Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di

mana irisan dilkakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk

mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan

normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi

medis lainnya (Purwoastuti, Dkk, 2015).

Setiap wanita menginginkan Persalinan nya berjalan lancar dan dapat melahirkan

bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang

lebih lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesar atau section

caesarea (Veibymiaty Sumelung, Dkk, 2014).

World Health Organication (WHO) menetapkan standar rata-rata persalinan

operasi sesar disebuah Negara adalah sekitar 5-15% per 1.000 kelahiran didunia.

Menurut WHO, peningkatan persalinan dengan Operasi Sesar diseluruh Negara

terjadi semenjak tahun 2007-2008 yaitu 110.000 perkelahiran di seluruh ASIA. Di

Indonesia sendiri, angka kejadian Operasi Sesar juga terus meningkat baik di Rumah

Sakit Pemerintah maupun di Rumah Sakit Swasta. Menurut data Survey Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan

Operasi Sesar di Indonesia dari tahun 1991-2007 yaitu 1,3-6,8%. Persalinan sesar di

Kota jauh lebih tinggi di bandingkan di Desa yaitu 11% di bandingkan 3,9%. Hasil
RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode Operasi Sesar

sebesar 9,8% dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010-2013 dengan porsi

tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Secara

umum pola persalinan melalui Operasi Sesar menurut karakteristik menunjukkan

proporsi tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan teratas (18,9%), tinggal

diperkotaan (13,8%), pekerjaan sebagai pegawai (20,9%) dan pendidikan tinggi /

lulus PT (25,1%). (Jurnal Kesehatan Reproduksi, 2017)

Di Indonesia angka kejadian SC mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah

ibu bersalin dengan SC 47,22% tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar

47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,02%, tahun 2005 sebesar

51,59%, tahun 2006 sebesar 53,68%, tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan,

tahun 2009 sebesar 22,08% (Karundeng, 2014).

Penanganan nyeri dilakukan secara farmakologi dan non-farmakologi dengan

tujuan untuk mengobati nyeri tersebut dengan cara menghilangkan gejala yang

muncul. Pasien masih merasa nyeri dan tidak mampu beradaptasi dengan nyeri yang

dirasakan apabila efek dari analgetik hilang sehingga dibutuhkan terapi non-

farmakologis (Sujatmiko, 2013).

Teknik relaksasi nafas dalam, terapi musik, guided imagery dengan aromaterapi

dan terapi Benson merupakan terapi non-farmakologi yang telah terbukti mampu

menurunkan 3 skala nyeri pasien post SC karena klien menjadi relax dan dapat

beradaptasi dengan nyerinya (Irmawati dan Ratilasari, 2013; Lestari, 2011; Lukman,

2014; Patasik, Tangka dan Rottie, 2013; Sujatmiko, 2013).


Relaksasi Benson merupakan relaksasi menggunakan teknik pernapasan yang

biasa digunakan di rumah sakit pada pasien yang sedang mengalami nyeri atau

mengalami kecemasan. Dan, pada relaksasi Benson ada penambahan unsur keyakinan

dalam bentuk kata-kata yang merupakan rasa cemas yang sedang pasien alami.

Kelebihan dari latihan teknik relaksasi dibandingkan teknik lainnnya adalah lebih

mudah dilakukan dan tidak ada efek samping apapun (Solehati & Kosasih, 2015).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Wallace, Benson, dan Wilson (1971) diperoleh

hasil, bahwa dengan meditasi dan relaksasi terjadi penurunan konsumsi oksigen,

output CO2, ventilasi selular, frekuensi napas, dan kadar laktat sebagai indikasi

penurunan tingkat stress, selain itu ditemukan bahwa PO2 atau konsentrasi oksigen

dalam darah tetap konstan, bahkan meningkat sedikit.( e-Journal Keperawatan (e-Kp)

volume 5 Nomor 1, Februari 2017).

Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan

dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu

lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan

kesejahtraan yang lebih tinggi (Benson & Proctor 2000, dalam Purwanto, 2014).

Disamping itu kelebihan dari tehnik relaksasi lebih mudah dilaksanakan oleh

pasien, dapat menekan biaya pengobatan, dan dapat digunakan untuk mencegah

terjadinya stres. Sedangkan kita tahu pemberian obat-obatan kimia dalam jangka

waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan

pemakainya seperti gangguan pada ginjal (Yosep, 2015).


Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka, penulis tertarik unuk meneliti pengaruh

relaksasi benson terhadap nyeri pada pasien post SC di RSIA SITTI KHADIJAH III

MAKASSAR

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang dapat diambil penulis adalah

“Apakah ada efektivitas relaksasi Benson terhadap nyeri pada pasien post SC?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas relaksasi Benson terhadap nyeri pada pasien

post SC di RSIA SITTI KHADIJAH III MAKASSAR

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat nyeri pada pasien post SC di RSIA SITTI

KHADIJAH III MAKASSAR sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi

Beson.

b. Untuk mengetahui efektivitas relaksasi Benson terhadap penurunan nyeri

pada pasien post SC di RSIA SITTI KHADIJAH III MAKASSAR.


