Anda di halaman 1dari 2

Air Perasan Jeruk Nipis

Dari hasil pengujian penapisan fitokimia menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis
memiliki kandungan senyawa saponin, dan flavonoid, dimana zat aktif tersebut berpotensi
memiliki aktivitas sebagai antibiofilm. Menurut Calabro et al (2004) flavonoid terdapat pada
Citrus sp., 3 dari 6 jenis utama flavonoid yang terdapat pada citrus adalah flavanone
(eriocitrin, hesperidin, narirutin dan neoriocitrin), flavone (apigenin) dan flavonols
(kaempferol, quercetin dan rutin). Hisperidin merupakan flavonoid paling dominan yang
terdapat pada jeruk nipis (Peterson, Julia J., et al, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh
Vikram et al (2010) membuktikan bahwa flavonoid Citrus sp. dapat menghambat proses
quorum sensing dalam pembentukan biofilm. Sedangkan saponin berpotensi sebagai
antibiofilm karena dapat mengganggu pembentukan biofilm dengan merusak matriks biofilm
(Coleman et al., 2010). Selain mengandung senyawa flavonoid dan saponin, air perasan jeruk
nipis juga mengandung asam sitrat dan minyak atsiri (Dalimarta, 2010). Asam sitrat dan
minyak atsiri juga diketahui memiliki aktivitas antibiofilm yang baik. Mekanisme antibiofilm
asam sitrat adalah dengan memecah jembatan kalsium dan merusak matriks biofilm (Faot et
al., 2014). Sedangkan minyak atsiri dapat menginaktivasi enzim yang berperan dalam
pembentukan biofilm (Dwi & Triana, 2010).

Setelah diketahui waktu dan konsentrasi bakteri yang menghasilkan pembentukan biofilm
paling baik, kemudian dilakukan uji aktivitas antibiofilm air perasan jeruk nipis. Hasil uji
aktivitas antibiofilm ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis memiliki aktivitas
terhadap pencegahan pembentukan, penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm
S. aureus. Hal ini ditunjukkan dari densitas optis yang diperoleh pada perlakuan dengan
penambahan air perasan jeruk nipis konsentrasi 0,0625% sampai dengan 8% dibandingkan
dengan kontrol negatif dan dari % pencegahan, % penghambatan dan % penghancuran
biofilm mulai dari pemberian air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,0625% sampai
dengan 8%. Kontrol negatif yang digunakan pada uji aktivitas antibiofilm ini adalah suspensi
bakteri tanpa penambahan media dan air perasan jeruk nipis.

menunjukkan bahwa pada uji pencegahan pembentukan biofilm S.aureus, semakin besar
konsentrasi air perasan jeruk nipis maka semakin kecil aktivitasnya (berbanding terbalik). Hal
ini diduga terjadi karena semakin kecil konsentrasi air perasan jeruk nipis maka semakin
besar kemampuan dari senyawa aktifnya untuk berpenetrasi ke dalam bakteri sehingga
kemampuan pencegahannya semakin besar.

Densitas optis air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan
4% tidak berbeda secara bermakna (signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk
nipis dengan konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4% memiliki aktivitas
penghambatan yang sama. Air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,0625% menunjukkan
perbedaan yang signifikan terhadap konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, 4%, dan 8%.
Hal ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,0625% memiliki
perbedaan aktivitas terhadap air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,125%, 0,25%,
0,5%, 1%, 2%, 4% dan 8%. Begitupun pada konsentrasi 8% yang menunjukkan perbedaan
yang bermakna terhadap konsentrasi 0,0625%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4%.
Madu meredakan Batuk

Madu merupakan demulcent untuk gejala batuk pada anak yang berhubungan
dengan infeksi saluran nafas bagian atas dalam hal ini rinitis. 2,12,29,35,63 Madu akan
melumasi saluran nafas atas yang mengalami inflamasi sehingga membantu
meredakan hiperrekativitas refleks batuk dan mengurangi inflamasi. 23,25,29 Efek
potensial lainnya yaitu kandungan enzim proteolitik, sifat hiperosmolaritas,
antimikroorganisme, memiliki kandungan anti oksidan dan efek immunomodulator.

Kandungan trypsin dapat mendegradasi mukoprotein dan fibrin pada sputum,


hiperosmolaritas akan menarik cairan dalam hal ini saliva yang akan menambah
volume sol layer, sehingga menurunkan viskositas mukus, sehingga memudahkan
mukus untuk dikeluarkan melalui batuk.46,50-54 Kandungan hidrogen peroksida,
flavonoid (rutin dan chrysin), asam fenolat memiliki efek antimikroba. 13,15,17,43
Penelitian in vitro di Jepang menunjukkan bahwa madu dapat menghambat replikasi
virus influenza.55 Flavonoid pada madu bersifat virusidal terhadap influenza dan
RSV, hal ini berhubungan dengan inhibisi enzim polimerase virus dan ikatan dengan
asam nukleat ataupun protein kapsid virus. Efek immunomodulator madu dapat
meningkatkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi virus dan menekan
inflamasi yang terjadi.13,15,33,56,58 Madu merangsang angiogenesis, granulasi dan
epitelialisasi pada penelitian hewan, ini menjelaskan bahwa madu dapat
mempercepat proses penyembuhan, yaitu sel epitel saluran pernafasan.

Pemberian dosis madu untuk gejala batuk ini bervariasi pada penelitian-penelitian
sebelumnya, pada penelitian ini dosis yang digunakan adalah 2.5 ml per kali
beri.2,29,35,63 Penelitian di Amerika Serikat tahun 2006 menggunakan dosis 2.5 ml
untuk anak usia dua sampai lima tahun, 5ml untuk usia enam sampai 11 tahun dan
10ml untuk usia 12 – 18 tahun.29 Sama halnya dengan penelitian di Iran tahun 2008-
2009 yang menggunakan dosis 2.5 ml untuk anak usia 2-5 tahun.63 Penelitian di
Israel tahun 2009 menggunakan dosis 10gr untuk anak usia 1-5 tahun.2 Sedangkan
penelitian di Kenya tahun 2010-2012 menggunakan dosis 2.5 ml untuk usia 1-2
tahun, dosis 5ml untuk usia 2-6 tahun dan dosis 7.5ml untuk usia 6-12 tahun.35
Belum ada penelitian yang membandingkan dosis mana yang lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai