A. Sabun
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri
tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran
antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan
pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium
klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah
reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin.
Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk
utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun
yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak
larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH),
sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu,
jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan.
Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai,
minyak kacang, dan minyak biji katun.
Jenis-jenis sabun dan karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Sabun cair
Dibuat dari minyak kelapa
Alkali yang digunakan KOH
Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar
2. Sabun lunak
Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang
tidak jernih
Alkali yang dipakai KOH
Bentuk pasta dan mudah larut dalam air
3. Sabun keras
Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan
proses hidrogenasi
Alkali yang dipakai NaOH
Sukar larut dalam air
B. Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latinsapon, = sabun
dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Saponifikasi adalah reaksihidrolisis
asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya NaOH). Sabun terutama mengandung
c12 dan c16 selain itu juga mengandung asam karboksilat. Saponifikasi antara
trigliserida dan basa kuat menghasilkan produk berupa sabun dan gliserol.Secara
teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid
adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewan dan nabati. Ada beberapa jenis
minyak yang dipakai dalam pembuatan sabun, anatara lain : minyak zaitun (olive
oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm oil), minyak kedelai
(soybean oil) dan lain-lain. Masing-masing mempunyai karakter dan fungsi yang
berlainan. (Wikipedia, 2007).
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak
mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada
kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi
kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Reaksi
saponifikasi:
Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi
Fatty Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin
(Glycerol),karena saat proses pembuatanFatty Acid ,glycerolsudah dipisahkan
tersendiri
C. Sifat – sifat Sabun
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH-
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang
bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non
polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut
dalam air. Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga
memisahkan kotoran non polar). Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan
juga memisahkan kotoran polar). (Taufik, 2012)
1. Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau
KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam
ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam,
gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses
penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan
gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-
kali.Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan
campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan
mengapung.Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebihlanjut, yaitu
sebagai sabun industri yang murah.Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti
pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok.Beberapa perlakuan
diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk,
sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan
melarutkan udara di dalamnya).
2. Metode Kontiniu
Metoda kontiniu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak
hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi.Lemak atau minyak
dimasukkan secara kontiniu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan
gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara
penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi
sabun.
Proses ini dilakukan dengan jalan mereaksikan trigliserida (lemak/minyak)
dengan kaustik soda secara langsung untuk menghasilkan sabun. Proses
saponifikasi ini hampir sama dengan proses menggunakan ketel, hanya saja proses
ini dilakukan secara kontiniu sementara proses dengan ketel memakai sistem
batch.
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan
daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer
(temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi,
dan bilangan iodine. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam
pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam
pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak
terdapat dalam tallow.
Minyak sawit termasuk minyak yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi.
Minyak sawit berwujud setengah padat pada temperatur ruangan dan memiliki
beberapa jenis lemak jenuhasam laurat (0.1%), asam miristat (1%), asam
stearat(5%), dan asam palmitat (44%). Minyak sawit juga memiliki lemak tak
jenuh dalam bentuk asam oleat (39%), asam linoleat (10%), dan asam alfa linoleat
(0.3%).Seperti semua minyak nabati, minyak sawit tidak mengandung
kolesterol[5] meski konsumsi lemak jenuh diketahui menyebabkan peningkatan
kolesterol lipoprotein densitas rendah dan lipoprotein densitas tinggi akibat
metabolisme asam lemak dalam tubuh. Minyak sawit juga GMO free, karena
tidak ada kelapa sawit termodifikasi genetik (GMO) yang dibudidayakan untuk
menghasilkan minyak sawit.
Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa murni (Inggris: virgin coconut oil) adalah minyak kelapa yang
dibuat dari bahan baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau
tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia dan RDB.
Penyulingan minyak kelapa seperti di atas berakibat kandungan senyawa-
senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan
kandungan utama asam laurat ini memiliki sifat antibiotik, anti bakteri dan jamur.
Minyak kelapa murni, atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO),
adalah modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk
dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening,
berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12
bulan.
G. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun
hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun
menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam)
dan bahan-bahan aditif.
o NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi
di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan
umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan
untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami
pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan
mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh
sabun yang berkualitas.
o Bahan aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik
konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti
oksidan, Pewarna,dan parfum.
I. Bilangan Asam
Bilangan asam merupakan salah satu ukuran kualitas minyak atau lemak.
Bilangan asam suatu lemak atau minyak adalah bilangan yang menyatakan
banyaknya miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
dalam 1 gram minyak atau lemak. Bilangan asam dapat dihitung dengan
persamaan:
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan Asam = 𝑊
Dimana :
J. Emulsi
Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan lain yang kedua
tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat
pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerja emulsifier
terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak
maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat
menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya
butir-butir minyak satu sama lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum,
sabun, atau garam empedu. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling
berbaur, tetapi saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi
yang terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal
dengan continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah
emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi dalam
air.
V. Alat dan Bahan :
Alat :
- Tabung reaksi - Kompor listrik
- Pipet tetes - Termometer
- Gelas ukur - Tempat cetakan sabun
- Erlenmeyer - Neraca Ohauss
- Biuret - Kertas saring
- Pengaduk/Spatula - Corong kaca
- Gelas kimia - Neraca analitik
- Statif dan klem - Stopwatch
Bahan :
- Minyak curah, minyak bimoli,
minyak zaitun (barco), minyak bibit
- Etanol
- Larutan alkali padat (KOH dan
NaOH pekat)
- Gliserin
- Larutan NaCl atau KCl jenuh
- Kloroform
- Asam Stearat
- Asam Asetat glasial
- Larutan KI
- Indikator phenolftalein
- Aquades
VI. ALUR KERJA
1. Pembutan Sabun
Larutan NaOH
Larutan jernih
Larutan jernih
3 mL aquades + 5 tetes
minyak
Emulsi
Waktu
3 mL aquades + 5 tetes
minyak
Emulsi
Waktu
3. Bilangan Asam
Volume
VII. HASIL PENGAMATAN
1,4 gram Asam Stearat : butiran putih C3H5(OH)3 + 3 NaOOCC15H31 dengan basa
NaOH
Minyak Barco : kuning (+) menghasilkan sabun.
- Dilarutkan dalam 3,3 Minyak Bimoli : kuning (++) Reaksi tersebut
mL air
-Dibiarkan sampai dingin
Larutan Minyak Curah : kuning (+++) menghasilkan reaksi
NaOH saponifikasi.
Asam Sterat + minyak Barco :
10 gram minyak kuning (+), larut dalam
Bimoli
pemanasan.
Sabun dapat dibuat
- Dimasukkan dalam gelas Asam Sterat + minyak
kimia dengan bahan minyak
- 1 gram asam stearat. Bimoli : kuning (++), larut
- Diapanaskan sampai suhu (kelapa, kelapa sawit,
70°C sampai asam stearat dalam pemanasan.
mencair. curah) + asam stearat +
- Dibiarkan dingin sampai
Asam Sterat + minyak Curah
suhu 50°C NaOH + alkohol +gliserin
: kuning (+++), larut dalam
- Ditambahkan larutan
NaOH yang tadi pemanasan.
Larutan- Diaduk terus
- Ditambahkan 12 gram Asam Sterat + minyak +
jernihalcohol
- Ditambahkan 4 gram NaOH : putih keruh
-gliserin
Dbiarkan campuran agak
dingin
- Dipanaskan dan diaduk Setelah penambahan etanol
- Ditambah 1 mL minyak
zaitun
dan Gliserin : kuning keruh
- Dituangkan dalam cetakan
Sabun dari Setelah Pemanasan: larutan
minyak bimoli
jernih
Penambahan minyak zaitun :
berbau harum
3 mL aquades + 5 tetes minyak Tabung 1 (minyak barco) : C17265COOK)(aq) + H2O)(l) pembentukan emulsi dari
terbentuk 2 lapisan ( lapisan yang terlambat sampai
- Dimasukkan dalam
tabung 1. atas putih keruh bawah keruh) yang tercepat:
- Ditambahkan 2 mL Minyak curah > minyak
Waktu : 19 s
larutan sabun yang di buat
(dengan melarutkan 0,1- Tabung 1 (minyak bimoli) : bimoli > minyak barco
0,2 gram sabun hasi
buatan dalam 6-8 mL air terbentuk 2 lapisan ( lapisan
panas.
atas kuning bawah keruh)
- Dikocok kuat-kuat.
Emulsi Waktu :26 s Penambahan sabun
TITRASI
1. Sampel minyak barco +
etanol + indicator PP :
Kuning +
Hasil:
V1 : 0,5 ml
V2 : 0.5 ml
V3 : 0,5 ml
2. Sampel minyak bimoli +
etanol + indicator PP :
Kuning ++
Hasil:
V1 : 0,7 ml
V2 : 0,8 ml
V3 : 0,9 ml
3. Sampel minyak curah +
etanol + indicator PP :
Kuning +++
Hasil:
V1 : 1,2 ml
V2 : 1,0 ml
V3 : 1,3 ml
3. Bilangan Asam Warna minyak: Bilangan asam : Jadi, bilangan asam yang
1. Barco : kuning + 1. Barco paling kecil adalah bilang
5-10 ml sampel
2. Bimoli : kuning ++ asam minyak kelapa
minyak /lemak
3. Curah : kuning +++ 0,28+0,28+0,24 (barco) yang
= 0,261
3
- Dimasukkan dalam menunjukkan kualitas.
2. Bimoli
erlenmeter Etanol : tidak berwarna Semakin kecil bilangan
- Ditambahkan 25 ml PP : kuning + asamnya maka semakin
0,392+0,448+0,504
Etanol = 0,3136
3
- Ditambahkan 5 tetes baik kualitas minyaknya,
indicator PP Minyak barco + etanol + PP : Sehingga dari ketiga
- Dititrasi dengan larutan 3. Curah
kuning (+) minyak tersebut yang
standar KOH 0,1 N
- Dilakukan sebanyak 3x Minyak bimoli + etanol + PP memiliki kualitas paling
0,672+0,56+0,728
pada minyak yang : kuning (++) = 0,653 baik adalah minyak
3
berbeda Minyak curah + etanol + PP : kelapa (Barco).
CH2COO-(CH2)14CH3 CH3(CH2)14COONa
CH2OH
(minyak) (alkali) (sabun)
(Gliserol)
3. Bilanggan Asam
Percobaan ketiga ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
kualitas minyak berdasarkan bilangan asam. Bilangan asam digunakan
untuk mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu
bahan atau sampel. Semakin besar bilangan asam maka kandungan asam
lemak bebas dalam sampel semakin tinggi, Besarnya asam lemak bebas
yang terkandung dalam sampel dapat diakibatkan dari proses hidrolisis
ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Intinya, semakin
besar bilangan asam, maka kualitas minyaknya semakin buruk.
Dalam percobaan ini digunakan tiga sampel minyak, yaitu minyak
kelapa (Barco), minyak kelapa sawit (Bimoli), dan minyak curah.
Sampel-sampel minyak tersebut ditimbang masing-masing sebanyak 10
gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambah
dengan 25 mL etanol yang berfungsi sebagai pelarut, untuk melarutkan
lemak atau minyak agar dapat bereaksi dengan basa alkali, karena
alkohol merupakan pelarut minyak atau lemak yang baik. Kemudian
ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein (PP). Warna masing-masing
larutan setelah penambahan PP adalah:
1. Tabung 1 : minyak kelapa (barco) + etanol + PP = kuning(+)
2. Tabung 2 : minyak kelapa sawit (bimoli) + etanol + PP =
kuning(++)
3. Tabung 3 : minyak curah + etanol + PP = kuning(+++)
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan sabun dilakukan dengan proses saponifikasi, yaitu mereaksikan
antara lemak atau minyak dengan basa kuat.
2. Sabun yang dibuat dengan campuran lemak atau minyak dan NaOH
menghasilkan produk sabun padat, sedangkan sabun hasil pencampuran
lemak dengan KOH menghasilkan sabun lunak bahkan cair.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat emulsi dari minyak curah lebih
lama dari pada minyak Bimoli dan Barco.
4. Kualitas minyak berdasarkan perhitungan bilangan asam yang paling
bagus adalah minyak barco, bimoli kemudian curah.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Kimia Organik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Laboratorium Kimia Organik UNESA: Surabaya.
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak ( dalam bentuk diagram
alur)?
Jawaban :
Cara membuat sabun keras
1,4 gram NaOH
Larutan NaOH
10 g minyak
- Dimasukkantabungreaksi 2
- Dimasukkanketabungreaksi 1
- Ditambah 2 ml larutan sabun - Dikocok
yang dibuat dengan melarutkan - Didiamkan sampai lapisan
0.10-0.2 gram sabun hasil buatan minyak dan air terpisah
dalam 6-8 ml air panas - Dicatat waktu pemisahan
- Dikocok lapisan minyak dan air
- Didiamkan sampai kedua lapisan
terpisah Hasil Percobaan
- Dicatat waktu pemisahan lapisan
minyak dan air
Hasil Percobaan