Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH”

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PROFESI KEPENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU
Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M. Pd., Ph.D / Dr. Sulistiyana, M.Pd

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6:
Mariatul Jannah (1710125220040)
Meliana Rizqi (1710125220041)
M Ridho Fadillah (1710125310097)
Mohammad Ridhoni (1710125310113)
Muhammad Yopi Aprizqi (1710125310116)
Marlina (1710125320105)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PRA-SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah tentang “Program Bimbingan Konseling di Sekolah”.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah “Program Bimbingan


Konseling di Sekolah” ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Banjarmasin, September 2019

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bimbingan konseling merupakan proses bantuan untuk peserta didik baik
individu / kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam
hubungan pribadi, sosial, belajar, karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan karena


setiap siswa di sekolah dapat dipastikan memiliki masalah, baik masalah pribadi
maupun masalah dalam belajarnya, dan setiap masalah yang dihadapi masing-
masing siswa sudah pastilah berbeda.

Anak adalah aset yang sangat berharga bagi sebuah negara. Anak akan
menjadi generasi penerus yang pada masanya nanti akan menentukan
perkembangan suatu negara. Anak-anak yang terdidik dan berkualitas secara
intelektual, mental dan spiritualnya akan berkembang menjadi pribadi dewasa
yang kompeten dan mampu menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara
sehingga kelangsungan dan martabat bangsa akan terjamin.

Anak sebagai generasi penerus bangsa, keberadaannya tidak bisa dipisahkan


dari lingkungan sosialnya. Selain keluarga, teman sebaya baik disekolah maupun
di lingkungan sosialnya serta masyarakat secara luas merupakan tempat dimana
seorang anak akan mengembangkan dirinya. Sehingga perkembangan seorang
anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan mengenmbangkannya.
Meskipun lingkungan bukan satu-satunya pencetak kepribadian seorang anak
tetapi lingkunga nlah yang dianggap berperan penting sebagai konteks
perkembangan anak.

Sekolah sebagai rumah kedua anak setelah lingkungan keluarganya berperan


penting didalam pembentukan kepribadian anak. Anak secara intelektual, mental
dan spiritual perkembangannya tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
tetapi juga banyak dipengaruhi dalam hubungannya dengan lingkungan sekolah
terutama pada tingkat sekolah dasar. Banyak orang tua yang sering salah kaprah

1
menyerahkan perkembangan anaknya pada sekolah, sehingga perlu adanya
kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah dalam perkembangan anaknya
agar menjadi anak yang berkualitas baik dari segi intelektual, mental maupun
spiritualnya. Bimbingan konseling di sekolah dasar berperan menjembatani jarak
yang ada antara pihak sekolah, orang tua dan siswa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana program BK di sekolah ?
2. Bagaimana peranan guru dalam program BK di sekolah ?
3. Bagaimana kerjasama guru dan konselor dalam layanan BK di sekolah ?
4. Bagaimana kerjasama personil sekolah lainnya dalam layanan BK ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui program BK di sekolah.
2. Mengetahui peranan guru dalam program BK di sekolah.
3. Mengetahui kerjasama guru dan konselor dalam layanan BK di sekolah.
4. Mengetahui kerjasama personil sekolah lainnya dalam layanan BK.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
a. Memberikan wawasan dan pengalaman dalam menyusun sebuah
makalah.
b. Menambah wawasan kepada penulis akan pentingnya belajar dan proses
pembelajaran.
c. Memberikan kesadaran kepada penulis untuk bisa menerapkan
pembelajaran dalam setiap kehidupan.
2. Bagi Masyarakat
a. Dapat dijadikan referensi dan sumber pengetahuan terutama dalam
implikasi belajar dan pembelajaran.
b. Bisa dijadikan dasar dalam melaskukan pembelajaran lebih lanjut.
c. Dapat dijadikan tambahan pengetahuan akan pentingnya BK di SD.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling (BK) perlu adanya persiapan


terlebih dahulu. Pelaksanaan Program bimbingan dan konseling (BK) yang ada
dilakukan pada waktu terdapat siswa yang memerlukan bimbingan atau
pendampingan dari gurunya. Biasanya pelaksanaan program bimbingan dan
konseling (BK) dilakukan diluar jam pelajaran. Program bimbingan dan konseling
(BK) yang ada bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami permasalahan
dan kesulitan dalam pembelajaran.

Pelaksanaan bimbingan konseling menyeluruh mulai dari kelas 1-6. Dari


setiap kelas mulai kelas 1- 6 pasti ada siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
masalah-masalah yang lain yang perlu mendapatkan layanan bimbingan
konseling.. Hari pelaksanaan bimbingan dan konseling dibebaskan tergantung
guru masing-masing yang memberikan bimbingan dan konseling. Kepala sekolah
hanya meng-amanatkan kepada semua guru agar dalam melaksanakan bimbingan
diluar jam pelajaran. Karena dapat mengganggu siswa lain yang tidak mengalami
kesulitan belajar dan kurang maksimal. Ada guru yang melakukan bimbingan dan
konselingsaat istirahat jam pelajaran dan ada yang melakukan bimbingan setelah
pulang sekolah.

Program Bimbingan Konseling Di Sekolah disusun berdasarkan kebutuhan


peserta didik (need assessment). Program Bimbingan Konseling pada masing-
masing satuan sekolah / madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan
dan kesinambungan program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan
mensinkronisasikan Program Bimbingan Konseling dengan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kulikuler, serta
mengefektifitaskan dan mengefisiensikan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.
Dilihat dari jenisnya, Program Bimbingan Konseling terdiri dari 5 (lima) jenis
program, yaitu:

1. Program Tahunan

3
yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah / madrasah.
2. Program Semesteran
yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3. Program Bulanan
yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi seluruh kegiatan
selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4. Program Mingguan
yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang meliputi seluruh kegiatan
selama satu minggu yang merupakan jabaran program mingguan.
5. Program Harian
yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang dilaksanakan pada hari-
hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari
program mingguan dalam bentuk satuan layanan dan atau satuan kegitan
pendukung Bimbingan Konseling Di Sekolah. (Sumarto, 2018)

Program bimbingan dan konseling memiliki komponen-komponen, yang


tertuang dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014, yaitu:

1. Pelayanan dasar
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh
konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau
kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan
tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar
kompetensi kemandirian).
2. Pelayanan responsive
Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli
yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan dengan segera, agar
peserta didik/konseli tidak mengalami hambatan dalam proses pencapaian
tugas-tugas perkembangannya. Strategi layananresponsif diantaranya konseling
individual, konseling kelompok, konsultasi, kolaborasi, kunjungan rumah, dan
alih tangan kasus (referral).
3. Perencanaan individual

4
Layanan Perencanaan individual adalah bantuan kepada peserta didik/konseli
agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas-aktivitas sistematik yang
berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman tentang
kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman terhadap peluang dan
kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
4. Dukungan sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen,
tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan
pengembangan kemampuan profesional konselor atau guru bimbingan dan
konseling secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan
bantuan kepada peserta didik/konseli atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan peserta didik/konseli dan mendukung efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. (Puto & Suyadi, 2016)
Selain memiliki komponen-komponen, yang tertuang dalam
Permendikbud No. 111 Tahun 2014, Program bimbingan dan konseling juga
memiliki landasan-landasan. Landasan dalam bimbingan dan konseling pada
hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Menurut Suriansyah, dkk (2015:80-86) enam aspek pokok yang mendasari
pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis,
religius, psikologis, sosial-budaya, pedagogis, dan ilmu pengetahuan (ilmiah)
dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-
masing landasan bimbingan dan konseling tersebut:
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis,
etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling
terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas
pertanyaan filosofis. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat
(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam

5
Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai
berikut:
a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada
dirinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan
dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup
berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-
tidaknya mengontrol keburukan.
e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji
secara mendalam.
f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan
manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya
sendiri.
h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut prikehidupannya sendiri.
Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.
i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana
apa pun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan
berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan
konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu
sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu
melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan
berbagai dimensinya.
2. Landasan Religius

