Studi Syariat Islam Di Aceh - Nocopy-1 PDF
Studi Syariat Islam Di Aceh - Nocopy-1 PDF
Perpustakaan Nasional RI
ISBN : 978-602-50927-6-3
Judul :
STUDI SYARIAT ISLAM DI ACEH
Penulis :
Dr. Sulaiman, MA
Editor :
Dr. Anton Widyanto, M. Ag
Sambutan :
Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA
Guru Besar UIN Ar-Raniry
Penerbit :
Madani Publisher
Anggota IKAPI
Banda Aceh, 23115
08116888292 | madanipublisher@gmail.com
Dr. Sulaiman, MA | i
buku Studi Syariat Islam di Aceh kepada saya dan meminta saya
memberikan pengantar pada buku ini, saya sangat bergembira,
karena masih saja bermunculan sarjana dan peneliti yang
menaruh perhatiannya terhadap syariat Islam di Aceh. Syariat
Islam di Aceh telah menjadi objek studi dan area penelitian
ilmiah menarik, tidak hanya peneliti dalam negeri, tetapi juga
peneliti luar negeri. Pelaksanaan syariat Islam di Aceh merupakan
ladang luas yang sudah seharusnya diteliti, dikaji dan dieksplorasi
secara mendalam dengan berbagai pendekatan disiplin ilmu
(interdisipliner).
Dr. Sulaiman, MA | v
Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, pada Bab I Pasal
I di tetapkan bahwa Keistimewaan adalah kewenangan khusus
untuk menyelenggarakan kehidupan beragama, adat, pendidikan,
dan peran ulama dalam penetapan kebijakan Daerah. Inilah
kebijakan pertama penerapan syariat Islam di tanah serambi
Mekkah (Aceh).
Dr. Sulaiman, MA
Dr. Sulaiman, MA | ix
C. Landasan Sosiologis Penerapan Syariat Islam di Aceh | 16
D. Landasan Yuridis Penerapan Syariat Islam di Aceh | 19
Dr. Sulaiman, MA | xi
BAB X: INSTITUSI-INSTITUSI YANG TERKAIT DENGAN
PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM DI ACEH
A. Dinas Syariat Islam | 129
B. Wilayatul Hisbah (WH): Tugas Dan Kewenangan | 133
C. Mahkamah Syar’iyyah | 138
D. Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) | 141
E. Baitul Mal | 145
Bab I:
Pengertian, Prinsip Dan Tujuan
Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh
Madani Publisher | 1
Pengertian, Prinsip Dan Tujuan Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh
definisi yang terakhir berasal dari fakta bahwa jalan menuju air
adalah seluruh cara hidup di lingkungan padang pasir gersang.3
Sejalan dengan penjelasan tersebut, mengacu pada
penjelasan Azman. Dkk, setidaknya terdapat tiga istilah penting
yang saling berhubungan dengan kata syariat Islam, yaitu; syaria’ah,
fiqh,4 dan tasyri’5 atau hukum Islam.6 Selanjutnya, merujuk pada
pendapat Syu,bah dan Kamil Musa, Jaih Mubarak dalam Azman.
Dkk, menjelaskan pengertian syariat Islam secara etimologi berarti
al-‘utbah (lekuk-liku lembah), al-‘atabah (ambang pintu dan
tangga), mawrid al-syaribah (jalan tempat mencari air munim),
dan al-tharaqah al-mustaqimah (jalan yang lurus).7
2. Terminologi Syariat Islam
Secara terminologi syariat Islam memiliki beberapa
pengertian. Hal ini merujuk pada penjelasan Azman. Dkk, sebagai
1
Syafaul Mudawam, Syari’ah-Fiqih-Hukum Islam Studi tentang
Konstruksi Pemikiran Kontemporer. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum. Vol. 46
No. II, Juli-Desember 2012, hlm 405.
2
Syafaul Mudawam, Syari’ah-Fiqih-Hukum Islam..., hlm 406.
3
Syafaul Mudawam, Syari’ah-Fiqih-Hukum Islam..., hlm 406.
4
Fiqh adalah hukum Islam yang merupakan produk pemikiran ulama
secara individual yang terhimpun dalam kitab-kitab fiqh. Lihat Azman Ismail.
Dkk, Syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam. Cet. I. (Banda Aceh; Dinas
Syariat Islam, 2011), hlm, 85.
5
Tasyri’ adalah proses pembentukan fiqh atau peraturan perundang-
undangan. Lihat Azman Ismail. Dkk, Syariat Islam di Nanggroe Aceh
Darussalam. Cet. I. (Banda Aceh; Dinas Syariat Islam, 2011), hlm, 85.
6
Azman Ismail. Dkk, Syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam. Cet. I.
(Banda Aceh; Dinas Syariat Islam, 2011), hlm, 85.
7
Azman Ismail. Dkk, Syariat Islam di..., hlm 85.
berikut:
1) Syariat bearti jalan, misalnya sebagaimana firman Allah
dalam Q.S al-Jaatsiyah: 18.
Artinya:
Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu
syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah
syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak Mengetahui. (045. Al Jaatsiyah: 18).
2) Syariat berarti agama (al-din) yang ditetapkan oleh Allah
yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan yang
beragam. Dengan demikian, syariat dan agama memiliki
konotasi yang sama. pengertian ini sebagaimana penjelasan
Hizbut Tahrir.
3) syariat adalah segala yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammda berupa wahyu, baik yang terdapat dalam Al-
Qur’an maupun sunnah nabi (al-Nushush al-Muqaddasah).
4) Syariat adalah peraturan yang ditetapkan Allah, dimana
ditetapkan dasar-dasarnya saja, agar manusia dapat menjaga
hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, saudaranya sesama
muslim, sesama manusia dan dengan kehidupan sekitarnya
dan hubungan dengan kehidupan ini.
5) Segala peraturan yang ditetapkan Allah untuk hambanya-
Nya melalui Al-Qur’an dan Sunnah baik yang menyangkut
hukum-hukum ‘aqidah, yang secara khusus menjadi objek
kajian ilmu kalam atau ilmu tauhid, atau hukum-hukum
Madani Publisher | 3
Pengertian, Prinsip Dan Tujuan Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh
Madani Publisher | 5
Pengertian, Prinsip Dan Tujuan Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh
11
Hasanuddin Yusuf Adan. Syari’at Islam Dan Politik Lokal Di Aceh.
Cet. I. (Banda Aceh: ‘Adnin Foundation Group, 2016), hlm 27.
Madani Publisher | 7
Pengertian, Prinsip Dan Tujuan Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh
12
Azman Ismail. Dkk, Syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam.
Cet. I. (Banda Aceh; Dinas Syariat Islam, 2011), hlm, 12.
Artinya:
Madani Publisher | 9
Pengertian, Prinsip Dan Tujuan Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh
Bab II
Landasan Historis, Filosofis, Sosiologis
serta Yuridis Penerapan Syariat Islam
di Aceh
Madani Publisher | 11
Landasan Historis, Filosofis, Sosiologis serta Yuridis Penerapan Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 13
Landasan Historis, Filosofis, Sosiologis serta Yuridis Penerapan Syariat Islam di Aceh
8
Abdul Gani Isa. Formalisasi Syariat Islam Di Aceh..., hlm 8.
9
Abdul Gani Isa. Formalisasi Syariat Islam Di Aceh..., hlm 8
10
Abdul Gani Isa. Formalisasi Syariat Islam Di Aceh..., hlm 9.
11
Abdul Gani Isa. Formalisasi Syariat Islam Di Aceh..., hlm 9.
Madani Publisher | 15
Landasan Historis, Filosofis, Sosiologis serta Yuridis Penerapan Syariat Islam di Aceh
14
Ali. Kedudukan Syariat Islam..., hlm 515.
15
Ali. Kedudukan Syariat Islam..., hlm 516.
Madani Publisher | 17
Landasan Historis, Filosofis, Sosiologis serta Yuridis Penerapan Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 19
Landasan Historis, Filosofis, Sosiologis serta Yuridis Penerapan Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 21
Landasan Historis, Filosofis, Sosiologis serta Yuridis Penerapan Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 23
Landasan Historis, Filosofis, Sosiologis serta Yuridis Penerapan Syariat Islam di Aceh
Bab III
Pelaksanaan Syariat Islam Dalam
Lintasan Sejarah Islam
Madani Publisher | 25
Pelaksanaan Syariat Islam dalam Lintasan Sejarah Islam
Madani Publisher | 27
Pelaksanaan Syariat Islam dalam Lintasan Sejarah Islam
Artinya:
Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu
berilah peringatan (Q.S. Al Muddatstsir: 1-2).
Dengan turun ayat ini beliau baru ditugaskan untuk
menyampaikan dakwah, seruan kepada umat manusia.6 Sehingga
Nabi Muhammad Saw memulai dakwah untuk menyaru umat
manusia di Mekkah.
Pada periode Mekkah, Nabi Muhammad Saw pertama
melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun
melalui orang perorang dan keluarganya. Setelah tiga tahun baru
Nabi Muhammad Saw melakukan dakwahnya secara terbuka dan
terang-terangan, kemudian mendapat tantangan dari kaum kafir
Quraisy di Mekkah. Fokus dakwah pada periode ini adalah tauhid.
Mengacu pada penjelasan Azman Ismail. Dkk, penulis
merincikan di antara beberapa hukum syariat pada periode
Mekkah, yaitu:
1. Aqidah, beberapa hukum yang disyariatkan pada periode
Mekkah juga dimaksudkan untuk mewujudkan revolusi
aqidah, misalnya seperti firman Allah QS. Al-An’am: 145:
Katakanlah, Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang
diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi
orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan
itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -
Karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam
keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha penyayang. Kelihatannya
hukum-hukum yang dinyatakan dalam secara eksplisit
dalam ayat ini sebenarnya juga berkaitan dengan nilai-nilai
6
Azman Ismail. Dkk, Syariat Islam di..., hlm 47.
Madani Publisher | 29
Pelaksanaan Syariat Islam dalam Lintasan Sejarah Islam
Madani Publisher | 31
Pelaksanaan Syariat Islam dalam Lintasan Sejarah Islam
14
Muhammad Rahmatulla. Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al-
Shiddiq. Jurnal Khatulistiwa-Journal of Islamic Studies, Volume 4 Nomor 2
September 2014, hlm 200.
15
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18197/1/
LISTIANA%20DWI%20NUSANTI-FSH.pdf. Online. Tanggal 9 Juni 2017.
16
Hasan Basri M. Nur. Dkk. Geografi Islam. Cet. I. (Banda Aceh:
Yayasan Al-Mukarramah, 2015), hlm 60.
17
Hasan Basri M. Nur. Dkk. Geografi Islam..., hlm 60.
Madani Publisher | 33
Pelaksanaan Syariat Islam dalam Lintasan Sejarah Islam
Bab IV
Sejarah Berlakunya Syariat Islam
di Aceh
Pengantar Studi Syariat Islam Di Aceh). Cet. I. (Banda Aceh: Pena, 2017),
hlm 61.
Madani Publisher | 35
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 37
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 39
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 41
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 43
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
bahwa:
1) Soekarno tiba di Lapangan terbang Loknga Banda Aceh
pada tanggal 16 Juni 1948. Setelah kedatangan ini, dalam
suatu pertemuan dengan beberapa tokoh Aceh, atas
permintaan Abu Beureueh, Soekarno menyatakan: “Biarlah
rakyat Aceh mengatur daerahnya sendiri berdasarkan
syariat Islam”. Tetapi ketika Abu Beureueh meminta
beliau menuliskan pernyataan atau keizinan ini, Soekarno
keberatan dan menetekkan air mata, karena Abu Bereueh
karena meragukan ketulusan beliau.
2) Dalam kunjungan ini pula Soekarno meminta agar Saudagar
Aceh untuk membeli pesawat terbang dan menghadiahkan
kepada pemerintah, yang langsung dipenuhi oleh saudagar
Aceh dengan menghadiahkan emas seberat 50 kg. Untuk
membeli dua pesawat terbang Dakota. Pada waktu ini pula
Soekarno menyebut Aceh sebagai daerah modal, yang sering
digunakan sampai sekarang.
3) Abu Beureueh dalam pernyataannya bertanggal 4 November
1961, yang berjudul “DA’WAH” (pernyataan ini merupakan
lampiran dari surat yang beliau tulis dalam kedudukan
sebagai wali Negara Republik Islam Aceh, dan dikirimkan
kepada Jenderal A. H Nasution, menteri keamanan Nasional/
KASAD) secara jelas menyatakan bahwa Soekarno sebagai
presiden pernah menyampaikan janji tersebut. Adapun isi
janji Soekarno adalah “ janji Presiden/Panglima tertinggi di
hadapan para ulama Aceh di Kutaraja pada tahun 1947, yang
akan memberikan kesempatan bagi rakyat Aceh Untuk hidup
dan mengatur kehidupan masyarakatnya sesuai dengan
syariat agama mereka”.18
18
Al Yasa Abubakar. Sejarah Pelaksanaan Syari`at..., hlm 13. Penjelasan
tersebut penulis mengutip secara utuh dari Al Yasa Abubakar. Sejarah
Pelaksanaan Syari`at. Selanjutnya, terkait dengan tahun janji tersebut dalam hal
ini terdapat perbedaan, tahun yang termuat pada isi janji tersebut 1947 dalam
Madani Publisher | 45
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 47
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
hlm 158.
Al-Yasa’ Abubakar. Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam...,
24
hlm 158.
Al-Yasa’ Abubakar. Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam...,
25
hlm 159.
Madani Publisher | 49
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 51
Sejarah Berlakunya Syariat Islam di Aceh
27
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 Tentang
Pemerintahan Aceh.
28
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 18 Tahun 2001,
Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Bab V
Dinamika Pelaksanaan Syariat Islam di
Aceh dalam Konteks Hukum Nasional
Madani Publisher | 53
Dinamika Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh dalam Konteks Hukum Nasional
Madani Publisher | 55
Dinamika Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh dalam Konteks Hukum Nasional
Islam Di Aceh. Cet. II. (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam, 2010), hlm 11.
Madani Publisher | 57
Dinamika Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh dalam Konteks Hukum Nasional
di antara:
1) Maisir (judi).
2) Khamar (minuman yang memabukkan).
3) Khalwat (mesum, berdua-duaan dengan non-muhrim).
Demikian dinamika pelaksanaan dan pelanggaran
syariat Islam di provinsi Aceh. Selanjutnya, ditegaskan bahwa
pelaksanaan bukan hanya di aspek tersebut di atas saja. Pelaksanaan
syariat Islam memiliki peran terhadap pengembangan ekonomi
masyarakat Aceh, selama ini belum mendapat perhatian penuh
dari pemerintah karena masih fokus pada sosialisasi dan
penerapan qanun terkait dengan tiga aspek tersebut.
2. Kritik terhadap syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 59
Dinamika Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh dalam Konteks Hukum Nasional
Sharia Law Implementation Concept In Aceh. Kanun Jurnal Ilmu Hukum No.
60, Th. XV (Agustus, 2013), hlm 317.
Madani Publisher | 61
Dinamika Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh dalam Konteks Hukum Nasional
Madani Publisher | 63
Dinamika Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh dalam Konteks Hukum Nasional
Madani Publisher | 65
Dinamika Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh dalam Konteks Hukum Nasional
20
M. Sufi Abdul Muthalib. Dakwah Kolaboratif Dalam..., hlm 56-57.
Bab VI
Pokok-Pokok Pembahasan
Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 67
Pokok-Pokok Pembahasan Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 69
Pokok-Pokok Pembahasan Syariat Islam di Aceh
a. Aqidah;
b. Syariah; dan
c. Akhlak.
a. ibadah;
b. ahwal al-syakhshiyah (hukum keluarga);
c. muamalah (hukum perdata);
d. jinayat (hukum pidana);
e. qadha’ (peradilan);
f. tarbiyah (pendidikan); dan
g. pembelaan Islam.
a. syiar; dan
b. dakwah.
Madani Publisher | 71
Pokok-Pokok Pembahasan Syariat Islam di Aceh
Madani Publisher | 73
Pokok-Pokok Pembahasan Syariat Islam di Aceh
Bab VII
Qanun Syariat Islam:
Definisi, Eksistesi dan Esensinya
A. Definisi Qanun
Qanun pada umumnya dipahami dengan peraturan.
Namun untuk mencari kejelasan pengertian tentang qanun berikut
di paparkan pengertian qanun secara termonilogi, padangan
tokoh, dan Undang-Undang, sebagai berikut:
1. Etimologi Qanun
Istilah qanun dalam bahasa Arab ditulis قانونm e r u p a k a n
bentuk kata kerja dari ( قانdibaca qanna). Hal ini sebagaimana
penjelasan Ridwan, dalam bahasa Arab kata kerja qanun adalah
qanna yang artinya membuat hukum yang artinya membuat
hukum (to make law, to legislate). Dalam perkembangannya, kata
qanun berarti hukum (law), peraturan (rule, regulation), Undang-
Madani Publisher | 75
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Aceh Darussalam.
3) Undang-Undang. Apa bedanya yang pertama dengan
yang ketiga ini? Yang pertama itu sifatnya lebih umum
sedangkan yang ketiga ini sifat lebih khusus, misalnya
khusus UU perkawinan saja.4
Secara terminologi sebagaimana disebutkan di atas, qanun
merupakan ketetapan hukum yang berlaku dalam masyarakat
dan digunakan untuk kemaslahatan masyarakat. Qanun dalam
tinjauan istilah, sebagaimana penjelasan tersebut bukan aturan
terhadap ibadah saja, tetapi termasuk aspek mu’amalah antar
sesama manusia yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Terminologi Qanun
Berikut terminologi qanun dalam beberapa penjelasan,
berdasarkan referensi yang ditemukan:
1) Al-Yasa’ Abubakar, Qanun adalah peraturan daerah
yang setingkat dengan peraturan pemerintah untuk
melaksanakan otonomi khusus di Aceh.5
2) Qanun merupakan produk hasil ijtihad yang menjadi
sebagai hukum untuk diterapkan dalam wilayah tertentu.
Salah satu sumber menjelaskan qanun adalah kumpulan
kaidah mengatur dasar dan hubungan kerja sama antara
sesama anggota masyarakat dalam sebuah negara, baik
secara tertulis maupun secara tidak tertulis.6 Dalam
pengertian ini, memaknakan qanun dalam arti yang luas
yaitu mencakup segala peraturan.
4
M. Solly Lubis. Aceh Mencari Format Khusus. Jurnal Hukum. Vol.
01. No. 1 Tahun 2005, hlm 6.
5
Marzuki Abubakar. Syariat Islam di Aceh..., hlm 157.
6
http://digilib.uinsby.ac.id/10810/5/Bab%202.pdf. (Oline). Tanggal 5
Mei 2017.
Madani Publisher | 77
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Madani Publisher | 79
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Madani Publisher | 81
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Madani Publisher | 83
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Madani Publisher | 85
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Madani Publisher | 87
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Madani Publisher | 89
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Madani Publisher | 91
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
a. Pelaku Jarimah;
b. Jarimah; dan
c. ‘Uqubat.
a. Khamar;
b. Maisir;
c. khalwat;
d. Ikhtilath;
e. Zina;
f. Pelecehan seksual;
g. Pemerkosaan;
h. Qadzaf;
i. Liwath; dan
j. Musahaqah.
Madani Publisher | 93
Qanun Syariat Islam: Definisi, Eksistesi dan Esensinya
Bab VIII
Pilar-Pilar Pendukung Syariat Islam:
Eksekutif, Legislatif dan Lembaga-
Lembaga Sosial Keagamaan seperti
Meunasah dan Mesjid
A. Eksekutif
Madani Publisher | 95
Pilar-Pilar Pendukung Syariat Islam; Eksekutif, Legislatif dan Lembaga-Lembaga Sosial
Keagamaan seperti Meunasah dan Mesjid
Islam di provinsi Aceh telah terlaksana selama 15 tahun, tentu ini
merupakan waktu yang panjang.
Eksekutif (pemerintah) merupakan elemen atau pilar
utama terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat legislatif
(DPR). Kedua pilar tersebut, eksekutif dan legislatif memiliki
cakupan tugas pokok masing-masing di negara.
Madani Publisher | 97
Pilar-Pilar Pendukung Syariat Islam; Eksekutif, Legislatif dan Lembaga-Lembaga Sosial
Keagamaan seperti Meunasah dan Mesjid
dibahas, disetujui, dan ditetapkan bersama;
e. Melaksanakan dan mengoordinasikan pelaksanaan
syari’at Islam secara menyeluruh;
f. Memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
mengenai penyelenggaraan pemerintahan kepada
DPRA atau DPRK;
g. Memberikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Aceh kepada Pemerintah;
h. Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
kabupaten/kota kepada Gubernur selaku wakil
Pemerintah;
i. Menyampaikan informasi penyelenggaraan
Pemerintahan Aceh/ kabupaten/kota kepada
masyarakat;
j. Mengupayakan terlaksananya kewenangan
pemerintahan;
k. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan
dan dapat menguasakan kepada pihak lain sebagai
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; dan
l. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Madani Publisher | 99
Pilar-Pilar Pendukung Syariat Islam; Eksekutif, Legislatif dan Lembaga-Lembaga Sosial
Keagamaan seperti Meunasah dan Mesjid
VIII, Pasal 39 menetapkan:
(1) Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/
Kota bertanggung jawab mensosialisasi, membina,
mengawasi, dan menegakkan Qanun ini dan Qanun
lainnya mengenai pelaksanaan Syariat Islam.
B. Legislatif
Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Sosial. Vol 15. No. 1. Februari 2016, hlm 5.
1. Meunasah di Aceh
2. Mesjid di Aceh
Bab IX
Lima Sasaran Utama Pelaksanaan
Syariat Islam di Aceh
A. Menghidupkan Meunasah
Pelaksanaan syariat Islam di Aceh tentu harus dilaksanakan
secara integral, mulai dari tingkat gampong (desa) sampai pada
tingkat pemerintahan provinsi. Sulaiman Tripa merujuk pada
Sufi. Dkk, menjelaskan Konsep gampong terkait dengan proses
pembentukan masyarakat yang berbasis teritorial keagamaan di
Aceh. Menurut sejarahnya, gampong terbentuk pada masa Sultan
Iskandar Muda (1607-1636), yakni bentuk teritorial yang terkecil
dari susunan pemerintahan di Aceh. Pada masa itu, sebuah
gampong terdiri dari kelompok rumah yang letaknya berdekatan
satu sama lain. Pimpinan gampong disebut keuchik, yang dibantu
seseorang yang mahir dalam masalah keagamaan dengan sebutan
teungku meunasah.1
Sulaiman Tripa menambahkan menjelaskannya bahwa,
pelaksanaan syariat Islam menjadi salah satu kewenangan dalam
gampong. Konsep ini dapat dilihat sejak dari konsep gampong
sebagaimana disebut UU Nomor 18 Tahun 2001 tentang UU
Otonomi Khusus bagi Provinsi DI Aceh sebagai Provinsi NAD
dan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong
dalam Provinsi NAD, yang menyebutkan bahwa, “Gampong atau
nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang merupakan
organisasi Pemerintah terendah langsung di bawah Mukim atau
nama lain yang menempati wilayah tertentu, yang dipimpin oleh
Geuchik2 atau nama lain dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri.” (Pasal 14 ayat (2) Qanun Nomor 11 Tahun
2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam bidang Aqidah, Ibadah,
dan Syiar Islam).3
Meunasah yang berada pada setiap desa di Aceh menjadi
senter pelaksanaan syariat Islam. Semangat pelaksanaan syariat
Islam di Aceh dapat dibangun melalu kegiatan keagamaan di
meunasah yang terdapat pada setiap desa di Aceh.
Menghidupkan meunasah sebagai senter pelaksanaan
syariat Islam di Aceh dapat dilakukan melalui:
1) Mengoptimalisasikan meunasah sebagai senter/pusat
ibadah di tingkat desa.
2) Shalat berjamaah di meunasah.
3) Kegiatan sosial dan keagamaan dilakukan di meunasah.
4) Kegiatan zikir atau dalail khairat dilakukan pada setiap
malam jum’at atau malam lain yang telah disepakati.
1
Sulaiman Tripa. Otoritas Gampong Dalam Implementasi Syariat
Islam Di Aceh. Media Syariah, Vol. XIV. NO. I Januari-Juni 2012, hlm 47.
2
Geusyik adalah sebutan untuk kepada desa di Aceh.
3
Sulaiman Tripa. Otoritas Gampong Dalam..., hlm 49.
C. Pemberdayaan Zakat
1. Wajib zakat
Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi muslim, jika
sudah sampai haul atau hisabnya. Dasar hukum perintah wajib
zakat terdapat dalam firman Allah.
Artinya:
Arinya:
Bab X
Institusi-Institusi yang Terkait dengan
Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh
C. Mahkamah Syar’iyyah
1. Eksistensi Mahkamah Syar’iyyah dalam pelaksanaan syariat
Islam di Aceh
Mahkamah Syar’iyyah di Aceh saat ini merupakan
perubahan dari peradilan Agama yang telah ada di Aceh, sama
dengan provinsi lain. Namun khusus untuk provinsi Aceh karena
dalam konteks pelaksanaan syariat Islam berdasarkan kebijakan
pemerintah UU Nomor 44 tahun1999 tentang keistimewaan
Aceh dan UU Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus,
maka, peradilan Agama tersebut di rubah menjadi Mahkamah
Syar’iyyah.
Ridwan menjelaskan, pada awal pembentukan Mahkamah
Syar’iyyah belum sepenuhnya dapat melaksanakan sesuai dengan
qanun-qanun syariat Islam, karena tidak ada hukum acaranya.
Keberadaan Mahkamah syar’iyyah yang dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2001 itu apakah juga berada
pada lingkup peradilan yang ada di Indonesia, tidak disebut
E. Baitul Mal
1. Pembentukan Baitul Mal di Aceh
Baitul Mal dapat sebutkan badan atau lembaga
pengempulan dan pengelolaan zakat di Aceh. Dalam ketetapan
Qanun Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat, Bab
V Pasal 11, Poin Nomor (1) menetapkan, Badan Baitul Mal
merupakan Lembaga Daerah yang berwenang melakukan tugas
hlm 71.
Hasanuddin Yusuf Adan. Refleksi Implementasi Syariat Islam..., hlm
17
72.
Bab XI
Syariat Islam dan Adat Aceh:
Relasi Lembaga-Lembaga Pelaksanaan
Syariat Islam dengan Lembaga Adat Aceh
Maulod Dalam Masyarakat Aceh. el Harakah Vol.18 No.1 Tahun 2016, hlm
50.
Bab XII
Isu-Isu alam Pelaksanaan Syariat Islam
di Aceh
www.hukumonline.com/berita/baca/lt54da9dfa18fc9/dua-kategori-non-
muslim-yang-bisa-terjerat-qanun-jinayah. (Online). Tanggal 27 Mei 2017.
Artinya:
Artinya:
Aceh. Kanun Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 18, No. 2, (Agustus, 2016), hlm 224.
Daftar Pustaka
A. Baihaqi Djalil. Peradilan Agama Di Indonesia: Gemeruhnya
Politik Hukum (Hukum Islam, Hukum Barat, Hukum
Adat) Dalam Tentang Sejarah Bersama Pasang Surut
Lembaga Peradilan Agama Hingga Lahirnya Peradilan
Syariat Islam Di Aceh. Cet. I. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006.
Abdul Gani Isa. Formalisasi Syariat Islam Di Aceh (Pendekatan
Adat, Budaya Dan Hukum). Cet. I. Banda Aceh: Pena,
2013.
............... Formulasi Syariat Islam Di Aceh Dan Perwujudannya
Dalam Sistem Hukum Indonesia. Penelitian Disertasi,
Banda Aceh: Program Pascasarjana Institut Agama Islam
Negeri Ar-Raniry, 2012.
Abdul Hadi. Dinamika Sistem Institusi Pendidikan di Aceh. Jurnal
Ilmiah Peuradeun. Vol. 2, No. 3. September 2014.
Abidin Nurdin. Dkk. Syariat Islam Dan Isu-Isu Kontemporer. Cet.
I. Banda Aceh: Dinas Syariat Islam, 2011.
Standar Kompetensi:
Mahasiswa memiliki wawasan tentang syariat Islam yang berlaku
di Ace, baik secara teoritis maupun praktis. Serta dapat memahami
dan merespon isu-isu aktual yang berkaitan dengan pelaksanaan
syariat Islam di Aceh.
Pokok Bahasan/Materi:
1. Pengertian, prinsip dan tujuan pelaksanaan syariat Islam di
Aceh.
2. Landasan historis, filosofis, sosiologis serta yuridis berlakunya
syariat Islam di Aceh.
3. Pelaksanaan syariat Islam dalam lintasan sejarah Islam.
4. Sejarah berlakunya syariat Islam Di Aceh.
• Syariat Islam pada masa kerajaan Aceh.
• Syariat Islam pada masa dan pasca kemerdekaan.
• Syariat Islam pada masa UUPA.
5. Dinamika pelaksanaan syariat Islam di Aceh dalam konteks
hukum nasional.
6. Pokok-pokok pembahasan syariat Islam di Aceh.
7. Qanun syariat Islam: definisi, eksistensi dan esensinya.
8. Pilar-pilar pendukung syariat Islam: eksekutif, legislatif dan
lembaga-lembanga sosial keagamaan seperti meunasah dan
mesjid.
9. Lima sasaran utama pelaksanaan syariat Islam di Aceh
• Menghidup meunasah
• Lingkungan kantor dan sekolah yang Islami
• Pemberdayaan zakat.
• Pengawasan pelaksanaan syariat Islam
• Perluasan kewenangan Mahkamah Syar’iyyah
10. Institusi-institusi yang terkait dengan pelaksanaan syariat
Islam di Aceh.
• Dinas Syariat Islam: kedudukan, tugas dan kewenangan
REFERENSI
A. Baihaqi Djalil. Peradilan Agama Di Indonesia: Gemeruhnya
Politik Hukum (Hukum Islam, Hukum Barat, Hukum
Adat) Dalam Tentang Sejarah Bersama Pasang Surut
Lembaga Peradilan Agama Hingga Lahirnya Peradilan
Syariat Islam Di Aceh. Cet. I. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006.
Abdul Gani Isa. Formalisasi Syariat Islam Di Aceh (Pendekatan
Adat, Budaya Dan Hukum). Cet. I. Banda Aceh: Pena,
2013.
Abidin Nurdin. Dkk. Syariat Islam Dan Isu-Isu Kontemporer. Cet.
I. Banda Aceh: Dinas Syariat Islam, 2011.
Al Yasa’ Abubakar. Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam
(Pendukung Qanun Pelaksanaan Syariat Islam). Cet. I.
(Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Aceh, 2009), hlm 157.
............... Sejarah Pelaksanaan Syari`at Islam Di Aceh (Upaya
Penyusunan Fiqih dalam Negara Bangsa). Cet. I. Banda
Aceh; Dinas Syariat Islam Aceh, 2013.
Profil Penulis
Dr. Sulaiman, MA merupakan anak
ketiga dari pasangan M. Yusuf dan Habibah,
yang lahir di desa Hagu. Kec. Meureudu. Kab.
Pidie Jaya. Provinsi Aceh, pada tanggal 3 Juni
1984. Pendidikan yang ditempuh, pendidikan
dasar lulus tahun 1996, SLTP lulus tahun 2000,
MAN tahun 2003. Penulis juga merupakan
alumni Dayah/Pesantren Ummul Ayman Samalang Kabupaten
Aceh Utara. Menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada tahun
2007, jurusan pendidikan B. Arab di Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-
Raniry Banda Aceh. Menyelesaikan pendidikan Master (S2) pada
tahun 2010, konsentrasi Pendidikan Agama Islam di Program
Pascasarjan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Menyelesaikan doktor
(S3) konsentrasi Pendidikan Agama Islam pada 6 Desember 2016
di UIN Ar-Raniry) Banda Aceh.