Disusun oleh :
Aini Septiani, S.Ked
Dewi Laila Azhar, S.Ked
Wahyu Hidayat, S.Ked
Pembimbing :
Prof.Dr.dr Dedi Afandi, DFM,Sp.FM (K)
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang diajukan sebagai
salah satu syarat untuk ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Adapun judul referat ini adalah
“Kekerasan Seksual dalam KHUP vs RKHUP”.
Terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.dr Dedi
Afandi, DFM,Sp.FM (K) yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing
penulis dalak meenyelesaikan referat ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan referat ini. Semoga referat
ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan di bidang Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
1
2
melalui Rancangan KUHP Nasional harus secara jelas dan dalam bahasa yang
dapat dipahami warga masyarakat dalam merumuskan perbuatan apa yang
merupakan tindak pidana dan kesalahan macam apa yang disyaratkan untuk
memberikan pertanggungjawaban pidana kepada pelaku.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Eksploitasi Seksual
Tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang timpang,atau
penyalahgunaan kepercayaan, untuk tujuan kepuasan seksual, maupun
untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk uang, sosial, politik dan
lainnya. Praktik eksploitasi seksual yang kerap ditemui adalah
menggunakan kemiskinan perempuan sehingga ia masuk dalam prostitusi
atau pornografi.
Praktik lainnya adalah tindakan mengiming-imingi perkawinan untuk
memperoleh layanan seksual dari perempuan, lalu ditelantarkan. Situasi ini
kerap disebut juga sebagai kasus 'ingkar janji'. Iming-iming ini
menggunakan cara pikir dalam masyarakat, yang mengaitkan posisi
perempuan dengan status perkawinannya. Perempuan menjadi merasa tak
memiliki daya tawar, kecuali dengan mengikuti kehendak pelaku, agar ia
dinikahi.
4. Intimidasi Seksual termasuk Ancaman atau Percobaan Perkosaan
5
2.3.2 Pemerkosaan
A. KUHP
1. Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun
penjara.
2. Pasal 286
Barang siapa yang bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan,
padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak
berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
3. Pasal 287
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan,
padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya
belum lima belas tahun, atau kalau umumnya tidak jelas, bahwa belum
waktunya untuk dikawinkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita
belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan
pasal 291 dan pasal 294.
B. RKUHP
1. Pasal 479
(1) Setiap Orang yang dengan Kekerasan atau Ancaman Kekerasan memaksa
seseorang bersetubuh dengannya dipidana karena melakukan perkosaan,
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.
(2) Termasuk Tindak Pidana perkosaan dan dipidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi perbuatan:
a. persetubuhan dengan seseorang dengan persetujuannya, karena orang
tersebut percaya bahwa orang itu merupakan suami/istrinyayang sah;
b. persetubuhan dengan Anak; atau
c. persetubuhan dengan seseorang, padahal diketahui bahwa orang lain
tersebut dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya.
12
(3) Dianggap juga melakukan Tindak Pidana perkosaan, jika dalam keadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan perbuatan
cabul berupa:
a. memasukkan alat kelamin ke dalam anus atau mulut orang lain;
b. memasukkan alat kelamin orang lain ke dalam anus atau mulutnya
sendiri; atau
c. memasukkan bagian tubuhnya yang bukan alat kelamin atau suatu
benda ke dalam alat kelamin atau anus orang lain.
(4) Dalam hal Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
adalah Anak dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun.
(5) Dalam hal Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Anak dan
dipaksa untuk melakukan persetubuhan dengan orang lain dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.
(6) Jika salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3) mengakibatkan Luka Berat dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.
(7) Jika salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3) mengakibatkan matinya orang, pidana ditambah 1/3 (satu
per tiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
(8) Jika Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah Anak kandung,
Anak tiri, atau Anak dibawah perwaliannya, pidana ditambah 1/3 (satu per
tiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
2.3.3 Pencabulan
A. KUHP
1. Pasal 289
2. Pasal 290
Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:
1. barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang padahal
diketahui, bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal
diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima
belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu
dikawin.
3. barang siapa membujuk seorang yang diketahui atau sepatutnya harus
diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalu umurnya
tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar
perkawinan dengan orang lain.
3. Pasal 292
Orang yang cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang
lain sama kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa
belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun.
