Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SEPSIS DI RUANG ICU


RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 14 Oktober s/d 26 Oktober 2019

Oleh :

Mahraini, S.Kep
NIM. 1830913310052

PROGRAM PROFESI NERS STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SEPSIS DI RUANG ICU
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 14 Oktober s/d 26 Oktober 2019

Oleh :

Mahraini, S.Kep
NIM. 1830913310052

Banjarmasin, Oktober 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ifa Hafifah, S.Kep.,Ns., M.Kep Lukmanul Hakim, S.Kep.,Ns., M.Kep


NIP. 19900819 201803 2 001 NIP. 19760116 199603 1 002
Definisi

 Sepsis adalah aktivitas kompleks dari sistem immune SIRS (Systemic Inflamatory
Response Syndrome) dan didapatkan data adanya infeksi.
 Sepsis adalah respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai macam organisme
yang infeksius; bakteri gram negatif, bakteri gram positif, fungi, parasit, dan virus. Tidak
semua individu yang mengalami infeksi menjadi sepsis, dan terdapat suatu rangkaian dari
beratnya infeksi dari proses yang terlokalisisir menjadi bakteriemia sampai ke sepsis dan
menjadi septik syok (Norwitz,2010).
 Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas yang
merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik dapat
terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik terutama
terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga
peritonium dengan isi usus.
Klasifikasi
1. Infeksi : Fenomena mikroba dengan karakteristik adanya respon inflamasi karena
adanya mikroorganisme atau invasi dari jaringan host yang steril oleh organisme
Sepsis ini.
2. Bakteriemia : Terdapatnya bakteri yang viabel pada darah.

3. Sepsis (simpel) : Respon sistemik terhadap infeksi dengan 
 manifestasi dua atau

lebih dari keadaan berikut ini:


 Septik syok temperatur lebih dari 38 C atau kurang dari 36 C
 Peningkatan denyut jantung lebih dari 90 kali per menit;

 Takipnu, pernafasan lebih dari 20 kali per menit atau PaCo2 
 kurang

dari 32 mmHg.

 Perubahan hitung lekosit, yaitu lekosit lebih dari 12.000/mm3
 atau ku-

rang dari 4000/mm3, atau terdapatnya lebih dari 10% 
 netrofil imatur.

4. Sepsis (berat) : Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, 
 hipoperfusi, atau

hipotensi. Hipoperfusi dan abnormalitas perfusi dapat termasuk, tetapi tidak


terbatas pada laktat asidosis, oliguria, atau perubahan status mental akut.
5. Multiple Organ Dysfungcion Syndrome (MODS) keadaan dimana ditemukan
Manifestasi Klinis
disfungsi dari beberapa organ.

Tanda klinis sepsis sangat bervariasi diantara pasien. Pasien yang diketahui infeksinya dan
pasien yang sangat disupresi kekebalannya sehingga berada pada risiko terhadap syok harus
dipantau tanda vitalnya secara rutin dan diawasi. Pada keadaan tertentu, perawat harus
menyadari tanda-tanda :

1. Demam
2. Takikardia (>90 denyut/menit)
3. Takipnea (>20 kali/menit)
4. Adanya kekurangan perfusi organ atau disfungsi dalam bentuk
a. Perubahan status mental
b. Hipoksemia bila diukur dengan gas darah arteri
c. Peningkatan kadar laktat
d. Haluaran urine (<30ml/jam)
5. PaCO2 < 32 mmHg
6. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3

Etiologi

Pada pasien rawat inap, organisme gram negatif (mis. Escherichia coli, Klebsiella,
Enterobacter, dan spesies Serratia, Pseudomonas aeruginosa, spesies Proteus, Neisseria
meningitidis, Bacteroides fragilis) sering dikaitkan dengan syok septik dari pada organisme
gram positif (misa. S. Aureus, Streptococcus pneumoniae).
Patofisiologi

Syok septik terjadi dalam dua fase yang berbeda. Fase pertama, disebut sebagai fase
“hangat” atau hiperdinamik, ditandai oleh tingginya curah jantung dan vasodilatasi. Pasien menjadi
sangat panas atau hipertermik dengan kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan
meningkat. Haluaran urine dapat meningkat atau tetap dalam kadar normal. Status gastrointestinal
mungkin terganggu seperti yang dibuktikan oleh mual, muntah, atau diare.
Fase lanjut, disebut sebagai fase “dingin”atau hipodinamik, yang ditandai oleh curah
jantung yang rendah dengan vasokonstriksi yang mencerminkan upaya tubuh untuk mengkompensasi
hipovolemia yang disebabkan oleh kehilangan volume intravaskular melalui kapiler. Pada fase ini
tekanan darah pasien turun, dan kulit dingin serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau dibawah
normal. Frekuensi jantung dan pernapasan tetap cepat. Pasien tidak lagi membentuk urin dan dapat
terjadi kegagalan organ multipel (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002).

Pemeriksaan Penunjang

Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum. Pantau kadar darah (kadar antibiotik), BUN (Blood Urea
Nitrogen), kreatinin, jumlah sel darah putih, rontgen.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan resusitasi yang perlu dilakukan sesegera
mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama, dimulai sejak pasien tiba di unit
gawat darurat. Tindakan mencakup airway: a) breathing; b) circulation; c) oksigenasi, terapi cairan,
vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya
dilakukan untuk mencapai tekanan vena sentral (CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65
mmHg dan produksi urin >0,5 ml/kgBB/jam.

Komplikasi

1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan
2. Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia
3. Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Gagal jantung
7. Kematian
Port de’entri kuman
(SGD 1 Semester VII PSIK A 2011)
Pathway
Pertahanan
Infeksi masif oleh mikroorganisme : bakteri gram negatif/ bakteri gram positif/ virus primer/sekunder tidak
adekuat

Pelepasan Endotoksin Risiko Infeksi

Panas, Kulit hangat Kegagalan organ multipel


Dilatasi arteriol/venula Vasodilatasi kapiler
kemerahan

Hipertermi Tekanan darah Permeabilitas kapiler


Sistem Urinaria

Perpindahan eksudat plasma Tidak lagi membentuk urin


Venous return
ke intertisial

Stoke volume
Oedema Ruang kapiler Sistem Gastrointestinal :
Alveoli mual, muntah, diare
Kehilangan volume Risiko Penurunan Curah jantung
intravaskular melalui kapiler
Penurunan Difusi O2 Sesak napas
Suplai oksigen seluler
Risiko Ketidakseimbangan
Volume Cairan Gangguan Pertukaran Gas
Perfusi jaringan Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas
Penurunan Saturasi O2
Kerusakan metabolisme sel
Ketidakefektifan Perfusi
Hipoksia jaringan Jaringan Perifer
Pengkajian a) Keluhan Utama
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala
1. Data Fokus Pengkajian
yang pernah dialami dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
a. Identitas
b) Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
1) Identitas Klien
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative, provocative,
Meliputi nama, No. RM, usia,
quality, quantity, region, radiaton, severity scale dan time.
status perkawinan, pekerjaan,
c) Riwayat Penyakit Dahulu
agama, pendidikan, suku, alamat
Kaji adanya riwayat pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
rumah, sumber biaya, tanggal
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
masuk RS, diagnosa medis.
selanjutnya. Biasanya sebelumnya mempunyai penyakit infeksi seperti pneumonia, dan lain-lain.
2) Identitas penanggungjawab
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi nama, umur, hubungan
Genogram atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang mejadi faktor resiko, 3 generasi.
dengan pasien, pendidikan, dan
e) Riwayat psikososial dan spiritual
alamat.
f)
Pemeriksaan fisik Circulation
1. Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
Airway
signifikan
1. Yakinkan kepatenan jalan napas
2. Monitoring tekanan darah, tekanan darah
2. Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3. Periksa waktu pengisian kapiler
3. Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
4. Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
4. Bawa segera mungkin ke ICU
5. Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
Breathing
6. Pasang kateter
1. Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan
7. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
2. Kaji saturasi oksigen
8. Siapkan untuk pemeriksaan kultur
3. Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
9. Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau
asidosis
temperature kurang dari 36oc
4. Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
10. Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
5. Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
11. Berikan antibiotik spektrum luas sesuai kebijakan setempat.
6. Periksa foto thorak
Rencana Asuhan Keperawatan/ Nursing Care Plan (NCP)
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
No TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
RASIONAL
(NOC) (NIC)