D. Manfaat Penelitian

1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan di bidang keperawatan khususnya perawatan pasien post SC

untuk mengurangi nyeri.

2. Bagi Rumah Sakit

Meningkatkan mutu dan kualitas pemberian pelayanan kepada pasien post SC

dalam memberikan asuhan keperawatan nyeri pada ibu post SC.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan acuan bagi penelitian lainnya

dalam melakukan penelitian selanjutnya terkait dzikir terhadap penurunan

nyeri ibu post SC.

4. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan informasi kepada responden dan keluarga tentang salah satu cara

mengurangi nyeri post SC. Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan

spiritualitas responden, dengan senantiasa mengingat Allah dan berpasrah diri

sehingga mampu beradaptasi dengan nyerinya.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang efektivitas relaksasi Benson

terhadap nyeri pada pasien post SC di RSIA SITTI KHADIJAH III

MAKASSAR belum pernah dilakukan. Penelitian yang hampir sama dengan

penelitian ini adalah :


1. Ika Permana Sari (2010), dengan judul penelitian “ Pengaruh Mendengarkan

Ayat Suci Al-Qur’an Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada

Primipara Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta”. Jenis penelitian ini

menggunakan metode Quasy Eksperiment dengan Pre-Post Test Design With

Control Group. Hasil penelitian tersebut didapatkan penurunan tingkat nyeri

persalinan pada kelompok eksperimen adalah nyeri berat sebanyak 10 orang

(66,70%) sebelum diperdengarkan Al-Qur’an dan nyeri sedang sebanyak 7 orang

(46,70%) setelah diperdengarkan Al-Qur’an. Tingkat nyeri persalinan kelompok

kontrol adalah nyeri berat sebanyak 8 orang (53,30%) pada penilaian awal (menit

ke-I) dan setelah 20 menit responden mengalami 9 nyeri berat sebanyak 10 orang

(66,70%). Perbedaan penelitian ika dengan penelitian ini adalah pada fokus

penelitian dan subjek penelitian. Penelitian ika berfokus pada tingkat nyeri

persalinan kala I fase aktif, sedangkan fokus penelitian ini mengenai pengaruh

relaksasi benson tehadap nyeri pada pasien post SC.

2. Rochma Damayanti (2010), dengan judul penelitian “ Pengaruh Mendengarkan

Ayat Suci Al-Qur’an (Murratal) Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre

Operasi Seksio Sesarea Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Penelitian

tersebut menggunakan metode penelitian Quasy Eksperiment dengan pendekatan

Non-Equivalent Control Group. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan

bahwa tingkat kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea dari 15 orang

responden, 13 responden (86,7%) termasuk dalam kecemasan ringan, dan 2

responden (13,3%) termasuk dalam kecemasan sedang. Terdapat perbedaan


penelitian Rochma dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu

penelitian Rochma berfokus pada pengaruh mendengarkan ayat suci Al-qur’an

terhadap tingkat kecemasan sedangkan penelitian ini berfokus pada pengaruh

relaksasi benson terhadap nyeri post SC.

3. Gat Datak (2008), yang berjudul “Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Nyeri

Pasca Bedah Pada Pasien Transuretrhal Resection Of The Prostate Di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta”. Metode 10 penelitian ini adaah quasi-

eksperimental dengan pre test and post test design with control group.

Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Jumlah sampel 14 orang, 7

orang kelompok intervensi dan 7 orang kelompok kontrol. Kelompok intervensi

diberikan kombinasi Relaksasi Benson dan dan terapi analgesik sedangkan

kelompok kontrol hanya diberikan terapi analgesik. Intervensi Relaksasi Benson

dilakukan setelah pemberian analgetik dengan durasi 15 menit setiap hari selama

dua hari. Alat ukur nyeri yang digunakan adalah Numeric Rating Scale dan Visual

Analog Scale. Hasil penelitian menunujukkan bahwa kombinasi Relaksasi Benson

dan terapi analgesik lebih efektif untuk menurunkan rasa nyeri pasca bedah pada

pasien TUR Prostat dibandingkan hanya terapi analgesik saja (p =

0,019).Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gat Datak adalah alat ukur

nyeri yang digunakan untuk mengukur tingkat nyeri pada pasien pasca bedah. Gat

Datak menggunakan Numeric Rating Scale dan Visual Analog Scale, sedangkan

pada penelitian ini alat ukur yang digunakan yaitu Verbal Deskriptor Scale dan

Wong Bakers Face Scale.

Anda mungkin juga menyukai