BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sapi
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga
kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di
dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili
Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika
(Syncherus), dan Anoa (Santosa, 2013).
Menurut Santosa (2013), domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400
tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke
Eropa, Afrika dan ke seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi
Ongole dari India dimasukkan ke Pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut
dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Sapi merupakan salah satu genus
dari Bovidae. Ada beberapa sapi jenis primitif yang telah mengalami domestikasi
(Frandson, 2009).
Universitas Sriwijaya
3
Saliva yang masuk kedalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu
mempertahankan pH tetap pada kisaran 6,7-7,0. Saliva bertipe cair berfungsi
sebagai buffer asam-asam hasil fermentasi mikroba rumen. Selain itu, saliva juga
merupakan zat plumas dan surfaktan yang membantu didalam proses mastikasi
dan ruminasi. Saliva mengandung elektrolit-elektrolit tertentu seperti Na, K, Ca,
Mg, P dan urea yang dapat mempertinggi kecepatan fermentasi mikroba. Sekresi
saliva dipengaruhi oleh bentuk fisik pakan, kandungan bahan kering, volume
cairan isi perut dan stimulasi fisiologis (Pilrang dan Djojoesobagio, 2002).
2.3.2.NH3
N-NH3 merupakan sumber N utama untuk sintesis protein mikroba ,
konsentrasi N-NH3 yang optimal berkisar 508 mg/100 ml cairan rumen.
Kekurangan sumber N dapat menurunkan produksi mikroba per unit karbohidrat
tercerna. Apabila konsentrasi N-NH3 melebihi batas optimal untuk sintesis protein
mikroba maka N-NH3 diserap melalui dinding rumen dan dibawa ke hati untuk
diubah menjadi urea (Soejono, 2000).
Universitas Sriwijaya
4
Protein atau asam amino yang terdapat dalam bahan pakan ternak
ruminansia tidak semuanya dapat dicerna dan diserap usus halus, tetapi
dihidrolisis menjadi peptide, asam organic, CO2 dan amonia di dalam rumen.
Kandungan N-NH3 minimal dalam rumen untuk kebutuhan pertumbuhan mikroba
yang diberi pakan berserat tinggi minimal 50 mg/l (Mulyo, 2005).
Menurut Soejono (2000) NH3 merupakan sumber N utama untuk sintesis
protein mikroba, konsentrasi N-NH3 yang optimal berkisar 5-8 mg/100 ml cairan
rumen. Kekurangan sumber N dapat menurunkan produksi mikroba per unit
karbohidrat tercerna. Apabila konsentrasi N-NH3 melebihi batas optimal untuk
sintesis protein mikroba maka N-NH3 diserap melalui dinding rumen dan dibawa
ke hati untuk diubah menjadi urea (Mulyo, 2005).
Universitas Sriwijaya