HALAMAN SAMPUL
DISUSUN OLEH :
MAKASSAR
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Alaah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-
nya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas Ganesa dan
Eksplorasi Batubara yang akan dikumpul dengan tepat pada waktunya. Salam dan
shalawat penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga
dan para sahabatnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya dan sebagai penolong umat
manusia dalam alam kegelapan yang penuh penyiksaan ke alam terang-benderang
yang penuh dengan kenikmatan dan kesyukuran yang luar biasa tak terhingga.
Adapun judul tugas ini yang diberikan oleh Dosen kepada penulis adalah
mengenai Tahapan Eksporasi Bahan Galian Batubara pada mata Ganesa dan
Eksplorasi Batubara. Yang kemudian menjadi salah satu tugas yang harus dikerjakan
guna mendapatkan nilai pada mata kuliah tersebut.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Batubara merupakan salah satu bahan galian dari alam. Batubara dapat
didefinisikan sebagai batuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi tumpukan
tanaman selama kira-kira 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman ini terjadi karena
proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah
menjadikar bondioksida (CO2) dan air (H2O). Perubahan yang terjadi dalam
kandungan bahan tersebut disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan yang
kemudian membentuk lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam jangka
waktu berjuta-juta tahun, sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras.
(Mutasim, 2007).
Jika dilihat dari volume konsumsi energi primer berdasarkan jenis bahan
bakarnya, maka kebutuhan energi dunia dipasok dari minyak bumi sekitar 40%,
batubara sekitar 25%, gas alam juga sekitar 25% dan tenaga nuklir sekitar 7%. Dengan
kata lain bahan bakar fosil menutup sekitar 90% sumber kebutuhan energi. Dan dari
jumlah tersebut, batubara menyumbang ¼ dari kebutuhan energi primer dari
kebutuhan dunia tersebut (Heriyadi, 2005).
Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi,
sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Menentukan suatu daerah prospek adalah
tahapan yang penting dalam kegiatan eksplorasi. Dalam kaitan dengan Batubara,
ekplorasi Batubara merupakan suatu proses kegiatan untuk menentukan lokasi
endapan Batubara yang prospek untuk dikembangkan, dimana selama pelaksanaan
program akan dilakukan pengambilan contoh Batubara (Coal Sampling) untuk
dievaluasi dan dianalisis di laboratorium baik dengan pendekatan analisis kimia
maupun analisis fisika agar kualitas dan kuantitas Batubara tersebut dapat diketahui
dengan pasti (Blayden and Goodwin, 1982).
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah
ini sebagai berikut:
a. Apa manfaat dari tahapan ekplorasi batubara ?
b. Mengapa tahapan ekplorasi harus dilakukan ?
2
BAB II
ISI
3
dilakukan. Ini dikarenakan, pada tahap ini team eksplorasi lebih terfokus pada kegiatan
pemetaan geologi dan pemetaan batubara.
2.1.3 Penyelidikan Geofisika
Penyelidikan yang dimaksudkan adalah penggunakan metode well logging
untuk menentukan ketebelan lapisan batubara ,batas atas dan bawah serta membuat
atau a umum mengenai urutan litologi batuan pada setiap lubang bor.Hasil
penyelidikan well logging memberikan an sangat jelas urutan litologi pada setiap
lubang bor.
Kontras yang paling jelas untuk mendeteksi lapisan batubara terlihat dari hasil
pengukuran logging gamma ray,maka metode ini harus diprioritaskan terlebih dalulu
dalam pengukuran dilapangan (C. Nursivin, 2016).
2.1.3 Pemboran Eksplorasi
Dilaksanakan untuk mengetahui kedalaman mineral, kualitas dan kalkulasi
cadangan kasar/minimum untuk dapat ditambang secara ekonomis (Dachi, 2014).
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik mengenai
penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip dari masing- masing
singkapan yang telah ditemukan. Hasil data pemboran diharapkan dapat mengetahui
mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal modellling sub-surface)
sehingga dapat diketahui sumberdaya (resources) batubara yang ada (Hartono, 1982).
4
1. Studi literatur
Sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadapa
data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),
catatan- catatan lama, laporan-laporan temuan, dll. Lalu dipilih daerah
yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dan peta geologi regional sangat penting untuk memilih
daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian
dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat terlihat di lapangan.
2. Survei dan pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maak survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi
lainnya sudah dapat dimulai (peta skala 1: 200.000 sampai 1: 50.000).
tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih
dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini
sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk
mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi
peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang
penting.
b. Prospeksi
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung
endapan Batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan
untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan Batubara yang akan
menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini
bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya
di daerah yang emmpunyai indikasi adanya endapan Batubara. Jarak antar
titik bor berkisar 1000 – 3000 m. pada tahap ini peta yang dipakai mulai
dari 1:50.000 – 1:25.000.
2.2.2 Eksplorasi
a. Eksplorasi umum atau Eksplorasi Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan ini untuk memperoleh an awal tentang endapan
Batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan
5
lapisan, bentuk, korelasi lapisan, sebaran, struktu geologi dan sedimen,
kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500 – 1000 m, skala
peta yang digunakan mulai dari 1:25.000 – 1:10.000. sesuai dengan
keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum no.
661.K/201/DDJP/1996 tentang pemberian kuasa pertambangan, laporan
kuasa pertambngan penyelidikan umum perlu dilampiri dengan beberapa
peta:
1. Peta lokasi/situasi
2. Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000)
3. Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit
uji, pengambilan contoh Batubara (skala 1:10.000)
4. Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000)
5. Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala
1:10.000)
6. Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan
7. Penampang sumur uji
8. Penampang parit uji
9. Penampang lubang bor dari kegiatan ini akan model geologi, model
penyebaran endapan, an mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll.
Dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat di teruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya.
b. Eksplorasi rinci
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang
ada mempunyai prosepek yang baik, ,aka diteruskan dengan tahap
eksplorasi detail. Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan
jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200m), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang
lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume
cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari
sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan
klasifikasi terukur, dengan skala yang kecil (<20%). Sebelum melakukan
6
kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal,
geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta yang digunakan adalah 1:2.000
– 1:5.000. pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman,
ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara tiga dimensi
(panjang, lebar, tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling,
kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
meudahkan perencanaan kemajuan tambang. Juga penting untuk
merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan
tambang maupun prioritas lainnya. Sesuai dengan Keputusan Direktur
Jendral Pertambangan Umum no. 661.K/201/DDJP/1996 tentang
Pemberian Kuasa Pertambangan (Keputusan Direktur Jenderal
Pertambangan Umum, 1996) Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi
perlu dilampiri dengan beberapa peta:
1. Peta lokasi/situasi
2. Peta topografi (skala 1:500 – 1:2.000)
3. Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan Batubara, sumur
uji, parit uji, pemboran, dan pengambilan contoh Batubara (skala
1:2.000 – 1:10.000) – peta geologi daerah (skala 1:500 – 1:2.000)
4. Peta penyebaran endapan Batubara (skala 1:500 – 1:2000)
5. Peta perhitungan dua dimensi Batubara (skala 1:500 – 1:2.000)
6. Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan
kandungan sulphur (skala 1:500 – 1:2.000)
7. Peta isopach tanah tertutup (skala 1:500 – 1:2.000)
8. Peta isopach ketebalan lapisan Batubara (skala 1:500 – 1:2.000)
9. Peta kontur struktur (skala 1:500 – 1:2.000)
10. Penampang geologi
11. Penampang bor
12. Penampang/sketsa singkapan Batubara
13. Penampang terhitungan cadangan Batubara
14. Fotokopi hasil analisis contoh Batubara dari laboratorium
15. Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan kuasa
penambangan ( Hartono, 1982).
7
2.3 Kegiatan Ekplorasi
Kajian mengenai kegiatan eksplorasi ini lalu secara lebih rinci terstruktur
dalam tahapan-tahapan berikut ini:
1. Kegiatan prospeksi (tahap penyelidikan, pendataan geologi regional, dan stratigrafi)
2. Penyelidikan lapangan/kegiatan eksplorasi
3. Pengolahan data
2.3.1 Kegiatan prospeksi
a. Tahap penyelidikan,
Pada Tahapan Penyelidikan ini merupakan kajian langsung atas dasar data
primer (data langsung dari lapangan) maupun data sekunder (dari literatur
yang membahas lokasi daerah penyelidikan) yang dilakukan baik sebelum,
selama maupun setelah dari lapangan.
b. Geologi Regional,
Contoh daerah Studi yaitu pada daerah Geologi regional daerah
penyelidikan dipengaruhi oleh sistem penunjaman lempeng yang berada
disebelah barat Pulau Sumatera, yaitu antara lempeng Eurasia yang relatif
diam dengan lempeng India-Australia yang bergerak kearah Utara hingga
Timur Laut. Secara langsung maupun tidak langsung efek penunjaman
lempeng tersebut mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik dan
struktur geologi didaerah penyelidikan dan sekitarnya yang berada di
Cekungan Sumatera Selatan. Berdasarkan konsep Tektonik Lempeng,
kedudukan cekungan batubara tersier di Indonesia bagian barat berkaitan
dengan sistem busur kepulauan. Dalam sistem ini dikenal adanya cekungan
busur belakang, cekungan busur depan dan cekungan intermontana atau
cekungan antar busur. Masing-masing cekungan ini memiliki karakteristik
endapan batubara yang berbeda satu sama lainnya.
8
Gambar 2. 1 Penunjaman Lempeng sebelah barat
Sumatera yang Mempengaruhi keadaan
geologi daerah penyelidikan
c. Stratigrafi
Statigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan menurut para ahli terdahulu
dibagi atas beberapa formasi dan satuan batuan tua sampai muda, yaitu :
1. Formasi Air Benakat: terdiri dari batu pasir, diendapakan secara selaras
diatas Formasi Gumai pada kala Miosen Tengah-Miosen Akhir,
dilingkungan Neritik sampai Laut Dangkal.
2. Formasi Muara Enim: terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan
batubara. Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Air
Benakat pada kala Miosen di lingkungan Paludal, Delta, dan bukan laut.
3. Formasi Kasai : terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa, terletak selaras
diatas Formasi Muara Enim, diendapkan dilingkungan darat pada kala
Pliosen Akhir-Pliosen Awal.
4. Endapan Kuarter : terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua,
berukuran berakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung, diendapkan secara
tidak selaras diatas Formasi Kasai.
9
2.3.2 Penyelidikan lapangan
10
batubara, sedangkan panjang paritan disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan.
c. Pemboran
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik
mengenai penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip
dari masing- masing singkapan yang telah ditemukan. Hasil data
pemboran diharapkan dapat mengetahui mengenai bentukan batubara
bawah permukaan (coal modellling sub-surface) sehingga dapat diketahui
sumberdaya (resources) batubara yang ada.
Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit mesin bor jenis portable
yang sangat popular yakni “Tone” dan “Bell”. Dua cara pemboran yang
dilakukan selama pelaksanaan program ini adalah pemboran putar (Rotary
Drilling) lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan pemboran inti
pemboran dengan bor besar di lokasi penyelidikan akan dilakukan
pemboran dengan sistim Touch Coring (TC) dengan total kedalam 800
meter dengan rincian 612,16 meter dilakukan dengan pemboran Open
Hole dan 187,84 meter dengan pemboran Coring (Hartono, 1982).
Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk
mengambil contoh (sampling) untuk diamati, pengeboran juga bisa
bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air tanah, minyak
11
bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan
(pada kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan
sampling kita dapat membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta
ini kita dapat mengetahui susunan batuan dan ketebalan cadangan dan
akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara keseluruhan
(Dachi, 2014).
Tujuan utama pemboran adalah untuk mengetahui secara pasti
ketebalan batubara, variasi ketebalan, jumlah lapisan batubara, dan urutan
litologi yang ada di daerah penyelidikan. Perencanaan titik pemboran
dilakukan berdasarkan data hasil pemetaan geologi lokal terutama pada
posisi singkapan batubara sehingga dapat ditentukan jumlah dan
penyebaran titik bor (C. Nursivin, 2016).
13
Dari parameter-parameter tersebut maka dapat diketahui jumlah
sumberdayanya dengan menggunakan formula :
SD = P x L x T x BJ atau SD = A x T x BJ
14
Gambar 2. 5 Salah satu model penyajian perhitungan sumber
daya Batubara Dengan metode Penampang dan
Daerah Pengaruh.
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Di dalam ekplorasi batubara ada beberapa tahapan yang kita harus penuhi
ketahui. Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi,
sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Kegiatan tahapan eksplorasi juga sangat
penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat
keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara
yang suatu saat akan habis tergali.
16
DAFTAR PUSTAKA
Blayden, I.D. & Goodwin, P.W., 1982, Coal Basin Exploration-Strategies, Methods,
Analytical Programmes and Case Histories, University of Wollongong, Australia.
17