Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan penggunaan internet saat ini telah berkembang dengan

sangat pesat. Sejak dikenalnya internet pada tahun 1900-an, internet telah

menjadi kebutuhan mendasar bagi hampir seluruh kalangan masyarakat di dunia.

Perkembangan internet dan cara penggunaannya pun semakin variatif, segala

inovasi yang terjadi dalam pemakaian internet sebagai dasarnya ditujukan kepada

satu hal, memberikan kemudahan bagi pemakainya.1

Hal ini ditandai dengan digunakannya media internet sebagai media

bertransaksi ketika melakukan aktivitas perbankan. Internet membawa

perekonomian dunia memasuki babak baru yang lebih populer dengan istilah

digital economic atau ekonomi digital.2 Salah satu kemajuan teknologi yang sangat

diminati oleh masyarakat pada saat ini yaitu dibidang perdagangan. Dengan

adanya kemajuan teknologi ini, maka dapat dimanfaatkan oleh banyak orang untuk

melakukan usaha, salah satunya yaitu usaha di bidang jasa keuangan. Terbukti

dengan adanya berbagai aplikasi bukan bank yang tersedia pada internet yang

menyediakan jasa pemberian pinjaman uang.

Perkembangan dunia digital telah memberikan berbagai layanan yang

memudahkan bagi masyarakat salah satunya yaitu dengan kehadiran layanan

pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi atau peer to peer lending.

1 Adi Setiadi Saputra. ‘’Perlindungan Terhadap Pemberi Pinjaman Selaku


Konsumen Dan Tanggung Jawab Penyelenggara Peer To Peer Lending Dalam Kegiatan
Peer To Peer Lending Di Indonesia’’.Tesis, Magister Hukum, Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung, hlm.238.
2 Richardus Eko Indrajit, E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya,

PT. Elex Media Komputindo, Jakarta hlm. 33

1
2

Dalam pinjaman online ini, pelaksanaan pemberian kredit dapat dilaksanakan

dengan cepat. Selain itu, pemberian pinjaman dapat diberikan tanpa agunan, lain

halnya dengan bank yang secara yuridis menyatakan bahwa Kredit Tanpa Agunan

(KTA) tidak mungkin terjadi, dan walaupun bank memberikan kredit tanpa agunan

khusus, hal itu bukan berarti bahwa pemberian kredit tersebut tanpa disertai

agunan sama sekali.

Saat ini, “Banyak sekali variasi instrumen keuangan yang beredar dalam

sistem keuangan baik di bidang perbankan maupun di bidang non-perbankan.

Perkembangan instrumen keuangan sejalan dengan perkembangan lembaga-

lembaga keuangan itu sendiri. Hal tersebut tercermin dari tumbuhnya berbagai

lembaga keuangan seperti lembaga sekuritas, lembaga asuransi, dan lembaga

perbankan syariah, perkembangan bank konvesioanal, dan lembaga-lembaga

keuangan lainnya. Lembaga keungan tersebut merupakan lembaga perantara dari

pihak yang kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana

(lack of funds) yang memiliki fungsi sebagai perantara keuangan masyarakat

(financial intermediary).”3

Di tengah masyarakat saat ini banyak pelaku usaha kecil yang memulai

dan membiayai bisnisnya secara mandiri. Namun saat tiba waktunya untuk

mengembangkan bisnis mereka, seringkali harus menghadapi masalah dengan

pembiayaan (modal). Bahkan banyak yang jatuh ke perangkap rentenir untuk

meminjam uang karena keterbatasan pengetahuan dan jauhnya akses ke bank.

Kemudian banyak pegawai perusahaan yang kesulitan keuangan untuk kebutuhan

3 Sari, A. R. (2018). Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam

Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer To Peer Lending Di Indonesia.


Yogyakarta. Retrieved from http://ejournal.uajy.ac.id/14649/1/JURNAL.pdf
3

hidup sehingga harus mencari pinjaman di bank. Namun bagi sebagian dari

mereka susah untuk mendapatkan pinjaman dari bank dengan berbagai alasan

seperti prosedur pinjaman di bank sering memakan waktu, prosesnya berbelit-belit

dan syaratnya yang tidak mudah di penuhi. Besarnya peran perbankan dalam

kegiatan perekonomian harus didukung dengan peraturan yang kuat. Hal tersebut

sebagai upaya mewujudkan perbankan yang sehat.4

Melihat dengan berkembangnya fintech dan kebutuhan pinjaman

keuangan oleh masyarakat, Peneliti menyebutkan pinjaman online merupakan

model pembiayaan berbasis teknologi finansial yang menjadi solusi pembiayaan

dengan cara yang efektif dan efisien. Dari definisi tersebut sudah jelas bawah

dibuatnya teknologi pinjaman secara online ini untuk mempermudah masyarakat

untuk mendapatkan pinjaman tanpa harus terbatasi oleh ruang dan waktu selama

gadget seperti smartphone dan komputer yang digunakan dapat terkoneksi

internet.Selain itu proses pencairan pinjaman dan proses pengembalian dengan

sistem cicilan dilakukan melalui transfer melalui ATM atau bank sehingga tidak

memakan waktu. Dengan kemudahan dan efisiensi ini diharapkan menjadi solusi

keuangan masyarakat.5

Sebelumnya ketika sesorang ingin meminjam uang / dana pasti

membutuhkan upaya yang serba ekstra mulai dari mencari kerabat atau keluarga

yang mau meminjamkan uangnya hingga menggadaikan barang berharga

miliknya itupun kalau dana yang dibutuhkannya dapat segera cair, namun dengan

adanya aplikasi pinjaman uang berbasis online maka semuanya akan terasa

4 Zaini Zulfi Diane, Aspek Hukum dan Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan,
Keni Media, Bandung, 2014, hlm. 31.
5 Edi Supriyanto, Nur Ismawati, ‘’SISTEM INFORMASI FINTECH PINJAMAN

ONLINE BERBASIS WEB’’,Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Mercu Buana, 2019, hlm
101
4

mudah tinggal download (unduh), registrasi, mencantumkan identitas dan nomor

rekening maka dana yang dibutuhkan akan segera cair.

Menjamurnya pinjaman-pinjaman terutama aplikasi pinjaman online

ilegal atau tak berizin membuat risiko konflik semakin besar. Apalagi jika aplikasi

pinjaman online melakukan pelanggaran seperti penetapan bunga yang besar,

penagihan, dan pembukaan data konsumen. Namun bukannya malah

memberikan kemudahan aplikasi fintech (pinjaman online) malah memberikan

dampak yang sangat merugikan Debitur dikarenakan bunga yang mesti dibayar

apabila jatuh tempo pembayaran akan semakin naik apabila debitur tidak mampu

membayarnya, belum lagi ketika para debitur tidak mampu membayar hutangnya

yang telah jatuh tempo maka siap siap debitur tersebut akan mendapatkan teror

secara psikis (psike atau jiwa), verbal, dan Ancaman dari Debt collector (penagih

hutang). Perusahaan di sektor pembiayaan dan investasipun berkompetisi dengan

menggunakan inovasi teknologi dalam menjual produk dan jasa keuangannya.

Jenis-jenis Fintech di sektor ini di antaranya seperti Peer-to-Peer Lending (P2P),

Crowdfunding, Supply Chain Finance, dan lain-lain. Perusahaan-perusahaan itu

pun dalam menggunakan inovasi teknologi tersebut harus sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pada masa lalu, jika seorang individu membutuhkan pinjaman dana,

baik itu untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan bisnisnya, pilihan

pertama yang akan dipilih adalah mengajukan pinjaman kepada lembaga

keuangan resmi seperti bank. Pada masa lalu juga jika seorang individu memiliki

dana berlebih yang ingin diinvestasikan dalam rangka mendapatkan penghasilan

tambahan, pilihan utama yang dipilih adalah instrumen investasi seperti reksadana

atau deposito bank. Bagi seorang yang mengajukan pinjaman kepada bank, hal
5

utama yang harus dipenuhi adalah apakah dia memiliki syarat berupa jaminan,

syarat jaminan dalam pengajuan pinjaman inilah yang tidak semua orang dapat

memenuhinya, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM).

Seperti yang telah dijelaskan definisi pinjaman online adalah fasilitas

pinjaman uang oleh penyedia jasa keuangan yang beroperasi secara online.

Penyedia pinjaman online tersebut biasa dikenal dengan sebutan fintech.6

Pinjaman Online sangat berkembang di Indonesia dewasa ini, Asosiasi Fintech

Indonesia (Aftech) menjelaskan bahwa munculnya layanan peminjaman uang

online berawal dari rendahnya penetrasi kartu kredit di Indonesia.

Pinjaman online yang langsung mencari dana dan tanpa jaminan

merupakan solusi alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan dana tunai tanpa

harus mengajukannya secara tatap muka. Penyedia pinjaman ini adalah lembaga

penyedia jasa keuangan yang beroperasi secara onlinmene dengan bantuan

teknologi informasi. Mengapa fintech bermunculan ?, Hal ini disebabkan oleh

perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat Indonesia. Perubahan tersebut

terlihat pada masifnya penggunaan internet dan teknologi informasi untuk semua

kebutuhan, tak terkecuali saat meminjam uang. Masyarakat tidak perlu lagi

mendatangi bank dan mengajukan permohonan secara langsung untuk

mendapatkan pinjaman.7

Saat ini ada banyak sekali perusahaan–perusahaan yang bergerak di

bidang peer to peer lending, perusahaan–perusahaan ini melakukan kegiatannya

dengan menciptakan situs atau aplikasi yang berfungsi sebagai tempat

bertemunya pemberi pinjaman dan penerima pinjaman (market place), beberapa

6 https://www.online-pajak.com/pinjaman-online (diakses 2 oktober 2019 pukul


10.30 wib)
7 https://www.online-pajak.com/pinjaman-online (diakses 2 oktober 2019 pada

pukul 09.20 wib).


6

contohnya adalah investree, amartha, koinworks, modalku, dan masih banyak lagi

perusahaan yang bergerak di bidang jasa pinjaman online di Indonesia.

Payung hukum bagi kegiatan Pinjaman online di Indonesia saat ini

adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 / POJK.01/ 2016 tentang

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pasal 1 angka (3).

yaitu:“Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi adalah

penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi

pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam

meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem elektronik

dengan menggunakan jaringan internet.”8 Akan tetapi, pengaturan dalam

peraturan ini tidak mencantumkan atau mengatur tentang bentuk tanggung jawab

ketika terjadi layanan pinjam meminjam uang tersebut tidak terdaftar dalam

otoritas jasa keuangan dan tidak mencantumkan bentuk penyelesaian para pihak

jika bersengketa dan juga di dalam penjelasan tidak ada peraturan yang secara

khusus tentang hal tersebut.

Masalah perlindungan konsumen akan senantiasa berbanding lurus

dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan konsumen sendiri

sebagai manusia yang senantiasa berubah. Dalam pinjaman online di Indonesia,

pengguna dalam arti pemberi pinjaman memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi

hal ini dikarenakan pemberi pinjaman memberikan pinjaman tanpa agunan dan

tidak mengenal langsung peminjam, pemberi pinjaman hanya mengetahui

informasi tentang peminjam berdasarkan informasi yang ada di platform pinjaman

online, akan tetapi hal ini diacuhkan mengingat Pinjaman online memberikan

8https://www.ojk.go.id/id/regulasi/otoritas-jasa-keuangan/peraturanojk/Pages/POJK-

Nomor-77-POJK.01-2016.aspx, diakses 27 September2019 pukul 09.20 wib


7

keuntungan dari suku bunga yang tinggi, lebih tinggi daripada instrumen investasi

biasa, suku bunga pnjaman online di Indonesia saat ini mencapai 20% (dua puluh

persen) bahkan lebih. Sebelum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, Indonesia selalu

berpedoman pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/Burgerlijk Wetboek

(BW) sebagai perlindungan hukum, seperti terdapat pada Pasal 1313 yang

memuat definisi bahwa Perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.9

Sebagai bentuk upaya perlindungan konsumen, pada tahun 2018 OJK

mengeluarkan regulasi baru yaitu POJK No. 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi

Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan. Peraturan tersebut merupakan

ketentuan yang memayungi pengawasan dan pengaturan industri teknologi

keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/ POJK.01/2016 merupakan

kerangka hukum bagi teknologi keuangan yang lebih spesifik, yaitu jenis pinjaman

online P2P lending, sedangkan POJK No. 13/POJK.02/2018 mengatur startup

teknologi keuangan dengan inovasi bisnis baru yang belum diatur oleh regulasi

sebelumnya. 10 Namun, kedua regulasi tersebut ternyata tidak cukup menghalangi

timbulnya layanan pinjaman online ilegal di Indonesia. Saat ini pelanggaran yang

dilakukan oleh perusahaan layanan pinjaman online ilegal semakin banyak.

Pelanggaran tersebut tentunya merugikan konsumen dalam hal ini masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan

penelitian terkait aspek yuridis perjanjian pinjaman online yang tidak memiliki

9 J. Satrio, Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), (Bandung: Citra

Aditya Bakti), 1992, hlm. 17


10 id. techinasia.com diakses 19 Oktober 2019 pukul 08.21 wita
8

aturan dan tidak terdaftar di otoritas jasa keuangan yang jika terjadi terus menerus

dapat membuat kerugian yang besar terhadap masyarakat karena praktek

tersebut menjadi bagian dari perilaku yang ditemukan dimasyarakat sekitar.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul skripsi “ASPEK YURIDIS PERJANJIAN PINJAMAN

ONLINE YANG TIDAK TERDAFTAR DI OTORITAS JASA KEUANGAN DAN

UPAYA PENYELESAIANNYA ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah bentuk dan keabsahan perjanjian melalui pinjaman online yang

tidak terdaftar di OJK?

2. Bagaimanakah upaya hukum yang dapat dilakukan jika kreditur tidak memenuhi

perjanjian?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai

oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk dan keabsahan perjanjian melalui pinjaman

online yang tidak terdaftar di OJK.

2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan jika kreditur tidak

memenuhi perjanjian.
9

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat bagi

perkembangan Hukum Perdata, khususnya dalam hukum perdata bisnis

dan hukum perjanjian mengenai perjanjian pinjaman yang tidak terdaftar di

ojk.

b. Memberikan informasi peraturan yang mengatur tentang perjanjian dan

pinjaman online.

c. Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai susunan terhadap penelitian-

penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan serta pengetahuan bagi para pihak yang terkait

langsung dengan penelitian ini.

b. Meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan bagi peneliti

akan permasalahan yang diteliti, dan dapat dipergunakan sebagai bahan

masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada hal

yang sama.

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisa, selain itu juga

diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk


10

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan

yang timbul didalam gejala bersangkutan.

Guna dapat mengetahui dan membahas suatu permasalahan maka

diperlukan adanya pendekatan dengan menggunakan metode-metode tertentu

yang bersifat ilmiah. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan

usulan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :

1) Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian yuridis normatif , yaitu suatu

kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran

tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum

tertentu, dengan jalan menganalisanya.11 Adapun bahan penelitian yang

penulis gunakan adalah bahan kepustakaan atau yang dikenal sebagai data

sekunder, yang meliputi bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Sehingga

penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Penelitian Hukum Normatif. 12

2) Metode Pendekatan Masalah

Metode pendekatan ini menggunakan pendekatan yuridis normatif adalah

pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara

menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan

ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari

buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penelitian ini.

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3, (Jakarta: UI Press,


1986),hlm. 43.
12 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet 5,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 13-14.


11

3) Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara studi dokumentasi

serta pengumpulan berbagai perundangan yang terkait dengan

permasalahan penelitian. Sumber bahan hukum dalam penelitian ini di

antaranya diperoleh dari buku-buku, makalah, peraturan perundang-

undangan, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang,

Perpustakaan Universitas Merdeka Malang, dan internet. Penelitian ini

menggunakan berbagai jenis bahan hukum, yang terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer yakni, UU No 19 Tahun 2016 Tentang Informasi

Dan Transaksi Elektronik, KUH Perdata, Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi dan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

2) Bahan Hukum Sekunder, terdiri atas jurnal hukum dan ilmiah, karya ilmiah

dan penjelasan dari undang-undang.

3) Bahan Hukum Tersier, terdiri dari kamus hukum, kamus besar Bahasa

Indonesia dan Black law dictionary.

4. Metode Analisa Bahan Hukum

Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif-analisis yaitu uraian apa adanya

terhadap suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non-

hukum.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara:


12

1. Evaluatif yaitu melakukan penilaian/mengevaluasi tepat atau tidak tepat,

benar atau tidak benar, sah atau tidak sah terhadap suatu pandangan,

proposisi, pernyataan rumusan norma, keputusan baik yang tertera dalam

bahan hukum primer, sekunder maupun tersier.

2. Interpretatif yaitu menggunakan jenis penafsiran menurut perundang-

undangan.

3. Kontruksi yaitu pembentukan kontrusi-kontruksi yuridis dengan melakukan

analogi dan pembalikan proposisi.

4. Argumentatif, tidak bisa dilepaskan dengan teknik evaluasi, karena penilaian

harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum

G. Sistematika Penulisan

Adapun bentuk sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang kerangka teori yang mendukung tentang

pelaksanaan penelitian maupun penulisan skripsi ini. Dimana penulis akan

menguraikan tentang tinjauan umum perjanjian. Kemudian dilanjutkan dengan

tinjauan umum tentang pinjaman atau kredit. Kemudian dilanjutkan dengan. Serta

diakhiri dengan menguraikan tentang otoritas jasa keuangan.


13

BAB III Bentuk dan Keabsahan Perjanjian Pinjaman Online Serta Upaya

Penyelesaiannya Para Pihak

Menguraikan dan menganalisa hasil Penelitian mengenai Perjanjian Pinjaman

Online Yang Tidak Terdaftar Diotoritas Jasa Keuangan dan Upaya

Penyelesaiannya.

BAB IV Penutup

Merupakan bagian penutup yang menguraikan secara singkat tentang kesimpulan

akhir dan diakhiri dengan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
14

J. Satrio, Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), (Bandung: Citra Aditya

Bakti), 1992

Richardus Eko Indrajit, E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya, PT.

Elex Media Komputindo, Jakarta

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3, (Jakarta: UI Press,

1986).

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet 5, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2006).

Zaini Zulfi Diane, Aspek Hukum dan Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan, Keni

Media, Bandung, 2014.

JURNAL

Adi Setiadi Saputra,’’Perlindungan Terhadap Pemberi Pinjaman Selaku

Konsumen Dan Tanggung Jawab Penyelenggara Peer To Peer Lending

Dalam Kegiatan Peer To Peer Lending Di Indonesia’’,Magister Hukum,

Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2018

Edi Supriyanto, Nur Ismawati, ‘’Sistem Informasi Fintech Pinjaman Online Berbasis

Web’’, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Mercu Buana, Jakarta, 2019.

Sari, A. R.. Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam Penyelenggaraan

Financial Technology Berbasis Peer To Peer Lending Di Indonesia.

Yogyakarta. 2018

INTERNET

https://www.online-pajak.com/pinjaman-online

id. techinasia.com
15

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 /POJK.01/2016 Tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Tekonologi Informasi

Anda mungkin juga menyukai