Anda di halaman 1dari 9

MENELAAH TEORI VYGOTSKY DAN INTERDEPEDENSI

SOSIAL SEBAGAI LANDASAN TEORI DALAM


PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI
SEKOLAH DASAR

Yayu Tresna Suci


Universitas Pendidikan Indonesia
Jalan Setiabudhi No. 229, Isola, Sukasari, Isola, Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40154
Email: tresnasuci.yts@gmail.com

Abstrak
Pembelajarn kooperatif memiliki popularitas yang membumi di dunia pendidikan. Penelitian mengenai keunggulan
pembelajaran kooperatif banyak ditemukan dan membawa angin segar bagi peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah. Dewasa ini pembelajaran kooperatif diharapkan bisa menjadi ruh dalam setiap aktivitas belajar di sekolah,
akan tetapi pada pelaksanaanya tidak sedikit guru yang salah memberikan persepsi tentang pembelajaran kooperatif
dan cenderung kesulitan dalam menerapkannya di kelas mereka. Tulisan ini mencoba membangun pembelajaran
kooperatif dari segi teoritis yaitu melalui pemikiran vygotsky dan teori interdepedenncy social. Kedua teori ini akan
ditelaah secara sistematis guna memberikan gambaran bagaimana wujud pembelajaran kooperatif yang lebih
memadai.
Kata kunci:
Pembelajaran kooperatif, teori vygotksy, teori interdepedency social.

Abstract
Cooperative learning has a grounded popularity in the world of education. Research on the advantages of cooperative
learning is found and brings fresh air to improve the quality of learning in schools. Today cooperative learning is
expected to be a spirit in every learning activity in schools, but in practice there are not a few teachers who mistakenly
give perceptions about cooperative learning and tend to have difficulties in applying it in their classrooms. This paper
tries to build cooperative learning from a theoretical point of view, namely through vygotsky thinking and social
interdependent theory. Both of these theories will be systematically reviewed in order to provide an overview of the
more adequate form of cooperative learning.
Keywords:
Cooperative learning, vygotksy theory, social interdepedency theory.

A. PENDAHULUAN “anak didik merupakan seseorang yang


sedang berkembang, memiliki potensi
Penunjang utama progresifitas sumber tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia
daya manusia adalah pendidikan, proses mengembangkan potensinya tersebut secara
pembentukan manusia yang seutuhnya akan optimal”. Lebih lengkap lagi Tilaar (2013)
terfasilitasi melalui sistem pendidikan yang memandang bahwa anak adalah individu yang
ideal. Pondasi pembentukan tersebut dimulai otonom memiliki keunikan dan memerlukan
dari masa anak-anak, menurut Rosseuau eksistensi dengan proses individuasi dan
(Desmita, 2010:15) ’anak merupakan partisipasi dengan lingkungannya. Individuasi
makhluk yang utuh dan terintegrasi’. adalah proses menunjukkan keunikan diri,
Berkaitan dengan pendapat Rosseuau, penulis sedangkan partisipasi adalah keterlibatan diri
menarik kesimpulan bahwa anak merupakan yang positif dalam lingkungan belajar.
makhluk yang utuh dengan segala potensi luar Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
biasa dan terintegrasi oleh faktor nature dan bahwa anak didik memerlukan pendidikan
nurture dalam segala aspek perkembanganya. yang mampu memberinya kesempatan untuk
Sedangkan menurut Sadulloh (2007:110) mengaktualisasikan dirinya dengan segala
Yayu Tresna Suci Menelaah Teori Vygotsky dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

potensi yang dimiliki agar senantiasa B. PEMBAHASAN


berkembang optimal baik secara fisik, 1. Teori Vygotsky
kognitif, afektif, psikomotor, social, bahasa,
moral, dan spiritualnya. Lev Semenovich Vygotsky merupakan
cendekia yang berasal dari Rusia, dia seorang
Percepatan perkembangan terjadi pada ahli dalam bidang psikologi, filsafat, dan
masa anak-anak. Salah satu tugas sastra. Filosofi Vygotsky yang sangat terkenal
perkembangan anak usia sekolah dasar yang adalah mengenai manusia dan lingkungan,
sangat esensial adalah perkembangan social. menurut Vygotsky ‘manusia tidak seperti
Menurut Vygotsky (Suprijono, 2010:55) hewan yang hanya bereaksi terhadap
‘siswa berada dalam konteks sosiohistoris, lingkungan, manusia memiliki kapasitas
pengalaman dalam konteks social untuk mengubah lingkungan sesuai keperluan
memberikan mekanisme penting untuk mereka’ (Schunk, 2012 : 338). Pemikiran
perkembangan pemikiran siswa’. Selanjutnya filosofis Vygotsky mengenai manusia
menurut Piaget (Slavin, 2010:37) kemudian menjadi pelopor lahirnya teori
‘pengetahuan tentang perangkat social, konstruktivisme sosial yang artinya
bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas, dan membangun kognitif anak melalui interaksi
system symbol (seperti membaca dan sosial. Vygotsky sangat tertarik mengupas
matematika) hanya dapat dipelajari dalam esensi dari serangkaian aktivitas bermakna di
interaksi dengan orang lain’. Berdasarkan lingkungan social-kultural dalam
kedua pendapat dari Vygotsky dan Piaget memperngaruhi konstruksi kognitif seorang
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat anak. Maka dari itu pemikiran vygotsky
korelasi antara perkembangan belajar dan sering disebut sebagai perspektif
perkembangan sosial. Siswa dapat sosiokultural.
memperoleh seperangkat pengetahuan apabila
mereka dikondisikan dalam proses belajar Asumsi dasar dari teori konstruktivisme
yang melibatkan interaksi dialogis pada sosial Vygotsky adalah “What the child can do
sebuah kelompok yang heterogen atau lebih in cooperation today he can do alone
dikenal dengan pembelajaran kooperatif tomorrow”. (Warsono, 2012: 59). Apa yang
(Cooperative Learning). Mendesain dan dilakukan atau dipelajari anak hari ini dengan
melaksanakan pembelajaran kooperatif bekerja sama (kelompok) dapat diakukannnya
tidaklah mudah, seorang guru harus memiliki secara mandiri pada masa yang akan datang.
pengetahuan secara teoritis maupun praktis Menurut Vygotsky, (Arends, 2008:47)
dalam bidang psikologi pendidikan dan ‘pelajar memiliki dua tingkat perkembangan
managemen kelas. Kajian psikologi berbeda : tingkat perkembangan aktual dan
pendidikan akan mengupas mengenai teori- tingkat perkembangan potensial’. Tingkat
teori belajar kognisi sosial, sedangkan kajian perkembangan aktual terjadi ketika ketika
management kelas akan mengupas mengenai individu mandiri dalam menggunakan
bagaimana cara guru dalam mengelola kemampuan kognitifnya secara fungsional.
kelompok belajar agar kohesif dan mampu Selanjutnya perkembangan potensial
menciptakan iklim belajar yang kooperatif merupakan tingkatan kognitif yang bisa
dan interaktif. Atas dasar tersebut, penulis dicapai oleh anak-anak melalui bantuan orang
berkeinginan untuk mengkaji bagaimana dewasa seperti guru, orang tua, atau teman
konstruksi teori belajar Vygotsky dan sebaya yang lebih kompeten. Atas dasar
interdepedency social berkontribusi dalam asumsi tersebut, Vygotsky menyarankan agar
pelaksanaan pembelajaran kooperatif. guru bisa berkolaborasi dengan siswa serta
memfasilitasinya untuk membangun
pengetahuan dengan diskusi, tanya jawab,
bahkan berdebat dengan teman sebaya.

232 | Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.1 (Oktober 2018): 231-239
Yayu Tresna Suci Menelaah Teori Vygotsky dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

Menurut Vygotsky, anak-anak pada actual yang ditentukan melalui pemecahan


awal perkembangannya membangun masalah secara mandiri dan level potensial
kognitifnya melalui proses mental yang perkembangan yang ditentukan melalui
rendah, contohnya yaitu persepsi sederhana pemecahan masalah dengan bantuan orang
mengenai suatu objek, belajar asosiatif dewasa atau dengan kerja sama dengan teman
(pengelompokkan), dan perhatian atau arahan sebaya yang lebih mampu”. ZPD dimaknai
terbimbing yang diberikan oleh orang tua juga sebagai zona belajar yang mampu
sejak balita. Pengembangan kognitif berlanjut dijangkau oleh anak-anak, zona actual terlalu
dengan proses mental yang lebih tinggi, mudah sehingga menyebabkan stagnan
kemampuan berbahasa, berhitung, berfikir, kemampuan kognitif siswa, sebaliknya zona
mengingat, pemecahan masalah, perhatian potensial terlalu sulit dijangkau siswa
spontan, intuisi, dan skema memori dapat meskipun dengan bantuan orang dewasa,
diperoleh dan ditingkatkan melalui interaksi sehingga dampaknya adalah frustasi.
sosial seperti berdialog dan bermain.
Untuk mencapai tahapan kognitif yang
lebih tinggi, anak-anak sangat membutuhkan
partner yang lebih berkompeten misalnya
orang tua, guru, kakak, atau teman sebaya
yang lebih pintar. Selain partner untuk
berkolaborasi, anak-anak juga memerlukan Gambar 1.
tugas yang menantang agar membantu Zona of Proximal Development
perkembangan kognitifnya. Melalui
kolaborasi dengan orang tua dan teman sebaya Dalam membangun ZPD guru dan siswa
serta difasilitasi oleh tugas yang menantang, berkolaborasi dalam sebuah penyelesaian
anak akan memperoleh perangkat-perangkat tugas terstruktur yang menantang siswa,
kognitif seperti bahasa, symbol, peta, gambar, sehingga bantuan dari guru atau teman sebaya
obrolan, serta pemecahan masalah. Pada saat yang lebih mumpuni akan sangat membantu.
anak terampil mengolah perangkat kognitif Jika anak kemudian mampu mengatasi
mereka melalui aktivitas-aktivitas social, kesulitannya secara mandiri dengan dibantu
maka peningkatan kemampuan kognitifnya oleh guru atau teman sebaya yang lebih
pun niscaya meningkat. Menurut Ormrod mumpuni, maka bersamaan dengan itu level
(2008:57) “proses berkembanganya aktivitas- kognitifnya meningkat. Seorang anak akan
aktivitas social menjadi aktivitas-aktivitas mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi
mental internal disebut internalisasi”. Dalam jika anak perlahan mulai dapat mengurangi
segala aktivitas sosialnya dengan guru, orang ketergantungan terhadap orang lain dalam
tua, maupun teman sebaya, anak-anak pemecahan masalah.
senantiasa menginternalisasikan setiap arahan
Schunk, (2012 : 339) menegaskan
yang mereka peroleh sehingga pada akhirnya
bahwa “aspek-aspek cultural-historis dari
mereka mampu memberikan arahan pada diri
teori Vygotsky menonjolkan pemikiran
sendiri untuk menyelesaikan tugas belajarnya. bahwa pembelajaran dan perkembangan tidak
Untuk memfasilitasi proses internalisasi dapat dipisahkan dari konteksnya. Cara siswa
tersebut Vygotksy mengetengahkan suatu berinteraksi dengan dunia mereka, orang-
wilayah diantara perkembangan actual dan orang, objek, dan intuisi-intuisi di dalamnya
potensial, yang disebut zone of proximal mengubah cara berfikir mereka”. Berdasarkan
development (ZPD). Selasaras dengan penjabaran mengenai aspek-aspek cultural-
pernyataan Schunk (2008:341) yang historis dari teori Vygotsky yang
menyatakan bahwa ZPD didefinisikan dikemukakan oleh Schunk, penulis
“sebagai jarak antara level perkembangan berpendapat bahwa sudah seharusnya sekolah

