Anda di halaman 1dari 16

Resusiatasi Jantung Paru/RJP (Circulation Pulmonary Resucitation/CPR)

Resusiatasi Jantung Paru atau RJP merupakan teknik penyelamatan hidup yang
bermanfaat pada banyak kedaruratan, seperti serangan jantung, tenggelam, dimana
pernafasan dan denyut jantung seseorang berhenti. Ketika jantung berhenti,
tiadanya darah teroksigenasi dalam beberap menit dapat menyebabkan kerusakan
otak yang tidak dapat diperbaiki. Kematian terjadi dalam 8-10 menit. Perhitungan
terhadap waktu adalah penting saat menolong pasien tidak sadar yang tidak
bernafas.1

Rsesusitasi Jantung Paru atau RJP idealnya terdiri dari 2 komponen yaitu
kompresi dada dikombinasi dengan pernafasan bantuan mulut ke mulut. Dengan
perbandingan 30:2 antara lain juga untuk melatih melakukan tiupan nafas buatan.
Kompresi dada tanpa diikuti tiupan nafas buatan dianjurkan oleh AHA bagi orang
yang tidak atau kurang terlatih, tetapi bisa life saving. Sejak tahun 2010, AHA
menerapkan urutan CAB (Compression-Airway-Breathing) dengan alasan bahwa
masih ada sisa oksigen dari nafas terakhir di paru-paru dan aliran darah, waktu
yang terbuang dikala membuka jalan nafas, dan pemberian nafas mouth to mouth
yang sulit dilakukan oleh orang yang belum terlatih, kecuali bagi bayi baru lahir
karena biasanya penyebab arrest adalah asfiksia.2
Gambar 1.1 Teknik CPR (Circulation Pulmonary Ressuciation)
sumber : Emergency and patient safety. [internet] 2012. [cited on 2015 June 13]
Available from :
http://repository.unand.ac.id/21272/3/skills%20lab%20Blok%204.2.pdf2
Gambar 1.2 Teknik melakukan CPR dengan CAB
sumber : Emergency and patient safety. [internet] 2012. [cited on 2015 June 13]
Available from :
http://repository.unand.ac.id/21272/3/skills%20lab%20Blok%204.2.pdf2

Sebelum melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru atau RJP, dilakukan


pemeriksaan kesadaran yaitu dengan cara berteriak didekat kuping Pemeriksaan
kesadaran dilakukan untuk menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara
memanggil, menepuk bahu atau wajah korban. Jika pasien sadar, biarkan pasien
dengan posisi yang membuatnya merasa nyaman, dan bila perlu lakukan kembali
penilaian kesadaran setelah beberapa menit.3 Jika pasien tidak sadar, dan ada 2
orang, seorang menelepon nomor emergency dan seorang mulai melakukan
tindakan RJP. Bila hanya seorang dan bisa segera menelepon, lakukan sebelum
mulai RJP, kecuali seorang tersebut berpendapat bahwa pasien tidak sadar karena
tidak dapat bernafas atau tidak dapat udara (seperti pada tenggelam). Pada kasus
tersebut, dimulai RJP satu menit dan baru menelepon. Perhatikan perbedaan
tindakan RJP pada anak dan bayi.1
Gambar 1.3 Pemeriksaan kesadaran korban (sumber: European Resuscitation
Council Guidelines for Resuscitation 2010).
sumber : Bantuan hidup dasar. [internet]. [cited on 2015 June 13] Available from
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pdf3

Dalam melakukan tindakan RJP ini, ingat Dr. CAB yaitu Danger Remove (+
perlindungan diri) Circualtion, Airway, and Breathing, untuk mengingat urutan
yang akan dibahas dibawah ini. Kemudian kerjakan dengan cepat kompresi dada
dalam usaha memperbaiki sirkulasi, diikuti jalan nafas dan pernafasan.2

1. Circulation
Circulation Merupakan suatu tindakan resusitasi jantung dalam usaha
mempertahankan sirkulasi darah dengan cara memijat jantung, sehingga
kemampuan hidup sel-sel saraf otak dalam batas minimal dapat
dipertahankan (Alkatri, 2007).3

Prosedur melakukan tindakan ini adalah sebagai berikut :2


1) Letakkan telapak satu tangan diatas pertengahan dada pasien, antara
puting atau dua jari caudal sudut costa. Letakkan tangan lain diatas
tangan pertama. Posisikan siku lurus dan posisikan bahu tepat diposisi
segaris diatas posisi tangan.
2) Gunakan berat badan atas (tidak hanya tenaga lengan) saat menekan
lurus ke bawah (kompresi) pada dada sejauh 2 inci (sekitar 5 cm).
Tekan dengan kuat dan cepat, beri 2 kompresi per derik atau sekitar
120 kompresi per menit.
3) Setelah 30 kompresi, tekuk kepala ke belakang dan angkat dagu untuk
membuka jalan nafas. Siapkan memberi dua nafas buatan. Pencet
lubang hidung dan berikan nafas buatan pada mulut selama sedetik.
Bila dada terangkat, beri nafas bantu kedua. Bila dada tidak terangkat,
ulangi menekuk kepala, lakukan manuever angkat dagu dan berikan
nafas bantu kedua. Ini adalh satu siklus. Bila ada orang lain,
perintahkan orang tersebut memberikan dua nafas bantu setelah
seorang yang pertama melakukan 30 kompresi.
4) Bila pasien tidak respon, setelah 5 siklus (sekitar 2 menit) dan AED
(Automatic External Defibrillation) tersedia dan anda sudah pelatihan,
gunakan dan ikuti perintahnya. AHA (American Heart Association)
menganjurkan pemberian 1 shock, dan nilai RJP, mulai dengan
kompresi dada, untuk 2 menit sebelum memberikan shock kedua.
Gunakan pada pediatrik pada usia 1-8 tahun. Jangan gunakan AED
pada bayi.
5) Lanjutkan RJP hingga ada tanda-tanda pergerakan atau hingga petugas
emergency medis mengambil alih.
Gambar 1.4 Lokalisasi posisi tangan dan tubuh penolong dalam melakukan
kompresi dada.
sumber : Resusitasi Jantung Paru (RJP). Hippocrates Emergency Team. [internet]
2013. [cited on 2015 June 13] Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pdf4
Gambar 1.5 Posisi penolong pijat jantung (sumber: European Resuscitation
Council Guidelines for Resuscitation 2010).
sumber : Bantuan hidup dasar. [internet]. [cited on 2015 June 13] Available from
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pdf3

2. Airway
Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan
dan sebagian, dan progresif dan/atau berulang (ATLS, 2004). Penyebab
utama obstruksi jalan napas bagian atas adalah lidah yang jatuh
kebelakang dan menutup nasofaring. Selain itu bekuan darah, muntahan,
edema, atau trauma dapat juga menyebabkan obstruksi tersebut. Oleh
karena itu, pembebasan jalan napas dan menjaga agar jalan napas tetap
terbuka dan bersih merupakan hal yang sangat penting dalam BLS (Van
Way, 1990).3

Bila penderita mengalami penurunan tingkat kesadaran, maka lidah


mungkin jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan
seperti ini dapat segera diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin-lift
maneuver) atau dengan mendorong rahang bawah ke arah depan (jaw-
thrust maneuver). Tindakan-tindakannyang digunakan untuk membuka
airway dapat menyebabkan atau memperburukncedera spinal. Oleh karena
itu, selama mengerjakan prosedur-prosedur ini harus dilakukan
immobilisasi segaris (in-line immobilization) dan pasien/korban harus
diletakkan di atas alas/permukaan yang rata dan keras (IKABI, 2004).3

Langkah-langkah dan teknik membuka jalan nafas adalah sebagai berikut :


1) Letakkan pasien pada punggungnya dipermukaan rata.2
2) Berlutut antara leher dan bahu pasien.2
3) Untuk membuka jalan nafas, dapat dilakukan 3 tindakan yaitu :3
a. Tindakan kepala tengadah (head tilt)
Tindakan ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu
tangan penolong mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah
(Latief dkk, 2009).
b. Tindakan dagu diangkat (chin lift)
Jari-jemari satu tangan diletakkan dibawah rahang, yang kemudian
secara hati-hati diangkat keatas untuk membawa dagu ke arah
depan. Ibu jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri (incisor)
bawah dan secara bersamaan dagu dengan hati-hati diangkat.
Maneuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher
(IKABI, 2004).
Gambar 1.6 Head-tilt, chin-lift maneuver (sumber: European Resuscitation
Council Guidelines for Resuscitation 2010).
sumber : Bantuan hidup dasar. [internet]. [cited on 2015 June 13] Available from
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pdf3

c. Tindakan mendorong rahang bawah (jaw-thrust)


Pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangkat didorong
kedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-leher. (Latief
dkk, 2009).

