Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BESAR

MEKANIKA STRUKTUR III

DOSEN PENGAMPU :
SITI ASYIAH, M.T.

DISUSUN OLEH :
DIMAS SURYA AZHARI (3336160119)

JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2019

1
KATA PENGATAR

Puji sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan analisis kontrastif.

Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penyusun dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepanya dapat lebih baik.

Makalah ini penyusun akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang penyusun miliki sangat kurang. Oleh karena itu penyusun harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Cilegon , 19 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Awal i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Jaminan Kontrak Konstruksi 4


B. Pemutusan Kontrak Konstruksi 9
C. Prakualifikasi Kontrak 13
D. Persyaratan Peserta Yang Mengikuti Kualifikasi 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan Masalah
1. Jenis-Jenis Jaminan Kontrak Konstruksi ?
2. Pemutusan Kontrak Konstruksi ?
3. Prakualifikasi Kontrak ?
4. Persyaratan Peserta Yang Mengikuti Kualifikasi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Jenis-Jenis Jaminan Kontrak Konstruksi
2. Mengetahui Pemutusan Kontrak Konstruksi
3. Mengetahui Prakualifikasi Kontrak
4. Mengetahui Persyaratan Peserta Yang Mengikuti Kualifikasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. JENIS-JENIS JAMINAN KONTRAK KONSTRUKSI


 Jaminan Penawaran (Bid Bond)
 Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)
 Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond)
 Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond)
 Jaminan Pembayaran (Payment Guarantee)
Untuk tiap-tiap jenis jaminan tersebut dapat berupa Bank Garansi tergantung
dengan kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
1. Jaminan Penawaran (Bid Bond)
Merupakan jaminan yang secara khusus dipersyaratkan oleh Panitia Tender
untuk melihat keseriusan dari masing-masing Peserta Tender untuk mengikuti
jalannya proses tender, besarya nilai jaminan sebesar 1% sampai dengan 5% dari
nilai penawaran.
Resiko yang menyebabkan klaim yaitu :
 Principal mengundurkan diri setelah memasukan penawaran.
 Principal tidak menyerahkan jaminan pelaksanaan setelah dinyatakan sebagai
pemenang tender oleh obligee.
 Principal tidak bersedia menandatangani kontrak setelah dinyatakan sebagai
pemenang tender oleh obligee.
Besarnya nilai ganti rugi yaitu :
 Bank Garansi : sebesar nilai jaminan.
 Surety Bond : besarnya ganti rugi sebesar selisih jumlah harga penawaran
pemenang pertama dengan jumlah penawaran pemenang kedua dengan
maksimum sebesar nilai jaminan.
2. Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)
Merupakan jaminan atas kesanggupan principal untuk melaksanakan
pekerjaan secara fisik sesuai dengan ketentuan yang diperjanjikan dalam kontrak.

5
Besarnya nilai jaminan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak, biasanya sebesar
5% sampai dengan 10% dari nilai kontrak dengan periode jaminan sesuai dengan
jangka waktu kontrak.
 Resiko yang menyebabkan klaim yaitu :
Principal Wanprestasi (gagal melaksanakan kewajiban-kewajiban yang
seharusnya dilaksanakan sebagaimana diatur dalam kontrak).
 Principal tidak memperpanjang jaminan pelaksanaan apabila jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan telah diperpanjang sesuai dengan kesepakatan antara
principal dan obligee.
Besarnya nilai ganti rugi yaitu :
 Bank Garansi : sebesar nilai jaminan.
 Surety Bond : kerugian dihitung dengan cara menunjuk pihak ketiga untuk
meneruskan pekerjaan yang belum selesai, besarnya ganti rugi sebesar selisih
antara nilai kontrak principal dengan obligee dibandingkan dengan nilai kontrak
principal pengganti dengan obligee dengan maksimum sebesar nilai jaminan.
3. Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond)
Merupakan jaminan atas kesanggupan principal untuk mengembalikan uang
muka yang telah diterimanya dari obligee sesuai dengan ketentuan yang
diperjanjikan dalam kontrak. Besarnya nilai jaminan sesuai dengan jumlah uang
muka yang diterima dengan periode jaminan sesuai dengan jangka waktu kontrak.
Resiko yang menyebabkan klaim yaitu :
 Principal tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kontrak.
 Uang muka tidak / belum dikembalikan sampai dengan batas waktu yang
diperjanjikan.
Besar nilai ganti rugi yaitu :
 Bank Garansi : sebesar nilai jaminan
 Surety Bond : surety akan mengembalikan uang muka kepada obligee
maksimum sebesar nilai uang muka dengan ketentuan jumlahnya akan
diperhitungkan dengan tingkat prestasi kerja yang telah dilaksanakan oleh
principal (dikurangi dengan jumlah pengembalian uang muka yang telah
diangsur oleh principal).

