Anda di halaman 1dari 5

HIPERTENSI

Apa itu hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri
adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri).
Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa
yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan
normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.

Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter
merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung
memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan
diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan
darah.

Perlu diketahui bahwa tekanan sistolik adalah tekanan maksimal karena jantung
berkontraksi, sementara tekanan diastolik adalah tekanan terendah di antara kontraksi
(jantung beristirahat).

Apa saja ciri-ciri dan gejala hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami
gejala ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:

1. Sakit kepala parah


2. Pusing
3. Penglihatan buram
4. Mual
5. Telinga berdenging
6. Kebingungan
7. Detak jantung tak teratur
8. Kelelahan
9. Nyeri dada
10. Sulit bernapas
11. Darah dalam urin
12. Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga
PENYEBAB HIPERTENSI

Ada dua jenis yang menyebabkan hipertensi. Berikut ini dua jenis penyebab tekanan
darah tinggi yang memiliki penyebab berbeda:

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer juga disebut hipertensi esensial. Jenis penyebab hipertensi ini
berkembang dari waktu ke waktu tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Kebanyakan
orang memiliki jenis tekanan darah tinggi. Para peneliti masih belum jelas mekanisme apa
yang menyebabkan tekanan darah meningkat secara perlahan. Kombinasi faktor dapat
berperan. Faktor-faktor ini termasuk:

a. Gen: Beberapa orang secara genetik cenderung mengalami hipertensi. Ini mungkin
dari mutasi gen atau kelainan genetik yang diwarisi dari orang tua.
b. Perubahan fisik: Jika sesuatu dalam tubuh berubah, Anda mungkin mulai mengalami
masalah di seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi mungkin menjadi salah satu masalah
itu. Misalnya, diperkirakan perubahan fungsi ginjal karena penuaan dapat
mengganggu keseimbangan garam dan cairan alami tubuh. Perubahan ini dapat
menyebabkan tekanan darah tubuh meningkat.
c. Lingkungan: Seiring waktu, gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas
fisik dan pola makan yang buruk dapat berdampak buruk pada tubuh Anda. Pilihan
gaya hidup dapat menyebabkan masalah berat badan. Kelebihan berat badan atau
obesitas dapat meningkatkan risiko hipertensi.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder sering terjadi dengan cepat dan bisa menjadi lebih parah daripada
hipertensi primer. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder meliputi:

1. Sleep apnea obstruktif


2. Penyakit ginjal
3. Cacat jantung bawaan
4. Masalah dengan tiroid
5. Efek samping obat
6. Penggunaan obat-obatan terlarang
7. Penyalahgunaan alkohol atau penggunaan kronis
8. Masalah kelenjar adrenal
9. Tumor endokrin tertentu
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI

Sementara itu berikut ini faktor risiko penyebab hipertensi yang patut Anda waspadai di
antaranya:

1. Obesitas
2. Terlalu banyak minum alkohol
3. Merokok
4. Riwayat keluarga.

Salah satu aspek yang paling berbahaya dari hipertensi adalah bahwa setiap individu tidak
menyadari bahwa dirinya memiliki hipertensi. Padahal, penyebab tekanan darah tinggi bisa
saja tidak disadari oleh banyak orang. Banyak orang yang mengabaikan gaya hidup tak sehat
yang menjadi penyebab hipertensi.

Risiko mengidap hipertensi dapat dikurangi dengan mengubah hal-hal di atas dan
menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda
mengalami hipertensi adalah dengan pemeriksaan tekanan darah yang teratur. Hal ini penting
terutama jika kita memiliki saudara atau keturunan tekanan darah tinggi.

GEJALA HIPERTENSI

Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejalanya.
Namun, pada beberapa orang dengan tekanan darah yang sangat tinggi dapat muncul gejala
hipertensi berupa:

1. Sakit kepala parah


2. Kelelahan atau kebingungan
3. Masalah penglihatan (kemungkinan komplikasi ke retina mata)
4. Nyeri dada
5. Sulit bernapas
6. Denyut jantung tidak teratur
7. Adanya darah dalam urine (kemungkinan komplikasi ke ginjal)
8. Berdebar di dada, leher, atau telinga.

PENGOBATAN HIPERTENSI
Secara umum, terdapat 2 prinsip dari pengobatan hipertensi, yaitu:

1. PERUBAHAN GAYA HIDUP. Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.


Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, bisa menurunkan tekanan darah dalam
beberapa minggu. Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani, antara lain:
a. Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop hypertension), yaitu pola
makan dengan lebih banyak mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu rendah
lemak, gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging merah dan
makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
b. Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari
c. Menurunkan berat badan.
d. Berhenti merokok.
e. Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
f. Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
g. Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan
stres.

Cara– cara diatas dapat dilakukan dengan atau tanpa dibarengi konsumsi obat anti
Hipertensi. meski demikian, penerapan gaya hidup sehat lebih awal bisa membuat
penderitaterhindar dari konsumsi obatanti Hipertensi.

2. Penggunaan Obat-obatan. Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus


mengonsumsi obat untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa menurunkan dosis atau
menghentikan pengobatan jika tekanan darah penderita sudah terkendali dengan
mengubah gaya hidup. Penting bagi pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis
yang sudah ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang muncul.
Beberapa obat yang digunakan untuk menangani hipertensi antara lain:Melakukan
terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stres.

a. Diuretik. Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh
melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.
b. Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan
melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini adalah amlodipine dan
nifedipine.
c. Beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh
dan memperlambat detak jantung. Contoh obat golongan beta-blocker adalah
atenolol dan bisoprolol.
d. ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan cara membuat
dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini adalah captopril
dan ramipril.
e. Angiotensin-2 receptor blocker (ARB). Fungsi obat ini hampir sama dengan
ACE inhibitor yaitu membuat dinding pembuluh darah menjadi rileks, sehingga
kedua obat tersebut tidak boleh diberikan secara bersamaan. Contoh obat ini
adalah losartan dan valsartan.
f. Penghambat renin. Obat ini berfungsi menghambat kerja renin, yaitu enzim yang
dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan tekanan darah. Contoh obat
penghambat renin adalah aliskiren.

Anda mungkin juga menyukai