1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Mandiri 1. Memantau dan mengatasi masalah
berhubungan dengan keperawatan selama ....x 24 potensial. Pengkajian fungsi pernafasan
perubahan membran jam status pernapasan : 1. Kaji suara paru; frekuensi napas, dengan interval yang teratur adalah
kapiler-alveolar; pertukaran gas tidak akan kedalaman, dan usaha napas; dan penting karena pernafasan yang tidak
ketidakseimbangan perfusi- terganggu penggunaan otot bantu nafas efektif dan adanya kegagalan dapat
ventilasi. 2. Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi berkembang dengan cepat dan sebagai
Kriteria hasil : 3. Pantau hasil gas darah (misalnya, kadar indikator keefektifan penggunaan alat
PaO2 yang rendah, dan PaCO2 yang penunjang
- TTV dalam batas normal tinggi menunjukkan pernapasan) 2. Untuk mengukur hemoglobin yang
- GDA dalam batas normal 4. Pantau kadar elektrolit tersaturasi oleh oksigen
(PaO2. PaCO2, PH arteri, 5. Pantau status mental (misalnya, tingkat 3. Untuk mengetahui adanya kelainan fungsi
dan saturasi O2) kesadaran, gelisah, dan konfusi) pertukaran gas
- Menunjukkan ventilasi 6. Manajemen jalan napas (NIC) 4. Untuk mengetahui elektrolit sebagai
yang adekuat - Identifikasi kebutuhan pasien indikator keadaan status cairan
- Oksigenasi adekuat terhadap pemasangan jalan napas 5. Hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan
- Tidak gelisah, sianosis, aktual atau potensial pertama kali oleh gelisah dan peka
somnolen - Auskultasi suara nafas, tandai area rangsang kemudian oleeh penurunan
- Frekuensi, irama, bunyi penurunan atau hilangnya ventilasi mental progesif
pernapasan normal. dan adanya bunyi tambahan 6. Mempertahankan pernafasan yang
- Pantau status pernapasan dan adekuat
oksigenasi sesuai dengan kebutuhan 7. pemantauan terus menerus terhadap status
7. Pengaturan hemodinamik (NIC) hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda
- Auskultasi bunyi jantung
- Pantau dan dokumentasikan vital lain akan menjamin early detection
frekuensi, irama, dan denyut jantung bisa dilaksanakan dengan baik sehingga
- Pantau adanya edema perifer, distensi dapat mecegah pasien jatuh kepada
vena jungularis, dan bunyi jantung S3 kondisi lebih parah.
dan S4 8. Untuk meningkatkan ekspansi dada
- Pantau fungsi alat pacu jantung, jika maksimal sehingga mudah bernafas, yang
sesuai meningkatkan kenyamanan
8. Ajarkan pada klien teknik bernapas fisiologi/psikoologi
dan relaksasi 9. Pemberian oksigen bisa mengurangi
9. Jelaskan pada klien alasan pemberian distres respirasi dan sianosis
oksigen dan tindakan lainnya
Kolaborasi

10. Konsultasikan dengan dokter tentang


pentingnya pemeriksaan gas darah arteri 10. Sebagai bahan evaluasi setelah
(GDA) dan penggunaan alat bantu yang melakukan intervensi
dianjurkan sesuai dengan adanya 11. Sebagai bahan evaluasi setelah
perubahan kondisi pasien melakukan intervensi
11. Laporkan perubahan pada data
pengkajian terkait (misalnya sensorium
pasien, suara napas, pola napas, analisis
gas darah arteri, sputum, dan efek obat)

2. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Mandiri 2. Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh
jaringan perifer keperawatan selama .....x24 1. Observasi adanya pucat, sianosis, kuli penurunan curah jantung mungkin
berhubungan dengan jam perfusi jaringan adekuat. dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer. dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit
dan penurunan nadi.
peurunan konsentrasi 2. Observasi TTV
Kriteria Hasil: 3. Untuk memonitoring keadaan pasien
hemoglobin dalam darah; 3. Pertahankan tirah baring 4. Membantu untuk menurunkan
hipovolemia; gangguan 4. Amati warna kilit, kelembaban, suhu dan rangsangan simpatis, meningkatkan
pertukaran; perubahan CRT relaksasi
kemampuan hemoglobin  Membran mukosa merah Kolaborasi 5. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
untuk mengikat oksigen. muda 1. Kolaborasi pemberian obat vasodilator CRT lambat mungkin berkaitan dengan
 Conjunctiva tidak anemis vasokontriksi pembuluh darah.
 Akral hangat 1. Merileksasikan otot-otot polos vaskuler.
 TTV dalam batas normal.
 Tidak ada edema

3. Risiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri 1. Memantau jumlah kehilangan cairan.
Volume Cairan keperawatan selama 1x 24 jam 1. Pantau dan catat kehilangan darah pada 2. Ini merupakan tanda awal syok.
berhubungan dengan Tidak terjadi syok pasien (jumlah,warna) 3. Jika urin kurang dari 30 cc/ jam, itu
kehilangan volume cairan. hipovolemik 2. Pantau adanya peningkatan denyut nadi merupakan tanda syok.
Kriteria hasil: Klien tampak dan penurunan tekanan darah 4. Rasa haus merupakan tanda awal syok.
tenang 3. Pantau jumlah urin. 5. Mengetahui terjadinya hemokosentrasi
4. Pantau terjadinya gelisah, penurunan dan terjadinya syok hipovolemik.
kesadaran dan haus
5. Pantau pemeriksaan laboratorium,
terutama penutunan HB dan HT. Segera
lapor ke ahli bedah ortopedi untuk
penanganan selanjutnya.
Kolaborasi
1. Pemberian cairan intravena jika 1. Membantu kebutuhan cairan dalam tubuh.
diinstruksikan

4. Risiko Penurunan curah Setelah diberikan asuhan Mandiri 1. Perbandingan dari tekanan memberikan
jantung b.d keperawatan diharapkan klien 1. Pantau TTV gambaran yang lebih lengkap tentang
ketidakseimbangan cairan mau berpartisipasi dalam 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan keterlibatan/bidang masalah vascular.
mempengaruhi sirkulasi, aktivitas yang menurunkan sentral dan perifer 2. Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
kerja miokardial dan 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas femolaris mungkin teramati/terpalpasi.
tahanan vaskuler sistemik, TD/beban kerja jantung 4. Amati warna kulit, kelembaban, Denyut pada tungkai mungkin
gangguan frekuensi, irama, dengan KH : suhu,dan masa pengisian kapiler menurun,mencerminkan efek dari
konduksi jantung (ketidak 5. Catat edema umum/tertentu vasokontriksi (peningkatan SVR) dan
seimbangan elektrolit). - Tanda Vital dalam rentang 6. Berikan lingkungan tenang dan kongesti vena.
normal (Tekanan darah, nyaman,kurangi aktivitas/keributan 3. S4 umumnya terdengar pada pasien
Nadi, respirasi) lingkungan . hipertensi berat karena adanya
- Irama dan frekuensi 7. batasi jumlah pengunjung dan lamanya hipermetrofi atrium (peningkatan
jantung stabil dalam tinggal. volume/tekanan atrium) Perkembangan S3
rentang normal 8. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti menunjukkan hipertrofi ventrikel dan
- Dapat mentoleransi istirahat ditempat tidur/kursi;jadwal kerusakan fungsi, adanya krakles, mengi
aktivitas, tidak ada periode istirahat tanpa gangguan;bantu dapat mengindikasikan kongesti paru
kelelahan pasien melakukan perawatan diri sesuai skunder terhadap terjadinya atau gagal
- Tidak ada edema paru, kebutuhan. ginjal kronik.
perifer, dan tidak ada 9. Pantau respon terhadap obat untuk 4. Adanya pucat,dingin, kulit lembab dan
asites mengontrol tekanan darah masa pengisian kapiler lambat mungkin
- Tidak ada penurunan Kolaborasi berkaitan dengan vasokontriksi atau
kesadaran 1. Kelola pemberian obat anti aritmia, mencerminkan dekompensasi/penurunan
- AGD dalam batas normal inotopik, nitrogliserin dan vasodilator curah jantung.
- Tidak ada distensi vena untuk mempertahankan kontraktilitas 5. Dapat mengindikasikan gagal jantung,
leher jantung. kerusakan ginjal atau vascular.
- Warna kulit normal 2. Kelola pemberian antikoagulan untuk 6. Membantu untuk menurunkan rangsang
mencegah thrombus perifer simpatis; meningkatkan relaksasi.
7. Menurunkan stress dan ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah dan
perjalanan penyakit hipertensi.
8. Respon terhadap terapi obat “stepeed”
(yang terdiri atas diuretic inhibitor
simpatis dan vasodilator) tergantung pada
individu dan efek sinergis obat, karena
efek samping tersebut,maka penting untuk
menggunakan obat dalam jumlah paling
sedikit dan dosis paling rendah.
5. Risiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri 1. Tanda perkiraan infeksi
dengan pertahanan primer keperawatan selama…… 1. Pantau tanda dan gejala infeksi 2. Anemia dapat terjadi osteomielitis,
atau sekunder tidak adekuat, pasien tidak mengalami infeksi 2. Pantau hasil laboratorium leukositosis biasanya ada dengan proses
kulit yang rusak. dengan kriteria hasil: 3. Pengendalian infeksi : infeksi
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan 3. Mencegah dan pengendalian infeksi
 Faktor resiko infeksi akan 4. Dapat mencegah kontaminasi silang dan
yang benar
hilang, dibuktikan oleh kemungkinan infeksi
penyembuhan luka. Ajarkan kepada pengunjung untuk 5. Adanya drainase purulen akan
mencuci tangan sewaktu masuk dan keluar memerlukan kewaspadaan luka/linen
ruang pasien. untuk mencegah kontaminasi silang.

4. Pertahankan teknik aseptif 1. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan


5. Pertahankan teknik isolasi secara profilaksis atau dapat ditujukan
Kolaborasi pada mikroorganisme khusus.
1. Berikan terapi antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) 6th edition
Edisi Bahasa Indonesia Editor Intansari Nurjannah dan Rosana Devi
Tumanggor. United Kingdom : Elsevier.
Chen K dan Pohan H.T. (2007). Penatalaksanaan Syok Septik dalam Sudoyo, Aru W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 187-9
Moorhead, Sue, et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th edition Edisi
Bahasa Indonesia Editor Intansari Nurjannah dan Rosana Devi Tumanggor.
United Kingdom : Elsevier.
Sole, et al (2006). Introduction to critical care nursing. 4th Ed. St. Louis: Elsevier.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth
Vol.1 dan 3. Ed.8. Jakarta: EGC.
Qureshi Khadija, et al. (2008). Septic Shock: A Review Article. British Journal of Medical
Practitioners. Volume 1, Number 2. Available at
http://www.bjmp.org/files/dec2008/bjmp1208qureshirajah.pdf diakses pada
tanggal 23 September 2019, jam 18.00 wita.
Wilkinson, Judith M. (2014). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai