Anda di halaman 1dari 14

MEMAHAMI KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah AIK lll

Oleh:

Toni Candra Eko Nurwaskito


(201210160311182)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua sehingga penulisan ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang di harapkan. Dan tak lupa pula penulis mengirimkan
salam dan shalawat atas junjungan kita Nabiullah Muhammad saw. Sebagai rahmatan
lil’alamin.

Penulisan makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan nilai


terhadap kami selaku mahasiswa di Universitas Muhammadiyah dan pengembangan nilai-
nilai keagamaan melalui mata kuliah AIK.

Tugas “Memahami Kepribadian Muhammadiyah” ini kami tulis dan kami susun
dengan segenap keikhlasan yang kami kumpulkan disela - sela waktu yang sangat sempit.

Dan ucapan terima kasih kepada dosen AIK kami yang telah memberikan banyak arahan dan
bimbingan kepada kami menjadi mahasiswa yang berahlak berlandaskan aturan Islam

Penyusunan makalah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

Wassalam.....!
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Latar belakang yang mewarnai dilahirkanya Kepribadian Muhammadiyah
adalah masuknya pemikiran dan cara-cara politik dalam mengelola dan menggerakan
Muhammadiyah setelah Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dibubarkan dan
orang-orang Muhammadiyah yang berkecimpung di Partai Politik Islam tersebut
kembali ke Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai organisasi dan gerakan sosial keagamaan didirikan
oleh KH. Ahmad Dahlan (1868-1923) pada awal abad kedua puluh, tepatnya pada 8
Dzulhijjah 1330 H, bersesuaian dengan tanggal 18 Nopember 1912. Pendirian
organisasi ini, antara lain, dipengaruhi oleh gerakan tajdîd (reformasi, pembaruan
pemikiran Islam) yang digelorakan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab (1703-1792)
di Arab Saudi, Muhammad ‘Abduh (1849-1905), Muhammad Rasyîd Ridhâ (1865-
1935) di Mesir, dan lain-lain. Masing-masing tokoh tersebut memiliki corak pemikiran
yang khas, berbeda satu dengan yang lain.
Jika Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb menekankan pemurnian akidah, sehingga
gerakannya lebih bersifat puritan (purifikasi), maka Muhammad ‘Abduh lebih
menekankan pemanfaatan budaya modern dan menempuh jalur pendidikan, dan karena
itu, gerakannya lebih bersifat modernis dan populis. Sementara itu, Rasyîd Ridhâ
menekankan pentingnya keterikatan pada teks-teks al-Qurân dalam kerangka
pemahaman Islam, yang dikenal dengan al-Rujû’ ilâ al-Qur’ân wa al-Sunnah (kembali
kepada al-Qur’an dan al-Sunnah). Oleh karena itu, gerakannya lebih bersifat skriptualis
(tekstual), yang kelak menjadi akar fundamentalisme (al-ushûliyyah) di Timur Tengah
(http://suryaramadan.wordpress.com/2014/05/21/makalah-kepribadian-
muhammadiyah/ )
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dirumuskannya Kepribadian Muhammadiyah


