Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit.
Pada kenyataannya, perusahaan pasti memiliki beberapa pelanggan yang tidak
sanggup membayar atau akan melunasi hutang mereka. Rekening pelangggan
seperti itu umumnya disebut piutang tidak tertagih. Piutang tak tertagih
merupakan suatu kerugian atau beban untuk perusahaan.
Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran
kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-
kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para
pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang
dilakukan.
Tujuan perusahaan menanamkan modal atau dananya pada piutang yaitu:
B. Syarat Kredit
Persyaratan kredit atau kredit term adalah kondisi yang disyaratkan untuk
pembayaran kembali piutang dari para pelanggan. Kondisi tersebut meliputi
lamanya waktu pemberian kredit dan potongan tunai atau cash discount serta
persyaratan khusus lainnya seperti seasonal dating. Contoh : persyaratan kredit net
30 berarti langganan mempunyai tenggang waktu 30 hari untuk membayar
kembali utangnya kepada perusahaan tanpa discount. Contoh lainnya misalkan
persyaratan kredit 6/10 net 60 berarti langganan mempunyai tenggang waktu
pembayaran 60 hari kepada perusahaan dan apabila pembayarannya dilakukan
dalam waktu 10 hari atau kurang akan mendapatkan potongan tunai enam
persen.Besarnya potongan yang diberikan akan dapat mempengaruhi langganan
untuk membayar pada periode lamanya kredit yang ditentukan. Kalau potongan
yang diberikan menarik artinya apabila potongan yang didapatkan lebih besar dari
biaya opportunity costnya maka potongan tersebut akan dimanfaatkan oleh
pelanggan.
Persyaratan kredit ini juga dapat memengaruhi tingkat penjualan dengan
demikian perlu mempertimbangkan apakah sebaiknya memperpanjang periode
pemberian kredit atau tidak atau apakah perusahaan juga memberikan potongan
hal ini akan tergantung dari pada keuntungan yang akan didapatkannya apakah
meningkat atau tidak. Dalam menentukan besarnya investasi pada piutang perlu
diketahui :
1). Rata-rata pengumpulan piutang misalnya 60 hari hal ini sama dengan jangka
waktu kredit.
2). Tingkat perputaran piutang yaitu jumlah hari dalam satu tahun dibagi dengan
jangka waktu kredit.
3). Jumlah investasi pada piutang yaitu penjualan kredit dibagi dengan tingkat
perputaran piutang.
C. Standart Kredit
Standar kredit adalah salah satu criteria yang dipakai perusahaan untuk
menyeleksi para langganan yang akan diberi kredit dan berapa jumlah yang harus
diberikan. Jika suatu perusahaan melakukan penjualan dengan kredit hanya
kepada para pelanggan yang kuat, kerugian karena timbulnya piutang ragu-ragu
biasanya kecil. Sebaliknya ada kemungkinan tingkat penjualan yang hilang
tersebut dapat lebih besar daripada biaya yang dapat dihindarinya. Untuk
menentukan standar kredit yang optimum perusahaan perlu membandingkan
antara biaya marjinal pemberian kredit dan laba marjinal dari peningkatan
penjualan. Yang termasuk dalam biaya marjinal adalah biaya-biaya produksi dan
penjualan akan tetapi untuk sementara yang perlu diperhatikan adalah biaya-biaya
yang berkaitan dengan kualitas para pelanggan, atau biaya kualitas kredit.
Termasuk dalam biaya-biaya ini adalah :
Kemudian apa yang dimaksud dengan manajemen persediaan? Metode apa yang
dapat dilakukan?
Contoh : misalnya kita telah mengetahui bahwa 851 unit persediaan barang yang
ada merupakan sisa dari : Persediaan awal = 12 unit, pembelian ke-1 = 20 unit,
pembelian ke-2 = 576 unit, Pembelian ke-3 = 243 unit.
Setelah jelas semuanya tinggal kita kalikan satu persatu.
12 X Rp 23.000,00 ⁼ Rp 276.000,00
20 X Rp 26.000,00 ⁼ Rp 520.000,00
576 X Rp 24.500,00 ⁼ Rp 14.112.000,00
243 X Rp 25.750,00 ⁼ Rp 6.257.250,00 +
Rp 21.165.250,00
Jadi apabila kita perhatikan, hasil dari setiap metode itu berbeda dengan metode
yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : jumlah
persediaan barang yang masih tersisa, harga tiap kali pembelian dll.
B. LIFO
Saat metode penilaian persediaan LIFO digunakan, sisa biaya persediaan pada
akhir periode berasal dari biaya perolehan paling awal.
Berdasarkan data seperti yang sama dengan contoh metode FIFO, biaya 150 unit
dalam persediaan akhir per 31 Januari 2018 dihitung sebagai berikut :
Persediaan akhir per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.050.000 berasal dari biaya
perolehan paling awal.
HPP (harga pokok penjualan) sebesar Rp 2.830.000 berasal dari biaya persediaan
paling akhir.
C. FIFO
Perhitungan fisik pada tanggal 31 Januari 2018 terdapat sisa persediaan sebanyak
150 unit.
Dengan menggunakan metode FIFO, biaya sisa persediaan pada akhir periode
berasal dari biaya perolehan paling akhir.
Biaya 150 unit dalam persediaan akhir pada tanggal 31 Januari 2018 dihitung
sebagai berikut :
Metode biaya rata-rata disebut juga dengan metode biaya rata-rata tertimbang
(weighted average method).
Biaya unit rata-rata tertimbang yang sama digunakan dalam menghitung biaya
persediaan pada akhir periode.
Untuk perusahaan yang memiliki barang penjualan yang terdiri dari berbagai
pembelian unit yang identik, penerapan metode biaya rata-rata hampir menyerupai
arus fisik barang.
Biaya unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya unit setiap
barang yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu dengan jumlah unit
barang terkait.
Dengan menggunakan data biaya yang sama dengan contoh metode FIFO dan
LIFO, biaya rata-rata 280 unit adalah sebesar Rp 21.000, dan biaya 150 unit
dalam persediaan akhir, dihitung sebagai berikut :
EOQ = 2 A S / C P
Contoh :
PT. EDLINO pada awal tahun 2001 menyusun anggaran biaya bahan baku
sebagai
berikut :
1. Kebutuhan bahan baku setahun = 12.000 Kg
2. Harga/unit bahan baku = Rp. 100
3. Biaya Pemesanan :
a. Biaya Variabel = Rp. 3.750
b. Biaya Tetap/tahun = Rp. 18.000
4. Biaya Penyimpanan :
a. Biaya Variabel = 10 %
b. Biaya Tetap/tahun = Rp. 6.000
B. Reorder Point
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu
kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan
baku. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah :
1. Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku
dipesan
hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan
baku
yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan
semakin
besar bahan yang diperlukan selama masa lead time.
Contoh :
PT. Deivy menetapkan lead time bahan baku A selama 4 minggu, pemakaian
ratarata sebesar 250 Kg perminggu, safety stock yang ditaksir sebesar pemakaian
ratarata untuk 2 minggu. Dari data ini, maka reorder pointnya adalah sebagai
berikut :
Reorder Point = (4 x 250) + (2 x 250)
= 1.500
C. Safety Stock
Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti
yaitu dengan metode sebagai berikut :
1.Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Rata-Rata.
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum
dengan
pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya perminggu), kemudian
selisih tersebut dikalikan dengan lead time.
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) Lead Time
Misalkan PT. Agung memperkirakan pemakaian maksimum bahan-bahan
perminggu sebesar
650 kg, sedangkan pemakaian rata-ratanya sebesar 500 kg dan lamanya lead time
2 minggu, maka data-data tersebut safety stock sebesar:
Safety Stock = (650 – 500) 2
= 300 Kg
2. Metode Statistika. Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini,
maka dapat digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square). Untuk
menggambarkan penggunaan metode ini, maka diberi contoh berikut ini, yaitu
untuk menaksir safety stock tahun 2001 didasarkan pada data tahun 2000.
A B C D E
2.600-------2.500-------100----------10.000
2.300-------2.350-------(-50)---------2.500
2.200-------2.350-------(-150)-------22.500
2.400-------2.450-------(-50----------2.500
2.750-------2.700-------50------------2.500
2.500-------2.600-------(-100)-------10.000
2.250-------2.300-------(-50)---------2.500
2.400-------2.600-------(-200)-------40.000
2.550-------2.400-------150----------22.500
2.250-------2.200-------50------------2.500
2.300-------2.340-------40------------1.600
1.500-------1.690-------(-190)-------36.100
Jumlah--26.000-----28.480-------(-480)------155.200
KET :
A;Bulan
B;Taksiran Pemakaian
C;Pemakaian Sesungguhnya
D;Deviasi
E;Kuadrat Deviasi
Langkah-langkah menghitung Safety Stock :
1. Menghitung Rata-rata Deviasi = - 480 : 12 = 140
2. Menghitung selisih antara total deviasi kuadrat dengan total deviasi
dikuadratkan
dibagi n
(-480)2
= 155.200 = 136.000
n
136.000
= √ = 111,19
12 – 1
a. Besarnya derajat signifikan standar deviasi pada kurva normal yang digunakan,
misalnya 97% = 2 atau 99,5% = 3
Oleh :
Nadya Utami Dewi Wibawa (1707532115)
Nikita Dewandari Artana (1707532116)
Bunga Ayu Pradnyani (1707532139