Bab I Latar Belakang
Bab I Latar Belakang
LATAR BELAKANG
Pada fase awal bencana, akan membuat para korban menjadi khawatir dan
bahkan mungkin menjadi panik. Kepanikan itu berupa, seseorang akan
merasa sangat down, shock, karena kehilangan harta benda dan
sanak saudara. Demikian pula, mereka akan merasakan berbagai macam emosi
seperti ketakutan, kehilangan orang dan benda yang dicintainya, serta
membandingkan keadaan tersebut dengan kondisi sebelum bencana, mereka
kembali mengingat harta benda yang telah hilang atau rusak sekaligus
merasakan kesedihan yang mendalam. Hingga pada akhirnya merasa kecewa,
frustasi, marah, dan merasakan pahitnya hidup
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bencana
4. Pandangan Progresif
Menganggap bencana sebagai bagian dari pembangunan masyarakat
yang ‘normal’. Bencana adalah masalah yang tidak pernah berhenti.
Peran sentral dari masyarakat adalah mengenali bencana itu sendiri.
6. Pandangan Holistik
Menekankan pada ancaman (threat) dan kerentanan (vulnerability), serta
kemampuan masyarakat dalam menghadapi risiko. Gejala alam menjadi
ancaman jika mengancam hidup dan harta-benda. Ancaman akan berubah
menjadi bencana jika bertemu dengan kerentanan.
D. Paradigma-paradigma Penanggulangan Bencana
1. Pandangan Konvensional
Bencana merupakan sifat alam. Terjadinya bencana : Kecelakaan
(accident) ; tidak dapat diprediksi, tidak menentu, tidak terhindarkan, dan
tidak terkendali. Masyarakat dipandang sebagai ‘korban’ dan ‘penerima
bantuan’ dari pihak luar.
4. Pandangan Progresif
Menganggap bencana sebagai bagian dari pembangunan masyarakat
yang ‘normal’. Bencana adalah masalah yang tidak pernah berhenti.
Peran sentral dari masyarakat adalah mengenali bencana itu sendiri.
1. Stress
Meski cukup sering menganggu, stres tidak perlu selalu dilihat sebagai
hal negatif. Dalam hal tertentu ,stres memiliki dampak positif. Eustress
adalah stres dalam artian positif yakni keadaan yang dapat memotivasi,
dan berdampak menguntungkan. Sebagai contohnya, ada orang-orang
yang bila sudah terdesak waktu, tiba-tiba akan terbangkitkan
kreativitasnya. Ada pula yang karena merasa tertinggal, memotivasi diri
sendiri dan dapat berprestasi gemilang.
2. Trauma
Gejala trauma sebenarnya dapat juga dialami oleh orang yang tidak
mengalami langsung peristiwa traumatis. Misalnya, seseorang yang
menonton berita bencana secara terus menerus. Ia kemudian menjadi
sulit tidur, mengalami rasa takut dan waspada berlebihan. Hal semacam
ini disebut sebagai trauma sekunder, yaitu stres traumatis yang dialami
oleh orang yang tidak mengalami secara langsung.
Gejala ini muncul pada masa 2 s.d 30 hari/4 minggu yang ditandai
dengan:
Peran perawat disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun
rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian
kejadian bencana.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana
ini, antara lain:
TRIASE :
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan
psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu
masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit
dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk
normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan nalge baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seesorang pada situasi nalge tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
2. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan
menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti
makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian
bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh perawat secara langsung di
lokasi bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain itu, Hal yang
harus difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat
bencana sesuai kebutuhan yang di butuhkan oleh para korban saat itu,
sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang tidak mendapatkan bantuan
tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana
biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya
keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda yang mereka
miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah dalam
menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan
keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal
bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan pelatihan
keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun
LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di
sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan
lewat kemampuan yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus
dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:
a. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam
penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan
bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis
yang baik dan maksimal.
b. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap
elemen masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin
dari rasa empati dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala
situasi bencana. Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian
tersebut akan mampu meringankan beban penderitaan korban
bencana.
c. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal
hal yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik,
mengingat bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus
dipersiapkan dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan
salah dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di daerah bencana,
perawat dituntut untuk mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun
jika terjadi bencana alam. Segala hal yang berhubungan dengan
peralatan bantuan dan pertolongan medis harus bisa dikoordinir
dengan baik dalam waktu yang mendesak. Oleh karena itu, perawat
harus mengerti konsep siaga bencana.
