Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GANESA DAN EKSPLORASI BATUBARA (TAHAPAN


EKPLORASI BAHAN GALIAN BATUBARA)

HALAMAN SAMPUL
DISUSUN OLEH :

ADE WIRA PUTRA RAMADANA


09320170129
C4

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Segala puji dan syukur bagi Alaah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-
nya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas Ganesa dan
Eksplorasi Batubara yang akan dikumpul dengan tepat pada waktunya. Salam dan
shalawat penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga
dan para sahabatnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya dan sebagai penolong umat
manusia dalam alam kegelapan yang penuh penyiksaan ke alam terang-benderang
yang penuh dengan kenikmatan dan kesyukuran yang luar biasa tak terhingga.
Adapun judul tugas ini yang diberikan oleh Dosen kepada penulis adalah
mengenai Tahapan Eksporasi Bahan Galian Batubara pada mata Ganesa dan
Eksplorasi Batubara. Yang kemudian menjadi salah satu tugas yang harus dikerjakan
guna mendapatkan nilai pada mata kuliah tersebut.

Makassar, 20 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II ISI ..................................................................................................... 3
2.1 Kegiatan Penyelidikan Dalam Eksplorasi…………………………… 3
2.2 Tahapan Ekplorasi ....................................................................................... 4
2.3 Kegiatan Ekplorasi ....................................................................................... 8
BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2. 1 Penunjaman Lempeng sebelah barat Sumatera yang Mempengaruhi


keadaan geologi daerah penyelidikan ............................................. 9
2. 2 Sumur Uji (Test Pit)......................................................................... 10
2. 3 Pembuatan Parit Uji (Trenching) ..................................................... 11
2. 4 Proses Pemboran .............................................................................. 12
2. 5 Salah satu model penyajian perhitungan sumber daya Batubara Dengan
metode Penampang dan Daerah Pengaruh. ..................................... 15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu bahan galian dari alam. Batubara dapat
didefinisikan sebagai batuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi tumpukan
tanaman selama kira-kira 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman ini terjadi karena
proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah
menjadikar bondioksida (CO2) dan air (H2O). Perubahan yang terjadi dalam
kandungan bahan tersebut disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan yang
kemudian membentuk lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam jangka
waktu berjuta-juta tahun, sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras.
(Mutasim, 2007).
Jika dilihat dari volume konsumsi energi primer berdasarkan jenis bahan
bakarnya, maka kebutuhan energi dunia dipasok dari minyak bumi sekitar 40%,
batubara sekitar 25%, gas alam juga sekitar 25% dan tenaga nuklir sekitar 7%. Dengan
kata lain bahan bakar fosil menutup sekitar 90% sumber kebutuhan energi. Dan dari
jumlah tersebut, batubara menyumbang ¼ dari kebutuhan energi primer dari
kebutuhan dunia tersebut (Heriyadi, 2005).
Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi,
sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Menentukan suatu daerah prospek adalah
tahapan yang penting dalam kegiatan eksplorasi. Dalam kaitan dengan Batubara,
ekplorasi Batubara merupakan suatu proses kegiatan untuk menentukan lokasi
endapan Batubara yang prospek untuk dikembangkan, dimana selama pelaksanaan
program akan dilakukan pengambilan contoh Batubara (Coal Sampling) untuk
dievaluasi dan dianalisis di laboratorium baik dengan pendekatan analisis kimia
maupun analisis fisika agar kualitas dan kuantitas Batubara tersebut dapat diketahui
dengan pasti (Blayden and Goodwin, 1982).

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah
ini sebagai berikut:
a. Apa manfaat dari tahapan ekplorasi batubara ?
b. Mengapa tahapan ekplorasi harus dilakukan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah tersebut penulis dapat menyimpulkan tujuan dari


makasalah ini, yaitu:
a. Kegiatan untuk mengetahui keberadaan endapan bahan galian dengan
menggunakan tahapan tertentu.
b. Mengetahui jenis bahan galian dan sebaran di permukaan dan untuk
mengetahui besaran dan nilai ekonominya (sumber daya mineral dan
cadangan Batubara).

1.4 Manfaat Penulisan

Kegiatan tahapan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan


bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya
tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga untuk
menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya
diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping
untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan
lingkungan.

2
BAB II
ISI

2.1 Kegiatan Penyelidikan Dalam Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi terdiri atas berbagai penyelidikan yang mendukungnya.


Penyelidikan tersebut adalah :
2.1.1 Penyelidikan Geologi
Penyelidikan Geologi permukaan juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan
variasi dan sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu
dalam penentuan seam dan korelasi singkapan batubara serta berguna dalam kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi batubara di daerah ini selanjutnya.
Tujuan utama dari kegiatan Penyelidikan geologi adalah untuk mendapatkan
an mengenai keadaan geologi/jumlah seam dan untuk menentukan titik pemboran.
Semua singkapan yang ditemukan dideskripsi, khusus untuk singkapan batubara
dideskripsi lebih detail yang meliputi kedudukan lapisan (jurus dan kemiringan
lapisan), tebal sebenarnya, jenis roof dan floor, serta jenis parting. Peralatan yang
dipergunakan dalam pemetaan geologi diantaranya kompas geologi, palu geologi,
GPS, roll meter, pita stasiun pengamatan, alat tulis dan peta dasar skala 1:10.000.
Selanjutnya untuk melakukan pengamatan terhadap singkapan batubara,
kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Pengamatan sifat fisik batubara (warna, kilap, gores, kekerasan, cleat,
pengotor, tingkat pelapukan)
2. Pengamatan roof , floor , parting dan interburden batubara.
3. Pengukuran kedudukan lapisan batubara.
4. Pengukuran ketebalan batubara, roof, floor, parting dan interburden
batubara.
5. Pengukuran ketebalan pelapukan vertikal dan horizontal batubara.
6. Pengamatan lapisan tanah penutup (overburden) batubara.
2.1.2 Penyelidikan Geokimia
Penyelidikan Geokima bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur kimia
yang ada di daerah penyelidikan. Namun dalam hal ini penyelidikan Geokimia tidak

3
dilakukan. Ini dikarenakan, pada tahap ini team eksplorasi lebih terfokus pada kegiatan
pemetaan geologi dan pemetaan batubara.
2.1.3 Penyelidikan Geofisika
Penyelidikan yang dimaksudkan adalah penggunakan metode well logging
untuk menentukan ketebelan lapisan batubara ,batas atas dan bawah serta membuat
atau a umum mengenai urutan litologi batuan pada setiap lubang bor.Hasil
penyelidikan well logging memberikan an sangat jelas urutan litologi pada setiap
lubang bor.
Kontras yang paling jelas untuk mendeteksi lapisan batubara terlihat dari hasil
pengukuran logging gamma ray,maka metode ini harus diprioritaskan terlebih dalulu
dalam pengukuran dilapangan (C. Nursivin, 2016).
2.1.3 Pemboran Eksplorasi
Dilaksanakan untuk mengetahui kedalaman mineral, kualitas dan kalkulasi
cadangan kasar/minimum untuk dapat ditambang secara ekonomis (Dachi, 2014).
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik mengenai
penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip dari masing- masing
singkapan yang telah ditemukan. Hasil data pemboran diharapkan dapat mengetahui
mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal modellling sub-surface)
sehingga dapat diketahui sumberdaya (resources) batubara yang ada (Hartono, 1982).

2.2 Tahapan Ekplorasi

Tahapan eksplorasi Batubara sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional


Indonesia, amandemen 1-SNI-13-50141998 (Indonesia, 1998), tentang Klasifikasi
Sumberdaya dan Cadangan Indonesia, umumnya dilaksanakan dalam beberapa tahap:
2.2.1 Penyelidikan Umum
a. Survei tinjau
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batubara yang paling awal
dengan tujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung
endapan Batubara yang prospek untuk diselidiki lebih lanjut. Kegiaatn yang
dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi regional, intepretasi potret
udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan
kegiatan survei tinjau, perlu dilakukan:

4
1. Studi literatur
Sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadapa
data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),
catatan- catatan lama, laporan-laporan temuan, dll. Lalu dipilih daerah
yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dan peta geologi regional sangat penting untuk memilih
daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian
dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat terlihat di lapangan.
2. Survei dan pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maak survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi
lainnya sudah dapat dimulai (peta skala 1: 200.000 sampai 1: 50.000).
tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih
dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini
sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk
mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi
peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang
penting.
b. Prospeksi
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung
endapan Batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan
untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan Batubara yang akan
menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini
bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya
di daerah yang emmpunyai indikasi adanya endapan Batubara. Jarak antar
titik bor berkisar 1000 – 3000 m. pada tahap ini peta yang dipakai mulai
dari 1:50.000 – 1:25.000.
2.2.2 Eksplorasi
a. Eksplorasi umum atau Eksplorasi Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan ini untuk memperoleh an awal tentang endapan
Batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan

5
lapisan, bentuk, korelasi lapisan, sebaran, struktu geologi dan sedimen,
kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500 – 1000 m, skala
peta yang digunakan mulai dari 1:25.000 – 1:10.000. sesuai dengan
keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum no.
661.K/201/DDJP/1996 tentang pemberian kuasa pertambangan, laporan
kuasa pertambngan penyelidikan umum perlu dilampiri dengan beberapa
peta:
1. Peta lokasi/situasi
2. Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000)
3. Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit
uji, pengambilan contoh Batubara (skala 1:10.000)
4. Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000)
5. Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala
1:10.000)
6. Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan
7. Penampang sumur uji
8. Penampang parit uji
9. Penampang lubang bor dari kegiatan ini akan model geologi, model
penyebaran endapan, an mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll.
Dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat di teruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya.
b. Eksplorasi rinci
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang
ada mempunyai prosepek yang baik, ,aka diteruskan dengan tahap
eksplorasi detail. Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan
jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200m), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang
lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume
cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari
sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan
klasifikasi terukur, dengan skala yang kecil (<20%). Sebelum melakukan

6
kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal,
geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta yang digunakan adalah 1:2.000
– 1:5.000. pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman,
ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara tiga dimensi
(panjang, lebar, tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling,
kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
meudahkan perencanaan kemajuan tambang. Juga penting untuk
merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan
tambang maupun prioritas lainnya. Sesuai dengan Keputusan Direktur
Jendral Pertambangan Umum no. 661.K/201/DDJP/1996 tentang
Pemberian Kuasa Pertambangan (Keputusan Direktur Jenderal
Pertambangan Umum, 1996) Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi
perlu dilampiri dengan beberapa peta:
1. Peta lokasi/situasi
2. Peta topografi (skala 1:500 – 1:2.000)
3. Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan Batubara, sumur
uji, parit uji, pemboran, dan pengambilan contoh Batubara (skala
1:2.000 – 1:10.000) – peta geologi daerah (skala 1:500 – 1:2.000)
4. Peta penyebaran endapan Batubara (skala 1:500 – 1:2000)
5. Peta perhitungan dua dimensi Batubara (skala 1:500 – 1:2.000)
6. Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan
kandungan sulphur (skala 1:500 – 1:2.000)
7. Peta isopach tanah tertutup (skala 1:500 – 1:2.000)
8. Peta isopach ketebalan lapisan Batubara (skala 1:500 – 1:2.000)
9. Peta kontur struktur (skala 1:500 – 1:2.000)
10. Penampang geologi
11. Penampang bor
12. Penampang/sketsa singkapan Batubara
13. Penampang terhitungan cadangan Batubara
14. Fotokopi hasil analisis contoh Batubara dari laboratorium
15. Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan kuasa
penambangan ( Hartono, 1982).

7
2.3 Kegiatan Ekplorasi

Kajian mengenai kegiatan eksplorasi ini lalu secara lebih rinci terstruktur
dalam tahapan-tahapan berikut ini:
1. Kegiatan prospeksi (tahap penyelidikan, pendataan geologi regional, dan stratigrafi)
2. Penyelidikan lapangan/kegiatan eksplorasi
3. Pengolahan data
2.3.1 Kegiatan prospeksi
a. Tahap penyelidikan,
Pada Tahapan Penyelidikan ini merupakan kajian langsung atas dasar data
primer (data langsung dari lapangan) maupun data sekunder (dari literatur
yang membahas lokasi daerah penyelidikan) yang dilakukan baik sebelum,
selama maupun setelah dari lapangan.
b. Geologi Regional,
Contoh daerah Studi yaitu pada daerah Geologi regional daerah
penyelidikan dipengaruhi oleh sistem penunjaman lempeng yang berada
disebelah barat Pulau Sumatera, yaitu antara lempeng Eurasia yang relatif
diam dengan lempeng India-Australia yang bergerak kearah Utara hingga
Timur Laut. Secara langsung maupun tidak langsung efek penunjaman
lempeng tersebut mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik dan
struktur geologi didaerah penyelidikan dan sekitarnya yang berada di
Cekungan Sumatera Selatan. Berdasarkan konsep Tektonik Lempeng,
kedudukan cekungan batubara tersier di Indonesia bagian barat berkaitan
dengan sistem busur kepulauan. Dalam sistem ini dikenal adanya cekungan
busur belakang, cekungan busur depan dan cekungan intermontana atau
cekungan antar busur. Masing-masing cekungan ini memiliki karakteristik
endapan batubara yang berbeda satu sama lainnya.

8
Gambar 2. 1 Penunjaman Lempeng sebelah barat
Sumatera yang Mempengaruhi keadaan
geologi daerah penyelidikan

c. Stratigrafi
Statigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan menurut para ahli terdahulu
dibagi atas beberapa formasi dan satuan batuan tua sampai muda, yaitu :
1. Formasi Air Benakat: terdiri dari batu pasir, diendapakan secara selaras
diatas Formasi Gumai pada kala Miosen Tengah-Miosen Akhir,
dilingkungan Neritik sampai Laut Dangkal.
2. Formasi Muara Enim: terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan
batubara. Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Air
Benakat pada kala Miosen di lingkungan Paludal, Delta, dan bukan laut.
3. Formasi Kasai : terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa, terletak selaras
diatas Formasi Muara Enim, diendapkan dilingkungan darat pada kala
Pliosen Akhir-Pliosen Awal.
4. Endapan Kuarter : terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua,
berukuran berakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung, diendapkan secara
tidak selaras diatas Formasi Kasai.

9
2.3.2 Penyelidikan lapangan

a. Pembuatan sumur uji (Test Pit)


Sumur Uji (Test Pit) adalah salah satu usaha untuk memperoleh
ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan test pit ini adalah dengan
membuat lubang penggalian (sumuran) secara vertikal dan memotong
tegak lurus strike atau searah dipping, berdimensi panjang x lebar = 1 m x
1 m, sedangkan kedalaman disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan
(Hartono, 1982).

Gambar 2. 2 Sumur Uji (Test Pit)

b. Pembuatan Parit Uji (Trenching)


Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metode lain untuk
memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan trenching ini
tidak jauh berbeda dengan pembuatan test pit yaitu dengan cara membuat
puritan sepanjang/searah dengan down dip singkapan batubara (secara
horizontal), berdimensi lebar ± 50 cm dengan kedalaman parit
tergantungdari posisi kontak antara lapisan penutup (soil) dengan

10
batubara, sedangkan panjang paritan disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan.

Gambar 2. 3 Pembuatan Parit Uji (Trenching)

c. Pemboran
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik
mengenai penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip
dari masing- masing singkapan yang telah ditemukan. Hasil data
pemboran diharapkan dapat mengetahui mengenai bentukan batubara
bawah permukaan (coal modellling sub-surface) sehingga dapat diketahui
sumberdaya (resources) batubara yang ada.
Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit mesin bor jenis portable
yang sangat popular yakni “Tone” dan “Bell”. Dua cara pemboran yang
dilakukan selama pelaksanaan program ini adalah pemboran putar (Rotary
Drilling) lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan pemboran inti
pemboran dengan bor besar di lokasi penyelidikan akan dilakukan
pemboran dengan sistim Touch Coring (TC) dengan total kedalam 800
meter dengan rincian 612,16 meter dilakukan dengan pemboran Open
Hole dan 187,84 meter dengan pemboran Coring (Hartono, 1982).
Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk
mengambil contoh (sampling) untuk diamati, pengeboran juga bisa
bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air tanah, minyak

11
bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan
(pada kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan
sampling kita dapat membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta
ini kita dapat mengetahui susunan batuan dan ketebalan cadangan dan
akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara keseluruhan
(Dachi, 2014).
Tujuan utama pemboran adalah untuk mengetahui secara pasti
ketebalan batubara, variasi ketebalan, jumlah lapisan batubara, dan urutan
litologi yang ada di daerah penyelidikan. Perencanaan titik pemboran
dilakukan berdasarkan data hasil pemetaan geologi lokal terutama pada
posisi singkapan batubara sehingga dapat ditentukan jumlah dan
penyebaran titik bor (C. Nursivin, 2016).

Gambar 2. 4 Proses Pemboran

2.3.3 Pengolahan data


a. Keadaan endapan
Lapisan batubara yang dijumpai di lapangan terdiri dari 4 lapisan
(seam) yakni A1, A2, B1 dan B2. Secara umum penyebaran batubara
tersebut dari Barat ke Timur dengan kemiringan ke arah Selatan (24 - 410).
Dari keempat lapisan batubara (coal seam) yang terdapat dalam areal
Studi, semua dianggap layak untuk ditambang, karena semua lapisan
12
tersebut menunjukkan ketebalan lebih dari 2 meter. Batubara yang terdapat
di daerah penyelidikan tergolong batubara muda (sub-bituminus atau
lignite) dengan kadar air yang tinggi (moisture content) yang tinggi,
namun kadar abu dan belerang rendah.
b. Sumberdaya batubara
Perhitungan sumberdaya batubara pada Blok Prospek dihitung
dengan menggunakan ”Klasifikasi Perhitungan Sumberdaya USGS tahun
1983” dengan metoda perhitungan seam by seam, sedangkan untuk
perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang menggunakan
”Metoda Penampang”. Output perhitungan jumlah sumberdaya batubara
dapat dibagi menjadi dua yaitu : Total sumberdaya batubara (terukur,
indikasi dan tereka). Potensi cadangan batubara yang dapat ditambang
dengan cara tambang terbuka (open pit mining) dengan kedalaman
penambangan maksimum ± 110 meter.
c. Perhitungan sumberdaya batubara
Perhitungan Sumberdaya Batubara pada Blok Prospek mengacu
pada Klasifikasi USGS tahun 1983, dimana kriterianya dibagi menjadi tiga
yaitu :
1. Sumberdaya Tereka (Inferred), dimana daerah pengaruh mempunyai
radius antara 1200 m – 4800 m dari titik singkapan batubara
2. Sumberdaya Terunjuk (Indicated), dimana daerah pengaruh
mempunyai radius antara 400 m – 1200 m dari titik singkapan batubara.
3. Sumberdaya Terukur (Measured), dimana daerah pengaruh
mempunyai radius 400 m dari titik singkapan batubara
Parameter-parameter yang digunakan untuk memperoleh jumlah
sumberdaya batubara ini adalah :
1. Panjang daerah pengaruh ke arah strike (m) = P
2. Lebar daerah pengaruh ke arah dip (m) = L
3. Tebal singkapan batubara (m) = T
4. Density batubara (1,3 ton/m3) = BJ
5. Luas penampang batubara (m2) = A
6. Sumberdaya (MT) = SD

13
Dari parameter-parameter tersebut maka dapat diketahui jumlah
sumberdayanya dengan menggunakan formula :

SD = P x L x T x BJ atau SD = A x T x BJ

Pada perhitungan perkiraan di atas sumberdaya pada Blok Prospek


penyebaran batubara diasumsikan : Volume tanah penutup (overburden)
dan lapisan di antara lapisan batubara (interburden), serta volume
topografi belum turut diperhitungkan. Penyebaran lapisan batubara
dianggap ada di sepanjang radius daerah pengaruh tanpa ada faktor koreksi
topografi dan struktur geologi. Lapisan batubara dianggap menerus dan
ketebalannya dihitung dari nilai rata-rata dari data yang diperoleh atau
berdasarkan perhitungan geometri ke arah strike dan dip. Densitas
batubara adalah 1,3 ton/m3. Kemiringan batubara dianggap konstan.
d. Perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang
Untuk perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang metoda
perhitungannya dapat di bagi menjadi 2 yaitu;
1. Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden
yang sangat tebal perhitungannya menggunakan metode single pit
(perhitungan tiap lapisan dipisahkan antara satu lapisan dengan lapisan
lain sampai pada kedalaman tambang maksimum).
2. Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden
tidak tebal perhitungannya menggunakan metode multiple pit
(perhitungan antar lapisan digabungkan sampai pada kedalaman
tambang maksimum). Dalam proses perhitungannya jumlah yang akan
disajikan adalah berdasarkan masing- masing perhitungan pit.

14
Gambar 2. 5 Salah satu model penyajian perhitungan sumber
daya Batubara Dengan metode Penampang dan
Daerah Pengaruh.

15
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Di dalam ekplorasi batubara ada beberapa tahapan yang kita harus penuhi
ketahui. Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi,
sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Kegiatan tahapan eksplorasi juga sangat
penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat
keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara
yang suatu saat akan habis tergali.

16
DAFTAR PUSTAKA

C. Nursivin. (2016). Laporan Ekplorasi PT. Benamakmur Selaras sejahtera,


Bulungan, Kalimantan Timur. (467). Retrieved from
https://www.academia.edu/34533674/Laporan_Eksplorasi_PT._Benamakmur_S
elaras_Sejahtera_Bulungan

Blayden, I.D. & Goodwin, P.W., 1982, Coal Basin Exploration-Strategies, Methods,
Analytical Programmes and Case Histories, University of Wollongong, Australia.

Dachi, I. (2014). LAPORAN_KULKER_EKSPLORASI_PT_BA. Retrieved from


www.acedemia.edu website: https://www.academia.edu/12466388/LAPORAN_
KULKER_EKSPLORASI_PT_BA
Indonesia, S. N. (1998). Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara.
Mustasim Billah,, 2007. Peningkatan Nilai kalor batubara, UPN Press
Susanti Hartono. (1982). Tahapan Eksplorasi Batubara. 1–12. Retrieved from
https://docplayer.info/55262809-Bab-i-tahapan-eksplorasi-batubara.html

Umum, D. J. P. (1996). kd-698K201DDJP-1996.pdf.

17

Anda mungkin juga menyukai