6
Dimensi spiritual pada manusia menunjukkan bahwa manusia pada hakikatnya
adalah makhluk religius. Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan,
mengisyaratkan pada ketinggian derajat dan keindahan makhluk manusia serta
peranannya sebagai khalifah di bumi. Landasan religius bagi layanan BK
setidaknya ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu:
a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Allah
Swt.
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan
ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkan secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta masyarakat yang sesuai dan
meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan masalah individu.
3. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang
perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang:
a. motif dan motivasi,
Setiap orang dalam hal ini siswa dalam berperilaku atau bertindak selalu
didasari oleh suatu motif tertentu, dan motif berperilaku ini selalu berbeda
antara satu orang dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, motif dan motivasi
berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik
motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki
oleh individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernapas dan sejenisnya
maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi,
memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
Selanjutnya motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakkan, dari dalam diri
individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
b. pembawaan dan lingkungan,
Setiap anak lahir membawa pembawaannya masing-masing, dia lahir
dengan sejumlah potensi yang akan optimal apabila dikembangkan secara

7
tepat. Di sisi lain anak berada pada lingkungan tertentu yang memiliki
potensi untuk memengaruhinya dalam berperilaku dan bertindak. Dengan
demikian, maka pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktorfaktor
yang membentuk dan memengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu
segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan,
yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit,
golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri kepribadian tertentu.
Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan
untuk mengoptimalkan serta mewujudkannya bergantung pada lingkungan
di mana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu
akan berbeda-beda yang tentunya akan menentukan tindakan layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan.
c. perkembangan individu,
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra
natal/bayi/fetus) hingga akhir hayatnya, di antaranya meliputi aspek fisik
dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Dalam
menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek
perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah
perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan
faktor pembawaan dan lingkungan.
d. belajar, dan
Setiap manusia disadari atau tidak disadari dalam interaksinya dengan
lingkungan selalu menemukan hal baru yang belum tentu dikuasainya dan
mampu melakukan hal baru tersebut. Pada saat seperti itulah pada diri
manusia tanpa sadar dia belajar dari lingkungannya atau orang di sekitarnya.
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi.
Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat
mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia
mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti
perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan
memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru

8
itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tAnda
perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/
keterampilan.
e. kepribadian.
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan
tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian
kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan
Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian
yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia
menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap.
Menurut pendapat dia bahwa “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya”. Kata kunci dari
pengertian kepribadian adalah Penyesuaian Diri.
4. Landasan Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya. Dia hidup dalam
lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Manusia punya makna karena dia
berada dalam lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang ada di
sekelilingnya. Setiap lingkungan memiliki kebiasaan dan budaya yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Karena itu dalam konteks layanan bimbingan dan
konseling aspek sosial budaya merupakan hal yang sangat penting untuk
menjadi pertimbangan dalam memberikan layanan.
Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi
kebudayaan sebagai faktor yang memengaruhi terhadap perilaku individu.
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu
berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses
pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
5. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis pelayanan BK setidaknya berkaitan dengan: (1)
pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan
salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2) pendidikan sebagai inti proses

9
bimbingan dan konseling, (3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan
bimbingan dan konseling.
6. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang
memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun
praktiknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis
dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan,
wawancara, analisis dokumen, serta prosedur tes.
B. PERANAN GURU DALAM PROGRAM BK DI SEKOLAH

Program BK di sekolah dapat berjalan dengan maksimal dan lancar jika guru-
guru yang ada di sekolah juga berperan aktif. Guru-guru yang memberikan
bimbingan dan konseling adalah guru kelasnya masing masing yang sekaligus
merangkap menjadi guru BK. Jika guru tersebut dalam melakukan bimbingan dan
konseling kepada siswa mengalami kesulitan, akan dibantu oleh guru-guru lain
seperti guru agama, guru olahraga dan guru yang merupakan lulusan dari BK.
Peran guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya membimbing
siswanya yang nakal, sering tidak mengikuti senam, berangkat telat, dan
kedisiplinan kurang. Guru memberikan bimbingan dengan melakukan pendekatan
kepada siswanya yang mengalami permasalahan tersebut. Guru mencari tahu yang
menjadi sebab permasalahan yang dihadapi siswa. Sebelumnya guru melakukan
tanya jawab mengenai permasalahan yang dihadapi siswa. Dengan bertanya jawab
tersebut, guru dapat mengetahui masalah yang dihadapi dan yang menjadi sebab
masalah tersebut. Kemudian guru membantu siswa mencari jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapi siswa. Setelah masalah yang dihadapi dapat
terselesaikan, guru tetap membina siswa tersebut agar tidak mengulangi
permasalahan yang sebelumnya.

Menurut Hikmawati (2014:23) beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh


seorang guru, ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan
program bimbingan dan konseling di sekolah yaitu:
1. Guru sebagai informatory

10
Guru dalam kinerja dapat berperan sebagai informator, berkaitan dengan
tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan
layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya.
2. Guru sebagai fasilitator
Guru berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan
pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan
guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang
perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarkan.
3. Guru sebagai mediator
Guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing.
Misalnya saat diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang
memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.
4. Guru sebagai kolaborator
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di sekolah,
guru dapat berperan sebagai kolaborator. Konselor di sekolah misal dalam
penyelenggaraan berbagai Jenis layanan orientasi informasi.

Menurut Suriansyah, dkk (2015:100-104) Dalam keseluruhan pendidikan,


guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru banyak
sekali memegang berbagi jenis peranan yang harus dilaksanakan. Peranan adalah
suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari
suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan
menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana akan merupakan
ciri khas dari tugas atau jabatan tadi. Peranan guru adalah setiap pola tingkah laku
yang merupakan ciri-ciri jabatan guru yang harus dilakukan guru dalam tugasnya.
Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di
dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik ialah mereka
yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya,
artinya dapat menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya
dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat.

1. Guru sebagai mediator dalam kebudayaan


Guru merupakan seorang perantara di dalam suatu proses pewarisan
kebudayaan. Beberapa keterampilan dan kecakapan yang merupakan aspek

11
kebudayaan seperti: bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan sosial, sikap dan
sebagainya diterima oleh anak dengan perantaraan guru. Dalam peranannya
sebagai seorang mediator kebudayaan maka seorang guru harus sanggup
memberikan, mengajarkan dan membimbing berbagai ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap kepada peserta didiknya. Seorang guru harus mampu
membimbing peserta didiknya dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan
kebudayaannya. Perkembangan kebudayaan itu sendiri sering kali
menimbulkan masalah-masalah bagi murid-murid, terutama masalah
penyesuaian diri dan masalah pemilihan. Untuk itu hendaknya guru mampu
memberikan bantuan kepada peserta didiknya dalam melakukan penyesuaian
diri kepada unsur-unsur kebudayaan.
2. Guru sebagai mediator dalam belajar
Guru bertindak sebagai perantara dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan. Guru lah yang menyelenggarakan pembelajaran peserta didik dan
guru harus bertanggung jawab akan hasil pembelajaran itu, melalui proses
interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor penting yang memengaruhi
berhasil tidaknya proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus menguasai
prinsip-prinsip belajar, di samping menguasai materi yang akan diajarkan dan
guru juga harus mampu menciptakan suasana belajar yang sebaik-baiknya.
3. Guru sebagai pembimbing
Dalam tugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak
mencapai kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan yang sempurna
sesuai dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimiliknya. Dalam
peranan ini guru harus memerhatikan aspek-aspek pribadi peserta didik, antara
lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan, sikap dan sebagainya,
supaya kepada mereka ini dapat diberikan bantuan dalam mencapai tingkat
kedewasaan optimal. Hal ini mengandung arti bahwa guru pun turut
bertanggung jawab dalam penyelengaraan bimbingan dan konseling.
Sebagai seorang petugas bimbingan, guru merupakan tangan pertama dalam
usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi peserta
didiknya. Guru harus paling banyak dan sering berhubungan dengan murid-
muridnya, terutama dalam kegiatan-kegiatan kurikuler. Jadi, tugas guru tidak
hanya terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan kepada murid-muridnya, tetapi guru juga bertanggung jawab

12
untuk membantu dan mengawasi peserta didiknya. Sehubungan dengan
peranannya sebagai pembimbing, maka seorang guru harus:
a. Mengumpulkan data tentang murid
b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari
c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus
d. Mengadakan interaksi dengan orangtua murid, baik secara individual
maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam
pandidikan anak
e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk
membantu memecahkan masalah murid
f. Membuat catatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik
g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok maupun individual
h. Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu
memecahkan masalah murid
i. Bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya menyusun program
bimbingan sekolah
j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.
4. Guru sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat
Ini berarti bahwa kelancaran hubungan antara sekolah dan masyarakat
merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Lancar tidaknya hubungan tersebut
tergantung pada tingkat kemampuan guru dalam memainkan peranan ini.
Dalam peranan itu, guru seharusnya mampu:
a. Memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat tentang
kebijaksanaan pendidikan yang sedang berlangsung atau yang akan
ditempuh
b. Menerima usul-usul atau pertanyaan dari pihak masyarakat tentang
pendidikan
c. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antara sekolah dan masyarakat
khususnya dengan orangtua murid
d. Bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam memecahkan
masalah-masalah pendidikan
e. Menyelenggarakan hubungan yang sebaik-baiknya antara sekolah dengan
lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pendidikan
f. Guru merupakan suara sekolah di masyarakat dan suara masyarakat di
sekolah.
5. Guru Sebagai Penegak Disiplin
Dalam peranan ini guru harus menegakkan disiplin baik di dalam maupun di
luar kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya suatu disiplin. Guru
harus membimbing murid agar menjadi warga sekolah dan masyarakat yang

13
berdisiplin. Guru harus menyiapkan murid-muridnya sebagai calon anggota
masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat. Dalam
peranan inilah seorang guru harus mencerminkan suatu tingkah laku sebagai
anggota masyarakat yang dapat “digugu dan ditiru” oleh segenap peserta didik
dengan penuh kesadaran.
6. Guru sebagai administrator dan manager kelas
Sebagai administrator, tugas seorang guru harus dapat menyelenggarakan
program pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai aspek yang menyangkut
kelancaran jalannya pendidikan merupakan tanggung jawab guru. Guru harus
mengambil bagian dalam hal perencanaan kegiatan pendidikan (planning),
mengatur dan menyusun berbagai aspek dalam pendidikan (organizing),
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam pendidikan (directing), melaksanakan
segala rencana dan kebijakan pendidikan (actuating), merencanakan dan
menyusun biaya (budgeting), dan mengawasi serta menilai kegiatan-kegiatan
pendidikan (controlling dan evaluating). Sebagai manager, khususnya sebagai
manager kelas, guru merupakan penguasa utama dan bertanggung jawab
terhadap kelancaran program pendidikan dan pengajaran. Dalam management
kelas, guru berfungsi sebagai pemimpin yang harus memimpin murid-
muridnya dalam kegiatan pembelajaran. Kepemimpinan guru di sekolah
menentukan keberhasilan sekolah itu secara keseluruhan. Guru harus mengatur
dan mengoordinir jalannya program pendidikan agar memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya.
7. Guru sebagai anggota suatu profesi
Suatu profesi adalah jabatan yang mempunyai kualifikasi tertentu. Pekerjaan
guru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merupakan seorang yang ahli.
Keahlian tersebut tidak dapat dilakukan oleh ahli-ahli atau pejabatpejabat lain
yang tidak memperoleh dasar pendidikan keahlian tersebut. Sebagai anggota
suatu profesi, maka guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan tertentu yaitu keterampilan keguruan. Kemampuan untuk
membimbing murid, merupakan salah satu aspek keterampilan profesi
keguruan. Di samping itu, seorang guru harus menunjukkan, mempertahankan
serta mengembangkan keahlian itu.
Peranan guru tidak hanya terbatas dalam kegiatan dalam kelas atau pengajaran
saja, akan tetapi lebih luas dari itu. Guru memiliki peranan yang besar dalam

14
mendewasakan murid-muridnya dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya
melalui partisipasi dalam program bimbingan dan konseling di sekolah.
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu, peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting
dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
C. KERJASAMA GURU DAN KONSELOR DALAM LAYANAN BK

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara
guru dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan bimbingan, sebaliknya, layanan bimbingan di sekolah memerlukan
dukungan atau bantuan guru. Dukungan atau bantuan tersebut terutama dari guru
mata pelajaran dan wali kelas. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga
harus melaksanakan kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal
ini, Natawidjaya dan Surya (1985) dalam buku Suriansyah, dkk (2015) mengutip
pendapat Millen yang mengatakan:
1. Proses belajar menjadi sangat efektif, jika bahan yang dipelajari dikaitkan
langsung dengan tujuan pribadi siswa. Guru dituntut memahami
harapanharapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya siswa dapat
belajar dengan baik.
2. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih
peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu
kelancaran kegiatan kelas. Guru berkesempatan luas untuk mengadakan
pengamatan terhadap siswa yang diperkirakan memiliki masalah. Dengan
demikian, masalah itu dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga siswa
dapat belajar dengan baik tanpa dibebani suatu masalah.
3. Guru dapat memerhatikan perkembangan masalah atau kesulitan secara
lebih nyata. Guru memiliki kesempatan terjadwal untuk bertatap muka
dengan para siswa, maka ia akan memperoleh informasi yang lebih banyak
tentang keadaan siswa maupun kelebihan dan kekurangannya.

15
Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif jika guru dapat bekerja sama
dengan pembimbing sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-
keterbatasan dari kedua pihak (guru pembimbing) menuntut adanya kerja sama
itu. Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, guru pembimbing perlu
menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan
masalah yang dihadapi siswa. Kegiatan semacam ini disebut konferensi kasus
(case conference). Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
di sekolah, dikoordinasikan oleh guru pembimbing. Pelaksanaan kegiatan
bimbingan oleh para guru tidak lepas begitu saja, tetapi dipantau oleh guru
pembimbing.
Kerja sama guru pembimbing dengan wali kelas sebagai pengelola kelas tentu
sangat erat dan besar sekali. Terutama membantu memberikan kesempatan dan
kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya,
untuk mengikuti/menjalani layanan dan atau kegiatan bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain, wali kelas membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-
tugasnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Kepribadian utama yang harus dimiliki oleh seorang konselor (guru
pembimbing) adalah terpercaya, sehingga menjadi agen yang membawa pengaruh
positif pada pertumbuhan dan perkembangan helper (individu). Kepribadian
terpercaya akan teraktualisasikan dalam sikap: mampu menjaga rahasia, terbuka,
jujur, tulus, autentik dalam bertindak, memandang dan menerima individu apa
adanya, perhatian, percaya diri, dan hangat. (Suriansyah, Ahmad, & Sulistiyana,
2015)
D. KERJASAMA PERSONIL SEKOLAH LAINNYA DALAM LAYANAN
BK

Menurut Azam (2016:61-65) dalam pendidikan formal, tugas dan peran


masing-masing personil pendidikan dalam bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah
a. Penentuan staf personil bimbingan dan konseling.
b. Penyusunan program bimbingan dan konseling.
c. Sosialisasi dan penetapan program bimbingan dan konseling kepada sivitas
sekolah sebagai bagian dari program pendidikan.

16
d. Penyediaan kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan bimbingan dan konseling.
e. Pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling.
f. Pengembangan kerjasama dengan instansi atau profesi lain yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
g. Pengembangan program bimbingan dan konseling termasuk pembinaan dan
pelatihan personil bimbingan dan konseling.
2. Wakil Kepala Sekolah
a. Pelaksanaan kebijakan pimpinan sekolah terutama yang berkaitan dengan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
b. Penyediaan informasi baik berkaitan dengan aktivitas dan prestasi
akademik, penyediaan dan kelengkapan sarana prasarana, kesiswaan
maupun sumber daya lain yang diperlukan dan dapat mendukung dalam
penyusunan program bimbingan dan konseling.
c. Sosialisasi program bimbingan dan konseling kepada seluruh personil dan
komponen sekolah sesuai dengan bidang dan kewenangannya.
d. Dukungan dan pemantauan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
3. Wali Kelas
a. Menyediakan informasi tentang karakteristik dan kebutuhan para siswa di
kelasnya.
b. Mensosialisasikan keberaadaan layanan bimbingan dan konseling, terutama
tujuan, fungsi dan mekanisme layanan kepada para siswa dan orang tua
siswa di kelasnya.
c. Memantau perkembangan dan kemajuan para siswa di kelasnya terutama
yang telah memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
d. Mengidentifikasi siswa yang membutuhkan layanan responsif berkenaan
dengan permasalahan yang dihadapinya.
e. Melakukan kunjungan rumah.
f. Kegiatan konferensi kasus.
4. Guru Mata Pelajaran
a. Mensosialisasikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa terutama
berkaitan dengan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
b. menyediakan informasi mengenai sikap Dan kebiasaan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
c. mengidentifikasi sides yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
terutama berkenaan dengan Mata pelajaran yang diampunya.
d. memantau Perkembangan Dan kemajuan para siswa terutama yang telah
memperoleh layanan bimbingan dan konseling.