233 | Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.1 (Oktober 2018): 231-239
Yayu Tresna Suci Menelaah Teori Vygotsky dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

sebagai lingkungan sosial pedagogis mampu dan Constructive Contriversion. Menurut


memberikan ruang bagi siswa untuk Johnson dan Johnson pembelajaran kooperatif
melakukan interaksi. Kemampuan tidak bisa disamakan dengan pembelajaran
berkomunikasi dan berinteraksi siswa dengan kelompok, pembelajaran kelompok akan
lingkungan sosial merupakan aktivitas terlihat layaknya pembelajaran kooperatif jika
bermakna yang akan mengkonstruk beragam memenuhi kelima unsure berikut :
pengetahuan. a. Saling ketergantungan positif, yaitu
anggota tim terikat untuk bekerja sama
Teori Vygotsky bisa diaplikasikan oleh satu sama lain dalam mencapai tujuan
seorang guru di dalam kelas, guru bisa pembelajran. Jika ada anggota tim yang
menerapkan model pembelajaran yang gagal mengerjakan bagiannya, setiap
memungkinkan siswa untuk berkolaborasi orang anggota tim lainnya akan
dengan teman sebaya dalam kelompok kecil. memperoleh konsekuensinya. (swim or
Salah satu pembelajaran yang memungkinkan sink together)
terciptanya iklim kelas yang interaktif dan b. Tanggung jawab individu, yaitu seluruh
kolaboratif adalah Pembelajaran kooperatif. siswa dalam tim bertanggung jawab
Pembelajaran kooperatif memungkinkan untuk mengerjakan bagian tugasnya
siswa untuk menjalin hubungan interaksi sendiri serta wajib menguasai seluruh
sosial dengan teman sebaya yang lebih materi pembelajaran.
berkompeten melalui arahan dan bimbingan c. Interaksi tatap muka, walaupun setiap
dari guru. Iklim kelas dalam Pembelajaran anggota tim secara perorangan
kooperatif dapat memfasilitasi siswa dalam mengerjakan tugas bagiannya sendiri,
membangun kualitas berpikir serta sejumlah tugas harus dikerjakan secara
membangun kultur sosialnya dalam interaktif, masing-masing memberikan
pembelajaran berkelompok. Oleh karena itu masukan, penalaran dan kesimpulan, dan
dapat ditarik kesimpulan bahwa teori lebih penting lagi mereka saling
Vygotsky merupakan salah satu teori yang mengajari dan memberikan dorongan
melandasi pelaksanaan pembelajaran satu sama lain.
kooperatif di dalam kelas. d. Penerapan keterampilan kolaboratif,
di mana siswa didorong dan dibantu
2. Pembelajaran Kooperatif dan Teori
untuk mengembangkan rasa saling
Interdepedensi Sosial
percaya, kepemimpinan, pengambilan
Pembelajaran kooperatif yang keputusan, komunikasi dan keterampilan
dikonstruksi oleh hubungan antara teori, riset mengelola konflik.
dan pelaksanaan. Pada tulisan ini penulis e. Proses kelompok, di mana anggota tim
berusaha memberikan gambaran menetapkan tujuan kelompok, secara
pembelajaran kooperatif yang lebih memadai periodic menilai hal-hal yang tercapai
dengan menonjolkan komponen-komponen di dengan baik dalam tim, serta
dalamnya serta mengangkat teori interdepensi mengidentifikasi perubahan yang harus
social sebagai elemen penting dalam dilakukan agar ke depan tim dapat
pembelajaran kooperatif. berfungsi lebih efektif. (Warsono,
Teori Interdepedensi sosial 2012:168).
menyediakan dasar pemikiran pada sesuatu Berdasarkan kelima unsur yang telah
yang akan dibangun oleh pembelajaran dikemukakan oleh Johnson & Johnson, dapat
kooperatif. Tulisan ini disadur dari karya dua ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
bersaudara yaitu DW Johnson & R. Johnson. kooperatif memiliki karakter yang khas.
Kedua bersaudara ini merupakan pengembang Karakter pembelajaran kooperatif dapat
pembelajaran kooperatif dengan temuannya terlihat dari individu-individu yang bekerja di
yaitu mengenai metode Learning Together dalam satu kelompok, mereka bekerja sama

234 | Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.1 (Oktober 2018): 231-239
Yayu Tresna Suci Menelaah Teori Vygotsky dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh sebab itu adanya partisipasi yang
bersama. Di dalam pembelajaran kooperatif setara merupakan hal yang penting bagi
harus tercipta saling ketergantungan sosial kesuksesan seluruh siswa. Untuk
antara anggota kelompok. Saling membangun kesetaraan partisipasi harus
ketergantungan sosial bisa diciptakan dengan diupayakan pergiliran pembagian tugas
keterikatan tugas yang melibatkan semua antar siswa secara berkala.
individu dalam kelompok. Setiap individu d. Simultaneous Interaction, interaksi antar
memiliki tanggung jawab tugas yang siswa harus selalu dilaksanakan dan
menyangkut kepentingan kelompok. Jika berlangsung serentak. Pembelajaran
salah satu individu lalai dalam mengerjakan tradisioanal melupakan hal ini karena
tugasnya, konsekuensi akan diterima seluruh umumnya guru mendominasi sekitar 80%
anggota kelompok. Kunci dari pembelajaran pembicaraan.
kooperatif adalah kesadaran akan tanggung
jawab terhadap tugas yang dibutuhkan Berdasarkan keempat prinsip-prinsip
kelompok demi mencapai keberhasilan. Oleh yang telah dikemukakan oleh Kagan dapat
karena sebelum pengerjaan tugas dimulai, ditarik kesimpulan bahwa dalam
sudah seharusnya guru perlu memberikan pembelajaran koopertatif, saling
penekanan atau nasehat akan pentingnya ketergantungan sosisal secara positif antar
kerjasama tim dan ketergantungan sosial yang anggota kelompok merupakan prinsip utama
positif. yang menjadi bibit pengembang prinsip yang
Ahli lain seperti Spencer Kagan lainnya. Ketika saling ketergantungan positif
melakukan pengembangan pembelajaran sudah dapat ditanamkan pada individu di
kooperatif dari segi struktur pembangunan dalam kelompok kooperatif, maka prinsip
kelompok dan kelas yang kooperatif. seperti tanggung jawab individu, kesetaraan
Menurut Kagan (Warsono, 2012:170) partisipasi, dan interaksi sosial akan tercipta
‘pembelajaran kooperatif memiliki prinsip- secara terintegrasi.
prinsip dasar yang perlu dimengerti oleh guru
Teori Interdependensi Sosial
secara mendalam sebagai landasan dalam
merupakan teori yang membahas mengenai
pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
perasaan saling ketergantungan sosial antar
Keempat prinsip dasar dalam pembelajaran
individu dalam konteks pembelajaran. Saling
kooperatif diantaranya yaitu :
ketergantungan sosial terjadi ketika hasil dari
a. Positive Interdependence, akan terjadi
individu dipengaruhi oleh mereka sendiri dan
bila perolehan setiap siswa secara
tindakan orang lain (DW Johnson & R.
individu terkait dengan perolehan semua
Johnson, 1989). Menurut Johson bersaudara
anggota dalam kelompoknya. Saling
ada dua jenis saling ketergantungan sosial : 1)
ketergantungan positif yang terkuat akan
positif (ketika tindakan individu
diraih bila prestasi kelompok tidak
mempromosikan prestasi tujuan bersama) dan
mungkin terjadi tanpa kesuksesan dan
2) negatif (bila tindakan individu
kontribusi setiap anggota tim.
menghambat pencapaian tujuan masing-
b. Individual Accountability, setiap
masing).
anggota kelompok bertanggung jawab
untuk meningkatkan kecakapan dan Saling ketergantungan sosial dapat
kinerja anggota kelompok yang lain dibedakan dari ketergantungan sosial,
maupun meningkatkan kinerja kelompok kemandirian ,dan ketidakberdayaan.
secara keseluruhan. Penilaian dilakukan Ketergantungan sosial ada saat pencapaian
terhadap individu maupun terhadap tujuan si A dipengaruhi oleh tindakan si
kelompok. B,bukan sebaliknya. Kemandirian sosial
c. Equal Participation, siswa belajar karena terjadi ketika pencapaian tujuan si A tidak
interaksinya dengan materi pembelajaran, dipengaruhi oleh tindakan si B dan sebaliknya

235 | Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.1 (Oktober 2018): 231-239
Yayu Tresna Suci Menelaah Teori Vygotsky dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