6
4. Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond)
Merupakan jaminan atas kesanggupan principal untuk memperbaiki kerusakan-
kerusakan pekerjaan setelah pelaksanaan pekerjaan selesai sesuai dengan ketentuan
yang diperjanjikan dalam kontrak. Jaminan ini diterbitkan sebagai pengganti dari
nilai retensi (jumlah uang yang ditahan oleh obligee pada masa pemeliharaan
maksimal sebesar 5% dari nilai kontrak).
Resiko yang menyebabkan klaim yaitu:
 Principal tidak memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi selama masa
pemeliharaan.
Besar nilai ganti rugi yaitu :
 Bank Garansi : sebesar nilai jaminan.
 Surety Bond : sebesar biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan-
kerusakan tersebut, maksimum sebesar nilai jaminan.
5. Jaminan Pembayaran (Payment Guarantee)
Merupakan jaminan yang biasa digunakan dalam bentuk kontrak Pra
Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor's Full Prefinance) dimana seluruh
pekerjaan dibiayai terlebih dahulu oleh penyedia jasa, masa untuk menjamin
penyedia jasa mendapatkan pembayaran atas pekerjaannya maka pengguna jasa
harus memberikan jaminan pembayaran kepada penyedia jasa. Jaminan
pembayaran bukanlah sebuah instrumen pembayaran, jaminan ini baru dapat
dicairkan apabila secara tegas telah dinyatakan di dalam kontrak bahwa jaminan
pembayaran tersebut boleh dicairkan sebagai alat pembayaran kepada penyedia
jasa.

B. PEMUTUSAN KONTRAK KONSTRUKSI


Pemutusan kontrak ini dapat dilakukan melalui pemberitahuan tertulis, jadi tidak
harus melalui pengadilan berdasarkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Hal-hal yang dapat menjadi dasar pemutusan kontrak adalah:

 Penyedia lalai / cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak


memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
 Penyedia tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan, tidak memulai pelaksanaan
pekerjaan;

7
 Penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (duapuluh delapan) hari dan
penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta tanpa persetujuan
Pengawas Pekerjaan;
 Penyedia berada dalam keadaan pailit;
 Penyedia selama masa kontrak gagal memperbaiki cacat mutu dalam jangka
waktu yang ditetapkan oleh PPK;
 Penyedia tidak mempertahankan keberlakuan jaminan pelaksanaan;
 Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia sudah
melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak dan PPK menilai bahwa
Penyedia tidak akan sanggup menyelesaikan sisa pekerjaan;
 Pengawas Pekerjaan memerintahkan penyedia untuk menunda pelaksanaan atau
kelanjutan pekerjaan, dan perintah tersebut tidak ditarik selama 28 (duapuluh
delapan) hari;
 PPK tidak menerbitkan SPP un

Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan oleh karena kesalahan penyedia, maka
konsekuensinya adalah :

 Jaminan Pelaksanaan dicairkan;


 Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia atau jaminan uang muka dicairkan;
 Penyedia membayar denda; dan/atau
 Penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam.

Pemutusan kontrak yang dilakukan oleh PPK dengan alasan keterlambatan


penyedia dalam melaksanakan pekerjaan tentunya harus melalui prosedur-prosedur
tertentu seperti diberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan
tentang kontrak kritis. Kontrak dinyatakan kritis apabila:

 Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0%-70% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana;
 Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak), realisasi
fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari rencana;

8
 Rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan
terlambat kurang dari 5% dari rencana dan akan melampaui tahun anggaran
berjalan.

Penanganan kontrak kritis tersebut dilakukan dengan rapat pembuktian atau Show
Cause Meeting (SCM) dengan prosedur sebagai berikut:

 Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat


peringatan kepada penyedia dan selanjutnya menyelenggarakan SCM.
 Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia
dalamperiode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan dalam berita
acara SCM Tahap I;
 Apabila penyedia gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan
SCM Tahap II yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang
harus dicapai oleh penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang
dituangkan dalam berita acara SCM Tahap II;
 Apabila penyedia gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan SCM
Tahap III yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus
dicapai oleh penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba ketiga) yang
dituangkan dalam berita acara SCM Tahap III;
 Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus menerbitkan surat peringatan kepada
penyedia atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan.

Dalam hal terjadi keterlambatan rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari


kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat kurang dari 5% dari rencana dan akan
melampaui tahun anggaran berjalan, maka PPK dapat langsung memutuskan
kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata setelah dilakukan rapat bersama atasan PPK sebelum tahun
anggaran berakhir.
Selain itu pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK juga dibenarkan oleh
Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 apabila :

9
 Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya
kontrak;
 Penyedia barang/jasa cidera janji dan tidak memperbaiki kelalaiannya;
 Penyedia diyakini tidak mampu menyelesaikan pekerjaan walaupun diberi
waktu sampai dengan 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan
pekerjaan;
 Penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan setelah diberi waktu 50 hari
kalender.

Dari keseluruhan uraian tadi maka dapat disimpulkan bahwa:

 Sengketa yang timbul dari suatu kontrak konstruksi antara pemerintah yang
diwakili oleh PPK dan pihak penyedia merupakan sengketa keperdataan oleh
karena ketika pemerintah melakukan suatu tindakan dalam lapangan keperdataan
dan tunduk pada ketentuan hukum perdata maka pemerintah bertindak sebagai
wakil dari badan hukum bukan wakil dari jabatan. Dengan demikian kedudukan
pemerintah dalam hal ini setara dengan kedudukan penyedia, sehingga tindakan
penyedia mengajukan gugatan terhadap PPK atas pemutusan kontrak di PTUN
adalah suatu kekeliruan

 Kontrak merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, dengan


kata lain hal-hal yang diatur di dalam kontrak mengikat pihak-pihak yang
mengadakan kontrak tersebut. Di dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak berdasarkan
ketentuan Peraturan Menteri PU No. 07/PRT/M/2011 diatur mengenai pemutusan
kontrak, dimana PPK dapat melakukan pemutusan kontrak secara sepihak apabila
terjadi hal-hal tertentu yang menjadi alasan pemutusan kontrak. Hal ini merupakan
pengesampingan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1266 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata dimana pembatalan suatu kontrak harus dengan putusan Hakim.
Ketentuan Pasal 1266 tersebut bias dikesampingkan berdasarkan asas kebebasan
berkontrak dimana kedua belah pihak menyatakan secara tegas dalam kontrak
untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.

10
 Pemutusan kontrak secara sepihak tentunya dilakukan melalui prosedur atau
mekanisme yang telah ditentukan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak. Dengan
kata lain, ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh PPK sebelum melakukan
pemutusan kontrak, antara lain memberikan teguran secara tertulis dan
mengenakan ketentuan tentang kontrak kritis dalam hal terjadi keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan oleh karena kelalaian penyedia

C. PRAKUALIFIKASI KONTRAK
Seringkali dalam tahap pelelangan diadakan beberapa prosedur agar kontrak
yang berpengalaman dan berkompeten saja yang dperbolehkan ikut serta dalam
pelelangan. Prosedur ini dikenal dengan sebagai babak prakualifikasi yang meliputi
pemeriksaan sumber daya keuangan, manajerial dan fisik kontraktor yang potensial,
dan pengalaman pada proyek serupa, serta integritas perusaahn. Untuk proyek –
proyek milik pemerintah, kontaktor yang memenuhi persyaratan biasanaya
dimasukan ke dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM).

D. PERSYARATAN PESERTA YANG MENGIKUTI KUALIFIKASI


Syarat peserta untuk dapat mengikuti kualifikasi adalah:
1. Persyaratan administrasi
a. Berbadan hokum Indonesia
b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c. Membuat surat pakta integritas, dan
d. Menyampaikan dokumen kualifikasi beserta dokumen pendukungnya
e. Memiliki domisili tetap dan alamat yang jelas
2. Persyaratan teknis, meliputi:
a. Cakap menurut hukum :
1) Informasi keterangan tata ruang
2) Pendaftaran penanaman modal
3) Ijin lingkungan (untuk kegiatan usaha yang wajib UKL -UPL /AMDAL )
4) ANDALALIN (minimal 1 lantai basement)
b. Apabila calon mitra usahanya tidak bergerak dibidang jasa pengelolaan
pasar modern, maka diperlukan surat dukungan dari jas pengelola pasar
modern (mall) yang memiliki :

11
1) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
2) SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
3. Tidak masuk dalam daftar hitam pada pengadaan barang / jasa pemerintah, baik
calon mitra, maupun pendukungnya ;
4. Memiliki keahlian, pengalaman, dan kemampuan teknis dan manjerial, meliputi:
a. Apabila calon mitra usahanya tidak bergerak di bidang jasa konstruksi, maka
diperlukan surat dukungan dari Baadan Usaha jasa konstruksi yang memiliki
SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi) san SBU (Sertifikat Badan Usaha)
bidang bangunan Gedung sub klasifikasi jasa pelaksana untuk konstruksi
bangunan komersial (BG 004) kualifikasi non kecil, yang masih berlaku
(proses perpanjangan tidak berlaku), dengan melampurkan data pengalaman
pelaksanaan pekerjaan pembangunan konstruksi 4 tahun terakhir sesuai sub
bidangnya
b. Data pengalaman pengellaan paasar modern
5. Memiliki sumber permodalan diuktikan dengan
a. Neraca perusahaan tahun terakhir yang sudah di audit;
b. Saldo rekening perusahaan 3 (tiga) bulan terakhir tahun 2018;
c. Surat dukungan dari Lembaga keuangan (bank/non bank)

DAFTAR PUSTAKA

http://baskarapatria.blogspot.com/2015/05/jenis-jenisjaminan-dalam-proyek.html
http://birohukum.pu.go.id/berita/108-kkontrak-konstruksi.html

12
https://www.pu.go.id/assets/images/pdf/Ntc_101228172909.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai