Definisi (dalam buku Asuhan pada anak dengan penyakit )
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan dimana: 1. Frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak, konsisten feses encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja (FK UI, 1997). B. Etiologi Penyebab utamanya adalah beberapa kuman usus penting, yaitu rotavirus, escherichia coli, shigella, cryptosporidium, vibrio cholerae, dan salmonella (Depkes RI, 1998). Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: 1. Tidak memberikan ASI secara penuh ubtuk 4-6 bulan pertama dan kehidupan 2. Menggunakan botol susu 3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar 4. Air minum tercemar dengan bakteri tinja 5. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan. Diare dapat terjadi dengan mekanisme dasar sebagai berikut: 1. Gangguan osmotik Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin pada dinding usus, akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, selanjutnya timbul diare, karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hyperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurur, maka akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga selanjutnya timbul diare pula. (dalam buku asuhan keperawatan anak gangguan sistem gastrointestinal .......) hampir sekitar 70-90% penyebab dari diare sudah dapat dipastikan. Secara garis besar penyebab diare dikelompokkan menjadi penyebab langsung atau faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya diare. Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare sekresi (secretory diarrhoea) dan diare osmotik (osmotic diarrhoea). Diare sekresi dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain: a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen, atau penyebab lainnya (seperti keadaan gizi-gizi buruk, higiene dan sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, sosial budaya dan sosial ekonomi) b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang pedas atau terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup) gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya c. Defisiensi imun trauma sigA (secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan berlipatgandanya bakteri atau flora usus dan jamur (terutama candida). Diare osmotik (osmotic diarrhoea) disebakan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan bayi baru lahir. C. Klasifikasi D. Patofisiologi Diare adalah peningkatan jumlah frekuensi dan fluiditas feses. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Penyebab utama diare pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun adalah diare akut. Diare kronis adalah diare yang terjadi lebih dari 2 minggu. Diare memiliki banyak penyebab yang berbeda. Infeksi merupakan penyebab yang umum pada anak dan dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit. Penyebab utama diare akibat virus adalah rotavirus. Banyak organisme yang menyebabkan diare akibat bakteri yaitu campylobacter, yersinia, shigella, salmonella, staphylococcus aureus dan escherichia coli. Salah satu agen parasit yang paling sering menyebabkan diare pada anak adalah Giardia Iamblia. Penyebab diare lainnya adalah intoleransi makanan seperti alergi terhadap susu memakan zat yang toksik seperti timbal, intoleransi obat seperti intoleransi antibiotik penyakit usus seperti hirschsprung, defisiensi disakarida seperti defisiensi laktase faktor psikogenik seperti stres emosional, malabsorpsi, seperti Fibrosis kistik, dan infeksi terlokalisasi, seperti infeksi saluran nafas dan saluran kemih. Diare kronis biasanya disebabkan oleh kondisi kronis seperti penyakit inflamasi usus, sindrom malabsorpsi, defisiensi imun, alergi makanan dan intoleransi laktosa. Diagnosis yang tepat dan penatalaksanaan yang adekuat terhadap gangguan yang mendasari akan membantu mengatasi banyak akibat diare. Diare terjadi saat isi saluran cerna didorong melalui usus dengan sangat cepat, dengan sedikit waktu untuk absorpsi makanan yang dicerna, air dan elektrolit titik feses yang dihasilkan menjadi encer biasanya hijau, dan berisi lemak yang tidak dicerna karbohidrat dan sejumlah protei. Kehilangan air dapat terjadi jika 10 kali dari kecepatan normal kehilangan air. Ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi bersama kehilangan natrium klorida bikarbonat dan kalium. Diare yang menyebabkan dehidrasi akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dan dapat mengancam jiwa pada bayi dan anak yang masih kecil. Usia, kesehatan secara umum iklim, dan lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi predisposisi individual terhadap diare. Anak yang masih kecil dan anak yang kekurangan gizi lebih rentan mengalami diare dibandingkan anak lainnya. Cuaca yang panas cenderung memperburuk dehidrasi dan beberapa organisme yang menyebabkan diare lebih sering ditemukan pada cuaca yang lebih panas. Diare juga lebih sering terjadi saat sanitasi dan pendinginan menjadi masalah dan dalam keadaan tempat tinggal yang padat dan di bawah standar. Kebiasaan defekasi sangat bervariasi di antara individu dan harus dipertimbangkan saat mendiagnosis diare. Diare berat paling sering terjadi pada bayi dan biasanya membutuhkan hospitalisasi. Kategorisasi diare dapat dihubungkan dengan lokasi terjadinya diare di sepanjang saluran cerna inflamasi lambung dan usus disebut gastrointestinal, inflamasi usus halus disebut enteritis inflamasi usus halus dan kolon disebut enterokolitis dan inflamasi kolon disebut colitis. Pada gastroenteritis infeksi akut, terdapat inflamasi pada lapisan lambung dan usus karena infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme: virus bakteri atau parasit titik transmisi organisme ini dapat terjadi melalui kontak langsung individu ke individu ( seperti pada Shigella, Giardia yang sering terjadi pada todler), dan rotavirus, yang paling sering terjadi pada bayi, melalui makanan atau air yang terkontaminasi (seperTi pada Salmonella, Escherricia coli, dan Campylobacter ), atau melalui kontak dengan hewan peliharaan keluarga seperti pada yersinia enterocolitica dan salmonella). Ketidakseimbangan flora normal pada saluran gastrointestinal juga dapat menyebabkan gastroenteritis (seperti pada C, Difficile). Diare pelancong (traveler's diarrhea) paling sering disebabkan oleh escheria coli enterotoksigenik. Infeksi virus menghancurkan dan merusak sel epitel yang melapisi saluran usus. Infeksi bakteri dapat merusak mukosa usus melalui salah satu dari tiga cara:
1. organisme berkembang biak dan menempel pada mukosa yang memproduksi enterotoksin yang berinteraksi dengan mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif air dan elektrolit
2. Melalui proses inflamasi, organisme menginvasi sel pada epithelium
3. Organisme berkembang biak dalam sel dan menembus dinding usus.
Perkembangbiakan patogen dapat menyebabkan produksi toksin yang
menyebabkan perpindahan cairan dan elektrolit titik penurunan absorpsi disertai peningkatan sekresi ke dalam usus terjadi sekunder akibat edema pada mukosa usus. Hal ini menyebabkan diare dan dehidrasi.
Rotavirus merupakan satu-satunya penyebab yang paling penting pada
gastroenteritis akut berat dan dehidrasi pada anak yang masih kecil di seluruh dunia. Pada negara yang kurang berkembang nutrisi yang buruk merupakan penyebab utama kematian pada anak. Hampir semua anak telah terinfeksi oleh rotavirus saat mereka mencapai usia 5 tahun dan sebagian besar anak terinfeksi lebih dari satu kali. Gastroenteritis berat lebih cenderung terjadi pada infeksi awal. Rotavirus terutama ditransmisikan melalui rute fecal oral infeksi rotavirus ditandai dengan muntah dan diare yang enceR. Demam sering terjadi, ketiga gejala ini, yang dihubungkan dengan ketidakmampuan anak untuk minum menyebabkan dehidrasi pemeriksaan laboratorium mungkin diperlukan mencegah infeksi rotavirus adalah vaksinasi.
Penatalaksanaan terapiutik untuk rotavirus dan berbagai jenis diare Atau
gastroenteritis lainnya meliputi hidrasi, koreksi ketidakseimbangan elektrolit, penyebab yang mendasari perubahan diet dan pencegahan penyebaran infeksi . E. Manifestasi Klinis Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Akibat seringnya defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama menjadi asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan(Noerrasid, Suraatmadja & Asnil, 1988). Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5- 10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%). F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare akut adalah penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya demam menunjukkan infeksi spesies Salmonella, Shigella, atau Kampilobakter. Pemeriksaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus dilakukan, keduanya dimaksudkan untuk menilai tingkat peradangan rektal, jika ada, dan mendapatkan feses untuk diperiksa. G. Penatalaksanaan H. Komplikasi (dalam buku asuhan pada anak dengan penyakit tropis (yang sering terjadi)) Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut: 1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik otot lemah, isotonik, atau hipertonik) 2. Renjatan hipovolemik 3. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotonik otot lemah, bradikardi) 4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.