Tugas Akhir
Disusun Oleh :
FAJRI DEDIANSYAH
NIM : 06C10203085
Bidang : Transportasi
1
2
Batasan masalah yang akan dibahas pada tugas akhir ini adalah :
1. Menghitung lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada jalan Simpang Peut –
batas Aceh Selatan (km 337) 2 jalur;
2. Menghitung tebal perkerasan lentur (Flexible Pavemant) pada jalan Simpang
Peut – batas Aceh Selatan (km 337) 2 jalur;
3. Pengaruh CBR tanah dasar dan tingkat pertumbuhan lalu lintas terhadap
tebal perkerasan jalan;
4. Analisa yang digunakan berdasarkan aspek teknis dan petunjuk perencanaan
tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa komponen SKBI –
2.3.26.1987 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga;
5. Tidak membahas masalah rencana anggaran biaya (RAB) dan drainase jalan;
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan merencanakan tebal perkerasan jalan serta nilai
tebal perkerasan lentur dengan CBR (California Bearing Ratio) yang sama
seperti yang dikerjakan pada proyek rekonstruksi/peningkatan struktur jalan
Simpang Peut – batas Aceh Selatan (km 337) 2 jalur;
2. Mahasiswa dapat mendesain tebal perkerasan lentur jalan yang merujuk pada
buku petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dan literatur-
literatur buku referensi yang ada;
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk evaluasi perencanaan tebal
perkerasan jalan lainnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Umum
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat
oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga
dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan, dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
(Oglesby, 1999).
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas
dari suatu tempat ke tempat lain. Lintasan tersebut menyangkut jalur tanah yang
diperkuat (diperkeras) dan jalur tanah tanpa perkerasan. Sedangkan maksud lalu
lintas diatas menyangkut semua benda atau makhluk hidup yang melewati jalan
tersebut baik kendaraan bermotor, gerobak, hewan ataupun manusia. (Setyawan,
2003).
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah
dasar (subgrade) yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. (Hendarsin,
2000).
Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan
diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut menerima
beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan dibawahnya. Beban kendaraan
dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui bidang kontak roda beban berupa beban
5
6
terbagi rata. Beban tersebut berfungsi untuk diterima oleh lapisan permukaan dan
disebarkan ke tanah dasar menjadi lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.
(Sukirman, 1999).
Data volume lalu lintas dapat di peroleh dari pos-pos rutin yang ada di
sekitar lokasi. Jika tidak terdapat pos-pos rutin di dekat lokasi atau untuk
pengecekan data, perhitungan volume lalu lintas dapat di lakukan secara manual
ditempat-tempat yang di anggap perlu. Perhitungan lalu lintas harian rata-rata
(LHR) dapat dilakukan selama 3 x 16 jam atau 3 x 24 jam terus menerus. Dengan
memperhatikan faktor hari, bulan, musim dimana perhitungan dapat diperoleh
dari data lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang representatif. (Sukirman, 1999).
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas
9
jalur, maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.2.4 Halaman 70.
Adalah volume lalu lintas yang dua arah yang melalui suatu titik rata-rata
dalam satu hari. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan
ditentukan pada awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan
tanpa median atau masing-masing arah pada jalan dengan median. Menurut
Sukirman 1999, perhitungan lalu lintas harian rata-rata (LHR) dapat dilakukan
selama 3 x 16 jam terus menerus. Dengan memperhatikan faktor hari, bulan,
musim dimana perhitungan dapat diperoleh dari data lalu lintas harian rata-rata
(LHR) yang representatif.
𝑛₁
𝐿𝐻𝑅𝑃 = (𝐿𝐻𝑅𝑆 ) 𝑥 1 + 𝑖1 .............................................................. 2.1
𝑛₂
𝐿𝐻𝑅𝐴 = (𝐿𝐻𝑅𝑃 ) 𝑥 1 + 𝑖2 ............................................................... 2.2
𝑛
𝐿𝐸𝑃 = 𝑗 =𝑚𝑝 𝐿𝐻𝑅𝑃𝑗 𝑥 𝐶 𝑥 𝐸 ..................................................................... 2.3
𝑛
𝐿𝐸𝐴 = 𝑗 =𝑚𝑝 𝐿𝐻𝑅𝐴𝑗 𝑥 𝐶 𝑥 𝐸 ..................................................................... 2.4
𝐿𝐸𝑃+𝐿𝐸𝐴
𝐿𝐸𝑇 = 2
. ......................................................................................... 2.5
n2
𝐹𝑃= . .................................................................................................. 2.7
10
Umur rencana perkerasan jalan ialah jumlah tahun dari saat jalan tersebut
dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang
bersifat struktural (sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan).
11
yang sama. Untuk membuat suatu kontruksi yang baik dan kuat diperlukan adanya
data-data tanah yang lengkap dan teliti. Data CBR yang digunakan adalah harga-
harga CBR dari pemeriksaan lapangan dan uji laboratorium, dari data CBR
tersebut ditentukan nilai CBR terendah, kemudian ditentukan harga CBR yang
mewakili atau CBR segmen.
Metode yang digunakan untuk mengukur kekuatan daya dukung tanah
dasar dari suatu konstruksi jalan adalah dengan menggunakan penentuan
pengujian CBR dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer). Dalam penulisan
ini nilai CBR akan diuraikan secara grafis dan analitis (Sukirman 1999):
a. Secara Grafis
Menentukan data CBR dengan cara grafis adalah sebagai berikut ;
Tentukan nilai CBR terendah;
Tentukan berapa banyak nilai CBR yang sama atau lebih besar dari
masing-masing nilai CBR dan kemudian disusun secara tabel mulai dari
nilai CBR terkecil sampai nilai CBR terbesar;
Angka terbanyak diberi nilai 100%, angka yang lain merupakan persentase
dari 100%;
Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentasenya;
Nilai CBR segmen adalah nilai pada keadaan 90%.
b. Secara Analitis
Untuk memudahkan dalam menentukan nilai CBR, maka cara
penentuannya dapat dibagi dalam beberapa segmen. Dan untuk cara ini kita dapat
menggunakan persamaan berikut :
CBRmaks CBR min
CBRsegmen = CBR rata-rata - ……................ 2.10
R
Keterangan :
CBR segmen = CBR masing-masing segmen;
CBR rara-rata = CBR rata-rata keseluruhan;
CBR maks = Nilai CBR tertinggi;
13
Faktor regional bisa juga juga disebut faktor koreksi sehubungan dengan
perbedaan kondisi tertentu. Kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain keadaan
lapangan dan iklim yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan daya dukung
tanah dan perkerasan. Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini,
faktor regional hanya dipengaruhi bentuk alinemen (kelandaian dan tikungan).
Prosentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.2.5 Halaman 71.
1. Lapis permukaan
Batas-batas minimum tebal perkerasan pada lapis permukaan dapat dilihat
pada Lampiran Tabel B.2.9 Halaman 74.
3.1 Persiapan
16
17
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil survey dan penelitian
di lapangan. Pada penulisan Tugas Akhir ini yang merupakan data primer yaitu
data volume lalu lintas harian rata-rata (LHR), tebal perkerasan lentur jalan raya,
dan tingkat pertumbuhan lalu lintas. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
itu akan digunakan untuk mengestimasi jumlah lalu lintas harian rata-rata yang
melewati jalan tersebut. Menurut Sukirman 1999, perhitungan lalu lintas harian
rata-rata (LHR) dapat dilakukan selama 3 x 16 jam atau 3 x 24 jam terus menerus.
Dengan memperhatikan faktor hari, bulan, musim dimana perhitungan dapat
diperoleh dari data lalu lintas harian ratarata (LHR) yang representatif.
Pada perencanaan ini umur rencana yang diambil adalah 10 tahun. Sesuai
dengan umur rencana pihak konsultan pada saat jalan tersebut direncanakan.
Selama masa pelaksanaan pertumbuhan lalu lintas (i) = 2,88 % dan data CBR
rencana adalah 2,41 %. Untuk persentase pertumbuhan lalu lintas dapat dilihat
pada pembahasan faktor pertumbuhan lalu lintas dan CBR rencana dapat dilihat
pada Halaman 23.
19
20
Dari tabel B.4.1 dengan jumlah titik pengamatan CBR 2 (dua), maka
diambil R = 1,41. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.4.1
Halaman 75.
Segmen 1
(3,25 3,47)
CBR rata2 =
2
(6,72)
=
2
= 3,36
CBR maks. = 3,47
CBR min. = 3,25
CBR Segmen = CBRrata-rata – {(CBRmaks - CBRmin )/R}
(3,47 3,25)
= 3,36
1,41
= 3,20 %
Segmen 2
(2,50 3,99)
CBR rata2 =
2
(6,49)
=
2
= 3,24
CBR maks. = 3,99
CBR min. = 2,50
CBR Segmen = CBRrata-rata – {(CBRmaks - CBRmin )/R}
21
(3,99 2,50)
= 3,24
1,41
= 2,18 %
Segmen 3
(3,47 4,29)
CBR rata2 =
2
(7,76)
=
2
= 3,88
CBR maks. = 4,29
CBR min. = 3,47
CBR Segmen = CBRrata-rata – {(CBRmaks - CBRmin )/R}
(4,29 3,47)
= 3,88
1,41
= 3,30 %
Segmen 4
(3,04 2,06)
CBR rata2 =
2
(5,1)
=
2
= 2,55
CBR maks. = 3,04
CBR min. = 2,06
CBR Segmen = CBRrata-rata – {(CBRmaks - CBRmin )/R}
(3,04 2,06)
= 2,55
1,41
= 1,85 %
22
Segmen 5
(4,98 3,66)
CBR rata2 =
2
(8,64)
=
2
= 4,32
CBR maks. = 4,98
CBR min. = 3,66
CBR Segmen = CBRrata-rata – {(CBRmaks - CBRmin )/R}
(4,98 3,66)
= 4,32
1,41
= 3,38 %
Segmen 6
(1,92 3,89)
CBR rata2 =
2
(5,81)
=
2
= 2,90
CBR maks. = 3,89
CBR min. = 1,92
CBR Segmen = CBRrata-rata – {(CBRmaks - CBRmin )/R}
(3,89 1,92)
= 2,90
1,41
= 1,50 %
Segmen 7
(2,14 5,40)
CBR rata2 =
2
(7,54)
=
2
= 3,77
23
(5,40 2,14)
= 3,77
1,41
= 1,46 %
Dari hasil persentase kendaraan berat yang didapatkan tersebut dapat kita
tentukan besarnya faktor regional dengan menggunakan tabel. Besarnya faktor
regional untuk jalan ini adalah 1,5 dapat dilihat pada lampiran Tabel B.2.5
Halaman 71.
LHR pada awal umur rencana ini dapat kita cari dengan menggunakan
persamaan berikut ini;
LHRt = (1+i)n × LHRp
Dimana:
i = Pertumbuhan lalu lintas rata-rata = 0,0288
n = Umur rencana awal = 1 tahun
LHRp = Lalu lintas harian rata-rata untuk seluruh jenis kendaraan.
LHRp diambil dari setiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut:
LHR pada awal umur rencana ini dapat kita cari dengan menggunakan
persamaan berikut ini:
LHRt = (1+i)n × LHRp
Dimana:
i = Pertumbuhan lalu lintas rata-rata = 0,0288
n = Umur rencana akhir = 10 tahun
LHRp = Lalu lintas harian rata-rata untuk seluruh jenis kendaraan.
LHRp diambil dari setiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut:
Kendaraan ringan 2 ton = (1+0,0288)10 × 7710 = 10241,51 kendaraan
Bus as 8 ton = (1+0,0288)10 × 84 = 111,58 kendaraan
10
Truk 2 as 8 ton = (1+0,0288) × 841 = 1117,13 kendaraan
Truk 2 as 13 ton = (1+0,0288)10 × 208 = 276,30 kendaraan
Truk 3 as 20 ton = (1+0,0288)10 × 227 = 301,53 kendaraan
Jumlah = 12048,05 kendaraan
Dari data lalu lintas yang diperoleh, dapat dilihat bahwa jenis-jenis
kendaraan yang melewati jalan tersebut adalah kendaraan ringan 2 ton, bus as 8
ton, truk 2 as 8 ton, truk 2 as 13 ton, dan truk 3 as 20 ton. Untuk mendapatkan
angka ekuivalen kendaraan, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut ini:
0,5(2000) 0,5(2000)
=( )4 + ( )4
8160 8160
= 0,0002 + 0,0002
= 0,0004
b. E maks bus as 8 ton
= E sb depan + E sb belakang
0,34(8000) 0,66(8000)
=( )4 + ( )4
8160 8160
= 0,0123 + 0,1753
= 0,1876
c. E maks truk 2 as 8 ton
= E sb depan + E sb belakang
0,34(8000) 0,66(8000)
=( )4 + ( )4
8160 8160
= 0,0123 + 0,1753
= 0,1876
d. E maks truk 2 as 13 ton
= E sb depan + E sb belakang
0,34(13000) 0,66(13000)
=( )4 + ( )4 x 0,086
8160 8160
= 0,0861 + 0,1051
= 0,1912
e. E maks truk 3 as 20 ton
= E sb depan + E sb belakang
0,25(20000) 0,25(20000)
=( )4 + ( )4 x 0,086
8160 8160
= 0,1410 + 0,9820
= 1,1229
Untuk memudahkan pengolahan data hasil perhitungan angka ekuivalen
kendaraan disajikan dalam bentuk tabel, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran Tabel B.4.4 Halaman 76.
28
LET x FP
LER
10
275 x10
LER
10
LER = 275
Indeks permukaan pada jalan ini dibagi dalam dua jenis yaitu, indeks
permukaan pada awal umur rencana (IPo) dan indeks permukaan pada akhir umur
rencana(IPt). Besarnya masing-masing indeks permukaan tersebut dapat
ditentukan sebagai berikut:
30
a. Indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) untuk jalan ini, lapisan
permukaan direncanakan dari aspal beton (LASTON), dengan menggunakan
Lampiran Tabel B.2.7 Halaman 72 tabel indeks permukaan pada awal umur
rencana (IPo) ini adalah sebesar ≥ 4.
b. Dengan menggolongkan jalan yang ditinjau adalah jalan arteri dan besarnya
lintas ekuivalen rencana yang terjadi ini sebesar 275, dengan menggunakan
Lampiran Tabel B.2.6 Halaman 71 tabel indeks permukaan pada akhir umur
rencana (IPt) diperoleh sebesar 2,0-2,5.
D3 = 39,17 cm
Untuk hasil penggambaran sketsa susunan lapisan perkerasan bisa dilihat
pada Lampiran Gambar A.4.21 Halaman 62.
5.1 Kesimpulan
34
35
5.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat peneliti paparkan dalam perencanaan tebal
lapis perkerasan jalan yaitu:
1. Data lalu lintas harian rata-rata atau LHR lapangan sangat diperlukan karena
sangat mempengaruhi umur rencana dalam proses perencanaan jalan.
2. Perencanaan tebal lapisan perkerasan pada tugas akhir ini hanya sebatas
menghitung tebal dari masing-masing lapisan perkerasan saja, tidak termasuk
bahu jalan. Pada dasarnya perencanaan tebal lapis perkerasan jalan idealnya
juga harus memiliki bahu jalan dan drainase, sehingga disarankan untuk
perencanaan tebal lapisan perkerasan agar bahu jalan juga ikut direncanakan.
3. Dengan kondisi tanah dasar yang berbeda-beda, untuk perencanaan tebal
lapisan perkerasan sebaiknya dilakukan dengan membagikan kedalam
beberapa segmen, karena sangat mempengaruhi dalam mendapatkan
ketebalan masing-masing.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
.
Anonim, 1997, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departeman
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Budiman, 2014, Tinjauan Ulang Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya (Studi
Kasus Project Package JNB 1 Construktion of Road Kabupaten Aceh
Barat), Fakultas Teknik, Universitas Teuku Umar, Alue Peunyareng,
Meulaboh, Aceh Barat.
Bukhari, RA, et al, 2004, Rekayasa Lalu Lintas II, Bidang Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Fahrurrozi, 2008, Pengaruh Nilai CBR Tanah Dasar Terhadap Tebal Perkerasan
Lentur Jalan Kaliurang dengan Metode Bina Marga 1987, Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta.
Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.
36