. Ketidakberdayaan sosial terjadi ketika si A akuntabilitas kelompok untuk berjalan


atau si B tidak dapat mempengaruhi bersama-sama dalam kondisi apapun, menang
pencapaian tujuannya satu sama lain. Dasar bersama, kalah pun bersama. Jika
premis teori interdependensi sosial adalah akuntabilitas kelompok dan individu
bagaimana peserta memiliki tujuan yang meningkat, maka rasa tanggung jawa terhadap
terstruktur menentukan cara mereka keberhasilan kelompok akan menguat.
berinteraksi dan pola interaksi menentukan Saling ketergantungan social secara
hasil dari situasi belajar. Saling positif juga akan mengasah keterampilan
ketergantungan positif menciptakan beberapa sosial dalam membentuk dasar perhubungan
proses psikologis diantaranya: positif antara individu-individu. Dalam
meningkatkan rasa saling ketergantungan
a. Substitusi ( yaitu, sejauh mana tindakan sosial, guru perlu melakukan pengolahan
satu orang menggantikan tindakan orang kelompok yang dapat meningkatkan
lain ) , kesadaran anggota bahwa kelompok tersebut
b. Cathexis Positif (yaitu , investasi energi memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk
positif secara psikologis dalam obyek berhasil dan dengan demikian efektivitas
di luar diri sendiri, seperti teman- secara kolektif harus ditingkatkan serta yang
teman , keluarga, dan pekerjaan ) , dan paling penting adalah focus terhadap tujuan.
c. Inducibility ( yaitu, keterbukaan Untuk mengkoordinasikan focus terhadap
dipengaruhi oleh dan untuk tujuan, siswa harus :
mempengaruhi orang lain ). 1) saling mengenal dan saling percaya ,
(Deutsch ( 1949 , 1962 ). 2) berkomunikasi akurat dan jelas,
3) menerima dan mendukung satu sama
Hasil saling ketergantungan dalam lain, dan
situasi sosial atau kelompok cenderung 4) menyelesaikan konflik secara
menghasilkan peningkatan prestasi dan konstruktif
produktivitas. Saling ketergantungan meliputi ( DW Johnson , 2009 ; D.W. Johnson &
sumber daya , peran , dan tugas saling Johnson F. , 2008) .
ketergantungan. Sumber daya dapat dibagi Selain focus terhadap tujuan bersama,
antara anggota kelompok seperti jigsaw saling ketergantungan social secara positif
puzzle . Peran seperti pembaca , perekam , akan tercipta jika individu-individu di
ringkasan , dan pemberi semangat partisipasi dalamnya memiliki etos kerja yang tinggi dan
dapat diberikan kepada anggota kelompok jauh dari karakter social loafing
.Tugas yang diberikan dapat dibagi sehingga (pengangguran social). Oleh karena dalam
setiap anggota kelompok bertanggung jawab teori interdepedensi sosial bukan hanya
untuk melakukan satu aspek dari tugas. mementingkan kerja tim yang positif, tetapi
Saling ketergantungan social secara positif kinerja individu juga harus positif. Upaya
bisa mengikat anggota kelompok bersama- Individualistis dapat melengkapi usaha
sama dan menghasilkan perasaan tanggung kooperatif melalui pembagian kerja di mana
jawab. (DW Johnson & R. Johnson 2008) setiap orang focus pada materi atau
menegaskan “Saling ketergantungan social keterampilan yang menjadi bagiannya untuk
secara positif yang mengikat kelompok selanjutnya digunakan dalam kegiatan
anggota bersama-sama yang mengemukakan kooperatif.
menghasilkan perasaan tanggung jawab untuk Untuk dapat menciptakan rasa saling
(a) menyelesaikan pekerjaan yang menjadi ketergantungan sosial secara positif dalam
tugas individu dan (b) memfasilitasi dan pembelajaran kooperatif formal, guru perlu
membantu anggota kelompok yang lain untuk melakukan hal berikut (Johnson & Johnson
menyelesaikan tugasnya”. Rasa tanggung 2008) :
jawab pada kelompok akan menguatkan

236 | Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.1 (Oktober 2018): 231-239
Yayu Tresna Suci Menelaah Teori Vygotsky dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

a. Membuat sejumlah keputusan pra- memperoleh kesimpulan “dalam kelompok


instructional . Seorang guru memiliki yang tidak memasukkan tanggung jawab
untuk memutuskan tujuan pelajaran ( indicidu, satu atau dua orang anggota
baik akademis dan keterampilan sosial kelompok mungkin akan mengerjakan tugas
tujuan ) , ukuran kelompok , metode kelompok, sementara yang lainnya hanya
menugaskan siswa untuk kelompok , para bermalas-malasa. Oleh karena itu kelompok
siswa akan peran ditugaskan , bahan baku harus diberi tugas yang menekankan peran
yang dibutuhkan untuk melakukan dan tanggung jawab individu untuk
pelajaran , dan kepentingan kelompok. Jenis tugas tunggal
cara ruangan akan diatur . atau penyelesaian masalah harus dihindari.
b. Jelaskan tugas dan saling ketergantungan Secara lebih jelas Arends (2008:27)
yang positif . Seorang guru menegaskan :
harus jelas dalam mendefinisikan tugas , “untuk membantu siswa bekerja sama
mengajarkan konsep yang diperlukan dan dibutuhkan perhatian pada jenis tugas
strategi pemerolehannya, menentukan yang diberikan kepada kelompok-
saling ketergantungan positif dan kelompok kecil. Selain itu juga,
akuntabilitas individu , memberikan dituntut agar guru juga mengajarkan
kriteria untuk sukses , dan menjelaskan berbagai keterampilan sosial dan
keterampilan sosial yang diharapkan pada kelompok seperti : Interdepedensi,
setiap siswa yang akan terlibat. keterampilan sosial, keterampilan
c. Memonitor proses belajar siswa dan berbagi, keterampilan partisipasi,
kontribusinya dalam kelompok untuk keterampilan komunikasi, dan
memberikan bantuan tugas, membantu keterampilan berkelompok”.
siswa meningkatkan kecerdasan
interpersonal dan keterampilan Guru sering meremehkan pembelajaran
berkelompok. Seorang guru secara kooperatif, salah satu tindak peremehan
sistematis mengamati dan adalah menyandingkan dengan pembelajaran
mengumpulkan data pada masing-masing kelompok yang dependen. Pembelajaran
kelompok ketika bekerja sama. Jika kelompok dengan tugas dependen hanya
diperlukan , guru campur tangan untuk menggunakan kelompok sebagai topeng dari
membantu siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar yang terbatas pada interaksi
tugas secara akurat dan bekerja sama tanya jawab. Tidak ada akuntabilitas pribadi
secara efektif . yang dapat menjadi pendorong tumbuhnya
d. Evaluasi belajar siswa dan membantu akuntabilitas kelompok. Oleh karena itu agar
proses siswa seberapa baik pembelajaran kelompok dapat menjalin kerja
kelompok mereka berfungsi . Hasil sama yang kooperatif, perlu dan penting
belajar siswa dengan hati-hati dinilai, dan ditanamkan bahwa setiap individu
kinerja mereka dievaluasi . Guru juga mempunyai peran penting dan saling
menilai anggota kelompok belajar tergantung satu sama lain.
kemudian memproses seberapa efektif
Kemudian Arends (2008:28)
mereka telah bekerja sama.
mengemukakan bahwa : “diferensiasi peran
adalah cara lain untuk menstrukturisasikan
Selain poin-poin di atas, untuk
interdependensi”. Diperensiasi peran perlu
meningkatkan rasa saling ketergantungan
diterapkan dalam pemberian tugas
social secara positif diperlukan juga
pembelajaran kooperatif. Melalui perbedaan
pembagian tugas yang jelas dan heterogen
peran siswa akan saling tergantung secara
bukan tugas yang bersifat tunggal. Seperti
positif dalam pengerjaan tugas. Contoh
penelitian yang dilakukan oleh Latane,
diferensi sosial yang berfokus pada
William, dan Harkins, 1979) yang

237 | Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.1 (Oktober 2018): 231-239
Yayu Tresna Suci Menelaah Teori Vygotsky dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

pengerjaan tugas menurut Arends (2008:24) Vygotsky yaitu apa yang dilakukan oleh anak
yaitu: secara bersama-sama hari ini, suatu hari nanti
ia akan mampu melakukannya sendiri. Selain
a. Taskmaster – menjaga agar para anggota teori Vygotksy pembelajaran kooperatif juga
kelompok tetap pada tugasnya ditunjang oleh teori saling ketergantungan
b. Material monitor – mengambil dan social secara positif (interdependency social).
mengembalikan bahan-bahan Pembelajaran kooperatif harus terorientasi
c. Coach helper – membantu para anggota pada pembentukan rasa saling bergantung
dalam hal isi pelajaran secara social antara individu di dalam suatu
d. Recorder – mencatat ide-ide, rencana- kelompok belajar. Rasa ketergantungan social
rencana, dan lain-lain. akan memupuk rasa tanggung jawab,
akuntabilitas, kohesifitas, serta semangat
Berdasarkan serangkaian pendapat yang
belajar setiap individu dalam kelompok
dikemukakan Arends, penulis menarik
tersebut. Mengingat betapa banyaknya
kesimpulan bahwa kebanyakan guru
manfaat pembelajaran kooperatif bagi
mengalami kesulitan dalam menerapkan
perkembangan kognitif dan sosial siswa,
pembelajaran kelompok yang memenuhi
sudah seharusnya lembaga pendidikan
kaidah dan prinsip pembelajaran kooperatif.
memberikan pembekalan dan pengawasan
Salah satu prinsip yang sangat fundamental
terkontrol terhadap guru-guru di seluruh
yaitu saling ketergantungan sosial yang positif
Indonesia agar mulai menjelajahi beragam
dalam membangun akuntabilitas dan
pendekatan dan teknik dari pembelajaran
kerjasama produktif dari setiap anggota
kooperatif. Dengan makin banyaknya guru
kelompok belajar. Oleh karena itu guru
yang menggunakan pembelajaran kooperatif,
seharusnya membangun pengetahuan secara
penulis yakin bahwa pendidikan di Indonesia
teoritis maupun praktis mengenai bagaimana
perlahan akan mengalami perbaikan dari segi
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
kooperatif dengan baik agar membantu siswa kualitas proses pendidikan.
meningkatkan kemampuan interpersonalnya.
C. SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Pembelajaran kooperatif telah banyak
digunakan dan diteliti oleh para guru di Arends, R.I. (2008). Learning to Teach.
seluruh negara, tidak terkecuali di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Telah banyak mahasiswa keguruan dan ilmu Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan.
pendidikan menggunakan model Bandung : Rosda
pembelajaran kooperatif sebagai topik
penelitiannya, tetapi ironisnya penggunaan Johnson, D.W & Johnson, R.T. (2009). An
model pembelajaran kooperatif hanya Educational Psychology Success Story :
digunakan untuk keperluan penelitan, setelah Social Interdependence Theory and
penelitian selesai maka berakhirlah Cooperative Learning. K@ta :
pembelajaran kooperatif dan hanya American Educational Reasearch
menghasilkan rekomendasi semu bagi Association.
sekolah.
Kojulin, A. (2004). Vygotsky’s Theory in The
Pembelajaran kooperatif dibangun oleh Classroom. K@ta : European Journal of
teori konstruktivisme social dari vygotsky. Psychology of Education. Vol XIX 3-7.
Kondisi sosio kultural dalam bentuk interaksi
social dengan guru dan teman sebaya akan Ormrod, E. (2008). Psikologi Pendidikan
membantu anak dalam membangun (Membantu Siswa Tumbuh dan
kemampuan kognitifnya, Asumsi dasar Berkembang). Jakarta : Erlangga.

238 | Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.1 (Oktober 2018): 231-239
Yayu Tresna Suci Menelaah Teori Vygotsky dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

Sadulloh, U. (2007). Pedagogik. Bandung : Suprijono, A.(2009). Cooperative Learning


Alfabeta Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Schunk.(2012). Learning Theories An
Educational Perspective. Yogyakarta : Tilaar. (2012). Perubahan Sosial dalam
Pustaka Pelajar. Perspektif Pedagogik Transformatif.
Jakarta : Rineka Cipta
Slavin, R. (2010). Cooperative Learning.
Jakarta : Nusamedia Warsono & Hariyanto. (2012). Pembelajaran
Aktif Teori dan Assesmen. Bandung :
Rosda

239 | Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.1 (Oktober 2018): 231-239

Anda mungkin juga menyukai