4. Pasal 293
(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan perbawa yang timbul dari hubungan keadaan,
atau dengan menyesatkan sengaja menggerakkan seorang belum
cukup umur dan baik tingkahlakunya, untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang
belum cukup umurnya itu diketahui atau selayaknya harus diduga,
diancam dengan pidana penjara lima tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakuan atas pngaduan orang yang
terhadap dirinya dilakukan kejahatan itu.
(3) Tenggang tersebut dalam pasal 74, bagi pengaduan ini adalah masing-
masing 9 bulan dan 12 bulan.
14
5. Pasal 294
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak
tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya, yang belum
cukup umur, atau dengan orang yang belum cukup umur pemeliharaannya,
pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, diancam dengan
pidana penjarapaling lama tujuh tahun:
1: pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang
karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang
penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya;
2: seorang pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh
dalam penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pemudikan, rumah
piatu, rumah sakit, rumah sakit ingatan atau lembaga sosial, yang
melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke
dalamnya.
B. RKUHP
1. Pasal 420
(1) Setiap Orang yang melakukan perbuatan cabul terhadap orang lain yang
berbeda atau sama jenis kelaminnya:
a. di depan umum dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak kategori III.
b. secara paksa dengan Kekerasan atau Ancaman Kekerasan dipidana
dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun.
c. yang dipublikasikan sebagai muatan pornografi dipidana dengan pidana
penjara paling lama 9 (sembilan) tahun.
(2) Setiap Orang dengan Kekerasan atau Ancaman Kekerasan memaksa orang
lain untuk melakukan perbuatan cabul terhadap dirinya dipidana dengan
pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun.
2. Pasal 421
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun, Setiap Orang
yang:
15
3. Pasal 422
(1) Jika salah satu Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 420 dan
Pasal 421 huruf a dan huruf b mengakibatkan Luka Berat dipidana dengan
pidana penjara dan paling lama 12 (dua belas) tahun.
(2) Jika salah satu Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 420 dan
Pasal 421 huruf a dan huruf b mengakibatkan matinya orang dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.
4. Pasal 423
Setiap Orang yang memberi atau berjanji akan memberi hadiah
menyalahgunakan wibawa yang timbul dari hubungan keadaan atau dengan
penyesatan menggerakkan orang yang diketahui atau patut diduga Anak, untuk
melakukan perbuatan cabul atau membiarkan terhadap dirinya dilakukan
perbuatan cabul dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan)
tahun.
5. Pasal 424
(1) Setiap Orang yang melakukan percabulan dengan Anak kandung, Anak
tirinya, Anak angkatnya, atau Anak di bawah pengawasannya yang
dipercayakan padanya untuk diasuh atau dididik dipidana dengan pidana
penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.
(2) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun:
a. Pejabat yang melakukan percabulan dengan bawahannya atau dengan
orang yang dipercayakan atau diserahkan padanya untuk dijaga; atau
16
3.1 Kesimpulan
1. Jumlah kekerasan tehadap perempuan saat ini semakin meningkat selain
itu dengan perkembangan IPTEK jenis kekerasan seksual juga semakin
beragam.
2. Terdapat perbedaan kekerasan seksual dari KUHP vs RKHUP.
3. RKUHP Kekerasan seksual memberikan jaminan terlaksananya kewajiban
negara, peran keluarga, partisipasi masyarakat, dan tanggung jawab
korporasi dalam mewujudkan lingkungan bebas kekerasan seksual
3.2 Saran
1. Mendorong agar Pemerintah Indonesia segera mengesahkan RUU
Kekerasan seksual sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan
kekerasan seksual dan menimalisir korban kekerasan seksual di Indonesia.
2. Selama RUU Kekerasan Seksual belum disahkan maka penegakan hukum
melalui regulasi yang ada akan tetap tidak mampu mengakomodir dan
menjamin penegakan hukum berbagai kasus kekerasan seksual yang
terjadi pada korban perempuan dan anak
17
18
DAFTAR PUSTAKA
6. Savino JO, Turvey BE. Defining rape and sexual assault. In: Savino JO,
Turvey BE, editors. Rape investigation handbook. USA: Elsevier Inc;
2005.p. 1-22.
10. Lestari KR. Catahu 2013. Komnas perempuan soroti tingginya kekerasan
seksual. Diunduh dari: http://www.indonesia.ucanews.com [Diakses pada
30 Desember 2018]