M. Management Bencana
3. Evaluasi kegiatan
Setiap selesai melakukan kegiatan, perlu adanya suatu evaluasi kegiatan
yang dilakukan, evaluasi bisa dijadikan acuan, introspeksi, dan pedoman
melakukan kegiatan selanjutnya. Alhasil setiap kegiatan yang dilakukan
akan berjalan lebih baik lagi dari sebelumnya.
Munculnya gejala-gejala stres, seperti rasa takut, cemas, duka cita yang
mendalam, tidak berdaya, putus asa, kehilangan kontrol, frustrasi sampai
depresi semuanya bermuara pada kemampuan individu dalam memaknai
suatu musibah secara lebih realistis. Gejala-gejala tersebut adalah reaksi
wajar dari pengalaman yang tidak wajar. Tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan
begitu saja. Mereka memerlukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah
yang dialami
Dalam hal ini, konsep coping merupakan hal yang penting untuk dibicarakan.
Konsep coping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku,
untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalisasikan suatu
situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan kata lain, coping
merupakan suatu proses di mana individu berusaha untuk menanggani dan
menguasai situasi yang menekan akibat dari masalah yang sedang
dihadapinya. Beragam cara dilakukan. Namun, semua bermuara pada
perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam
dirinya.
Terapi psiko-spiritual ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan penyadaran
diri (self awareness), tahapan pengenalan jati diri dan citra diri (self
identification), dan tahapan pengembangan diri (self development). Pada fase
penyadaran diri, para korban akan melalui proses pensucian diri dari bekasan
atau hal-hal yang menutupi keadaan jiwa melalui cara penyadaran diri,
penginsyafan diri, dan pertaubatan diri. Fase ini akan menguak hakikat
persoalan, peristiwa, dan kejadian yang dialami oleh para korban. Pun
menjelaskan hikmah atau rahasia dari setiap peristiwa tersebut.
Selanjutnya, pada fase pengenalan diri, para korban akan dibimbing kepada
pengenalan hakikat diri secara praktis dan holistik dengan menanamkan nilai-
nilai ketuhanan dan moral. Melalui fase ini, individu diajak untuk menyadari
potensi-potensi yang ada di dalam dirinya. Setelah diidentifikasi, pelbagai
potensi itu perlu segera dimunculkan. Kemudian mengelola potensi diri yang
menonjol tersebut agar terus berkembang dan dicoba untuk diaktualisasikan.
Adalah sebuah riwayat yang menyebutkan, “Barangsiapa mengenal dirinya,
maka dia pun akan mengenal Tuhannya.”
Terakhir, pada fase pengembangan diri, para korban akan didampingi dan
difasilitasi untuk tidak hanya sehat fisikal, namun juga sehat mental dan
spiritual. Kesehatan mental terwujud dalam bentuk keharmonisan yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan
untuk menghadapi masalah yang terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Adapun kesehatan spiritual mencakup
penemuan makna dan tujuan dalam hidup seseorang, mengandalkan Tuhan
(The Higher Power), merasakan kedamaian, dan merasakan hubungan dengan
alam semesta.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan
kerugian dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui
tindakan tanggap bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.
http://susansutardjo.blogdetik.com/tag/dampak-psikologis-terhadap-korban-
bencana-alam/
psikologi.or.id/.../sumbangan-psikologi-klinis-terhadap-bencana.pdf
http://kabarinews.com/psikosomatik-banyak-diderita-oleh-masyarakat-korban-
bencana-alam/36556
http://www.pulih.or.id/res/publikasi/news_letter_14.pdf
http://altanwir.wordpress.com/2008/02/14/karakter-psikososial-korban-bencana/
http://dppm.uii.ac.id/dokumen/prosiding/2f_Artikel_rumiani.pdf.dppm.uii.ac.id.pdf
http://sururudin.wordpress.com/2011/04/13/penanganan-psikiatris-pada-korban-
pasca-bencana/
http://radenandriansyah.blogdetik.com/penanganan-bencana/macam-macam-
bencana/
MAKALAH
DISASTER NURSING
PSIKOSOSIAL KORBAN BENCANA
Di Susun Oleh:
BUDI LINDA UTAMI (10.0603.0006)
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2013