KELOMPOK 6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Profil Usaha
Nama peternakan : “Swine Healthy Farm”
Alamat peternakan : Naioni, Fatukoa
Nama pemilik : Six Group
Alamat pemilik : Kupang
2. Status Usaha : Usaha bersama
Karena dalam usaha tersebut dibangun atau dikembangkan oleh beberapa dokter
hewan.
3. Skala Usaha :
Usaha pembibitan babi yang didirikan adalah jenis usaha bersama, dengan pengelola
berjumlah 4 orang. Alasan kami dalam memilih usaha peternakan babi ini didasarkan
atas pertimbangan-pertimbangan dan survey sebagai berikut :
Babi merupakan hewan prolifik, yaitu ternak yang mampu menghasilkan anak
12-14 ekor dalam sekali partus.
Ternak babi adalah hewan monogastrik yang dapat mengkonsumsi makanan apa
saja.
Peluang pemasaran sangat mendukung di wilayah-wilayah yang pada umumnya
mayoritas nonmuslim.
Pertumbuhannya cepat dibandingkan hewan ternak lainnya.
2.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari didirikannya Usaha Pembibitan Babi adalah :
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas bibit babi
2. Menjaga dan menambah sentra/kawasan sumber bibit babi.
3. Memperoleh penghasilan atau pendapatan.
4. Memenuhi kebutuhan protein hewani yang berkualitas, sehat, dan aman untuk
dikonsumsi.
5. Membantu pemerintah untuk memberantas pengangguran dan meningkatkan
wisata kuliner di kota kupang.
Sasaran :
1. Meningkatnya produksi dan produktivitas bibit babi.
2. Bertambahnya sentra/kawasan sumber bibit babi.
2.3 Evaluasi Perencanaan Usaha
Sisi positif atau keunggulan didirikannya usaha ini adalah :
Tempat/ lokasi
Lokasi peternakan ini berada dikawasan jauh dari pemukiman penduduk, sehingga
tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Jangka waktu panjang
Pendapatan berseri
Sisi negatif atau kelemahan didirikannya usaha ini adalah :
Perawatan lebih rumit
Pakan lebih mahal
Pemasaran lebih kompleks
Modal besar
2.4 Ras Ternak
Dalam usaha pembibitan ini, pengelola mengembangkan jenis ras ternak landrace.
Ciri-ciri babi landrace adalah berwarna putih dengan bulu yang halus, badan panjang, kepala
kecil agak panjang dengan telinga terkulai, kaki letaknya baik dan kuat, dengan paha yang
bulat dan tumit yang kuat pula serta tebal lemaknya lebih tipis. Babi landrace mempunyai
karkas yang panjang, pahanya besar, daging di bawah dagu tebal dengan kaki yang pendek
(Mangisah, 2003). Budaarsa (2012) melaporkan bahwa babi landrace menjadi pilihan
pertama para peternak karena pertumbuhannya cepat, konversi makanan sangat bagus dan
temperamennya jinak. Lebih lanjut dilaporkan bahwa babi landrace yang diberi pakan
komersial (ransum yang seimbang), maka pertambahan berat badannya bisa mencapai 1 kg
per hari dengan berat sapih pada umur 35 hari bisa mencapai 15 kg.
2.5 Pertimbangan faktor usaha
Modal
Tanah
Dalam usaha pembibitan ini karena usaha milik bersama, tanah yang digunakan
berasal dari pembelian oleh pengelola peternakan ini dimana setiap pengelola
membeli tanah dengan harga yang sama rata. Luas tanah yang dibeli sebesar 1 ha
dengan harga Rp. 100.000.000, dengan setiap pengelola menyediakan uang sebesar
Rp. 25.000.000. Untuk mendirikan bangunan kandang 0,5 Ha, dan 0,5 Ha untuk
jalan, tempat istirahat pekerja, dan bangunan pendukung lainnya. Untuk luas
bangunan kandang adalah 0,5 Ha dengan masing - masing kandang pejantan dan
betina tidak bunting, kandang kawin, kandang betina bunting, dan menyusui.
Bangunan
Bentuk bangunan berupa kandang terbuka ( ranch ) dengan tempat berteduh. Tata
letak bangunan antara lain bangunan utama sebagai kandang, tempat meeting dengan
tamu, tempat istirahat karyawan, toilet, tempat parkir kendaraan karyawan, pos
satpam.
Uang
Modal awal dalam mendirikan usaha ini berasal dari pengelola peternakan adalah Rp.
200.000.000 sudah termasuk harga tanah, jadi setiap pengelola menyediakan uang
sebesar Rp. 50.000.000.
Alat
Dalam proses produksi babi sapih ada beberapa peralatan yang digunakan yaitu :
a. Sarana transportasi
Transportasi yang digunakan adalah sebuah mobil yang digunakan untuk
mengangkut babi hasil pembibitan ke pembeli.
b. Diesel dan selang
Diesel dan selang sebagai sarana untuk membersihkan kandang ternak. Diesel
berfungsi sebagai motor penggerak atau memberikan tekanan agar air terangkat
dari sumbernya kemudian air akan dialirkan melalui selang dan langsung
disemprotkan ke objek.
c. Ember
Ember akan digunakan untuk membawa pakan saat pemberiakan pakan.
d. Peralatan kesehatan
Peralatan kesehatan dalam hal ini berupa alat suntik dan obat-obat serta vaksin.
Skill dan Pengalaman
A. Pesyaratan Teknis Bibit Babi
1. Bibit diutamakan hasil produksi dari pembibit;
2. Babi bebas dari penyakit menular;
3. Memenuhi persyaratan teknis minimal bibit babi sesuai galur yang
digunakan;
4. Babi betina induk siap berproduksi dan pejantan siap kawin. Untuk mengatasi
kesulitan penyediaan babi induk, dipertimbangkan pengadaan bibit dengan
memperhitungkan pakan sampai dengan babi siap produksi.
B. Kandang dan Perlengkapan
1. Bangunan kandang pejantan harus kuat dilengkapi halaman umbaran.
2. Kandang cukup ventilasi, memperoleh cukup sinar matahari dan terhindar dari
aliran hembusan angin yang terus menerus.
3. Tempat pakan dan air minum terbuat dari bahan semen dan sesuai dengan umur
babi, baik ukuran maupun bentuknya.
4. Tempat pakan dan air minum harus diletakan secara praktis, berdekatan, mudah
terjangkau, sehingga pakan tidak tercecer.
5. Babi yang sakit ditempatkan di kandang isolasi, alat untuk membersihkan kandang
isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain.
7. Lantai kandang terbuat dari semen dan dibuat miring agar memudahkan dalam
pembersihan
C. Pakan dan Obat
1. Pakan
a. Pakan yang digunakan berupa pakan komersial dan/atau campuran sesuai dengan
kebutuhan minimal gizi untuk babi dan layak konsumsi;
b. Pakan dapat diberikan dalam bentuk konsentrat dan dedak yang berasal dari pabrik
yang sudah sesuai kandungan status gizi.
2. Obat
a. Obat hewan yang digunakan seperti biologik, premik, farmasbabi adalah obat
hewan yang telah terdaftar dan memiliki nomor pendaftaran obat hewan;
b. Pemberian obat serta vaksin dilakukan oleh pengelola karena pengelola sendiri
berprofesi sebagai dokter hewan.
D. Kesehatan Hewan
1. Kandang yang digunakan untuk pembibitan babi dirancang sedemikian rupa
sehingga tidak mudah dimasuki dan tidak lembab.
2. Pembersihan dan pensucihamaan kandang yang baru dikosongkan dilakukan
dengan menggunakan desinfektan.
3. Desinfeksi kandang dan peralatan serta pembasmian serangga, parasit dan hama
lainnya dilakukan secara teratur.
4. Kandang harus dikosongkan minimal 2 minggu sebelum digunakan kembali;
5. Setiap individu, kendaraan, peralatan dan atau barang lainnya yang akan masuk
atau dibawa ke dalam lokasi pembibitan harus didesinfeksi.
6. Pencegahan terhadap penyakit menular yaitu H1N1 dan penyakit cacing serta
penyakit lainnya dilakukan sesuai petunjuk teknis kesehatan hewan.
7. Apabila terjadi kasus penyakit hewan menular yang menyerang babi di lokasi
pembibitan harus segera dilaporkan kepada dinas setempat untuk dilakukan tindakan
sebagaimana mestinya.
8. Babi, bangkai babi dan limbah pembibitan yang terkena penyakit hewan menular
tidak boleh dibawa keluar lokasi pembibitan dan harus segera dimusnahkan dengan
dibakar dan/atau dikubur.
E. Biosekuriti
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak/penularan bibit penyakit hewan
pada ternak, dilakukan tindakan sebagai berikut : (1) lokasi pembibitan harus
memiliki pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu, kendaraan,
barang serta mencegah masuknya hewan lain; (2) Setiap individu sebelum masuk ke
unit kandang harus melalui ruang sanitasi untuk disemprot dengan desinfeksi. atau
mencelupkan kaki ke bak cuci yang telah diberi disinfektans, (3) pengunjung yang
hendak masuk lokasi pembibitan harus meminta izin dan mengikuti peraturan yang
ada.
F. Tatacara Pengembangbiakan
1. Sistem Perkawinan
Perkawinan antara babi jantan dan betina dilakukan secara alami.
2. Penanganan anak
Penanganan anak pada pembibitan babi yang baik dilakukan sebagai
berikut :
Fase Starter (70 hari)
Fase grower (90 hari)
Fase finisher (120 hari)
3. Pencatatan
Pencatatan pada pembibitan babi yang baik meliputi :
a. Produksi (bibit, jantan, betina) dan indukan
b. Data (umur, jumlah ternak, jumlah pakan, bobot badan, jenis penyakit, penggunaan
obat/vaksin dan kematian);
c. Pemasukan dan pengeluaran bibit babi (tanggal, asal/tujuan, jumlah, jenis kelamin,
kondisi).
G. Peremajaan (Replacement)
Untuk keberlanjutan usaha pembibitan babi, maka pengafkiran untuk ternak babi
jantan pada umur 2,5-3 tahun dan umur 3-4 tahun untuk babi betina.
H. Asepek pemasaran dan komunikasi
Kami ingin memperkenalkan kepada pembeli sebagai peternakan bibit babi terbaik,
nyaman, ramah, menjual bibit berkualitas dengan harga yang terjangkau.
Menghasilkan daging yang berkualitas dan sehat bagi para pembeli, terutama rumah
makan yang sudah bekerja sama dengan peternakan kami sehingga memberikan
olahan pangan yang bergizi.
I. Pekerja
Tenaga yang digunakan dalam usaha peternakan ini berupa pekerja sebagai petugas
kebersihan kandang termasuk pemberian pakan, serta sopir.
2.6 Analisis Usaha
Tabel 1. Jumlah Ternak Babi Terjual, Rata-Rata Berat Hidup Ternak Babi Per Ekor
dan Penerimaan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keberhasilan pengembangan babi khususnya dalam usaha pembibitan babi
membutuhkan perencanaan yang matang dimulai dari tujuan dan sasaran dalam
berusaha hingga analisis usaha dalam hal ini modal yang digunakan untuk biaya tetap
dan biaya tidak tetap.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan suatu usaha peternakan khususnya pembibitan babi perlu
ketelitian dan kerjasama dalam perencanaan membangun usaha pembibitan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA