1. Pengertian Perjanjian
perjanjian ini mengandung unsur perbuatan, satu orang atau lebih terhadap satu
atau dua pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan itu. Selain itu merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji
kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang, seperti jual beli barang,
1
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23887/3/Chapter%20II.
pdf diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 08.10
2
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Inermasa, Jakarta, 1987, hlm 29
3
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti,
Jakarta,1986, hlm 93
Dalam berbagai hukum perjanjian, apabila suatu perjanjian telah
dipenuhi serta berlaku sebagai hukum, dengan kata lain, perjanjian itu
sebagaimana tertuang dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi “
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
membuatnya, seperti tampak dalam bunyi pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata, hal
ini juga ditegaskan dalam Pasal 1315 KUH Perdata.4 Perjanjian itu merupakan
abstrak sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa
a. Asas Konsensualisme;
Dalam suatu perjanjian cukup ada suatu kata sepakat dari mereka yang
membuat perjanjian tanpa diikuti oleh perbuatan hukum lain, kecuali perjanjian itu
bersifat formil. Ini berarti bahwa perjanjian itu telah dianggap ada dan mempunyai
4
Chairun Pasribu, Suharawardi Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta,
2011, hlm 263
b. Asas Kekuatan Mengikat (Asas Pacta Sun Servanda);
keterikatan suatu perjanjian oleh para pihak. Jadi, setiap perjanjian yang dibuat
secara sah oleh para pihak akan mengikat bagi mereka yang membuatnya.
3) Isi, syarat, dan luasnya perjanjian bebas ditentukan sendiri oleh para pihak.
Asas kebebasan berkontrak ini dapat dijumpai pada Pasal 1338 ayat (1)
perumusan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dari kata “semua” pada hakekatnya setiap orang dapat melaksanakan perjanjian
tentang apa saja, sepanjang perjanjian yang di buat tidak bertentangan dengan
kedudukan kedua belah pihak sama kuatnya dalam membuat perjanjian Subekti
yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) itu telah memungkinkan
5
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, 2005, hlm. 14
berkembangnya hukum perjanjian, karena masyarakat diberikan
perjanjian-perjanjian khusus itu para pihak tidak terlepas dari aturan-aturan yang
ada dalam KUHPerdata, dengan kata lain para pihak juga harus berpedoman pada
aturan-aturan yang ada dalam KUHPerdata, maka hal ini merupakan suatu fakta
yang menunjukkan bahwa Buku III KUHPerdata yang berjudul tentang perikatan,
pelengkap, maka pasal-pasal yang terkandung dalam Buku III KUHPerdata itu
perjanjian, akan tetapi tidak terlepas pada hal-hal telah dibatasi dan ditetapkan
memberikan kebebasan sedemikian rupa sehingga setiap orang berhak dan bebas
dengan kehendak para pihak yang berjanji. Untuk itu terbuka kebebasan yang
isi suatu perjanjian asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.
ketentuan yang telah diatur yang terdapat di dalam pasal-pasal hukum perjanjian.6
6
I. G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak (Contract Drafting) dan Praktik,
Mega poin, Jakarta, 2003, hlm. 33
d. Asas Kepercayaan;
kepercayaan diantara mereka. Artinya pihak yang satu percaya bahwa pihak yang
lain akan memenuhi prestasinya di kemudian hari, dan begitu juga sebaliknya.
Perjanjian dapat diadakan dengan baik apabila para pihak saling percaya.
Menurut asas ini, para pihak mempunyai derajat yang sama, tidak ada
f. Asas Keseimbangan;
prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk
g. Asas Moral;
para pihak harus berdasarkan tatanan susila (moral) yang pelaksanaannya tidak
h. Asas Kepatutan;
kepatutan ini sangat berkaitan erat dengan isi perjanjian. Kesepakatan yang
dituangkan dalam isi perjanjian menurut asas kepatutan ini harus melahirkan rasa
keadilan baik kepada pihak yang mengadakan perjanjian maupun rasa keadilan
i. Asas Kebiasaan;
Asas ini diatur dalam Pasal 1339 KUHPerdata jo. Pasal 1347
tidak hanya mengikat pada hal-hal yang di atur secara tegas dalam isi perjanjian,
tetapi juga pada hal-hal yang berlaku sebagai kebiasaan dalam masyarakat,
Asas ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai
para pihak yang mengadakan perjanjian, serta memelihara tertib hukum perjanjian
Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian adalah sah apabila
a. Kesepakatan
Kesepakatan ialah sepakatnya para pihak yang mengikatkan diri, artinya kedua
belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas untuk
mengikatkan diri, dan kemauan itu harus dinyatakan dengan tegas atau secara
diam. Dengan demikian, suatu perjanjian itu tidak sah apabila dibuat atau
b. Kecakapan
hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap untuk
Ketentuan KUH Perdata mengenai tidak cakapnya perempuan yang telah kawin
melakukan suatu perjanjian kini telah dihapuskan, karena menyalahi hak asasi
manusia.
1. Suatu hal tertentu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian adalah harus
suatu hal atau barang yang cukup jelas atau tertentu yakni paling sedikit
7
R. Soeroso, Perjanjian di Bawah Tangan (Pedoman Pembuatan dan Aplikasi
Hukum), Bandung, 1999, hlm 12
2. Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi
Contohnya seorang pedagang telur, pedagang ayam ternak harus jelas barang
tersebut ada didalam gudang, jual beli tanah harus jelas ukuran luas tanah dan
Meskipun siapa saja dapat membuat perjanjian apa saja, tetapi ada
KUHPerdata).8
Akibat dari suatu perjanjian yang dibuat secara sah adalah sebagai berikut:
b. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya (Pasal 1340
KUH Perdata) dan perjanjian dapat mengikat pihak ketiga apabila telah
8
Ibid., hlm 16
9
Ibid., hlm 19
c. Konsekuensinya para pihak dalam perjanjian tidak dapat secara sepihak
menarik diri akibat-akibat perjanjian yang dibuat oleh mereka (Pasal 1338
d. Perjanjian dapat diakhiri secara sepihak jika ada alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu (Pasal 1338 ayat (2) KUH
Perdata), yaitu seperti yang termuat dalam Pasal 1571, Pasal 1572, Pasal
(Pasal 1338 Ayat (3) KUH Perdata), jadi itikad baik harus ada sesudah
pihak dalam membuat perjanjian, maka seluruh atau bagian tertentu dari isi
10
Ibid., hlm 20
11
Ibid., hlm 23
Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat hukum
yang dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak
memenuhi hak dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat
menuntut melalui pengadilan. Suatu perjanjian yang telah disepakati oleh para
pihak untuk memberikan tuntutan atau memenuhi tuntutan tersebut, artinya, tidak
akan ada kesepakatan yang mengikat seseorang jika tidak ada perjanjian tertentu
yang disepakati oleh para pihak, dari adanya hubungan hukum tersebut, maka
Hasilnya adalah terpenuhinya hak pihak lain secara sempurna atau secara tidak
sebagaimana mestinya pula. Hal ini tidak menimbulkan masalah. Dikatakan tidak
mestinya pula (pihak lain dirugikan), hal ini menimbulkan masalah, yaitu siapa
yang bertanggungjawab, artinya siapa yang wajib memikul beban tersebut, pihak
debitur atau kreditur, pihak penerima jasa atau pemberi jasa, dengan adanya
disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi itu dapat
terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga
12
Tood D. Rakoff, Contract of Adhesion an Essay Inreccontruction,
1983, hlm 1189
13
11 http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dasar-dasar-hukum-
perjanjian/ diakses pada 10 Oktober 2019 Pukul 09:30