4) Periksa pernafasan normal, ambil waktu sekitar 5-10 detik: lihat


gerakan dada, dengar bunyi nafas dan rasakan nafas pasien pada pipi
dan telinga. Nafas cepat lewat mulut tidak dianggap akan menjadi
pernafasan normal. Bila pasien tidak bernafas, mulai pernafasan mulut
ke mulut.2
Gambar 1.7 Jaw-thrust maneuver (sumber: European Resuscitation Council
Guidelines for Resuscitation 2010).
sumber : Bantuan hidup dasar. [internet]. [cited on 2015 June 13] Available from
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pdf3

3. Breathing
Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Pada keadaan normal, oksigen
diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh
tubuh (Smith, 2007).3

Breathing support merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenasi


dengan inflasi tekanan positif secara intermitten dengan menggunakan
udara ekshalasi dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau dari mulut ke
alat (S-tube masker atau bag valve mask) (Alkatri, 2007). Breathing
support terdiri dari 2 tahap, yaitu :3
1) Penilaian Pernapasan
Menilai pernapasan dengan memantau atau observasi dinding dada
pasien dengan cara melihat (look) naik dan turunnya dinding dada,
mendengar (listen) udara yang keluar saat ekshalasi, dan merasakan
(feel) aliran udara yang menghembus dipipi penolong (Mansjoer,
2009).
Gambar 1.8 Look, listen, and feel (sumber: European Resuscitation Council
Guidelines for Resuscitation 2010).
sumber : Bantuan hidup dasar. [internet]. [cited on 2015 June 13] Available from
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pdf3

2) Memberikan bantuan napas3


Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut (mouth-to-
mouth), mulut ke hidung (mouth-to-nose), mulut ke stoma trakeostomi
atau mulut ke mulut via sungkup (Latief dkk, 2009). Bantuan nafas
dilakukan dari mulut ke hidung bila mulut cedera berat atau tidak
dapat dibuka.
a. Pada bantuan napas mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) jika tanpa
alat, maka penolong menarik napas dalam, kemudian bibir
penolong ditempelkan ke bibir pasien yang terbuka dengan erat
supaya tidak bocor dan udara ekspirasi dihembuskan ke mulut
pasien sambil menutup kedua lubang hidung pasien dengan cara
memencetnya.

Gambar 1.9 Ventilasi buatan mulut ke mulut (sumber: European


Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010).
sumber : Bantuan hidup dasar. [internet]. [cited on 2015 June 13] Available from
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pdf3

b. Pada bantuan napas mulut-ke-hidung (mouth-to-nose), maka udara


ekpsirasi penolong dhembuskan kehidung pasien sambil menutup
mulut pasien. Tindakan ini dilakukan kalau mulut pasien sulit
dibuka (trismus) atau pada trauma maksilo-fasial.
c. Pada bantuan napas mulut-ke-sungkup pada dasarnya sama dengan
mulut-ke-mulut. Bantuan napas dapat pula dilakukan dari mulut-
ke-stoma atau lubang trakeostomi pada pasien pasca bedah
laringektomi.
3) Siapkan untuk dua pemberian nafas bantuan. berikan nafas pertama,
berakhir dalam sedetik, sambil dilihat apakah dada bergerak naik . Bila
naik berikan pernafasan kedua. Bila dada tidak naik, ulangi tekukan
kepala, manuever angkat dagu dan berikan nafas kedua.2

Hal ini merupakan suatu siklus. Bila ada orang lain, perintahkan orang
tersebut memberikan dua nafas setelah orang yang pertama melakukan
30 kompresi. (Perbandingan tetap 30:2, baik bila dilakukan oleh satu
orang maupun dua orang).
4) Kembali ke kompresi dada.2

Resusitasi Jantung Paru atau RJP pada anak2


Untuk usia 1-8 tahun, prinsip serupa dengan dewasa. Perbedaannya adalah
sebagai berikut :
1. Bila hanya seorang, berikan 5 siklus kompresi dan nafas, sekitar 2 menit
sebelum menelepon petugas emergency atau menggunakan AED
(Automatic External Defibrillation).
2. Gunakan hanya satu tangan untuk melakukan kompresi jantung.
3. Pemberian nafas lebih hati-hati.
4. Perbandingan kompresi dan nafas seperti dewasa, yaitu 30:2. Ini
merupakan satu siklus. Setelah memberi nafas, segera mulai siklus
berikutnya.
5. Setelah 5 siklus (sekitar 2 menit) RJP , bila tidak ada respon dan tersedia
AED, gunakan sesuai perintah mesin. Gunakan pada pediatrik bila ada.
Bila tidak ada gunakan pada dewasa. Lanjutkan hingga anak bergerak atau
pertolongan tiba.

Resusitasi Jantung Paru atau RJP pada bayi2


Kebanyakan henti jantung pada bayi karena kehabisan oksigen, seperti pada
tenggelam atau tercekik. Bila diketahui adanya obstruksi jalan nafas, lakukan
pertolongan pertama untuk tercekik. Bila tidak diketahui kenapa bayi tidak
bernafas, lakukan RJP.

Untuk memulai RJP, nilai situasi. Tepuk bayi dan lihat responnya, seperti gerakan
namun jangan guncang bayi tersebut.
Bila tidak ada respon ikuti prosedur CAB dibawah ini :2
1) Bila hanya seorang dan dibutuhkan RJP, lakukan RJP selama dua menit
atau sekitar 5 siklus, sebelum menelepon nomor emergency.
2) Bila ada penolong lain, suruh orang tersebut menelepon ketika seorang
lainnya menolong bayi.

1. Circulation2
Perbaiki sirkulasi bila nadi carotis tidak teraba. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
1) Bayangkan garis horizontal antara puting bayi. Letakkan dua jari dari
satu tangan tepat dibawah garis tersebut, pada pertengahan dada.
2) Dengan mantap kompres dada sekitar sepertiga hingga setengah
kedalaman dada.
3) Hitung keras-keras ketika memompa dalam kecepatan irama sesuai.
Pompa sebanyak 100-120 kali per menit.
4) Beri 2 nafas bantuan setelah tiap 30 kompresi atau pompa.
5) Lakukan RJP sekitar 2 menit atau selama 5 siklus, sebelum memanggil
bantuan, kecuali seseorang dapat menelepon saat bayi sedang ditolong.
6) Lanjutkan RJP hingga ada tanda-tanda kehidupan dari bayi tersebut
atau hingga seorang profesional menggantikan orang yang pertama
tersebut bila ia kurang yakin akan kemampuannya.

2. Airway2
Bersihkan jalan nafas. Lakukan langkah-langkah dibawah ini :
1) Letakkan bayi pada punggungnya pada alas yang rata dan mantap,
seperti meja, lantai, atau tanah juga boleh.
2) Hati-hati saat menekuk kepala ke belakang dengan mengangkat dagu
dengan satu tangan dan dorong alis ke bawah dengan tangan lainnya.
3) Dengan tidak lebih dari 10 detik. Kemudian letakkan telinga dekat
mulut bayi dan periksa adanya nafas yaitu dengan memperhatikan
gerakkan dada, dengar adanya bunyi nafas dan rasakan dengan pipi
dan telinga bahwa adanya nafas.

3. Breathing2
Bila bayi tersebut tidak bernafas, maka berikan bantuan pernafasan dari
mulut ke mulut. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Tutup mulut dan hidung bayi dengan mulut.
2) Siapkan pemberian dua nafas bantu. Gunakan kekuatan pipi untuk
memberikan tiupan udara (bukan nafas dari dalam paru-paru) untuk
memberikan nafas pada mulut bayi secara perlahan pada tiap kalinya,
sekitar 1 detik untuk memberi nafas setiap kalinya.
3) Bila dada tetap tidak terangkat, periksa mulut untuk memastikan tidak
ada benda asing di dalam mulut bayi tersebut. Bila ada benda asing,
segera sapu keluar dengan jari. Bila jalan nafas tampaknya tersumbat,
lakukan tindakn pertama bayi tercekik.
4) Kembali kompresi dada untuk memperbaiki sirkulasi.
Referensi
1. Manajemen bencana alam. [internet] 2013. [cited on 2015 June 13]
Available from : http://fk.unand.ac.id/images/SL_Blok_4.3_A.pdf
2. Emergency and patient safety. [internet] 2012. [cited on 2015 June 13]
Available from :
http://repository.unand.ac.id/21272/3/skills%20lab%20Blok%204.2.pdf
3. Bantuan hidup dasar. [internet]. [cited on 2015 June 13] Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pd
f
4. Resusitasi Jantung Paru (RJP). Hippocrates Emergency Team. [internet]
2013. [cited on 2015 June 13] Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pd
f

Anda mungkin juga menyukai