“Kepribadian Muhammadiyah“ ini timbul pada waktu Muhammadiyah
dipimpin oleh Bapak Kolonel H.M. Yunus Anis,ialah pada periode 1959 – 1962.
“Kepribadian Muhammadiyah” ini semula berasal dari uraian Bapak H. Fiqih Usman,
sewaktu beliau memberikan uraian dalam satu latihan yang diadakan Madrasah
Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada saat itu almarhum KH. Fiqih Usman menjelaskan bahasan yang berjudul:
“Apa Sih Muhammadiyah Itu?”. Kemudian oleh Pimpinan Pusat dimusyawarahkan
bersama – sama pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur (HM. Saleh Ibrahim),
Jawa Tengah ( R. Darsono ), dan Jawa Barat ( H. Adang Afandi ). Sesudah itu
disempurnakan oleh satu tim yang antara lain, terdiri dari : KH. Moh. Wardan, Prof.
KH. Farid Ma’ruf, M. Djarnawi Hadikusuma, M. Djindar Tammimy; kemudian turut
membahas pula Prof. H. Kasman Singodimejo SH. Disamping pembawa prakarsa
sendiri KH. Fiqih Usman. ( Haedar Nashir : 2006 : 104 )
Selanjutnya setelah mendapat perbaikan seperlunya, hasil kerja tim tersebut
dibawa ke Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad ( Muktamar Ke-35 ) di Jakarta.
Muktamar dapat menerima rumusan materi “Kepribadian Muhammadiyah” tersebut
dengan ketentuan perlu penyempurnaan oleh PP Muhammadiyah. Sejak saat itu
rumusan resmi dan sah menjadi “Kepribadian Muhammadiyah”.
Materi “kepribadian Muhmmadiyah” saat itu memang sudah sangat mendesak
untuk segera dirumuskan, sebab Muhammadiyah yang semakin besar perlu adanya
kejelasan tentang apa dan bagaimana sesungguhnya Muhammadiyah itu. Dengan
demikian pimpinan dan anggota – anggota Muhammadiyah yang tersebar di seluruh
Indonesia mempunyai pegangan yang kongkrit.
Tetapi juga perlu disusun materi “Kepribadian Muhammadiyah”, karena situasi
tanah air ketika itu menghendaki yang demikian. Situasi politik negara sekitar tahun
1962 makin panas. Dekrit “ kembali ke UUD 1945 “ dikeluarkan oleh Bung Karno
tahun 1959. Paham Nasakom dipaksakan, dan Pancasila yang terdiri dari 5 sila diperas
– peras sehingga tinggal satu sila, yaitu gotong royong.
Dengan Nasakonm, PKI ( Partai Komunis Indonesia ) yang menjadi salah satu
golongan pendukung Nasakom menghirup udara segar untuk tumbuh makin kokoh
posisinya. Sebaliknya golongan yang anti Nasakom seperti Masyumi dan PSI
dihancurkan. Bahkan organisasi – organisasi yang dikenal dekat dengan Masyumi
seperti Muhammadiyah dan lain – lain tidak luput dari incaran PKI untuk pada suatu
saat tiba gilirannya dibantai.
Karena adanya situasi yang demikian inilah, dirasakan sangat perlu
Muhammadiyah segera menjelaskan tentang siapa sesungguhnya Muhammadiyah.
Ilustrasi tentang apa dan siapa Muhammadiyah secara total diuraikan dalam materi
“Kepribadian Muhammadiyah”. ( Khozim dan Syaukani , 2000 : 155 -156 )

B. Kepribadian Muhammadiyah
Sesungguhnya kepribadian Muhammadiyah itu merupakan ungkapan dari
kepribadian yang memang sudah ada pada Muhammadiyah sejak lama berdiri. KH.
Faqih Usman pada saat itu hanyalah mengkonstantir, -meng-idhar-kan apa yang telah
ada; jadi bukan merupakan hal-hal yang baru dalam Muhammadiyah. Adapun mereka
yang menganggap bahwa Kepribadian Muhammadiyah sebagai perkara yang baru,
hanyalah karena mereka mendapati Muhammadiyah sudah tidak dalam keadaan yang
sebenarnya.
K.H. Faqih Usman sebagai seorang yang telah sejak lama berkecimpung dalam
Muhammadiyah, sudah benar-benar memahami apa sesungguhnya sifat-sifat khusus
(ciri-ciri khas) Muhammadiyah itu. Karena itu kepada mereka yang berlaku tidak
sewajarnya dalam Muhammadiyah, beliaupun dapat memahami dengan jelas.
Yang benar-benar dirasakan oleh almarhum ialah bahwa Muhammadiyah
adalah Gerakan Islam, berdasar Islam, menuju terwujudnya masayarakat utama, adil
dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala, bukan dengan jalan politik,
bukan dengan jalan ketatanegaraan, melainkan dengan melalui pembentukan
masyarakat, tanpa memperdilikan bagamana struktur politik yang manguasainya; sejak
zaman Belanda, zaman militerisme Jepang, dan samapai zaman kemerdekaan Republik
Indonesia. ( Haedar Nashir : 2006 : 105 )
Muhammadiyah tidak buta politik, tidak takut politik, tetapi Muhammadiyah
bukan organisasi politik. Muhammadiyah tidak mencampuri soal-soal politik , tetapi
apabila soal-soal politik masuk dalam Muhammadiyah, ataupun soal-soal politik
mendesak-desak urusan Agama Islam, maka Muhammadiyah akan bertindak menurut
kemampuan, cara dan irama Muhammadiyah sendiri.
Sejak partai politik Islam Masyumi dibubarkan oleh presiden Sukarno, maka
warga Muhammadiyah yang selama ini berjuang dalam medan politik praktis, mereka
masuk kembali dalam Muhammadiyah. Namun karena sudah terbiasa dengan
perjuangan cara politik, maka dalam mereka berjuang dana beramal dalam
Muhammadiyah pun masih membawa cara dana nada politik cara partai.
Oleh almarhum K.H. Faqih Usman dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada
saat itu, cara-cara demikian dirasakan sebagai cara yang dapat merusak nada dan
irama Muhammadiyah. Muhammadiyah telah mempunyai cara perjuangan yang khas.
Muhammadiyah bergerak bukan untuk “Muhammadiyah’ sebagai golongan.
Muhammadiyah bergerak dan berjuang untuk tegaknya Islam, untuk
kemenangan kalimah Allah, untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur
yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala. Hanya saja Islam yang digerakkan oleh
Muhammadiyah adalah Islam yang sajadah, Islam yang lugas (apa adanya), Islam yang
menurut Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw; dana menjalankannya dengan
menggunakan akal pikirannya yang sesuai dengan ruh Islam. ( Haedar Nashir : 2006 :
106 )
C. Hakikat Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah persyarikatan gerakan islam. Sebagai suatu gerakan,
Muhammadiyah selalu bergerak maju dengan mengemban dua misi :
1. Menyebarluaskan cita – cita Muhammadiyah ke seluruh masyarakat
Indonesia
2. Menyebarluaskan organisasi Muhammadiyah ke seluruh wilayah nusantara

Maksud gerak Muhammadiyah adalah dakwah islam, amar makruf nahi


mungkar yang meliputi 2 bidang :

1. Bidang perorangan terdiri dari dua kelompok :


a. Orang yang telah memeluk agama islam
Kepada orang yang telah memeluk agama Islam, sifat dakwah yang
dilancarkan oleh Muhammadiyah yaitu pembaruan sebagai usaha untuk
pemurnian agama islam yang telah mereka anut, sehingga keislaman
mereka benar – benar murni sebagai mana disebutkan dalam al – Quran
dan al – Hadis al – Shahih. Adapun pemurnian ini meliputi aqidah,
ibadah, dan akhlak
b. Kepada kelompok orang yang belum memeluk agama islam
Sifat dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah Seruyan dan
ajakan disertai dengan berbagai alasan dan penjelasan yang penuh
kebijaksanaan, sehingga atas kemauan sendiri menyadari, bahwa satu –
satunya jalan keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat ialah
dengan memeluk agama islam.
2. Bidang masyarakat
Dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah kepada masyarakat (
bukan perseorangan ) ialah berupa bimbingan, perbaikan, dan pengertian,
semata – mata untuk kemaslahatan masyarakat itu sendiri. Lebih dari itu
Muhammadiyah juga meyakinkan kepada masyarakat, bahwa
kemaslahatan mereka hanya akan dapat dicapai apabila mereka
melaksanakan petunjuk – petunjuk Allah sebagai pedoman dalam segala
segi kehidupan. ( Khozim dan Syaukani , 2000 : 160 -161)
D. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah merumuskan prinsip-prinsip dasar
segala gerak dan amal usaha yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
berikut ini :
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ‘ibadah dan ta’at kepada Allah s.w.t.
2. Hidup manusia bermasyarakat.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam
itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagiaan dunia akhirat.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
5. Ittiba’ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad saw.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
(Haedar Nasyir, 2006 : 102)

Dengan prinsip-prinsip dasar tersebut maka, apapun yang diusahakan termasuk


cara-cara atau sistem perjuangannya, Muhammadiyah berpedoman : “Berpegang teguh
akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan
dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah.”

E. Pedoman Amal Usaha Dan Perjuangan Muhammadiyah


Dari segi taktik perjuangan sering orang berpendirian bahwa tidak mengapa kita
bertindak menyalahi peraturan bahkan tidak mengapa kita bertindak yang tidak sesuai
dengan ajaran islam, asal dengan maksud untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Kadang – kadang orang sampai berpendapat bahwa tiada celanya berbuat sesuatu yang
menyeleweng dari hukum agama, asal hanya untuk siasat belaka.
Ada peribahasa “ het doel heilight de middelen”, yang maksudnya : tidak apa –
apa orang – orang melakukan cara – cara yang kurang baik asalkan untuk mencapai
tujuan Yang baik. Di dalam dunia Muhammadiyah hal ini seperti tidak boleh terjadi.
Hukum dan ajaran agama islam wajib dipegang teguh dan dijunjung tinggi. Tujuan
yang baik harus dicapai dengan jalan serta cara yang baik pula. Cita – cita yang diridhoi
Allah harus dicapai dengan cara serta usaha yang baik pula.
Dalam hal ini Rasullah pernah bersabda : “man amara bil ma’ruf falyakun
amruhu bana’ruf”, yang artinya : “siapa menyuruh berbuat baik hendaklah dengan cara
yang baik pula”. Orang Muhammadiyah berjuang tidak sekedar mencari berhasilnya
tujuan saja, tetapi di samping itu juga dengan maksud beribadah,berbakti kepada Allah
dan berjasa kepada kemanusiaan.Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan bahwa
kemenangan ada ditangan Allah, dan itu akan di anugerahkan kepada siapa yang
bersungguh – sungguh berjuang dengan cara yang diridhoi Allah atau dengan cara yang
adil dan jujur ( Djindar dan Djarnawi, tanpa tahun : 47 )
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan
bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya
harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak
membangun disegenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta
menempuh jalan yang diridlai Allah. ( Khozim dan Syaukani , 2000 : 158)
Hukum dan ajaran Islam wajib di pegang teguh dan di junjung tinggi. Tujuan
yang baik harus dicapai dengan cara yang baik pula. Cita-cta yang diridhoi Allah harus
dicapai dengan cara serta usaha yang diridhai Allah jua. Dalam hal ini Rosulullah
pernah bersabda :”Siapa menyuruh berbuat baik hendaklah dengan cara yang baik
pula”.
Muhammadiyah berjuang tidak sekedar mencari berhasilnya tujuan semata-
mata, tetapi disamping itu juga dengan maksud beribadah, berbakti kepada Allah dan
berjasa kepada kemanusiaan. Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan bahwa
kemenangan ada ditangan Allah, dan itu akan dianugrahkan kepada siapa yang
bersungguh-sungguh berjuang dengan cara yang adil dan jujur.
F. Sifat Muhammadiyah
1. “Beramal dan Berjuang Untuk Perdamaian dan Kesejahteraan".
Dengan sifat ini, Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki
golongan lain. Sebaliknya, Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan
kedengkian golongan lain tanpa mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu,
dan itu pun harus dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan aneh.

2. "Memperbanyak Kawan dari Mengamalkan Ukhuwah lslamiyah"


Setiap warga Muhammadiyah, siapa pun orangnya, termasuk para pemimpin
dan da'inya, harus memegang teguh sifat ini. Dalam rangka untuk "Memperbanyak
Kawan dan Mengamalkan Ukhuwah Islamiyah". Inilah, pada umumnya ceramah
atau kegiatan dakwah lainnya yang dilancarkan oleh dai-da'i Muhammadiyah
memakai gaya "sejuk penuh senyum", bukan dakwah yang agitatif menebar
kebencian kesana kemari.
Di kalangan Muhammadiyah di Surakarta terkenal semboyan "Jiniwit
Katut". Jiniwit artinya dijiwit (dicubit), tetapi justru lama-lama orang yang njiwit
akan katut atau terpiat oleh Muhammadiyah yang selalu bertingkah simpatik kepada
siapa pun. Dan tampaknya sifat inilah salah satu rahasia, mengapa Muhammadiyah
terus berkembang makin mengakar dalam masyarakat.

3. "Lapang Dada, Luas Pandang dan Dengan Memegang Teguh Ajaran Islam"
Lapang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun yang hidup
dalam masyarakat, apalagi hidup dalam masyarakat yang majemuk seperti
masyarakat Indonesia. Tanpa adanya lapang dada, kehidupan akan goncang. Dan
prinsip "Memperbanyak Kawan" tentu berubah menjadi "Memperbanyak Musuh".
Namun bagaimana, pun dalam berlapang dada, kita tidak boleh kehilangan identitas
sebagai warga Muhammadiyah yang harus tetap memegang teguh ajaran Islam.
Dengan demikian, bebas tetapi tetap terkendali.
4. "Bersifat Keagamaan Dan Kemasyarakatan"
Sifat "Keagamaan dan kemasyarakatan" sudah merupakan sifat
Muhammadiyh sejak lahir. Karena ini sifat yang tidak mungkin terlepas dari jiwa
dan raga Muhammadiyah. Mengapa? Muhammadiyah sejak lahir mengemban misi
agama, sedang agama diturunkan oleh Allah melalui para Nabi-Nya juga untuk
masyarakat, yakni untuk memperbaiki masyarakat. Masyarakat adalah "lahan" bagi
segala aktivitas perjuangan Muhammadiyah.
Dua sifat ini, yakni keagamaan dan kemasyarakatan, tidak boleh berdiri
sendiri-sendiri. Harus berjalin berkelindan. Karena itu, Muhammadiyah bukan
gerakan sosial semata-mata, dan bukan juga gerakan keagamaan semata-mata.
Muhammadiyah adalah gerakan kedua-duanya, ya keagamaan ya kemasyarakatan.
Tetapi Muhammadiyah juga bukan gerakan politik, sebab kalau gerakan politik,
tercermin dalam berbagai amal usaha yang telah tertekuninya selama ini.

5. "Mengindahkan, segala Hukum, Undang-undang Serta dan Falsafah Negara Yang


Sah"
Muhammadiyah sebagai satu organisasi, mempunyai sejumlah anggota.
Anggota ini adalah warga negara dari suatu negara hukum. Hukum negara
mempunyai kekuatan mengikat bagi segenap warga negaranya. Ini adalah
kenyataan. Karena itu, Muhammadiyah mengindahkan semua itu.

6. "Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Segala Lapangan Serta Menjadi Contoh
Teladan Yang Baik"
Salah satu kewajiban tiap muslim ialah beramar ma'ruf dan bernahi munkar,
yakni menyuruh berbuat baik dan mencegah kemunkaran. Yang dimaksud
kemunkaran ialah semua kejahatan yang merusak dan menjijikkan dalam
kehidupan manusia.
Tanpa adanya amar ma'ruf dan nahi munkar, tidak akan kebaikan dapat
ditegakkan, dan tidak akan kejahatan dapat diberantas. Untuk itu, Muhammadiyah
harus sanggup menjadi suri teladan dalam kegiatan ini, baik ke dalam tubuh sendiri
ataupun ke luar, ke tengah-tengah masyarakat ramai, dengan penuh kebijaksanaan
dan pendekatan yang simpatik.Amar ma'ruf nahi munkar, bagaimanapun harus kita
lakukan dengan cara yang baik, sebab kalau tidak begitu, adalah Machiavellisme
namanya.

7. "Aktif Dalam Perkembangan Masyarakat Dengan Maksud !slab dan Pembangunan


Sesuai Dengan Ajaran Islam"
Kapan pun dan dimana pun Muhammadiyah memang harus selalu aktif
dalam perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu, Muhammadiyah akan
kehilangan peran dan akan ketinggalan oleh sejarah. Tetapi keaktifan
Muhammadiyah dalam perkembangan masyarakat, tidak berarti sekedar ikut arus
perkembangan masyarakat, Muhammadiyah adalah kekuatan ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran.
8. "Kerjasama Dengan Golongan Lain Mana Pun, Dalam Usaha Menyiarkan Dan
Mengamalkan Ajaran Islam Serta Membela Kepentingannya"
Menyiarkan Islam, mengamalkan dan membela kepentingan Islam, bukan
hanya tugas Muhammadiyah, tetapi juga tugas semua umat Islam. Karena itu,
Muhammadiyah perlu menjalin kerjasama dengan semua golongan umat Islam.
Tanpa kerjasama ini, tidak mudah kita melaksanakan tugas yang berat ini.

9. "Membantu Pemerintah Serta Kerjasama Dengan Golongan Lain Dalam


Memelihara Negara dan Membangunnya, Untuk Mencapai Masyarakat Yang Adil
dan Makmur Yang Diridhai"
Negara Indonesia adalah memiliki semua warga negaranya, termasuk warga
Muhammadiyah. Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di antara semua
unsur pemilik negara, untuk membangun Negara dan bangsa menuju tercapainya
masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah.
Muhammadiyah kemakmuran masyarakat ini, sebab kemakmuran
mempersubur iman dan takwa, sedang kemelaratan mempersubur kriminalitas
sosial dan kekufuran. Bukankah telah disabdakan oleh Nabi kita, "kada al-faqru
ayyakuna kufran" (Kekafiran itu dapat menyebabkan kekufuran).

10. "Bersifat Adil Serta Korektif Ke Dalam dan Keluar, Dengan Bijaksana"
Dengan sifat adil dan korektif, Muhammadiyah tidak senang melihat sesuatu
yang tidak semestinya, dan ingin mengubahnya dengan yang lebih tepat dan lebih
baik, meskipun mengenai diri sendiri. Jadi Muhammadiyah tidak tinggal diam saja
dan taqlid.
Tetapi koreksi pada diri sendiri dan ke luar ini tidak boleh dilakukan dengan
sembarangan, melainkan harus dengan adil dan bijaksana. Kesalahan adalah
kesalahan, sekalipun ada pada orang atau golongan lain. Bukan sifat
Muhammadiyah tetap bersikukuh membela suatu hal, padahal misalnya jelas-jelas
yang dibelanya itu salah atau tidak baik. ( Djindar dan Djarnawi, tanpa tahun : 48 -
54 )
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam yakni dakwah


Islam dan Amar Ma'ruf nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan
dan masyarakat .

Kepribadian Muhammadiyah adalah bertujuan untuk membentuk umat islam Indonesia


yang lebih baik yang sesuai dengan tuntunan Al- Qur’an dan Sunnah rasulullah.

"Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap
bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai
Allah", hal ini sebagai pedoman amal usaha masyarakat muhammadiyah.
DAFTAR PUSTAKA

Djindar Tamimy dan Djarnawi Hadikusuma, Penjelasan Anggaran Dasar dan Kepribadian
Muhammadiyah, Yogyakarta: P.T Persatuan,
Haedar Nashir, Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah: UMM Press. 2006
(http://suryaramadan.wordpress.com/2014/05/21/makalah-kepribadian-muhammadiyah/ )
Khozin dan Syaukani, Pembaruan Islam Konsep,Pemikiran, dan Gerakan:UMM Press. 2000

Anda mungkin juga menyukai