Anda di halaman 1dari 61

Makalah Obstipasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obstipasi merupakan salah satu gangguan pencernaan yang cukup banyak dijumpai pada
neonatus, bayi, dan anak. Obstipasi diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya penurunan
frekuensi atau berkurangnya defekasi. Pada sebagian besar kasus, biasanya bayi mengalami
abdominal distension dan gagal mengeluarkan meconium dalam beberapa jam pertama
kehidupan. Gagal BAB pada periode neonatal harus selalu dipertimbangkan sebagai merupakan
suatu abnormal sampai terbukti itu merupakan kasus lain. Sekitar 94% bayi normal, secara
spontan mengeluarkan meconeum dalam 24 jam setelah lahir dan 99,8 % BAB dalam 48 jam
pertama.
Pada sebagian kasus sumbatan usus besar, biasanya tidak ada riwayat hydramnion, karena
banyak cairan amnion yang ditelan bisa diserap dari bowel fetus bagian proksimal hingga
menuju obstruksi. Bayi yang gagal BAB biasanya menggambarkan adanya suatu obstruksi
mekanik atau fungsional, yang nanti berkembang dari bukti klinis dan radiografi. Bayi ini
mungkin mengalami abdominal distension dan mual yang mengarahkan mungkin adanya
obstruksi bowel. Bayi bisa saja pada awalnya membuang sejumlah kecil meconium, tapi setelah
itu tidak membuang BAB.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari opstipasi?
2. Apa jenis – jenis opstipasi?
3. Bagaimana terjadinya opstipasi?
4. Apa tanda dan gejala opstipasi?
5. Bagaimana penatalaksanaannya opstipasi?
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
1 Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
ISI

A. Pengertian Opstipasi
Obstipasi berasal dari bahasa latin ob berarti in the way adalah perjalanan dan stipare
yang berarti to compress adalah menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah
dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi
usus).
Secara umum, obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama
sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi
faeces dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak
adanya pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Lebih dari 90% bayi
baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan
mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidah terjadi, maka harus
dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi, harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah
suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7
hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan feses karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah
yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal. Menurut data WHO, keluhan
obstipasi dapat terjadi pada segala usia dari bayi sampai orang tua. pada bayi angka kejadian ini
bisa mencapai 30-40% yang dapat mengalami masalah dengan keluhan obstipasi ini. Di
Indonesia sendiri angka insidennya belum ada yang menjelaskan secara nominal tanpa melihat
etiologinya, sedangkan berdasarkan etiologi obstipasi parsial didapatkan 10-15% dari seluruh
kejadian obstipasi. angka kejadian obstipasi pada bayi berdasarkan penyebabnya memiliki
frekuensi yang berbeda-beda berdasarkan keadaan yang mendasarinya.

B. Jenis – jenis Opstipasi

3 1. Obstipasi Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau
flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi
terdapat pada rectum.

2. Obstipasi Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari, tetapi kemudian dapat
mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat dari pada obstruksi
total.

C. Sebab Obstipasi

1. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam
dinding usus.
2. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh
massa intra abdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
3. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang
mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan
yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
4. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti
usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala obstipasi disebabkan oleh:

1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika
tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
2. Sakit dan kejang pada perut.
3. Bayi sering menangis.
4. Susah tidur dan gelisah.
5. Kadang-kadang muntah.
6. Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).
7. Bayi susah/tidak mau menyusui.
8. Bising usus yang janggal.

E. Patofisiologi dan Pathogenesis


Pada keadan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong, kecuali bila ada
refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali
sehari. Hal tersebut memberikan stimulasi pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
adanya stimulasi pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen
sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai
berikut:
1. Asupan cairan yang banyak.
2. Kegiatan fisik dan mental.
3. Jumlah asupan makanan berserat.
Keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan
eletrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada
perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses
melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang defekasi. Apabila bayi tidak
mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat, produksi dari pencernaan lebih kering dan padat,
serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga
penyerapan terjadi terus-meneerus dab feses menjadi semakin kering, padat dan susah
dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkab bayi tidak bisa BAB dan akan
menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka.
Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus. Hal tersebut menyebabkan sisa
metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang
berlebihan.Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran cerna menuju ke saluran yang lebih besar.
Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkab obstipasi.

F. Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
1. Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gangguan untuk mengeluarkan baik feses
maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesis
ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain
yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang
bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
Anamnesis juga digunakan untuk Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk
mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total
atau partial. Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam akan riwayat penyakit terdahulu
yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus
sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat
adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat
obstruksi neoplasma.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi
untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon. Obstruksi
usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk
melihat apakah ada hernia atau tidak.
Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan
rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan
obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah :
Pemeriksaan Hb, pemeriksaan urine dan pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
4. Pencitraan
Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays, dengan atau tanpa bahan kontras.Pencitraan untuk
melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan
dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat
digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal
akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian
dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi.

G. Penanganan Obstipasi
Penatalaksanan yang dilakukan adalah:
1. Mencari penyebab obstipasi.
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan
cairan, dan psikis.
3. Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali
kebiasaan defekasi. Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema
minyak zaitun, obat-obatan.
4. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah-
buahan dan sayur-sayuran.
5. Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.
6. Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-obat oral.
7. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.
8. Peningkatan intake cairan.
9. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
10. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa diberi 1
sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari.
11. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan.
12. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus aprikot,buah
prem kering atau prem.
13. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,kacang
polong,sereal,keripik graham,buncis dan bayam.
14. Perawatan medis
Resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada
obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah
semakin parahnya sakit.
15. Operasi
Mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi dan untuk mencegah perforasi usus akibat
tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgen untuk dilakukan tindakan segera
dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan perforasi usus, karena terdapat
peningkanan tekanan feses yang besar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obstipasi merupakan penyakit yang disebabkan oleh terhalangnya gerakan feses dalam
usus. Obstipasi berbeda dengan konstipasi meski keduanya agak mirip. Obstipasi terbagi dua
macam yaitu opstipasi total dan opstipasi parsial.
Lakukan diagnosis dengan tepat dengan terlebih dahulu menanyakan riwayat penyakit
yang lalu. Tetapi penyembuhan dengan perawatan medis yang tepat, bila hal tersebut masih
belum maksimal maka lakukan operasi dan diet.

B.Saran
Mahasiswa harus lebih rajin lagi agar dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Eni. 2009. Obstipasi pada Bayi dan Balita serta Cara Menyembuhkannya.
Bandung: Hahayz
Nunik. 2010. Penanganan Obstipasi pada Bayi. Jakarta: Sidomaju

http://jurnalbidandiah.com/2012/04/obstipasi-pada-bayi-dan-penanganannya.html

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang


Dewasa ini, banyak sekali timbul keluhan dan gangguan penyakit di lingkungan
masyarakat terutama yang disebabkan oleh adanya pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur
sehingga menyebabkan gangguan pada saluran pencernaaan. Salah satunya adalah obstipasi yang
umumnya disebut juga dengan sembelit. Obstipasi merupakan kelainan pada sistem pencernaan
dimana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja
yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan
kesakitan yang hebat pada penderitanya. Sebagian besar orang pasti pernah mengalami obstipasi.
Obstipasi ada yang ringan dan ada yang berat. Konstipasi yang berat atau cukup hebat
disebut juga dengan obstipasi. Apabila seseorang menganggap remeh obstipasi ini dapat
menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya. Jika tidak segera
ditanggulangi, akan menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran pencernaan. Dan jika sudah
akut, kemungkinan besar sulit diobati.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang segala sesuatu tentang
obstipasi dan cara penanganannya, akan timbul petanyaan- pertanyaan yang terkait, seperti apa
sebenarnya definisi dari obstipasi? Apa saja penyebab obstipasi? Bagaimana gejala-gejala
obstipasi? Bagaimana cara penanganan obstipasi? Jenis tanaman apa saja yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional dalam pengobatan obstipasi? Dari tanaman obat tersebut,
bagian mana saja yang berkhasiat? Bagaimana cara pengolahannya sehingga siap digunakan
sebagai obat tradisional untuk obstipasi? Dan selanjutnya bagaimana cara penggunaan yang tepat
sehingga efektif untuk menyembuhkan obstipasi? Berbagai permasalahan di atas akan dibahas
dalam makalah berikut, sehingga dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan masyarakat
terutama tentang konstipasi dan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai obat obstipasi
sehingga diharapkan selanjutnya masyarakat dapat melakukan pengobatan sendiri secara
tradisional yang efektif, efisien, dan aman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari obstipasi ?
2. Bagaimana etiologi dari obstipasi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari obstipasi ?
4. Bagaimana patofisiologi dari obstipasi ?
5. Apa saja jenis dari obstipasi ?
6. Bagaimana komplikasi dari obstipasi ?
7. Bagaimana menajemen terapi dari obstipasi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari obstipasi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari obstipasi.
2. Untuk mengetahui etiologi dari obstipasi.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari obstipasi.
4. Bagaimana patofisiologi dari obstipasi.
5. Untuk mengetahui jenis dari obstipasi.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari obstipasi.
7. Untuk mengetahui menajemen terapi dari obstipasi.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari obstipasi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja
selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan
sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi,
maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah
suatu obstipasi ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama
5-7 hari dan tidak menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang kemudian akan mengeluarkan
tinja yang banyak sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia
dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih
keras.
2.2 Etiologi
1. Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air besar. Keadaan ini
terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makana kurang mengandung selulosa.
2. Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan myodem. Dimana tidak
terdapat cukup ekskresi hormon tiroid semua proses metabolisme berkurang.

3. Keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi terutama depresi berat
sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-
2 tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka
cenderung tidak mau buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu ssampai
beberapa bulan karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam
beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri
lagi, sehingga anak menjadi semakin malas buang aiar besar. Anak dengan keterbelakangan
mental sulit dilatih untuk buang air besar.
4. Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada kasus carcinoma colon dan divericulitis.
Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan
wasir yang mengalami trombosis.
5. Kelaina konjenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital (penyakit
hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus mekonium atau sumbatan mekonium.
Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama.
6. Penyebab lain
Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong terjadinya
peristaltik. Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan.

2.3 Tanda dan Gejala


1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak
mengeluarkan 3 hari atau lebih
2. Sakit dan kejang pada perut.
3. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot.
4. Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.
5. Bising usus yang janggal.
6. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
7. Terdapat luka pada anus.
2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya
refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali
sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah
defekasi. Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
1. Asupan cairan yang adekuat.
2. Kegiatan fisik dan mental.
3. Jumlah asupan makanan berserat.

Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki kolon, air dan
elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada
perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk. Ketika feses
melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak
tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta
tidak dapat dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga
penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan sudah dikeluarkan
serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air
besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila
anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan
sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan
normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar.
Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan obstipasi.
2.5 Jenis Obstipasi
1. Obstipasi akut, yaitu rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara
mudah dengan stimulasi eksativa, supositoria atau enema.
2. Obstipasi kronik, yaitu rectum tidak kosong dan dindingnya memulai peregangan berlebihan
secar kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tanpa meregang rectum
lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberika respon, dinding rectum faksid dan tidak mampu
untuk berkontraksi secara efektif.
2.6 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Ulcerasi
3. Obstruksi parsial
4. Diare intermitten
5. Distensi kolon menghilang sensasi regangan rectum yang mengawali proses defekasi.

2.7 Majemen Terapi


Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan :
1. Penilaian asupan makanan dan cairan
2. Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan
3. Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi pola defekasi
bayi.
2.8 Penatalaksanaan
1. Mencari penyebab
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan
cairan dan kondisi psikis
3. Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan
kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema
minyak zaitun, laksativa.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja
selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam
pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.
Adapun penyebab dari obstipasi seperti kebiasaan makan, hypothyroidisme, keadaan
mental, penyakit organis, kelainan congenital, dan sebagainya. Tanda dan gejala dari obstipasi
yaitu Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak
mengeluarkan 3 hari atau lebih sakit dan kejang pada perut, pada pemeriksaan rectal, jari akan
merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot, Feses besar dan tidak dapat digerakan
dalam rectum, bising usus yang janggal, merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala,
terdapat luka pada anus.
Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor yaitu asupan cairan yang adekuat,
kegiatan fisik dan mental, jumlah asupan makanan berserat. Jenis obstipasi ada dua yaitu
obstipasi akut dan obstipasi kronis.
Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan, Penilaian asupan makanan dan
cairan, Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan), Penilaian penampakan stress
emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi. Penatalaksanaannya yaitu
mencari penyebab, menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan
gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis, pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan
setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa
dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksativa.
3.2 Saran
a. Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih mengetahui tanda dan gejala serta penanganan untuk obstipasi, dan
menjaga pola makan agar tidak terjadi obstipasi.
b. Untuk pelayanan kesehatan
Diharapkan petugas keesehatan lebih waspada terhadap kasus obstipasi dan lebih cepat dalam
penanganan terhadap pasien yang mengalami obstipasi.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC


Fauziah, Afroh. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya
5.

Kangker kolorektum, sebagian besar kangker kolorektum adalah karsinoma dan biasanya
berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa penyebabnya adalah menahan tinja yang
berakibat terdorongnya toksin-toksin yang terdapat didalan tinja untuk mencetuskan kangker. 6.

Dampak anastesi setelah post ops ini dikarenakan adanya gangguan pada gerakan peristaltik usus
yang menurun. 7.

Kebiasaan buang air besar yang dilakukan oleh individu yaitu menahan buang air besar
disebabkan rasa takut akan nyeri serta rangsangan simpatik atas saluran gastro intestinal dan
menurunkan motilitas dan dapat menghambat kelambatan defekasi.
3.2

Host / Penjamu
a.

Jenis kelamin Pria dan wanita sama-sama berisiko dalam menderita penyakit konstipasi
tergantung dari total bady water yang kurang dalam pemenuhan gizi sehari-hari serta diet
berserat yang tidak efisien. b.

Fisiologi Setelah makanan tiba di usus besar terjadi penyerapan air dan elektrolit yang terjadi
pada separuh usus besar (kolon). Proses depekasi terjadi karena kontraksi peristaltik rektum, ini
dihasilkan sebagai respon perangsangan otot polos longitudinal dan sirkular oleh pleksus
mienterikus yang dirangsang oleh saraf parasimpatis yang berjalan disegmen sakrum korda
spinalis, peregangan mekanis terhadap rektum oleh tinja juga merupakan perangsangan peristatik
yang kuat. Sewaktu gelombang peristaltik dimulai, sfingter anus internus, suatu otot polos
melemas. Apabila sfingter anus eksternus juga melemas maka akan terjadi defekasi tapi bila
seseorang individu mengalami transeksi korda spinalis maka akan mengganggu pelemasan dari
sfingter anus aksternus sehingga terjadi konstipasi. c.

Kebiasaan seseorang Rasa takut dan nyeri sewaktu berdefekasi dapat menjadi stimulus
psikologis bagi seseorang untuk menahan buang air besar serta rangsangan simpatik atas saluran
gastro intestinal akan menurun mobilitas dan dapat memperlambat defekasi, aktifitas simpatik
meningkat pada individu yang mengalami stres yang lama juga pengkonsumsian obat-obatan
tertentu seperti antasid dan opiat juga dapat menyebabkan konstipasi

d.

Genetik Berbeda dengan penyakit lain kosntipasi merupakan salah satu penyakit yang
mempunyai prestasi yang cukup kecil dalam faktor gentik karena penyebab utama dari penyakit
ini merupkan kebiasan-kebiasaan yang timbul dalam individu baik itu masalah pemenuhan gizi
atau kesalahan dalam melakukan defekasi tetapi juga terdapat salah satu penyebab dari
konstipasi juga penyakit Hirschprung yang berasal dari faktor genetik. e.
Kelompok etnik Kelompok etnik yang sering menderita konstipasi adalah kolompok etnik yang
sering melupakan defekasi yang teratur dalam kehidupan sehari-hari baik itu disebabkan oleh
individu tersebut atau trauma nyeri saat defekasi f.

Imunologik Defekasi dapat menjadi sulit apabila tinja mengeras dan kompak. Hal ini terjadi
apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan defekasi ditunda sehingga
memingkinkan lebih banyak air yang diserap keluar tinja sewaktu tinja berada di usus besar. Diet
berserat tinggi mempertahankan kelembaban tinja dengan cara menarik air secara osmotis ke
dalam tinja dan dengan merangsang peristaltik kolon melalui peregangan, demikian bagi orang-
orang yang makan-makanan rendah serat atau makanan yang sangat dimurnikan beresiko lebih
besar mengalami konstipasi demikian orang-orang yang sehari- harinya jarang bergerak berisiko
terkena konstipasi karena dengan bergerak / olah raga akan mendorong defekasi dengan
merangsang daluran gastro intestinal secara fisik
3.3

Lingkungan / environment
c.

Lingkungan fisik Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap konstipasi karena dengan cuaca
dan iklim yang dingin akan merangsang seseorang dalam memenuhi kebutuhan air dalam
kebutuhan yang normal sehingga akan mengurangi jumlah air yang diekskresikan

d.

Lingkungan biologis Tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung serat sangat penting dalam
membantu proses defekasi sehingga akan menghindarkan seseorang dan penyakit konstipasi e.

Lingkungan sosial ekonomi Dalam kehidupan modern ini pekerjaan merupakan salah satu faktor
terpenting dalam hidup sehingga dengan kesibukan yang hadir sebagai akibat dari jumlah jam
kerja yang menumpuk akan membuat individu melupakan hal-hal yang dianggap sepele seperti
defekasi juga adanya anggapan dari berbagai kalangan tentang diet dalam upaya membentuk
tubuh yang ideal tapi disamping itu akan menimbulkan konstipasi

Diet dan penanggulangan


Diet makanan yang diberikan sehari mengandung serat kurang lebih 30

65 gram serat makanan atau 6

15 gram serat besar (diet tinggi serat). Kombinasi beberapa bahan makanan dapat memenuhi
ketentuan diet tinggi serat yang dianjurkan misalnya : makanan sehari-hari, ditambahkan lebih
banyak sayuran, buah-buahan, seleria dan kacang-kacangan seperti beras merah, ketan hitam,
jagung, ubi-ubian, kacang hijau, kedelai, kacang merah, daun singkang, daun kacang, kangkung,
kol, sawi, apel, pir, anggur serta agar-agar.
Penanggulangan dari konstipasi antara lain :
1.
Kebiasaan buang air besar setiap hari atau ke tolilet 2 x sehari dan lebih baik sesudah makan. 2.

Dietary fiber ( makanan berserat ). 3.

Meningkatkan masukan cairan dan presentase kolon sumber karbohidrat cukup energi, protein,
mineral dan vitamin serta pemberian buah-buahan dan sayur (bahan makanan kaya serat) 4.

Minum air putih

8 gelas perhari.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A.

Pengkajian
a.

Biodata pasien : Nama : Umur : Pendidikan : Agama : Pekerjaan : Alamat : Status : Tanggal :
Jam MRS : b.

Riwayat kesehatan a.

Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian); seperti nyeri defekasi. b.

Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit):
sejak kapan sulit BAB, nyeri pada bagian abdomen, nyeri saat defekasi. c.

Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien). d.

Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
B.

PEMERIKSAAN FISIK
1.

Keadaan Umum: klien dalam kondisi baik namun teraba adanya distensi abdomen 2.

Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya masa pd perut, tenderness (lembut) 3.

Rectum dan anus : tanda-tanda imflamasi, perubahan warna, lesi, fistula (benjolan), hemorroid,
adanya masa, tendernes 4.

Pemeriksaan B1- B6
C.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Konstipasi berhubungan dengan : 1.

Kelemahan otot abdomen 2.

Kebiasaan yang menyangkal dan mengabaikan desakan untuk defekasi 3.

Eliminasi atau defekasi yang tidak adekuat ( misalnya, tepat waktu, posisi saat defekasi, dan
privasi ) 4.

Aktivitas fisik yang tidak memadai 5.

Kebiasaan defekasi yang tidak teratur 6.

Perubahan lingkungan baru baru ini


D.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan : setelah dilakukan pemeriksaan selama 1 x 24 jam, pasien mampu melakukan defekasi
secara teratur 1-2 kali sehari.
INTERVENSI RASIONAL
1.

Catat dan kaji warna, konsistensi, jumlah, dan waktu BAB R/. pengkajian awal utk mengetahui
adanya masalah bowel 2.

Kaji dan catat pergerakan usus R/. deteksi dini penyabab konstipasi 3.

Jika terjadi impaction : lakukan pengeluaran manual, lakukan giserin klisma R/. membantu
mengeluarkan feses 4.

Berikan cairan adekuat R/. Membantu feses lebih lunak 5.

Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yg banyak mengandung gas dg konsultasi
bagian gizi R/. Menurunkan konstipasi 6.

Bantu klien dlm melakukan aktivitas pasif dan aktif R/. Meningkatkan pergerakan usus
d.
Aktivitas sehari-hari terganggu karena
menjadi kurang percaya diri, tidak
bersemangat, tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas, dan
produktivitas kerja;
e.
Feses lebih keras, panas, berwarna le
bih gelap, dan lebih sedikit daripada
biasanya;
f.
Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat bersamaan
tubuh berkeringat dingi
n, dan terkadang harus mengejan atupun menekan-
nekan perut terlebih dahulu supaya
dapat mengeluarkan dan membuang feses
( bahkan sampai mengalami ambeien/wasir );
g.
Bagian anus atau dubur terasa penuh, tid
ak plong, dan bagai terganjal sesuatu
disertai rasa sakit akibat bergesekan
dengan feses yang kering dan keras atau
karena mengalami wasir sehingga pa
da saat duduk tersa tidak nyaman;
h.
Lebih sering bung angin yang berbau
lebih busuk daripada biasanya;
i.
Usus kurang elastis ( biasanya karena me
ngalami kehamilan atau usia lanjut),
ada bunyi saat air diserap usus, tera
sa seperti ada ya
ng mengganjal, dan
gerakannya lebih lambat
daripada biasanya;
j.
Terjadi penurunan frekuensi buang air besar;
Adapun untuk sembelit kronis ( obstipasi ), gejalanya tidak terlalu berbeda hanya
sedikit lebih parah, diantaranya:
a.
Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas;
b.
Feses sangat keras dan berb
entuk bulat-bulat kecil;
c.
Frekuensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu;
d.
Tubuh sering terasa panas, lemas, dan berat;
e.
Sering kurang percaya diri da
n terkadang ingin menyendiri;
Universitas
Sumatera
Utara
f.
Tetap merasa lapar, tetapi ketika ma
kan akan lebih cepat kenyang (apalagi
ketika hamil perut akan tersa mulas ) ka
rena ruang dalam perut berkurang dan
mengalami mual bahkan muntah.
5.
Pengobatan Konstipasi
Menurut Herawati (2012),
pengobatan konstipasi pada
ibu hamil dapat dibagi
menjadi dua cara, yaitu terapi
non obat dan terapi obat.
a.
Terapi non abat
Pada umumnya, konstipasi pada masa
kehamilan dapat diatasi dengan
melakukan penyesuaian pola makan dan per
ubahan gaya hidup. Makanan kaya serat
(30-35%), misalnya gandum, buah-bua
hanan dan sayuran dapat meringankan
konstipasi.
Namun , mengkomsumsi makanan kaya serat
dalam jumlah besar secara tiba-tiba
dapat menyebabkan perut terasa tidak en
ak dan kembung. Ibu hamil sebaiknya
mengkonsumsi makanan secara teratur dan
minum air dalam jumlah cukup (6-8
gelas/hari). Perubahan gaya hidup, misal
nya: olahraga teratur dapat memperbaiki
saluran cerna.
b.
Terapi obat
Obat pencahar digunakan apabila kons
tipasi tidak dapat diatasi dengan
penyesuaian jenis makanan dan perubahan
gaya hidup saja. Krite
ria obat pencahar
yang boleh diberikan kepada ibu hamil adalah:
1)
Efektif,
2)
Tidak diserap oleh saluran cerna,
3)
Tidak teratogenik ( tidak menyebabkan cacat pada janin ), dan
4)
Dapat ditoleransi dengan
baik ( tidak menimbulkan efek samping pada
ibu dan janin ).
Universitas
Sumatera
Utara
Terdapat beberapa golongan obat pencahar
, antara lain: obat pencahar osmotik,
pembentuk massa, dan stimulan. Obat pencah
ar pilihan untuk ibu hamil adalah hanya
digunakan secara terbatas hanya jika kons
tipasi tidak dapat diatasi dengan obat
pencahar osmotik.
6.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Konstipasi pada Ibu
Hamil
a.
Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah ukuran lama wa
ktu seorang janin berada dalam rahim.
Usia janin dihitung dalam minggu dari hari
pertama haid terakhir
(HPHT) ibu sampai
hari kelahiran. Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan.
Kehamilan dibagi atas tiga trimester ya
itu: trimester I antara 0-12 minggu, kehamilan
trimester II antara 12-28 minggu, dan
trimester III antara 28-40 minggu.
Pada minggu ke-9 usia kehamilan, kesulitan untuk buang air besar sering
terjadi dan hampir semuanya disebabka
n oleh tingginya kadar hormon-hormon di
dalam tubuh yang memperlambat kerja ot
ot-otot usus halus ( Ana, 2010 ).
Sekitar 11 % sampai 38% ibu hamil me
ngalami konstipasi, terutama pada
awal kehamilan dan trimester ketiga masa
kehamilan ( Herawati, 2012 ). Wanita
yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat memiliki masalah ini pada
trimester ke dua atau ke tiga. Konstipasi
diduga terjadi akibat pe
nurunan peristaltik
disebabkan relaksasi otot
polos pada usus besar
ketika terjadi peningkatan
progesteron. Pergeseran dan te
kanan pada usus akibat pemb
esaran uterus atau bagian
presentasi juga dapat menurunkan motilitas pa
da saluran gastrointestinal sehingga
menyebabkan konstipasi ( Varney, dkk, 2007).
Universitas
Sumatera
Utara
b.
Asupan Makanan
Diet, pola, atau jenis makanan yang
dikomsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang
dikonsumsi pun mempengaruhinya ( Uliyah,
dkk, 2008 ).
Serat penting artinya bagi kesehata
n sistem pencernaan dan mencegah
sembelit. Serat juga membantu menjaga kadar gula darah. Ada dua macam serat,
yaitu serat yang terlarut dan tak larut.
Serat terlarut ditemukan dalam makanan
semisal apel, pir, havermut (oat),
gandum hitam, dan
polong-polongan. Serat
membantu kenyang lebih lama dan menj
aga pelepasan gula yang stabil kedalam
darah. Serat tak terlarut yang ditemuka
n didalam kacang-kacangan, buah, sayuran
hijau, kacang india, dan sereal whole-gr
ain membantu pergerakan makanan melalui
sistem pencernaan dan mencegah sembelit ( Campbell, 2006 ).
Serat makanan adalah komponen dalam
tanaman yang tidak tercerna secara
enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat
terserap di saluran pencernaan. Serat
secara alami terdapat dalam tanaman. Serat terdiri atas berbagai substansi yang
kebanyakan adalah karbohidrat kompleks.
Rata-rata negara di dunia ini menetapkan
sebanyak 30 gram kebutuhan akan sera
t setiap harinya ( Akmal,dkk, 2010 ).
Komponen terbesar buah-buahan adalah
air. Oleh karena itu, kandungan serat
pangan dalam buah-buahan lebih rendah. Komp
onen terbesar dari serat pangan pada
buah-buahan adalah senyawa pektin da
n lignin sel buah. Kandungan serat pangan
berbagai jenis buah dapat dili
hat pada tabel dibawah ini.
Universitas
Sumatera
Utara
Buah
Serat Tidak Larut Serat Larut Total Serat
Nenas 1,2 0,3 1,5
Pepaya 0,91 - 0,91
Mangga 1,1 0,9 2,0
Lemon 1,0 1,1 2,1
Jeruk - - 2,9
Pisang 1,4 0,6 2,0
Apel 2,0 0,6 2,6
Stroberi 1,9 0,2 2,1
Semangka 0,2 0,1 0,3
Jambu biji
2,0
1,7
3,7
Anggur -
-
0,8
Pir 2,5 0,4 2,9
Persik 0,9 0,6 1,5
Tabel 2.1. Kandungan Serat Pangan pada Beberapa Jenis Buah-buhan( g/100 g
bahan )
Kandungan serat pangan pada sayur
an lebih tinggi dibandingkan buah-
buahan. Kadar serat pangan pada sayuran be
rkisar antara 2-3 g/100 g. Seperti halnya
buah-buahan, sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik.
Komposisi sayuran selengkapnya dapa
t dilihat pada tabel dibawah ini
Universitas
Sumatera
Utara
Jenis Sayuran Serat Tidak Larut Seutrat Larut Total Serat
Kangkung 54,63 6,71 61,34
Bayam
40,91
4,04
44,95
Daun katuk
46,81
1,71
48,52
Selada 45,43 4,64 50,07
Sawi Hijau
48,93
2,14
51,07
Sawi putih
39,95
0,98
40,94
Kubis/kol 27,70 2,55 30,25
Bunga kol
40,28
1,22
41,50
Brokoli 41,72 4,08 45,80
Tauge kacang
hijau
32,16 2,97 35,14
Kacang panjang 43,20
6,26
49,47
Kecipir 55,89 0,87 56,76
Terung bulat
33,74
5,41
39,15
Terung panjang 29,97
3,14
33,10
Mentimun 30,57 2,05 32,61
Labu siam
30,32
1,31
31,64
Buncis 30,49 3,83 34,32
Wortel 41,29 5,66 46,95
Tabel 2.2 Kandungan serat pangan dari sayur-sayuran tropis ( % berat kering)
Berdasarkan penelitian Astinal Eka,
S (2011) di RSUP H.Adam Malik, dapat
diketahui bahwa dari 60 penderita kons
tipasi, ada 7 orang (11,7%) mengalami
Universitas
Sumatera
Utara
konstipasi dengan tinggi se
rat, 333 orang (55%) de
ngan baik serat dan 20
orang(33,3%) dengan kurang serat. Sebagai ke
simpulan dari peneliitian ini adalah
terdapat hubungan antara pola makanan
berserat dengan ke
jadian konstipasi.
c.
Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dala
m tubuh membuat defekaksi menjadi
keras. Oleh karena proses absorbsi ai
r yang kurang menyebabkan kesulitan proses
defekasi ( Uliyah, 2008 ).
Menurut Simkin ( 2008 ), Air dan cairan
lain merupakan elemen yang penting
dari diet yang seimbang. Rete
nsi cairan, bagian normal da
ri kehamilan yang sehat,
memastikan terjadinya kenaikan volume
darah dan air ketuban. Sebagai wanita yang
sedang hamil perlu mempunyai cairan lebi
h banyak karena dua alasan berikut:
1)
Volume darah meningkat 50% atau le
bih (dari kira-kira 2,5 menjadi 2,75
liter).
2)
Menjelang akhir kehamilan, berenang
dalam cairan ketuban yang banyaknya
1 liter, yang diganti setiap tiga jam
sekali. Cairan juga ditahan dalam
jaringan, mengalir melalui dinding pembuluh darah, untuk membantu
mempertahankan keseimbangan cairan ya
ng sehat. Diperkirakan volume
cairan jaringan meningkat
2-3 liter selama kehamilan.
Dalam sehari ibu hamil dianjurkan unt
uk minum air putih/ air segar minimal 8
gelas atau 2-3 liter. Air putih yang menyega
rkan baik bagi tubuh karena melancarkan
peredaran darah. Jus buah merupakan sumb
er vitamin dan penghilang rasa mual.
Tetapi sebaiknya ibu hamil membat
asi komsumsi buah-buahan yang mengandung
kalori tinggi seperti jus alpukat,
jus mangga, jus durian ( Pramono, 2012 ).
Minum susu sangat dianjurkan sebagai sumber kalsium dan vitamin D terbaik
untuk pertumbuhan tulang janin. Dianjurkan un
tuk minum 1-2 gelas
susu setiap hari.
Universitas
Sumatera
Utara
Boleh susu sapi biasa atau susu sapi untuk
ibu hamil. Bagi yang alergi atau tidak
tahan susu sapi, susu kedelai merupa
kan pilihan yang baik ( Pramono, 2012 ).
d.
Olahraga
Aktivitas dapat mempengaruhi proses de
fekasi karena melalui aktivitas tonus
otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat
membantu kelancaran proses defekasi.
Hal ini kemudian membuat proses geraka
n peristaltik pada daerah kolon dapat
bertambah baik (Uliyah, 2008).
Olahraga merupakan salah satu aktiv
itas yang baik dilakukan selama hamil.
Olahraga selama kehamilan tidak dilarang
selama tidak ada kondisi tertentu yang
membahayakan kehamilan. Olahraga mala
h dapat membantu menjaga kondisi ibu
hamil dengan meningkatkan volume aliran
darah, meningkatkan kekuatan otot
diafragma untuk bernafas, dan membantu
flekbilitas otot-otot. Hal ini akan
membantu bayi tumbuh lebih baik ( Hermawan dan Ayu, 2009 ).
Kehamilan bukanlah waktunya untuk melakukan
olahraga berat seperti softball, tenis
atau meluncur yang membutuhkan keseimba
ngan yang baik atau gerakan menyentak
yang mendadak. Meskipun demikian, jika sudah terampil dan aktif bermain dalam
olahraga tersebut, tetap dapat terus be
rmain selama merasa nyaman. Dengan kata
lain, asalkan kehamilan tetap normal, da
pat dengan aman melanjutkan olahraga
rekreasional atau aktivitas
yang dikuasai, termasuk tenis,
berenang, lintas alam, ski,
joging, atau bersepeda (Simkin, dkk, 2008).
Olahraga dalam kehamilan mempunyai keuntungan. Beberapa wanita
merasakan kemajuan daya tanggap t
ubuh, yang lain merasakan peningkatan
fleksibilitas otot dan sendi yang la
in untuk mengurangi atau mencegah
ketidaknyamanan selama kehamilan (Liewellyn-Jones, 2005).
Universitas
Sumatera
Utara
Jika pekerjaan dan gaya hidup sebelumnya
santai tanpa olah
raga teratur, ibu
hamil sungguh sangat beruntung bila mau melakukan kegiatan ringan. Ambil
kesempatan untuk berjalan kaki di
bandingkan naik mobil atau menggunakan
kenderaan umum. Jika bekerja dilantai
atas suatu bangunan, berjalanlah menaiki
anak tangga itu daripada naik lift. Sela
ma periode singkat, calon ibu akan mulai
merasa lebih energik, kurang lelah di
akhir penghujung hari, dan dapat terus
meningkat keolahraga sedang waktu kehamilan membesar.
Jika cukup aktif tetapi ingin meni
ngkatkan kebugaran, usahakan melakukan
tiga sesi olahraga sedang 15-20 menit setiap pekan. Belilah video olahraga
kehamilan atau carilah informasi tentang
kelas khusus kehamilan pada pengumuman
di pusat hiburan lokal atau rumah sakit.
Sebelum bergabung dengan kelasolahraga
umum, pastikan bahwa pelatih mengetahui anda hamil.
Berjalan kaki teratur menguatkan kaki, meningkatkan fleksibilitas, dan
mudah diawasin. Kegiatan itu memberikan
latihan aerobik yang baik, membantu
paru-paru mengambil lebih banyak oksig
en dengan lebih sedikit usaha, dan
meningkatkan stamina. Jika secara umum ibu hamil tidak melakukan banyak
olahraga, kemajuan akan segera terlihat
dalam kebugaran bila ibu hamil berjalan
selama 20 menit tiga kali seminggu dan me
ncatat laju denyut jantung. (Thorn, 2003)
Menjaga kesehatan, kandungan berarti se
hat secara fisik dan mental, karena
tubuh yang sehat membutuhkan pikiran yang se
hat pula. Sisihkan waktu selama 10
menit setiap harinya untuk bersenam, na
mun bila hal itu tidak mungkin, cobalah
setidaknya 15 menit tiga kali seminggunya.
Senam singkat namun teratur lebih baik
daripada sejam sekali seminggu (Thorn, 2003).
Universitas
Sumatera
Utara
e.
Konsumsi Tablet Besi
Zat besi diperlukan untuk mempr
oduksi hemoglobin ( protein pembawa
oksigen dalam darah ). Karena volume
darah meningkat 50% selama kehamilan,
hemoglobin dan konstituen dara
lainnya juga meningkat. Se
lain itu, selama 6 minggu
terakhir kehamilan, janin akan menyimpan
zat besi dalam jumlah yang memadai
dalam hatinya untuk memenuhi kebutuhann
ya pada 3 atau 6 bulan pertama
kehidupan. Karena orang yang sehat menyera
p 10-20% dari zat besi yang dicerna,
institute of medicine menganjurkan supl
emen zat besi sebanyak 30-60 miligram
setiap hari, selama kehamilan ntuk memastikan
terjadinya absorbsi dari zat besi dari
zat yang dibutuhkan setiap hari. Walaupun
diperlukan untuk nutrisi yang baik,
suplemen zat besi dapat mengganggu salura
n pencernaan diantaranya konstipasi atau
sembelit (Simkin, P, dkk, 2008).
WHO menganjurkan untuk memberikan
60 mg besi selama 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan fisiol
ogik selama kehamilan. Namun, banyak literatur
menganjurkan dosis 100 mg besi setiap
hari selama 16 minggu atau lebih pada
kehamilan. Diwilayah-wilayah dengan prev
alensi anemia yang tinggi, dianjurkan
untuk memberikan suplementasi sampai
tiga bulan postpartum (Prawirohardjo,
2009).
Pemberian suplementasi preparat Fe, pada sebagian wanita menyebabkan
sembelit. Penyulit ini dapat diredaka
n dengan cara memperbanyak minum,
menambah komsumsi makanan yang kaya akan
serat seperti roti, serealia dan agar-
agar ( Arisman, 2010).
Universitas
Sumatera
Utara
https://www.google.com/search?q=askeb+kasus+obstipasi&ie=utf-8&oe=utf-8
http://blogger-fhatmardi.blogspot.com/2013/05/makalah-obstipasi.html
http://tiaraekashantika.blogspot.com/2012/04/askeb-pada-bayi-yang-mengalami.html

DATA SUBJEKTIF
Ny.Y mengatakan bahwa bayinya yang berumur1 bulan tidak keluar BAB sejak 5 hari yang lalu,
anak sering menangis, perut anak kembung serta anus memerah.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik; Nadi : 120x/menit, Suhu : 37,5⁰C, Pernafasan : 120 x/menit, BB 3,9 kg;
dengan pemeriksaan penunjang Rectal tussae yaitu terasa jepitan udara dan mekonium
menyemprot.

ASSESMENT
Diagnosa : Bayi Ny. Y usia 1 bulan, KU baik dengan obstipasi parsial.
Masalah : Bayi mengalami masalah pengeluaran feses, yang tidak keluar selama 5 hari, anak sering
menangis, perut anak kembung serta anus memerah.
Antisipasi masalah potensial : Dapat terjadi obtruksi total.

PLANNING
1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan yaitu Kesadaran: baik; S : 37,50 C, P : 35
x/menit, N : 120 x/menit, BB 3,9 kg dan Ibu paham dengan penjelasan yang di berikan.
2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa di jadwalkan, sehingga
dapat mengencerkan feses karena ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air
dan elektrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut menyebabkan
perubahan bentuk feses, dari bentuk padat menjadi lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati
rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang untuk defekasi, ibu paham dan mau
melakukan apa yang di anjurkan.
3. Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat dan ibu bersedia untuk mengkonsumsi
makanan yang telah dijelaskan.
4. Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan makanan yang
diperoleh bayi didapat dari asupan makanan ibunya, ibu mengerti dan mau menghentikannya.
5. Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama sehingga BAB bayi
menjadi lunak dan ibu menerima obat yang telah diberikan.
6. Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum juga keluar dan ibu
berjanji akan datang apabila ada keluhan / masalah pada bayinya.
BAB III

KASUS

Pengkajian tanggal : 21 Januari 2011

Waktu : 10.00 WIB

I. Pengkajian

Data Subjektif

Identitas

Nama bayi : F
Umur bayi : 1 bulan

Tanggal lahir : 21 Desember 2011

Pukul : 14.32 WIB

Jenis kelamin : laki-laki

Status : anak ke-2

Nama ibu : E

Umur : 28 Tahun

Suku/bangsa : Patopang/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : D-III Geografi

Pekerjaan : Guru SMP

Alamat : Jorong Lembah Gunung desa Siaur kec. Kamang baru

Nama Ayah : A

Umur : 31 Tahun

Suku/bangsa : Tanjung/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : S1 Olah Raga

Pekerjaan : Guru SMP

Alamat : Jorong Lembah Gunung desa Siaur kec. Kamang baru


Anamnesis

Kunjungan ke : 2

Alasan kunjungan: ibu mengatakan BAB bayinya tidak keluar

Keluhan utama : ibu mengatakan bayinya tidak BAB sejak 5 hari yang lalu.

Riwayat Prenatal

Kesehatan janin selama dalam kandungan : selama hamil ibu tidak mengalami gangguan

kesehatan.

Keluhan :

Trimester I : mual pagi hari dan pusing

Trimester II: Tidak ada keluhan

Trimester III: Tidak ada keluhan

Riwayat Natal

Tempat lahir : BPS

Lahir : 21 Desember 2010

Pukul : 14.32 WIB

Penolong : Bidan Viona

Jenis persalinan : spontan

Berat badan : 3 kg

Panjang : 51 cm

Cacat bawaan : tidak ada

Masa gestasi : 32 minggu


Anak ke : 2

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Mampu melihat objek gerakan dalam rentang 90 derajat, dapat melihat orang secara terus

menerus dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi. Bisa merespon suara an mampu

menggenggam benda yang diberikan padanya.

Riwayat imunisasi

BCG :umur 2 hari

HB unijek : umur 1 hari

Polio 1 : umur 2 hari

DPT : belum mendapat imunisasi campak

Campak : belum mendapat imunisasi campak

Pola higiene personal, nutrisi, istirahat, eliminasi

Mandi : 2kali/hari pagi dan sore

Mengganti pakaian : 2 kali/hari pagi dan sore

Diet/makan : ASI

anya : siang pukul 10.00-1400, sore pukul 16.00-17.00, malam pukul 20.00-04.00.

rang : mengalami gangguan bayi siang rewel, malam tidak tidur.

: berkemih 7-8 kali/hari, defekasi 3 kali/hari.

: berkemih 6-7 kali/hari, defekasi sudah 5 hari tidak ada.


Keluarga

Pihak ayah/ibu beserta anggota keluarganya tidak ada mengalami penyakit menular dan menurun

(tifus, hepatitis, diabetes, epilepsi, hidrosefalus).

Riwayat Sosial

Yang mengasuh bayi adalah ibu sendiri

Hubungan dengan anggota keluarga baik

Data Objektif

Pemeriksaan umum

Keadaan umum baik

Tanda Vital :

Nadi : 120x/i

Suhu : 37,5⁰C

Pernafasan : 120 x/i

Antropometri :

Berat badan : 3,9 kg

Panjang badan : 58,1 cm

Lingkar kepala : 34 cm

Lingkar dada :30 cm

Lingkar lengan atas : 12 cm

Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.


epala : bulat, besarnya normal, tidak ada tanda mikro/makrosefal, rambut warna hitam, tidak ada

benjolan dan ubun-ubun datar

ajah : wajah terlihat lebar, simetris, tidak ada opistotonus, tidak ada ritmus, dan tidak anemis.

ata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, tidak juling, bulu mata lengkap dan tidak

ada tanda-tanda infeksi.

dung : mancung, tidak ada polip, tidak ada ingus, bersih dan tidak ada nafas cuping hidung.

ulut dan gigi`: bibir dan lidah bersih, tidak stomatitis dan tidak anemis.

Telinga : simetris, bersih dan tidak keluar cairan.

her : bentuknya sedang, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, dan vena jugularis, tidak teraba

pembengkakan kelenjar tiroid.

ada : simetris, bentuk normal, pergerakan pernafasan normal, tidak teraba benjolan, tidak terdengar

mengi dan ronkhi dan tidak kembung.

nggung dan pinggang : simetris, tidak ada spina bifida pada punggung

domen : kembung, terasa tegang, bising usus yang janggal, bayi meringis ketika dilakukan palpasi.

enitalia : laki-laki, penis dan scrotum lengkap.

nus : tidak atresia ani tapi terlihat memerah.

kstremitas atas dan bawah : tidak ada edema, pergerakan normal.

ulit : bersih dan tugor kulit baik.

meriksaan penunjang

b : tidak dilakukan

ectal tussae : terasa jepitan udara dan mekonium menyemprot.


ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA "F"
USIA 1 BULAN DENGAN OBSTIPASI PARSIAL
DIBPS MUTIA FARDILLAH JORONG LEMBAH GUNUNG
TANGGAL 21 JANUARI 2011

DATA INTERPRE DIAGNO TINDA INTERV IMPELEME EVALUA


DASAR TASI SA KAN ENSI NTASI SI
DASAR POTENS SEGER
IAL A
Tanggal: Diagnosa : Obstipasi Saat ini 1. Informasi
1. Menginform1. Ibu
21-01- 2011 Bayi usia 1 total belum kan pada asikan pada ibu paham
Jam : bulan, KU diperluka ibu hasil hasil dengan
10.00 WIB bayi n pemeriksa pemeriksaan penjelasan
baik dengan an yaitu yang di
DS obstipasi - Kesadaran: berikan
 Ibu parsial. ba
mengatakan - TTV :
usia bayinya Dasar : o S : 37,50 C
1 bulan.  Ibu o P : 35 x/i
 Ibu mengatakan o N : 120 x/i
mengatakan usia anaknya 2. Ibu
ini anak ke 1 bulan. 2. Menganjurka
duanya.  Ibu n ibu untuk paham
 Ibu mengatakan menyusui dan mau
mengatakan ini anak ke bayinya lakukan
bayinya duanya. 2. Anjurkan sesering apa yang
tidak 
BAB Ibu ibu mungkin tanpa di
sejak 5 hari mengatakan memberika di jadwalkan. anjurkan.
yang lalu. bayinya tidak n ASI Sehingga dapat
 Ibu BAB sejak 5 yang mengencerkan
mengatakan hari yang adekuat. feses karena
bayinya lalu. ketika bahan
sering  Ibu makanan yang
menangis mengatakan akan dicerna
dan tidak bayinya memasuki
mau sering kolon, air dan
menyusu. menangis da elektrolit

 Ibu n tidak mau diabsorbsi

mengatakan menyusu. melewati

perut  Ibu membran

bayinya mengatakan penyerapan.

kembung. perut Penyerapan

 Ibu bayinya tersebut

mengatakan kembung. menyebabkan


perubahan
ia 
minum Ibu
obat diare. bentuk feses,
mengatakan
dari bentuk
ia minum
DO padat menjadi
obat diare.
lunak dan
 Pemeriks
3. Anjurkan berbentuk.
aan umum
ibu banyak Ketika feses
- Masalah:
makan melewati 3. Ibu
Kesad - BAB yang
makanan rektum, feses bersedia
aran: baik tidak keluar yang menekan untuk
- TTV : selama 5 berserat. dinding rektum mengkons
o S : 37,50 C hari. dan umsi
o P : 35 x/i - anak yang merangsang makanan
o N : 120 x/i menangis untuk yang telah

 BB lahir: 3 dan tidak defekasi. dijelaskan

kg mau makan.

 BB - perut anak 3. Menganjurka

sekarang : kembung. n ibu banyak

3,9 kg - Anus makan


memerah makanan yang
 PB :
berserat yaitu
58,1cm
makan sayur
 Lingkar
Kebutuhan : dan buah yang
kepala : 34
 Anjurkan hijau. Seperti
cm
ibu buah pepaya,
 Lingkar
memberikan pisang, apel,
dada :30 cm
ASI yang jeruk, pir dll
 Li-la : 12
adekuat. serta sayur
cm
 Anjurkan kangkung,
 JK : laki-
ibu banyak toge, bayam
laki
makan 4. Anjurkan dll.
makanan ibu Yang bertujua
 Pemeriks
yang menghenti n agar
aan fisik
berserat. kan merangsang

: Anjurkan pemakaian peristaltik usus


4. Ibu
o Kepala
ibu obat diare. dan pergerakan mengerti
bulat,
menghentika normal dari dan mau
besarnya
n pemakaian metabolisme menghenti
normal,
dalam saluran kannya.
tidak ada obat diare.
cerna menuju
tanda  Berikan kesaluran
mikro/makr terapi obat 5. Berikan pencernaan ke
osefal, terapi obat saluran yang
rambut lebih besar.
warna 5. Ibu
hitam, tidak 4. Menganjurka menerima
ada benjolan n ibu obat yang
dan ubun- menghentikan diberikan.
ubun datar pemakaian
o Wajah :waj 6. Anjurka obat diare,
ah terlihat n karena asupan
lebar, kunjungan makanan yang
simetris, ulang. diperoleh bayi
tidak ada didapat dari
6. Ibu
opistotonus, asupan berjanji
tidak ada makanan akan
ritmus, dan ibunya. datang
tidak 5. Memberikan apabila
anemis. terapi obat ada
o Mata :sime berupa keluhan /
tris, Lactulose 5 ml masalah
konjungtiva selama 3 hari pada
tidak pertama. bayinya.
anemis, Sehingga BAB
sklera tidak bayi menjadi
ikterus, lunak.
tidak juling,
bulu mata 6. Menganjurka
lengkap dan n ibu untuk
tidak ada kembali 3 hari
tanda-tanda lagi kalau BAB
infeksi. bayi belum
o Hidung:man juga keluar.,
cung, tidak
ada polip,
tidak ada
ingus,
bersih dan
tidak ada
nafas cuping
hidung.
o Mulut dan
gigi`: bibir
dan lidah
bersih, tidak
stomatitis
dan tidak
anemis.
o Telinga:sime
tris, bersih
dan tidak
keluar
cairan.
o Leher :
bentuknya
sedang,
tidak ada
pembesaran
kelenjar
limfe, dan
vena
jugularis,
tidak teraba
pembengka
kan kelenjar
tiroid.
o Dada :
simetris,
bentuk
normal,
pergerakan
pernafasan
normal,
tidak teraba
benjolan,
tidak
terdengar
mengi dan
ronkhi dan
tidak
kembung.
o Punggung d
an pinggang
: simetris,
tidak ada
spina bifida
pada
punggung
o Abdomen
:
kembung,
terasa
tegang,
bising usus
yang
janggal,
bayi
meringis
ketika
dilakukan
palpasi.
o Genitalia :
laki-laki,
penis dan
scrotum
lengkap.
o Anus :
tidak atresia
ani tapi
terlihat
memerah.
o Ekstremitas
atas dan
bawah :
tidak ada
edema,
pergerakan
normal.
o Kulit :
bersih dan
tugor kulit
baik.
 Pemeriks
aan
penunjang
o Hb: tidak
dilakukan
o Rectal
Tussae:
terasa
jepitan
udara dan
feses
menyemprot
.

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan kasus diatas, penulis membuatkan pembahasan setelah melakukan asuhan

kebidanan pada bayi “F” (1 bulan). Bayi mengalami obstipasi parsial. Tahap-tahap manajemen

kebidanan yang dilakukan terdiri dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa dan masalah

potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, rencana asuhan dan

pelaksanaan tindakan serta evaluasi.

Dalam bab ini, dijabarkan beberapa persamaan antara pembahasan teoritis dengan

kenyataan yang ada dilapangan dan juga menguraikan kesenjangan-kesenjangan yang ditemui
serta mencari jalan keluarnya. Sesuai dengan lanhkah-langkah dalam manajemen kebidanan.

Pembahsan kasusnya dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, baik

dalam mengumpulkan data subjektif dan objektif , dimana didukung oleh peralatan yang

memadai, pencatatan yang baik dan orang tua pasien yang bersedia menjawab pertanyaan

dengan baik.

Dibawa ini penulis uraikan data yang diperoleh dengan teori yang ada,antara lain :

a. Riwayat prenatal, natal, pertumbuhan dan perkembangan

Riwayat prenatal dan natal anak tidak bermasalah

b. Riwayat imunisasi

Ibu selalu membawa anaknya untuk di imunisasi

c. Pola personal higiene, nutrisi, istirahat, dan eliminasi

Personal higiene bayi terjaga dengan baik. Akan tetapi sekarang bayi mengalami masalah

pemenuhannutrisi dimana bayi tidak mau menyusu, rewe, tidak bisa tidur dan BAB tidak keluar

selama 5 hari yang lalu.

d. Riwayat penyakit keluarga

Pihak ayah/ibu beserta anggota keluarganya tidak ada mengalami penyakit menular dan menurun

(tifus, hepatitis, diabetes, epilepsi, hidrosefalus).

e. Riwayat sosial

Yang mengasuh bayi adalah ibu sendiri. Hubungan dengan anggota keluarga baik

f. Pemeriksaan umum dan khusus


Dari hasil pemeriksaan, pada kasus ini ditemukan masalah anak mengalami masalah dimana

buang air besarnya tertahan selama 5 hari. Ini tergolong jenis obstipasi parsial. Ditemukan

masalah pada abdomen dan anus bayi, serta bayi snagt rewel sekali.

g. Pemeriksaan penunjang

Untuk menguatkan diagnosa, dilakukan uji colok dubur (rectal tusse) pada anus bayi, dan BAB

menyemprot terasa ada jepitan udara.

2. Interpretasi data

a. Diagnosa

Bayi usia 1 bulan, KU bayi baik dengan obstipasi parsial.

b. Masalah

Bayi mengalami masalah pengeluaran feses, yang tidak keluar selama 5 hari. anak yang
menangis dan tidak mau makan. perut anak kembung srta anus memerah.

c. Kebutuhan

Kebutuhan yang diperlukan anak adalah :

1) Anjurkan ibu memberikan ASI yang adekuat.

2) Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat.


3) Anjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare.
4) Berikan terapi obat
3. Antisipasi Diagnosa Dan Masalah

Disini penulis menemukan masalah potensial bisa terjadi obtruksi total.

4. Membutuhkan Tindakan Segera dan Kolaborasi

Saat ini belum dibutuhkan karena sesuai dengan tinjauan teori masih bisa di atasi.

5. Perencanan Tindakan
Perencanan tindakan mengacu pada masalah yang kita temui waktu melakukan pengkajian yang

sesuai dengan kondisi pasien, yaitu :

7. Informasikan pada ibu hasil pemeriksaan

8. Anjurkan ibu memberikan ASI yang adekuat.

9. Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat.

10. Anjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare.

11. Berikan terapi obat

12. Anjurkan kunjungan ulang.

6. Pelaksanan Tindakan

Pada tahap ini merupakan pelaksanaan terhadap rencana yang telah dibuat.

7. Evaluasi

Merupakan tahap akhir proses manajemen kebidanan berdasarkan laporan kasus yang

penulis lakukan selama melakukan manajemen asuhan terhadap pasien dengan obstipasi parsial.

Penulis mengambil keputusan bahwa pada dasarnua semua tujuan yang direncanankan dapat

berhasil dengan baik.

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah

kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan

frekuensi berhajat. Sedangkan pada anak didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses

selama 3 hari/lebih, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas

dalam perut . Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor.

Berdasarkan hasil pembahasan kasus dapat kita simpulkan bahwa makanan yang dimakan

ibu juga berpengaruh terhadap kondisi anak. Jadi ibu harus berhati-hati dalam memakan

makanan maupun obat. Sebab bisa saja obat tersebut berdampak (mempunyai efek) terhadap

anak contohnya saja seperti pembahasan kasus obstipasi pada anak di atas. Obstipasi dapat

didiagnosis secara klinis. Penanganan obstipasi dapat dilakukan dengan cara medis.

2. Saran

Banyak gangguan kesehatan yang bisa terjadi pada anak. Oleh sebab itu orang tua,

masyarakat dan Nakes itu sendiri lebih memperhatikan dan lebih peka terhadap perubahan yang

di alami anak baik itu gangguan pencernaan dan defekasi maupun penyakit lainnya. Penulis

berharap semoga angka mortalitas dan mordibitas anak dan balita semakin menurun, Amin..

DAFTAR PUSTAKA

Dwi handajani, sutjianti. 2010.manajemen Asuhan Kebidanan Pengantar & Contoh Kasus.Jakarta :

EGC

Mitayani. 2009. Mengenal Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaannya. Padang : Baduose Media

Nanny lia dewi, vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika

Sri rahayu, dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta : salemba Medika
http://faizhanum.blogspot.com/2010/10/obstipasi.html

http://vina-midwife.blogspot.com/2010/07/obstipasi-pada-neonatus.html

Meliputi keadaan abdomen seperti ada atau tidaknya distensi,simetris atau tidak, gerakan
peristaltik, adanya massa pada perut,dan tenderness. Kemudian, pemeriksaan rektum dan anus
dinilaidari ada atau tidaknya inflamasi, seperti perubahan warna, lesi, danmassa

DIAGNOSA DAN INTERVENSI

1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teraturTujuan: pasien dapat defekasi
dengan teratur (setiap hari)Kriteria hasil :Ø Defekasi dapat dilakukan satu kali sehariØ
Konsistensi feses lembutØ Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

Intervensi RasionalMandiri

Tentukan pola defekasi bagi kliendan latih klien untuk menjalankannya

Atiur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudahmakan

Berikan cakupan nutrisi berseratsesuai dengan indikasi


Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari

Kolaborasi

Ø Pemberian laksatif atau enema sesuaiindikasiØ Untuk mengembalikan keteraturan


poladefekasi klienØ Untuk memfasilitasi refleks defekasiØ Nutrisi serat tinggi untuk
melancarkaneliminasi fekalØ Untuk melunakkan eliminasi fesesØ Untuk melunakkan feses
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu
makanTujuan: menunjukkan status gizi baik Kriteria Hasil:Ø Toleransi terhadap diet yang
dibutuhkanØ Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normalØ Nilai
laboratorium dalam batas normalØ Melaporkan keadekuatan tingkat energi

Intervensi RasionalMandiri

Buat perencanaan makan denganpasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan.

Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasiendari rumah.


Tawarkan makanan porsi besar disianghari ketika nafsu makan tinggi

Pastikan diet memenuhi kebutuhantubuh sesuai indikasi.

Pastikan pola diet yang pasien yangdisukai atau tidak disukai.

Pantau masukan dan pengeluaran danberat badan secara periodik.

Kaji turgor kulit pasien

KolaborasiObservasi

Pantau nilai laboratorium, seperti Hb,albumin, dan kadar glukosa darah

Ajarkan metode untuk perencanaanmakan

Menjaga pola makan pasien sehinggapasien makan secara teratur


Pasien merasa nyaman denganmakanan yang dibawa dari rumah dandapat meningkatkan nafsu
makanpasien.

Dengan pemberian porsi yang besardapat menjaga keadekuatan nutrisiyang masuk.

Tinggi karbohidrat, protein, dan kaloridiperlukan atau dibutuhkan selamaperawatan.

Untuk mendukung peningkatan nafsumakan pasien

Mengetahui keseimbangan intake danpengeluaran asuapan makanan

Sebagai data penunjang adanyaperubahan nutrisi yang kurang darikebutuhan

Untuk dapat mengetahui tingkatkekurangan kandungan Hb, albumin,dan glukosa dalam darah
Health EdukasiØ Ajarkan pasien dan keluarga tentangmakanan yang bergizi dan tidak mahal
Klien terbiasa makan dengan terencanadan teratur.

Ø Menjaga keadekuatan asupan nutrisiyang dibutuhkan.

3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomenTujuan: menunjukkan
nyeri telah berkurangKriteria Hasil:Ø Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang
efektif untuk mencapai kenyamananØ Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecilØ
Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisiØ Mengenali faktor penyebab dan menggunakan
tindakan untuk mencegah nyeriØ Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik
dan non-analgesik secaratepat

Intervensi RasionalMandiriØ Bantu pasien untuk lebih berfokus padaaktivitas dari nyeri dengan
melakukanpenggalihan melalui televisi atau radioØ Perhatikan bahwa lansia
mengalamipeningkatan sensitifitas terhadap efekanalgesik opiatØ Perhatikan kemungkinan
interaksi obat

obat dan obat penyakit pada lansiaØ Klien dapat mengalihkan perhatian darinyeriØ Hati-hati
dalam pemberian anlgesikopiatØ Hati-hati dalam pemberian obat-obatanpada lansia
ObservasiØ Minta pasien untuk menilai nyeri atauketidak nyaman pada skala 0

10Ø Gunakan lembar alur nyeriØ Lakukan pengkajian nyeri yangkomperhensif Health
educationØ Instruksikan pasien untukmeminformasikan pada perawat jikapengurang nyeri
kurang tercapaiØ Berikan informasi tetang nyeriØ Mengetahui tingkat nyeri yangdirasakan
klienØ Mengetahui karakteristik nyeriØ Agar mngetahui nyeri secara spesifikØ Perawat dapat
melakukan tindakanyang tepat dalam mengatasi nyeri klienØ Agar pasien tidak merasa cemas
prev

next

out of 17

ASKEP OBSTIPASI KONSTIPAI

Anda mungkin juga menyukai