17
e. melakukan upaya layanan Dan bimbingan belajar terutama pada program
perbaikan Dan pengayaan Mata pelajaran yang diampunya.
f. pelaksanaan konferensi kasus.
5. Staf Administrasi
a. membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling
b. membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling.
c. membantu mengadministrasikan seluruh kegiatan blmbmgan dan konseling.
d. membantu menyiapkan informasi kepada personil lain berkenaan dengan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
6. Konselor/Guru BK
a. Mengorganisasikan seluruh aktivitas layanan Dan bimbingan konseling
b. Melakukan analisis terhadap karakteristik dan kebutuhan perkembangan
siswa.
c. Melakukan analisis terhadap kondisi sekolah akan layanan bimbingan dan
konseling.
d. seluruh personil layanan bimbingan dan konseling, mulai dari penyusunan,
pelaksanaan sampai dengan penilaian terhadap layanan bimbingan dan
konseling.
e. Memberikan layanan dasar kepada seluruh siswa.
f. Melaksanakan layanan responsif kepada siswa terutama dalam bentuk
konseling
g. Mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
h. Mengadakan tindak lanjut, terutama berkaitan dengan alih tangan kepada
ahli lain.
i. Mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan layanan bimbingan dan
konseling kepada kepala sekolah.

18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling (BK) perlu adanya persiapan
terlebih dahulu. Pelaksanaan Program bimbingan dan konseling (BK) yang ada
dilakukan pada waktu terdapat siswa yang memerlukan bimbingan atau
pendampingan dari gurunya. Biasanya pelaksanaan program bimbingan dan
konseling (BK) dilakukan diluar jam pelajaran. Program bimbingan dan konseling
(BK) yang ada bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami permasalahan
dan kesulitan dalam pembelajaran. Pelaksanaan bimbingan konseling menyeluruh
mulai dari kelas 1-6. Dari setiap kelas mulai kelas 1- 6 pasti ada siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan masalah-masalah yang lain yang perlu
mendapatkan layanan bimbingan konseling.

Program BK di sekolah dapat berjalan dengan maksimal dan lancar jika guru-
guru yang ada di sekolah juga berperan aktif. Guru-guru yang memberikan
bimbingan dan konseling adalah guru kelasnya masing masing yang sekaligus
merangkap menjadi guru BK. Jika guru tersebut dalam melakukan bimbingan dan
konseling kepada siswa mengalami kesulitan, akan dibantu oleh guru-guru lain
seperti guru agama, guru olahraga dan guru yang merupakan lulusan dari BK.
Peran guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya membimbing
siswanya yang nakal, sering tidak mengikuti senam, berangkat telat, dan
kedisiplinan kurang.

Menurut Hikmawati (2011:20-21) peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan


Konseling antara lain sebagai informatory, fasilitator, mediator, dan kolaborator.
Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008:24-29) peran guru dalam Bimbingan
Konseling antara lain sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran,
pengarah pembelajaran, evaluator, pelaksana kurikulum, dan pembimbing
(Konselor). Berdasarkan pendapat tersebut peran sebagai pelaksana layanan
Bimbingan Konseling sekrang-kurangnya dapat berperan sebagai pembimbing,
informatori, fasilitator, mediator, dan kolaborator.

19
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara
guru dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan bimbingan, sebaliknya, layanan bimbingan di sekolah memerlukan
dukungan atau bantuan guru. Dukungan atau bantuan tersebut terutama dari guru
mata pelajaran dan wali kelas. Selain itu juga diperlukan personil sekolah lainnya
untuk membantu berjalannya pelayanan BK.

B. SARAN
Seorang guru bisa dinilai memiliki mutu kerja yang berkualitas jika bisa
membimbing siswa dengan baik, jadi hendaknya mendalami dan menguasai
bidang Bimbingan dan Konseling agar jika terjadi masalah yang di hadapi peserta
didik hendaknya membimbing mereka agar menjadi pribadi yang berkualitas pula.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hikmawati, F. (2014). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Puto, K. Z., & Suyadi. (2016). Bimbingan dan Konseling Paud. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Sumarto. (2018). Bimbingan dan Konseling. Jambi: Pustaka Ma'Arif Press.

Suriansyah, A., Ahmad, A., & Sulistiyana. (2015). Profesi KePendidiKan:


“Perspektif Guru Profesional”. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.

Ulul, A. (2016). Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah (Teori dan


Praktek). Yogyakarta: CV Budi Utama.

21

Anda mungkin juga menyukai