Anda di halaman 1dari 4

ANDI ANUGERAH FAUZIAH

1947141009
C19A
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Pendidikan Agama Islam


1. Setelah Al-Quran dibaca dan dihafalkan, tentu harus dibangun formula-formula lanjutan agar Al-
Quran benar-benar ‘’membumi’’ dan menjadi paradigma di pelbagai segi kehidupan. Misalnya,
membangun paradigma Qurani dalam upaya Indonesia membangun bangsa yang berkarakter.
Caranya? Cobalah Anda himpun pelbagai informasi lanjutan mengenai hal ini. Kemudian tawarkan
formula yang Anda susun pada seminar kelas.
Jawaban:
Berbicara tentang paradigma pasti yang ada dalam benak kita adalah tentang bagaimana
cara kita memandang suatu persoalan dan atau masalah. Secara etimologis kata paradigma
berasal dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para dan digma. Para mengandung arti di
samping, di sebelah, dan keadaan lingkungan. Sedangkan digma berarti sudut pandang, teladan,
arketif, dan ideal. Dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang, cara berpikir, cara
berpikir tentang suatu realitas. Adapun secara terminologis, paradigma adalah cara berpikir
berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas dengan
metode keilmuan yang bisa atau dapat dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qur’ani adalah
cara pandang dan cara berpikir suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Alquran.
Bagi umat Islam, Alquran adalah sumber primer dalam segi kehidupan. Alquran adalah
sumber ajaran teologi, hukum, mistisme, pemikiran, pembaharuan, pendidikan, ahlak, dan aspek-
aspek lainnya. Tolok ukur benar/salah, baik/buruk, dan indah/jelek adalah terdapat dalam Al-
Qur’an. Kita maju bersama Alquran, tidak ada kemajuan tanpa Alquran. Alquran bukan hanya
sebagai sumber inspirasi, tetapi ia adalah landasan, pedoman paradigma dan guide dalam
mengarahkan kemodernan agar dapat menyejahterakan manusia baik di dunia maupun akhirat
kelak.
Kegagalan pendidikan Islam kontemporer atau pada saat sekarang ini, secara umum juga
disebabkan oleh faktor perumusan visi dan misi yang tidak kompatibel dengan konsep ideal dan
kondisi empiriknya. Setidaknya hal ini disebabkan oleh lima alasan berikut: Pertama, secara
fundamental pengajaran kita tidak fokus pada pengembangan karakter dan kepribadian, tidak
sejalan dengan apa yang menjadi perhatian Nabi Muhammad saw. Kedua, kebanyakan yang
diajarkan adalah sesuatu yang yang tidak relevan dengan kehidupan riil siswa seperti kebutuhan
dan tantangan yang akan mereka hadapi. Ketiga, metode pengajarannya lebih cenderung
terpusat pada pengajaran (teaching) bukan pada belajar (learning). Masih mengentalnya sistem
pengajaran maintenance learning yang bercirikan lamban, pasif dan menganggap selalu benar
terhadap warisan masa lalu. Keempat, Adanya pandangan dikotomis ilmu secara substansial (ilmu
agama dan ilmu umum). Kelima, pengajaran kita tidak mempersiapkan anak-anak kita dengan
keterampilan riil (real life skills) yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat modern saat ini.
Jadi, formula yang tepat dalam membangun bangsa yang berkarakter adalah betul-
betul memahami hal-hal yang termuat dalam paradigma Qurani dan meningkatkan
keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan Islam dengan menjauhi kelima poin yang terdapat
di atas.

2. Coba Anda elaborasi lebih jauh tujuan-tujuan diturunkannya Al-Quran sebagaimana diajukan oleh
Yusuf Al-Qardhawi di atas. Gunakan ayat-ayat Al-Quran sebagai perspektif Anda! Berikutnya,
lakukan elaborasi di atas tujuan-tujuan tersebut dan hendaknya dikaitkan relevansinya dan
signifikansinya dengan kondisi masyarakat dan bangsa kita (misalnya penerapan kedisiplinan
dalam melaksanakan kewajiban dan santun dalam menuntut hak sebagai muslim Indonesia).
Susunlah menjadi sebuah esai dan ajukan dalam seminar kelas! Anda tentu bisa.
Jawaban:
Menurut pandangan Yusuf Qardhawi Al-Qur’an adalah kitab Ilahi yang bersumber asli dari
Allah dan diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup beragama yang memiliki
karakteristik dan tujuan-tujuan utamanya, antara lain adalah:
 Al-Quran sebagai kitab Allah Swt yang mengandung firman-firman-Nya, yang diberikan kepada
penutup para rasul dan nabi-Nya, yaitu Muhammad saw. al-Qur’an – seratus persen – berasal
dari Allah swt kepada Rasul dan Nabi-Nya: Muhammad saw. melalui wahyu al-Jaliyy ‘wahyu
yang jelas’. Yaitu, dengan turunnya malaikat utusan Allah swt, Jibril a.s. untuk menyampaikan
wahyu-Nya kepada Rasulullah saw. yang manusia, bukan melalui jalan wahyu yang lain: seperti
ilham, pemberian inspirasi dalam jiwa. Sesungguhnya, Allah menurunkan al-Qur’an untuk
memastikan petunjuk-Nya bagi perjalanan hidup manusia, sehingga kehidupan mereka dapat
diatur dengan petunjuk dan agama yang diturunkan oleh Allah. Dengan cahaya petunjuknya,
Allah memberikan petunjuk kepada umat manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang
benderang.
 Al-Qur’an adalah kitab suci bagi seluruh zaman, yakni ia merupakan kitab yang abadi, bukan
kitab bagi suatu masa tertentu, atau kitab bagi suatu generasi tertentu, yang kemudian habis
masa berlakunya. Maksudnya, hukum-hukum al-Qur’an, perintah, dan larangannya, tidak
berlaku secara kontemporer dengan suatu kurun waktu tertentu, kemudian habis masanya.
Seyogyanya setiap muslim mengetahui bahwa Allah telah menurunkan al-Qur’an “untuk
menjelaskan segala sesuatu” (an-Nahl: 89), seperti difirmankan oleh zat yang menurunkannya
(Allah). Ia merupakan pedoman bagi setiap pribadi dan undang-undang bagi sebuah masyarakat,
memang, ia merupakan pedoman praktis yang menjamin dasar yang mengarah bagi kehidupan
pribadi, hubungannya dengan Tuhannya, hubungannya dengan alam dan kehidupan sekitarnya,
hubungannya dengan dirinya, hubungannya dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat,
hubungannya dengan kaum muslim, hubungannya dengan kaum non muslim, baik yang berdamai
maupun yang memeranginya. Sehingga, apabila direlevansikan atau dikaitkan dengan kondisi
masyarakat dan bangsa kita (misalnya penerapan kedisiplinan dalam melaksanakan kewajiban
dan santun dalam menuntut hak sebagai muslim Indonesia). Ialah harusnya selalu merujuk
kepada kitab suci Al-Quran, apalagi bagi seorang muslim ada baiknya segala hal yang dilakukan
harus berpedoman pada kitab suci Al-Quran. Contohnya dalam melaksanakan kewajiban dan
santun dalam menuntut hak.

3. Berikutnya al-Faruqi menyebutkan bahwa langkah-langkah kerja yang harus ditempuh adalah
sebagai berikut.
 Menguasai disiplin ilmu modern
 Menguasai warisan khazanah Islam
 Membangun relevansi yang Islami bagi setiap bidang kajian atau wilayah penelitian
pengetahuan modern.
 Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara warisan Islam dan
pengetahuan modern.
 Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu sunatullah.
Coba Anda menggali lebih jauh sebuah rancangan implementasi dari setiap langkah dan gagasan
Al-Faruqi di atas, terutama untuk konteks masyarakat dan bangsa kita!
Jawaban:
Alasan yang melatarbelakangi perlunya islamisasi dalam pandangan al-Faruqi adalah
bahwa umat Islam saat ini berada dalam keadaan yang lemah. Kemerosotan muslim dewasa ini
telah menjadikan Islam berada pada zaman kemunduran. Kondisi yang demikian menyebabkan
meluasnya kebodohan. Di kalangan kaum muslimin berkembang buta huruf, kebodohan, dan
tahayul. Akibatnya, umat Islam lari kepada keyakinan yang buta, bersandar kepada literalisme dan
legalisme, atau menyerahkan diri kepada pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh mereka. Zaman
kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan telah menempatkan umat Islam
berada di anak tangga bangsa-bangsa terbawah. alam kondisi seperti ini masyarakat muslim
melihat kemajuan Barat sebagai sesuatu yang mengagumkan. Hal ini menyebabkan sebagian
kaum muslimin tergoda oleh kemajuan Barat dan berupaya melakukan reformasi dengan jalan
westernisasi. Ternyata jalan yang ditempuh melalui jalan westernisasi telah menghancurkan umat
Islam sendiri dari ajaran al-Qur’an dan hadis. Sebab berbagai pandangan dari Barat, diterima umat
Islam tanpa dibarengi dengan adanya filter. Walaupun dalam aspek-aspek tertentu kemajuan
Barat ikut memberi andil positif bagi umat, namun al-Faruqi melihat bahwa kemajuan yang
dicapai umat Islam bukan sebagai kemajuan yang dikehendaki oleh ajaran agamanya. Kemajuan
yang mereka capai, hanya merupakan kemajuan semu. Dari fenomena ini, al-Faruqi melihat
kenyataan bahwa umat Islam seakan berada di persimpangan jalan. Sulit untuk menentukan
pilihan arah yang tepat.
Karenanya, umat Islam akhirnya terkesan mengambil sikap mendua, antara tradisi
keislaman dan nilai-nilai peradaban Barat. Pandangan dualisme yang demikian ini menjadi
penyebab dari kemunduran yang dialami umat Islam. Bahkan sudah mencapai tingkat serius dan
mengkhawatirkan yang disebutnya sebagai “malaisme”. Menurut al-Faruqi, sebagai efek dari
“malaisme” yang di hadapi umat Islam sebagai bangsa-bangsa di anak tangga terbawah,
mengakibatkan timbulnya dualisme dalam sistem pendidikan Islam dan kehidupan umat. Dari
situlah kemudian al-Faruqi berkeyakinan bahwa sebagai prasyarat untuk menghilangkan dualisme
tersebut dan sekaligus mencari jalan keluar dari “malaisme” yang dihadapi umat, maka
pengetahuan harus diislamisasikan atau diadakan asimilasi pengetahuan agar serasi dengan
ajaran tauhid dan ajaran Islam. Untuk itulah implementasi atau penerapan dari setiap langkah-
langkah kerja yang dinyatakan oleh al-Faruqi dalam konteks masyarakat dan bangsa ialah mampu
memfilter atau menyaring berbagai sikap yang ditimbulkan baik dari bangsa sendiri maupun dari
luar, dapat membedakan mana yang baik/buruk, dan melihat al-Quran sebagai pedoman atau
pandangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

4. Buatlah kesimpulan tentang paradigma qurani dalam menyelesaikan problem kehidupan modern.
Jawaban:
Pengertian paradigma qurani adalah cara pandang dan cara berpikir tentang suatu
permasalahan berdasarkan alquran karena mengandung gagasan yang sempurna mengenai
kehidupan dan dapat dirumuskan menjadi teori teori yang empiris dan rasional. Paradigma qurani
sangat penting bagi kehidupan modern karena bertujuan meluruskan akidah manusia,
memeguhkan kemuliaan manusia dan hak manusia, mengarahkan manusia agar beribadah secara
baik dan benar, mengajak manusia menyucikan rohani, membangun rumah tangga yang sakinah,
membangun umat menjadikan saksi atas kemanusiaan, dan mengajak agar saling tolong.
Terdapat masa keemasan islam yaitu masa keemasan yang disebabkan karena umat islam
berada dalam puncak kemajuan dalam berbagai aspek kehidupannya(ideologi, politik,sosial
budaya, ekonomi, pengetahuan dan teknologi,pertahanan dan keamanan) karna itu islam
menjadi pusat peradaban dan super power dalam ekonomi dan politik. Hal itu karena menjadikan
alquran sebagai paradigma kehidupan. Kemajuam dicapai dengan keberhasilan membangun iptek
dan hal itu akan membawa perubahan dahsyat. Kemajuan melahirkan kehidupan modern.
Bagi umat islam kemoderenan tetap harus dikembangkan di atas paradigma alquran.
Alquran adalah landasan,pedoman paradigma agar dapat menyejahterakan manusia dunia dan
akhirat. Apa artinya kemajuan iptek jika manusia tidak makrifat kepada Allah. Adapun ciri
kehidupam modern ialah pembangunan yang membawa kemajuan,kemakmuran dan
pemerataan. Kunci sukses dunia islam adalah kembali kepada alquran. Al faruqi menjabarkan
dengan langkah berikut:
-Memadukam sistem pendidikan islam
-Meningkatkan visi islam
-penegasan prinsip pengetahun islam (the unity of Allah,creation,truth and knowlage,humanity,
is life).

Anda mungkin juga menyukai