyakit. CRP yang abnormal digunakan dalam diagnosis rheumatic fever
aktif. 7
- Rapid Test Antigen Streptococcus
12
d. Dasar Diagnosis
13
2.6 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
PengobatanterhadapDemamRematikditunjukkanpada3halyaitu:1) Pencegahan
primerpadasaatseranganDemamRematik.2)Penegahansekunder Demam Rematik. 3)
Menghilangkan gejala yang menyertainya, seperti tirah baring, penggunaan antiinflamasi,
dan penatalaksanaan gagal jantung.10
Pencegahanprimerbertujuanuntukeradikasikumanstreptokokuspada
saatseranganDRdandiberikanp a d a faseawalserangan.Jenisantibiotika,dosisdan
frekuensipemberiannya dapat dilihatpadatabel03.PencegahansekunderDR
bertujuanuntukmencegahseranganulangDR,karenaseranganulangdapat
memperberatkerusakankatup- katupjantungdan dapatmenyebabkankecacatan
dankerusakankatupjantung.Jenisantibiotikayangdigunakandapatdilihatpadatabel 03 dan
durasipencegahan sekunder dapat dilihat padatabel04.10
14
10
Tabel 4. Pencegahan Primerdan Sekunder Demam Rematik.
Cara Jenis Dosis Frekuensi
Pemberian Antibiotik
Pencegahan Primer: Pengobatan terhadap faringitis streptokokus untuk mencegah
serangan primer demam rematik
Intramuskular Benzatin 1,2 jutaunit Satu kali
Penisilin G (600.000 Unit untuk BB < 27 kg)
Oral Penisilin V 250 mg/400.000 unit 4kalisehari
selama10 hari
15
Tetrasiklinjangandigunakan
10
Tabel5. Durasi Pencegahan Sekunder DemamRematik.
Kategori Durasi
16
c. Pembedahan
Pembedahanmungkin diperlukanjikatelahterjadi gagal jantung yang menetapatau
semakinmemburukmeskipun telah mendapat terapi medis yang agresif untuk penanganan
rheumatic heart disease, operasi untuk mengurangi defisiensi katup mungkin bisamenjadi
pilihan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Pasien yang simptomatik, dengan disfungsi
ventrikel atau mengalami gangguan katup yang berat, juga memerlukan tindakan intervensi.10
a. Stenosis Mitral: pasien dengan stenosis mitral murni yang ideal, dapat dilakukan ballon
mitral valvuloplasty (BMV). Bila BMV tak memungkinkan, perlu dilakukan operasi.10
b. Regurgitasi Mitral: Rheumatic fever dengan regurgitasi mitral akut (mungkin akibat
ruptur khordae)/kronik yang berat dengan rheumatic heart disease yang tak teratasi
dengan obat, perlu segera dioperasi untuk reparasi atau penggantian katup.10
c.
Stenosis Aortik: stenosis katut aorta yang berdiri sendiri amat langka. Intervensi dengan
balon biasanya kurang berhasil, sehingga operasi lebih banyak dikerjakan.10
d. Regurgitasi Aortik: regurgitasi katup aorta yang berdiri sendiri atau kombinasi dengan
lesi lain, biasanya ditangani dengan penggantian katup.10
2.7 Komplikasi
17
2.8 Prognosis
Pasien dengan riwayat rheumatic fever berisiko tinggi mengalami kekambuhan. Resiko
kekambuhan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun sejak episode awal. Semakin muda
rheumatic fever terjadi, kecenderungan kambuh semakin besar. Kekambuhan rheumatic fever
secara umum mirip dengan serangan awal, namun risiko karditis dan kerusakan katup lebih
besar.10
Manifestasi rheumatic fever pada 80% kasus mereda dalam 12 minggu. Insiden RHD setelah
10 tahun adalah sebesar 34% pada pasien dengan tanpa serangan rheumatic feverberulang,
tetapi pada pasien dengan serangan rheumaticfever yang berulang kejadian RHD meningkat
menjadi 60%.10
18
Penyakitjantung reumatik (PJR) merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat
demam reumatik akut sebelumnya.Diagnosis ditegakkan berdasarkan Kriteria Jones (Revisi
1992). Ditegakkan bila ditemukan 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor,
ditambah dengan bukti infeksi streptokokus Grup A tenggorokan positif + peningkatan titer
antibodi streptokokus.PengobatanterhadapDemamRematikditunjukkanpada3halyaitu:1)
Pencegahan primerpadasaatseranganDemamRematik.2)Penegahansekunder Demam Rematik.
3) Menghilangkan gejala yang menyertainya, seperti tirah baring, penggunaan antiinflamasi,
dan penatalaksanaan gagal jantung.Pasien dengan riwayat rheumatic fever berisiko tinggi
mengalami kekambuhan. Resiko kekambuhan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun sejak
episode awal.
19
20
21