Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PRAKTIKUM BISNIS VETERINER

“ USAHA PEMBIBITAN TERNAK BABI”

KELOMPOK 6

ELSHADA OEVELYA HERE 1609010024


NOVIE HELLEN MANONGGA 1609010032
MARIA INOCENSIA TULASI 1609010040
MARITO BRITOS GOMES 1609010050

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ternak babi merupakan salah satu ternak yang digunakan oleh masyarakat Nusa
Tenggara Timur (NTT) dalam acara-acara adat, selain itu ternak ini merupakan salah satu
sumber protein hewani. Masyarakat NTT umumnya selalu memelihara ternak ini dengan
jumlah pemeliharaan 2-10 ekor per rumah tangga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
NTT (2013) populasi ternak babi 1.583.052 ekor (2009), 1.724.591 ekor (2010), 1.669.705
ekor (2011), 1.697.252 (2012) dan 1.729.656 (2013). Bila dilihat dari data ini terjadi
peningkatan mencapai 3,5% per tahun, hal ini dapat menjadi indikator bahwa permintaan
akan produk ini selalu meningkat. Dengan tingginya permintaan akan daging babi,
menjadikan usaha ternak babi sebagai salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat.
Menurut Sution (2010), beberapa alasan ternak babi mempunyai arti penting dalam
ekonomi di antaranya, karena babi dapat menghasilkan keuntungan yang relatif cepat dari
modal yang dikeluarkan. Wahyuningsih et al. (2012) mengemukakan bahwa ternak babi
dapat beranak dua kali dalam setahun dan sekali beranak dapat menghasilkan anak yang
banyak dan babi juga mudah beradaptasi dengan lingkungan. Untuk mendukung
perkembangan usaha peternakan babi di NTT diperlukan ketersediaan bibit yang memadai
baik kualitas maupun kuantitas. Keberhasilan pengembangan babi khususnya dalam usaha
pembibitan babi membutuhkan penanganan yang lebih intensif dan masih perlu campur
tangan pemerintah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk
membuat suatu usaha pembibitan ternak babi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GAMBARAN UMUM USAHA PEMBIBITAN

1. Profil Usaha
Nama peternakan : “Swine Healthy Farm”
Alamat peternakan : Naioni, Fatukoa
Nama pemilik : Six Group
Alamat pemilik : Kupang
2. Status Usaha : Usaha bersama
Karena dalam usaha tersebut dibangun atau dikembangkan oleh beberapa dokter
hewan.
3. Skala Usaha :
Usaha pembibitan babi yang didirikan adalah jenis usaha bersama, dengan pengelola
berjumlah 4 orang. Alasan kami dalam memilih usaha peternakan babi ini didasarkan
atas pertimbangan-pertimbangan dan survey sebagai berikut :
 Babi merupakan hewan prolifik, yaitu ternak yang mampu menghasilkan anak
12-14 ekor dalam sekali partus.
 Ternak babi adalah hewan monogastrik yang dapat mengkonsumsi makanan apa
saja.
 Peluang pemasaran sangat mendukung di wilayah-wilayah yang pada umumnya
mayoritas nonmuslim.
 Pertumbuhannya cepat dibandingkan hewan ternak lainnya.
2.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari didirikannya Usaha Pembibitan Babi adalah :
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas bibit babi
2. Menjaga dan menambah sentra/kawasan sumber bibit babi.
3. Memperoleh penghasilan atau pendapatan.
4. Memenuhi kebutuhan protein hewani yang berkualitas, sehat, dan aman untuk
dikonsumsi.
5. Membantu pemerintah untuk memberantas pengangguran dan meningkatkan
wisata kuliner di kota kupang.

Sasaran :
1. Meningkatnya produksi dan produktivitas bibit babi.
2. Bertambahnya sentra/kawasan sumber bibit babi.
2.3 Evaluasi Perencanaan Usaha
Sisi positif atau keunggulan didirikannya usaha ini adalah :
 Tempat/ lokasi
Lokasi peternakan ini berada dikawasan jauh dari pemukiman penduduk, sehingga
tidak mengganggu lingkungan sekitar.
 Jangka waktu panjang
 Pendapatan berseri
Sisi negatif atau kelemahan didirikannya usaha ini adalah :
 Perawatan lebih rumit
 Pakan lebih mahal
 Pemasaran lebih kompleks
 Modal besar
2.4 Ras Ternak
Dalam usaha pembibitan ini, pengelola mengembangkan jenis ras ternak landrace.
Ciri-ciri babi landrace adalah berwarna putih dengan bulu yang halus, badan panjang, kepala
kecil agak panjang dengan telinga terkulai, kaki letaknya baik dan kuat, dengan paha yang
bulat dan tumit yang kuat pula serta tebal lemaknya lebih tipis. Babi landrace mempunyai
karkas yang panjang, pahanya besar, daging di bawah dagu tebal dengan kaki yang pendek
(Mangisah, 2003). Budaarsa (2012) melaporkan bahwa babi landrace menjadi pilihan
pertama para peternak karena pertumbuhannya cepat, konversi makanan sangat bagus dan
temperamennya jinak. Lebih lanjut dilaporkan bahwa babi landrace yang diberi pakan
komersial (ransum yang seimbang), maka pertambahan berat badannya bisa mencapai 1 kg
per hari dengan berat sapih pada umur 35 hari bisa mencapai 15 kg.
2.5 Pertimbangan faktor usaha
 Modal
Tanah
Dalam usaha pembibitan ini karena usaha milik bersama, tanah yang digunakan
berasal dari pembelian oleh pengelola peternakan ini dimana setiap pengelola
membeli tanah dengan harga yang sama rata. Luas tanah yang dibeli sebesar 1 ha
dengan harga Rp. 100.000.000, dengan setiap pengelola menyediakan uang sebesar
Rp. 25.000.000. Untuk mendirikan bangunan kandang 0,5 Ha, dan 0,5 Ha untuk
jalan, tempat istirahat pekerja, dan bangunan pendukung lainnya. Untuk luas
bangunan kandang adalah 0,5 Ha dengan masing - masing kandang pejantan dan
betina tidak bunting, kandang kawin, kandang betina bunting, dan menyusui.
Bangunan
Bentuk bangunan berupa kandang terbuka ( ranch ) dengan tempat berteduh. Tata
letak bangunan antara lain bangunan utama sebagai kandang, tempat meeting dengan
tamu, tempat istirahat karyawan, toilet, tempat parkir kendaraan karyawan, pos
satpam.
Uang
Modal awal dalam mendirikan usaha ini berasal dari pengelola peternakan adalah Rp.
200.000.000 sudah termasuk harga tanah, jadi setiap pengelola menyediakan uang
sebesar Rp. 50.000.000.
Alat
Dalam proses produksi babi sapih ada beberapa peralatan yang digunakan yaitu :
a. Sarana transportasi
Transportasi yang digunakan adalah sebuah mobil yang digunakan untuk
mengangkut babi hasil pembibitan ke pembeli.
b. Diesel dan selang
Diesel dan selang sebagai sarana untuk membersihkan kandang ternak. Diesel
berfungsi sebagai motor penggerak atau memberikan tekanan agar air terangkat
dari sumbernya kemudian air akan dialirkan melalui selang dan langsung
disemprotkan ke objek.
c. Ember
Ember akan digunakan untuk membawa pakan saat pemberiakan pakan.
d. Peralatan kesehatan
Peralatan kesehatan dalam hal ini berupa alat suntik dan obat-obat serta vaksin.
 Skill dan Pengalaman
A. Pesyaratan Teknis Bibit Babi
1. Bibit diutamakan hasil produksi dari pembibit;
2. Babi bebas dari penyakit menular;
3. Memenuhi persyaratan teknis minimal bibit babi sesuai galur yang
digunakan;
4. Babi betina induk siap berproduksi dan pejantan siap kawin. Untuk mengatasi
kesulitan penyediaan babi induk, dipertimbangkan pengadaan bibit dengan
memperhitungkan pakan sampai dengan babi siap produksi.
B. Kandang dan Perlengkapan
1. Bangunan kandang pejantan harus kuat dilengkapi halaman umbaran.
2. Kandang cukup ventilasi, memperoleh cukup sinar matahari dan terhindar dari
aliran hembusan angin yang terus menerus.
3. Tempat pakan dan air minum terbuat dari bahan semen dan sesuai dengan umur
babi, baik ukuran maupun bentuknya.
4. Tempat pakan dan air minum harus diletakan secara praktis, berdekatan, mudah
terjangkau, sehingga pakan tidak tercecer.
5. Babi yang sakit ditempatkan di kandang isolasi, alat untuk membersihkan kandang
isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain.
7. Lantai kandang terbuat dari semen dan dibuat miring agar memudahkan dalam
pembersihan
C. Pakan dan Obat
1. Pakan
a. Pakan yang digunakan berupa pakan komersial dan/atau campuran sesuai dengan
kebutuhan minimal gizi untuk babi dan layak konsumsi;
b. Pakan dapat diberikan dalam bentuk konsentrat dan dedak yang berasal dari pabrik
yang sudah sesuai kandungan status gizi.
2. Obat
a. Obat hewan yang digunakan seperti biologik, premik, farmasbabi adalah obat
hewan yang telah terdaftar dan memiliki nomor pendaftaran obat hewan;
b. Pemberian obat serta vaksin dilakukan oleh pengelola karena pengelola sendiri
berprofesi sebagai dokter hewan.
D. Kesehatan Hewan
1. Kandang yang digunakan untuk pembibitan babi dirancang sedemikian rupa
sehingga tidak mudah dimasuki dan tidak lembab.
2. Pembersihan dan pensucihamaan kandang yang baru dikosongkan dilakukan
dengan menggunakan desinfektan.
3. Desinfeksi kandang dan peralatan serta pembasmian serangga, parasit dan hama
lainnya dilakukan secara teratur.
4. Kandang harus dikosongkan minimal 2 minggu sebelum digunakan kembali;
5. Setiap individu, kendaraan, peralatan dan atau barang lainnya yang akan masuk
atau dibawa ke dalam lokasi pembibitan harus didesinfeksi.
6. Pencegahan terhadap penyakit menular yaitu H1N1 dan penyakit cacing serta
penyakit lainnya dilakukan sesuai petunjuk teknis kesehatan hewan.
7. Apabila terjadi kasus penyakit hewan menular yang menyerang babi di lokasi
pembibitan harus segera dilaporkan kepada dinas setempat untuk dilakukan tindakan
sebagaimana mestinya.
8. Babi, bangkai babi dan limbah pembibitan yang terkena penyakit hewan menular
tidak boleh dibawa keluar lokasi pembibitan dan harus segera dimusnahkan dengan
dibakar dan/atau dikubur.
E. Biosekuriti
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak/penularan bibit penyakit hewan
pada ternak, dilakukan tindakan sebagai berikut : (1) lokasi pembibitan harus
memiliki pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu, kendaraan,
barang serta mencegah masuknya hewan lain; (2) Setiap individu sebelum masuk ke
unit kandang harus melalui ruang sanitasi untuk disemprot dengan desinfeksi. atau
mencelupkan kaki ke bak cuci yang telah diberi disinfektans, (3) pengunjung yang
hendak masuk lokasi pembibitan harus meminta izin dan mengikuti peraturan yang
ada.
F. Tatacara Pengembangbiakan
1. Sistem Perkawinan
Perkawinan antara babi jantan dan betina dilakukan secara alami.
2. Penanganan anak
Penanganan anak pada pembibitan babi yang baik dilakukan sebagai
berikut :
Fase Starter (70 hari)
Fase grower (90 hari)
Fase finisher (120 hari)
3. Pencatatan
Pencatatan pada pembibitan babi yang baik meliputi :
a. Produksi (bibit, jantan, betina) dan indukan
b. Data (umur, jumlah ternak, jumlah pakan, bobot badan, jenis penyakit, penggunaan
obat/vaksin dan kematian);
c. Pemasukan dan pengeluaran bibit babi (tanggal, asal/tujuan, jumlah, jenis kelamin,
kondisi).
G. Peremajaan (Replacement)
Untuk keberlanjutan usaha pembibitan babi, maka pengafkiran untuk ternak babi
jantan pada umur 2,5-3 tahun dan umur 3-4 tahun untuk babi betina.
H. Asepek pemasaran dan komunikasi
Kami ingin memperkenalkan kepada pembeli sebagai peternakan bibit babi terbaik,
nyaman, ramah, menjual bibit berkualitas dengan harga yang terjangkau.
Menghasilkan daging yang berkualitas dan sehat bagi para pembeli, terutama rumah
makan yang sudah bekerja sama dengan peternakan kami sehingga memberikan
olahan pangan yang bergizi.
I. Pekerja
Tenaga yang digunakan dalam usaha peternakan ini berupa pekerja sebagai petugas
kebersihan kandang termasuk pemberian pakan, serta sopir.
2.6 Analisis Usaha
Tabel 1. Jumlah Ternak Babi Terjual, Rata-Rata Berat Hidup Ternak Babi Per Ekor
dan Penerimaan

No. Uraian Jumlah Berat hidup Jumlah


(ekor) (kg/ekor) (Rp.)
1. Fase Starter 100 25 65.000.000
(@.Rp.650.000/ekor)
2. Fase grower 70 65 93.275.000
(@ Rp. 20.500/ Kg hidup
3. Fase finisher 60 95 128.250.000
(@ Rp. 22.500/Kg hidup
4. Induk betina 55 150 214.500.000
(@ Rp. 26.000/Kg hidup)
5. Pejantan 7 130 27.300.000
(@ Rp. 30.000/Kg hidup)
Jumlah 292 465 528.325.000

Tabel 2. Rata-Rata Keuntungan Usaha Peternakan Babi


No. Uraian Jumlah
(Rp.)
1. Modal/biaya tetap 200.000.000
Biaya tidak tetap 250.000.000
Total biaya 450.000.000
2. Penerimaan penjualan ternak
Fase Starter (70 hari) 65.000.000
Fase grower (90 hari) 93.275.000
Fase finisher (120 hari) 128.250.000
Induk betina (> 3 tahun) 214.500.000
Pejantan (> 4 tahun) 27.300.000
Total penerimaan 528.325.000
3. Rata-rata penerimaan perbulan 44.028.000.000
Rata-rata penerimaan perhari 1.447.466
Rata-rata penerimaan perekor 1.809.332
4. Keuntungan pertahun 78.325.000
Rata-rata penerimaan perbulan 6.528.000
Rata-rata penerimaan perhari 214.590.
Rata-rata penerimaan perekor 268.237
Tabel 3. Komposisi Biaya tetap dan Biaya Tidak Tetap Pada Usaha Peternakan Babi
No. Uraian biaya Jumlah
(Rp.)
1. Biaya tetap :
Tanah 100.00.000
Bibit ternak 93.500.000
Penyusutan kandang dan peralatan 3.000.000
Pajak usaha 3.500.000
Jumlah biaya tetap 200.000.000
2. Biaya tidak tetap :
a. Tenaga kerja 55.800.000
b. Pakan, vitamin, dan obat-obatan
Selama periode starter (2 bulan) 4.000.000
Selama periode grower (5 bulan) 30.000.000
Selama periode finisher (8-9 bulan) 35.000.000
Induk betina (selama setahun) 79.400.000
Induk pejantan (selama setahun) 13.000.000
vitamin, dan obat-obatan (selama setahun) 4.000.000
Pakan perekor 600.000
c. Transportasi 25.200.000
d. Listrik + air (Rp/tahun) 3.000.000
Jumlah biaya tidak tetap 250.000.000
Total biaya (tetap + tidak tetap) 450.000.000

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keberhasilan pengembangan babi khususnya dalam usaha pembibitan babi
membutuhkan perencanaan yang matang dimulai dari tujuan dan sasaran dalam
berusaha hingga analisis usaha dalam hal ini modal yang digunakan untuk biaya tetap
dan biaya tidak tetap.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan suatu usaha peternakan khususnya pembibitan babi perlu
ketelitian dan kerjasama dalam perencanaan membangun usaha pembibitan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi K. M. A. G. 2017. Materi Ilmu Ternak Babi. Universitas Udayana, Denpasar.


Direktorat Perbibitan Ternak. 2012. Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Babi.
Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Jakarta.
Sution. 2010. Beternak Babi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Barat.
Warouw M. Z., Panelewen J. J. V., Mirah D. P. A. 2014. Analisis Usaha Peternakan Babi
Pada Perusahan “Kasewean” Kakaskasen Ii Kota Tomohon. Fakultas Peternakan
Universitas Sam Ratulangi, Manado. Vol 34 No. 1:92-102.

Anda mungkin juga menyukai