Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DI RSJD SURAKARTA

Joko Sulistyono¹, Ika Kusuma², Weny Hastuti³

STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA


Jl. Tulang Bawang Seltan No.26 Tegalsari RT 02 RW XXXII
wenihastuti@yahoo.co.id

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai oleh adanya
penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan adanya
ekspresi emosi yang tidak wajar. Kekambuhan yang dialami pasien disebabkan ketidakpatuhan
pasien menjalani pengobatan. Melalui pengawasan secara intensif kepada penderita skizofrenia,
maka kepatuhannya untuk selalu mengkonsumsi obat bisa lebih meningkat, sehingga pasien
merasa memiliki tambahan dukungan dari keluarga dan orang terdekatnya (Wulansih, 2008).
Pada saat dilakukan studi pendahuluan di RSJD Surakarta pada tahun 2013 terdapat 2.570
pasien skizofrenia yang rawat inap, sedangkan dibangsal ayudya terdapat 356 pasien yang
menderita skizofrenia. Wawancara dengan keluarga dan pasien, dan hasil survei yang muncul
pada pasien gangguan jiwa hasil wawancara 25 keluarga pasien yang dirawat ulang karena
pasien tidak patuh minum obat.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien
skizofrenia di RSJD Surakarta.
Metode Penelitian: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian cross
sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dibangsal Ayudya RSJD
Surakarta.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.Jumlah
sampel 22 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner. Analisis dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik non parameter teknik analisis bivariat dengan uji Chikuadrat dengan
ketentuan bahwa jika harga p< 0,05 berarti H 0 ditolak.
Hasil: Ada kecenderungan semakin rendah pendidikan seseorang maka akan tidak patuh dalam
meminum obat diketahui X2=0,043 (p<0,05) . Ada kecenderungan semakin rendah pengetahuan
maka akan tidak patuh dalam meminum obat diketahui X2=0,003 (p<0,05) , ada kecenderungan
terganggunya seseorang dengan efek samping maka akan tidak patuh dalam meminum obat
diketahui X2=0,003 (p<0,05).
Kesimpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat pada pasien
skizofreniaialah tingkat pendidikan, pengetahuan dan efek samping.

Kata Kunci :Ketidakpatuhan, minum obat, pasien skizofrenia


PENDAHULUAN gangguan kejiwaan dalam berbagai
Skizofrenia merupakan suatu tingkatan, dari yang paling ringan sampai
gangguan jiwa yang ditandai oleh adanya berat seperti skizofrenia. Demikian juga
penyimpangan yang sangat dasar dan dengan pernyatan Sukandar, Kepala Rumah
adanya perbedaan dari pikiran, disertai Sakit Jiwa Cimahi bahwa 70% keluarga
dengan adanya ekspresi emosi yang tidak miskin di Cimahi (Jawa Barat) mengalami
wajar. Skizofrenia sering ditemukan pada gangguan jiwa, sayangnya dalam
lapisan masyarakat dan dapat dialami oleh pernyatannya tidak disebutkan jenis
setiap manusia (Parawisata, 2006 ). gangguan jiwa yang dialami oleh warganya.
Skizofrenia sifatnya adalah gangguan Dan rata-rata setiap harinya warga yang
yang lebih kronis dan melemahkan memeriksakan diri ke bagian gangguan jiwa
dibandingkan dengan gangguan mental mencapai angka 30-40 orang, angka ini
yang lain. Pasien skizofrenia yang pernah bertambah terus setiap tahunnya sekitar 3-
dirawat di rumah Sakit akan kambuh 50- 5%, dengan mayoritas adalah kalangan usia
80%, harapan hidup pasien skizofrenia 10 produktif.
tahun lebih pendek dari pada non pasien Kekambuhan yang dialami pasien
skizofrenia ( Puspitasari, 2009). disebabkan ketidakpatuhan pasien
Prevalensi skizofrenia di negara sedang menjalani pengobatan. Untuk itu, perlu
berkembang dan negara maju relatif sama, adanya dukungan dari keluarga, orang-
sekitar 20% dari jumlah penduduk dewasa. orang terdekat dan juga lingkungan sekitar.
Oleh karena itu siapa saja bisa terkena Melalui pengawasan secara intensif kepada
skizofrenia, tanpa melihat jenis kelamin, penderita skizofrenia, maka kepatuhannya
status sosial maupun tingkat pendidikan. untuk selalu mengkonsumsi obat bisa lebih
Berdasarkan hasil statistik pada usia 15-30 meningkat, sehingga pasien merasa
tahun banyak yang mengalami gangguan memiliki tambahan dukungan dari keluarga
jiwa, seperti skizofrenia ( Pariwisata, 2006). dan orang terdekatnya (Wulansih, 2008).
Hasil survei yang dilakukan oleh Pada saat dilakukan studi pendahuluan
(WHO) World Federation Of Mental di RSJD Surakarta pada tahun 2013
Health 2006 terhadap 982 keluarga yang terdapat 2.570 pasien skizofrenia yang
mempunyai anggota keluarga dengan rawat inap, sedangkan dibangsal ayudya
gangguan jiwa menunjukkan 51% klien terdapat 216 pasien yang menderita
kambuh akibat berhenti minum obat, dan skizofrenia. Wawancara dengan keluarga
49 % kambuh akibat mengubah dosis obat dan pasien, dan hasil survei yang muncul
sendiri. pada pasien gangguan jiwa hasil wawancara
Prevalensi penderita skizofrenia di 25 keluarga pasien yang dirawat ulang
Indonesia mencapai 0,3 sampai 1% dan karena pasien tidak patuh minum obat,
biasanya timbul pada usia sekitar 18 sampai sebagai berikut : 15 keluarga mengatakan
45 tahun, namun ada juga yang baru berusia pasien tidak minum obat karena sudah
11 sampai 12 tahun sudah menderita bosan, 7 keluarga mengatakan tidak minum
skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia obat karena merasa tidak bisa bekerja jika
sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan minum obat, 3 keluarga mengatakan tidak
sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia mau minum obat karena takut
(Wulansih, 2008). ketergantungan dengan obat. Ke 15
Menurut Hadi, selaku ketua keluarga mengatakan sudah menyuruh dan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran memperingatkan minum obat secara teratur.
Jiwa Indonesia (PDSKJI) dan sekaligus Tapi klien skizofrenia masih tetap tidak
Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret minum obat.
(UNS) Solo, mengatakan bahwa Berdasarkan dari latar belakang diatas,
berdasarkan hasil Survey Tim Kesehatan maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-
Jiwa UNS Solo pada tahun 2000 sedikitnya faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
16% penduduk di kota Solo mengalami
minum obat pada pasien skizofrenia di tentang ketidakpatuhan minum obat dengan
RSJD Surakarta. kuisioner.

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah dengan menggunakan metode 1. Pendidikan
penelitian deskriptif yaitu suatu metode Deskripsi tingkat pendidikan
penelitian yang dilakukan dengan tujuan responden digambarkan dalam tabel
utama untuk membuat gambaran atau distribusi frekuensi sebagai berikut.
deskripsi tentang suatu keadaan secara Tabel4.3 Gambaran karakteristik
objektif (Setiadi, 2007). responden berdasarkan
Metode pendekatan waktu yang tingkat pendidikan pada
digunakan dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia di RSJD
metode cross sectional yaitu suatu Surakarta
penelitian dengan melakukan pengukuran Tingkat Presentase
atau pengamatan pada saat yang bersamaan Pendidikan Frekuensi (%)
(sekali waktu) (Hidayat, 2007). Dasar
Populasi adalah wilayah generalisasi yang (SD dan
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai SMP) 8 36.4
kualitas dan karakteristik tertentu yang Menengah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan (SMA) 9 40.9
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi Tinggi (PT) 5 22.7
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi Total 22 100.0
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu Berdasarkan tabel 4.3 diketahui
(Sugiyono, 2009). Populasi yang ada dalam bahwa jumlah responden dengan
penelitian ini yaitu 216 populasi. Dari 216 tingkat pendidikan rendah ada 8 orang
populasi, banyak sampel yang peneliti (36,4%), sedangkan dengan tingkat
ambil adalah 10% yaitu sebanyak 21,6 pendidikan sedang ada 9 orang (40,9%),
sampel dibulatkan 22 sampel. Dalam dengan tinglat pendidikan tinggi ada 5
penelitian ini teknik pengambilan sampel orang (22,7%).
yang akan digunakan yaitu purposive 2. Pengetahuan
sampling. Deskripsi pengetahuan tentang
Instrumen penelitian adalah alat-alat skizofrenia digambarkan dalam tabel
yang dapat digunakan untuk pengumpulan distribusi frekuensi sebagai berikut.
data. Pembuatannya mengacu pada variabel Tabel 4.4 Gambaran karakteristik
penelitian, definisi operasional dan skala responden berdasarkan
pengukuran data yang dipilih. Sebelum pengetahuan tentang
melakukan pengumpulan data, perlu dilihat skizofrenia di RSJD
alat ukur pengumpulan data agar dapat Surakarta
memperkuat hasil penelitian. Alat ukur Presentase
pengumpulan data tersebut antara lain dapat Pegetahuan Frekuensi (%)
berupa kuisioner/angket, observasi, Kurang 7 31.8
wawancara, atau gabungan data ketiganya Cukup 6 27.3
(Hidayat, 2007). Baik 9 40.9
Adapun instrumen penelitian yang Total 22 100.0
digunakan adalah berupa kuisioner yang
meliputi identitas responden yaitu nama,
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui
umur, dan dilanjutkan dengan pertanyaan
bahwa jumlah responden dengan
tingkat pengetahuan tentang skizofrenia jumlah responden dengan kepatuhan
kurang ada 7 orang (31,8%), jumlah minum obat patuh ada 10 orang
responden dengan tingkat pengetahuan (45,5%).
tentang skizofrenia cukup ada 6 orang
(27,3%), dan jumlah responden dengan
tingkat pengetahuan tentang skizofrenia PEMBAHASAN
baik ada 9 orang (40,9%). Dalam penelitian ini ingin mengetahui
3. Efek Samping bagaimana pengaruh faktor-faktor yang
Deskripsi gangguan efek menyebabkan pasien tidak patuh meminum
samping digambarkan dalam tabel obat.
distribusi frekuensi sebagai berikut: 1. Pengaruh faktor tingkat pendidikan
Tabel 4.5 Gambaran karakteristik terhadap ketidakpatuhan minum obat
responden berdasarkan pada pasien skizofrenia di RSJD
gangguan efeksamping Surakarta.
pada pasien skizofrenia Ada kecenderungan semakin
di RSJD Surakarta rendah pendidikan seseorang maka
Presentase akantidak patuh dalam meminum obat.
Efek samping Frekuensi (%) Tingkat pendidikan berhubungan
Merasa Nyaman 10 45.5 dengan kemampuan menerima
Merasa Tidak informasi kesehatan dari media massa
Nyaman 12 54.5 dan petugas kesehatan. Banyak kasus
Total 22 100.0 kesakitan dan kematian masyarakat
diakibatkan rendahnya tingkat
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui pendidikan penduduk. Suatu laporan
bahwa jumlah responden dengan dari negara bagian Kerala di India
gangguan efek samping merasa nyaman Utara menyatakan bahwa status
ada 10 orang (45,5%), dan jumlah kesehatan disana sangat baik, jauh
responden dengan gangguan efek diatas rata-rata status kesehatan
samping merasa tidak nyaman ada 12 nasional. Setelah ditelusuri ternyata
orang (54,5%). tingkat pendidikan kaum wanitanya
4. Kepatuhan. sangat tinggi diatas kaum pria
Deskripsi kepatuhan minum (Widoyono, 2008). Jenjang pendidikan
obat responden digambarkan dalam memegang peranan penting dalam
tabel distribusi frekuensi sebagai kesehatan masyarakat (Sander, 2005).
berikut. Jadi pendidikan berpengaruh pada
Tabel 4.6 Gambaran karakteristik kepatuhan minum obat adalah benar
responden berdasarkan adanya.
kepatuhan minum 2. Pengaruh faktor tingkat pengetahuan
obatpada pasien terhadap ketidakpatuhan minum obat
skizofrenia di RSJD pada pasien skizofrenia di RSJD
Surakarta Surakarta
Ada kecenderungan semakin
Kepatuhan
minum Presentase rendah pengetahuan seseorang maka
obat Frekuensi (%) akantidak patuh dalam meminum obat.
Pengetahuan adalah merupakan hasil
Tidak 12 54.5 dari tahu, dan ini terjadi setelah
Patuh 10 45.5 orang melakukan penginderaan
Total 22 100.0 terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui panca
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui indera manusia, yaitu indera
bahwa jumlah responden dengan penglihatan, pendengaran, penciuman,
kepatuhan minum obat yang tidak rasa dan raba. Pengetahuan atau
patuh ada 12 orang (54,5%), dan kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya dasar ada cenderung tidak patuh yaitu
perilaku seseorang (Notoatmodjo, ada 7 orang sedang yang patuh ada 1
2004). Sehingga pengetahuan ini tentu orang, sedangkan dengan tingkat
saja dapat mempengaruhi sikap pendidikan tinggi yang tidak patuh ada
seseorang dalam hal ini minum obat 1 orang dan yang patuh ada 4 orang.
skizofrenia. Berarti ada kecenderungan semakin
3. Hubungan efek samping dengan rendah pendidikan seseorang maka
ketidakpatuhan minum obat pada akan tidak patuh dalam meminum obat.
pasien skizofrenia di RSJD Surakarta 2. Tingkat pengetahuan merupakan faktor
Ada kecenderungan yang berpengaruh pada ketidakpatuhan
terganggunya seseorang dengan efek meminum obat. Diketahui bahwa
samping maka akan tidak patuh dalam responden dengan tingkat pengetahuan
meminum obat. Hal ini sesuai dengan kurang ada 7 orang yaitu ada 6 orang
pendapat Mycek, (2005) dimana dia yang tidak patuh, sedang yang patuh
mengatakan efek samping obat yang ada 1 orang, sedangkan dengan tingkat
ada hubungan dengan terapi terapeutik pengetahuan tinggi ada 9 orang, yang
dapat mempengaruhi pasien untuk tidak patuh ada 1 orang dan yang patuh
keadaan dibelakang hari.Misalnya, ada 8 orang. Berarti Ada
penyekat-ß menurunkan libido dan kecenderungan semakin rendah
impoten pada pria terutama pada umur pengetahuan maka akan tidak patuh
menengah dan lansia. Gangguan fungsi dalam meminum obat.
seksual akibat obat ini dapat 3. Efek samping merupakan faktor yang
menimbulkan penghentian terapi dari berpengaruh pada ketidakpatuhan
pasien. Jadi, perlu peningkatan meminum obat. Diketahui bahwa
kepatuhan dengan meneliti obat-obat responden dengan merasa nyaman
atau dosis, baik pengurangan efek dengan efek samping ada 10 orang
samping atau efek sampingnya. yaitu ada 2 orang yang tidak patuh,
Pasien menggunakan obatnya lebih dari sedang yang patuh ada 8 orang,
semestinya, maka resiko reaksi atau efek sedangkan dengan merasa tidak
samping yang berlebihan akan terjadi nyaman dengan efek samping ada 12
sampai keracunan dan bahaya bagi pasien. orang, yang tidak patuh ada 10 orang
Problem ini sering kali disebabkan oleh hal dan yang patuh ada 2 orang. Berarti ada
seperti: pasien yang lupa meminum obat kecenderungan terganggunya seseorang
pada waktu yang ditentukan, maka pada dengan efek samping maka akan tidak
waktu berikutnya akan meminum obat dua patuh dalam meminum obat.
kali banyaknya; ada pasien yang berpikir,
jika minum satu tablet baik, maka minum
dua tablet sekaligus akan lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA
Sehingga ketidakpatuhan minum obat harus
dihindari, karena akan dapat memberikan Arif, Iman Setiadi. 2006. Memahami
hasil yang keliru sama sekali (Winfield & Dinamika Keluarga Pasien
Bond, 2007). Skizofrenia, Bandung: Rafika
Aditama
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang Asima. 2009
dilakukan pada 22 responden pasien http://lib.unnes.ac.id/18354/1/64504
skizofrenia dibangsal ayudya RSJD 08002.pdf diakses pada tanggal 15
Surakarta, dapat disimpulkan sebagai Februari 2014
berikut.
1. Tingkat pendidikan merupakan faktor Arikunto, 2006. “Metodelogi Penelitian.
yang berpengaruh pada ketidakpatuhan Jakarta: Rhineka Cipta.
meminum obat. Diketahui bahwa
responden dengan tingkat pendidikan
Gunadi. 2009
http://link.kmb.ac.id/18354/1/64506
0818.pdf diakses pada tanggal 11
Februari 2014

Hidayat, Iskandar. 2007 Metode Penelitian


Keperawatan Jiwa, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Keliat, Dr. Budi Ana. 2011. Menejemen


Kasus Gangguan Jiwa, Jakarta:
EGC
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metode
Penelitian, Jakarta: Salemba
Medika

Nursalam. 2008. Metodologi Penelitian


Jiwa, Jakarta: EGC

Nursalam. 2011. Metodologi Penelitian


Jiwa, Jakarta: Rieneka cipta

Pariwisata. 2006. Ilmu Keperawatan Jiwa,


Jakarta: EGC

Pieter, Herri Zan. 2011. Pengantar


Psikopatologi Untuk Keperawatan,
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group

Puspitasari, Ayu. 2009. Buku Ajar Ilmu


Keperawatan Jiwa, Yogyakarta:
Fitra Maya

Saragi, Sahat, 2011. Panduan Penggunaan


Obat, Jakarta: Rosemata Publisher

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian,


Bandung: CV Alfabeta
Wulansih, Dewi. 2008. Pengantar Ilmu
Kejiwaan, Jakarta Buana Ilmu
Populer

Anda mungkin juga menyukai