`PENUNTUN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
UNTUK PRODI ILMU FISIKA
Oleh :
Tim Penyusun
1. DRA. DESIRE ATNA. S. RUMONDOR,M.Si
2. SEPTIANY PALILINGAN, S.Si. M.Si
KATA PENGANTAR
Praktikum Kimia Dasar merupakan salah satu mata kuliah dasar yang harus
dikuasai oleh mahasiswa terlebih khusus di Jurusan Kimia. Pelaksanaan praktikum di
Jurusan Kimia merupakan tahap penting yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai
sarana pengembangan kompetensi/keterampilan dasar di laboratorium yang sejalan dengan
kurikulum yang ada. Oleh karena itu diperlukan adanya Penuntun Praktikum Kimia Dasar
I sebagai upaya untuk menjamin tercapainya kompetensi yang diharapkan serta dapat
menjadi penuntun bagi mahasiswa dalam mengerjakan percobaan-percobaan dengan baik dan
benar. Disadari bahwa Penuntun Praktikum ini belumlah sempurna, oleh karena itu saran
maupun kritik dari berbagai pihak tetap diperlukan demi penyempurnaan Penuntun
Praktikum ini. Semoga Penuntun Praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Percobaan 1. Pengenalan Alat-alat Laboratorium...........................................................................8
Percobaan 2. Teknik Laboratorium : Pengukuran dalam Laboratorium........................................23
Percobaan 3. Penentuan Densitas Beberapa Larutan/Cairan dan Padatan.....................................32
Percobaan 4. Pemisahan Campuran : Kromatografi Kertas..........................................................38
Percobaan 5. Pembuatan dan Pengenceran Larutan......................................................................44
Percobaan 6. Reaksi Reduksi-Oksidasi.........................................................................................49
Percobaan 7. Titrasi Asam Basa Sederhana...................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................55
4
PENDAHULUAN
Berikut ini beberapa hal penting untuk keselamatan dalam bekerja di laboratorium :
1. Hanya percobaan sah yang dapat dilakukan. Mencoba-coba sesuatu yang belum
diketahui memang menarik, tetapi hal ini mengundang bahaya terutama bagi mereka
yang masih dalam taraf belajar.
2. Selalu menggunakan jas laboratorium untuk melindingi pakaian dari bahan kimia
yang korosif (warna putih : supaya cepat terlihat bila terkena zat kimia). Selalu
memakai sepatu tertutup untuk melindungi kaki dari tumpahan bahan kimia.
3. Jika bahan kimia terkena mata atau kulit segeralah cuci dengan air yang banyak.
4. Jangan mencium langsung bahan kimia/isi botol, tetapi letakkan hidung dekat botol,
lalu kipas tangan di atas mulut botol sehingga uapnya mengarah ke hidung dan dapat
tercium.
5. Jangan melihat langsung ke dalam mulut wadah yang berisi campuran reaksi, dan
jangan arahkan tabung reaksi kearah anda atau teman untuk menghindari golakan
(uap yang dibebaskan secara tiba-tiba).
6. Jangan mengecap bahan kimia, kecuali jika diminta; anggap semua bahan kimia
beracun.
7. Jangan bekerja di laboratorium seorang diri, harus selalu didampingi oleh asisten atau
orang lain yang dapat membantu anda bila terjadi kecelakaan.
8. Laporkan setiap kecelakaan (sekecil apapun) kepada asisten/laboran.
9. Jangan gunakan mulut untuk memipet cairan yang berbahaya, gunakan pengisap
karet. Bahan-bahan kimia yang tidak boleh dipipet dengan mulut bila konsentrasinya
pekat antara lain :
Asam kuat : H2SO4, HNO3, HCl, HF
Basa kuat : NaOH, KOH
Asam basa lemah : CH3COOH, NH4OH
Lain-lain : H2O2 pekat, brom cair, persenyawaan krom, persulfat.
6
10. Jangan menuang air ke dalam asam pekat. Hal ini menyebabkan semburan yang keras
akibat kalor yang ditimbulkan terlalu besar dan terlokalisasi. Untuk pengenceran
tuanglah asam pekat perlahan-lahan ke dalam air sambil diaduk.
11. Jangan makan/minum dengan alat-alat laboratorium untuk menghindari termakannya
bahan-bahan kimia. Hindarilah merokok, karena menimbulkan bahaya kebakaran,
tetapi juga dapat menyebabkan terhisapnya bahan-bahan beracun.
1. Kerapian dan keteraturan sangat penting dalam bekerja. Jagalah agar daerah kerja
anda selalu bersih dan teratur.
2. Cucilah alat-alat gelas sebelum digunakan. Setelah praktikum selesai bersihkan
kembali alat-alat gelas yang anda pakai dan meja tempat anda bekerja.
3. Jika ada bahan kimia yang tumpah, segeralah dibersihkan. Jika ada gelas yang pecah,
serpihan-serpihan gelas halus harus segera dibersihkan.
4. Tempat sampah disediakan untuk sampah padat (kertas lakmus, korek api, pecahan
gelas, atau bahan kimia tak larut air)
5. Jangan membuang sampah padat ke dalam bak cucian, karena akan menyumbat pipa.
Membuang bahan kimia dalam bak cucian harus selalu diencerkan dengan air banyak
agar tidak menimbulkan karat pada pipa.
Kebakaran dan Penanggulangannya
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum bekerja di laborarotium adalah mengetahui
lokasi dan cara menggunakan sarana darurat, seperti : jalan keluar, keran air, pemadam
api, karung untuk memadamkan api, dan perangkat PPPK.
Jika pakaian terbakar, korban jangan lari, sebab tindakan itu justru mengipasi api.
Selubungi korban dengan selimut kebakaran (jas lab atau karung basah), atau gulingkan
korban di lantai untuk memadamkan api.
Untuk semua jenis luka karena bahan kimia, cucilah dengan air yang banyak. Jika
lepuhannya kecil kompreslah dengan air es atau bungkusan es batu. Untuk luka bakar
yang parah, letakkan kain bersih pada permukaan luka untuk mencegah hubungan dengan
7
udara. Baringkan korban dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya,
lalu segeralah memanggil dokter atau ambulans.
1. Kena asam pada kulit atau baju : cuci dengan air sebanyak-banyaknya, sedikitnya
selama 10 menit.
2. Kena basa pada kulit atau baju : cuci dengan air sebanyak-banyaknya
3. Terkena bahan-bahan panas pada mata : cucilah mata dengan air sebanyak-banyaknya,
sedikitnya selama 10 menit.
4. Luka karena barang tajam : bersihkan luka dari kotoran, lalu cuci dengan alkohol 75
% (gunakan kapas), keringkan dan berilah larutan iodium tinctur 2 %.
5. Asam kuat masuk ke mulut : keluarkan asam dari mulut, mulut dicuci dengan air
sebanyak-banyaknya.
6. Basa kuat masuk ke mulut : keluarkan basa dari mulut, mulut dicuci dengan air
sebanyak-banyaknya.
7. Terminum asam-asam mineral atau asam-asam organik : jika terminum harus
dimuntahkan, lalu berilah bubur magnesia atau air kapur.
8. Terminum basa-basa kuat : jika terminum dimuntahkan (usahakan dengan minum air
hangat bergaram), lalu berilah asam cuka 5 % atau sari jeruk.
Beberapa Teknik Laboratorium
1. Mengeringkan alat
Gelas arloji setelah dicuci diletakkan terbalik. Hanya bagian luar yang boleh dilap.
Bagian penutup yang berhubungan dengan pereaksi jangan dilap. Jika bagian dalam
perlu cepat kering maka dipanaskan pada oven.
2. Tutup botol
Sesudah membuka tutup botol letakkan tutup botol di atas meja. Bagian botol yang
berhubungan langsung dengan pereaksi diletakkan ke atas. Hal ini untuk menjaga
kemurnian isi botol.
4. Mereaksikan zat
Tambahkanlah pereaksi sedikit demi sedikit. Setelah setiap penambahan, lakukan
pengocokan. Lihat dulu hasilnya sebelum menambahkan pereaksi lebih banyak.
8
5. Bahan kimia yang akan ditimbang tidak boleh langsung diletakkan pada neraca, tapi
harus ditimbang pada botol timbang, gelas piala, gelas arloji yang sebelumnya telah
diketahui beratnya.
Tujuan
Setelah menyelesaikan praktikum ini diharapkan mahasiswa telah mengenal dan dapat
menggunakan alat-alat yang umum dipakai dalam laboratorium kimia dasar, yaitu :
1. Mengetahui nama dan kegunaan alat-alat pemanas dan alat-alat gelas
2. Mengetahui cara menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan kebutuhan
praktikum/percobaan.
Dasar Teori
Alat-alat laboratorium yang umum dan sering digunakan dalam praktikum Kimia Dasar
adalah sebagai berikut :
a. Alat-alat Pemanas
Pembakar spritus atau bunsen
Pembakar spritus atau bunsen digunakan sebagai alat untuk pemanasan
9
Kaki tiga
Kaki tiga digunakan sebagai tungku, yang diatasnya terletak wadah bahan yang dipanaskan,
api untuk pemanasan diletakkan di antara ketiga kakinya
Kawat Kasa
Kawat kasa digunakan sebagai alat perata panas sehingga pemanasan zat-zat dalam wadah
seperti gelas piala akan menyeluruh. Kawat kasa diletakkan diatas kaki tiga.
b. Alat-alat Gelas
Alat-alat gelas harus selalu dalam keadaan bersih saat digunakan. Alat gelas yang bersih
dapat diketahui dari kejernihannya dan jika dibasahkan, basahnya merata. Setelah bersih,
bilaslah alat gelas dengan sedikit akuades sebanyak dua kali. Kotoran yang menempel pada
alat gelas dapat disebabkan oleh lemak/zat-zat organik lain, debu atau bekas-bekas endapan.
Untuk membersihkannya, gunakanlah air, sabun dan sikat. Endapan-endapan yang menempel
mungkin perlu dilarutkan dalam asam atau basa encer. Kadang-kadang hanya campuran
K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat yang dapat membersihkannya.
11
Labu Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer digunakan terutama untuk titrasi. Kegunaan lainnya sama seperti gelas
piala, namun tidak boleh untuk membuat endapan yang perlu disaring. Alat ini tersedia dalam
berbagai ukuran.
Cara Menggunakan :
Gelas ukur diletakkan di tempat yang rata; peganglah dengan tangan dan ibu jari menunjuk
batas volume yang dikehendaki. Gelas ukur diangkat hingga batas volume setinggi mata, lalu
13
tuangkan cairan yang akan diukur volumenya ke dalam gelas ukur hingga batas volume
tersebut.
Pipet
Pipet, buret dan labu takar digunakan untuk mengukur volume cairan secara teliti. Ada dua
macam pipet, yaitu :
Pipet volumetrik :
Pipet volumetrik terbuat dari kaca dengan skala/volume tertentu, digunakan untuk mengambil
larutan/cairan dengan volume tertentu, yang tepat sesuai dengan label yang tertera pada
bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan karet penghisap
atau bulb untuk menyedot larutan.
Cara memasang bulb (karet penghisap) pada pipet dan fungsi katup/tombol pada bulb
Cara Menggunakan :
Pipet harus kering dan bersih pada bagian luar serta dalamnya
Peganglah bagian pipa yang kecil untuk mengurangi pemuaian, lalu cairan yang
akan diukur volumenya diisap sedikit dengan pipet, cairan ini untuk membilas
pipet. Setelah cairan pembilas dibuang, cairan diisap lagi sampai di atas tanda
tera, lalu ditutup dengan jari telunjuk.
14
Buret
Buret digunakan untuk mengeluarkan cairan dengan volume sembarang, tetapi tepat. Alat ini
terbuat dari kaca dengan skala dan kran pada bagian bawah, digunakan untuk melakukan
titrasi (sebagai tempat titran).
miniskus
Cara Menggunakan :
Buret harus diisi penuh sebelum cairan dikeluarkan
Setiap kali hendak mencatat miniskus cairan dalam buret, miniskus harus sejajar
mata supaya tidak terjadi kesalahan paralaks, yaitu kesalahan membaca skala
karena letak mata tidak benar terhadap skala. Buret tidak perlu diatur supaya
miniskus awal 0 atau angka bulat lainnya. Volume cairan adalah miniskus akhir
dikurangi miniskus awal. Sebelum mencatat miniskus, harus ditunggu hingga
cairan yang menempel pada dinding buret turun.
Memutar keran buret pada waktu mengeluarkan cairan, jangan terlalu ditekan.
Keran yang macet (tidak mudah diputar) kadang-kadang diberi vaselin.
Cara Menggunakan :
Zat padat yang telah ditimbang dengan neraca analitik (dilarutkan terlebih dahulu)
atau larutan yang telah dipipet dengan volume tertentu, dimasukkan ke dalam labu
takar.
Tambahkan pelarut hingga hampir mencapai tanda tera. Dinding dalam di atas
tanda tera dikeringkan dengan kertas saring (jangan mengenai cairan)
16
c. Alat-alat lainnya
Batang pengaduk
Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk, sebagai alat perantara sewaktu memindahkan
cairan ke wadah yang lain, dan membantu membersihkan endapan pada dinding-dinding
wadah.
Gelas arloji
Gelas arloji digunakan untuk menutup wadah sewaktu pemanasan atau lainnya, untuk
menguapkan suatu cairan juga digunakan sebagai tempat bahan padatan pada saat
menimbang.
17
Corong
Corong digunakan untuk membantu memasukkan cairan ke dalam botol yang bermulut kecil,
buret, dan lain-lain, juga untuk menyaring endapan dengan kertas saring. Corong biasanya
terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik.
Neraca/Timbangan
Neraca.timbangan digunakan sebagai alat untuk menimbang massa suatu zat dengan
ketelitian yang beragam tergantung jenis neraca tersebut. Neraca kasar (Triple Beam)
memiliki ketelitian 0,1 g, neraca dengan ketelitian sedang (0,01-0,001 g) dan neraca dengan
ketelitian tinggi (Sartorius) (0,0001 g).
18
pH meter
pH meter digunakan untuk mengukur derajat keasaman suatu larutan. Sebelum digunakan pH
meter harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan buffer (standar pH) yang nilai pH-nya
telah diketahui dengan pasti.
Pipet tetes
Pipet tetes berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing
serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
Spatula
Spatula digunakan untuk mengambil bahan.
19
Botol semprot
Botol semprot digunakan untuk membersihkan dinding-dinding wadah/bejana dari sisa-sisa
endapan; untuk membilas peralatan kimia; untuk mengeluarkan air/cairan dalam jumlah
terbatas; serta tempat penyimpanan air.
Klem
Statif
anhidrat. Jika memasukkan sesuatu ke dalam eksikator, tutup diangkat dan diletakkan di atas
meja dengan posisi terbalik supaya bagian bervaselin tidak mengotori tempat di bawahnya.
Eksikator tidak boleh terbuka terlalu lama, untuk menghindari masuknya uap air kedalamnya.
Prosedur Kerja
1. Cucilah buret, labu takar dan pipet ukur. Apa beda pencucian ketiga alat tersebut ?
2. Isilah akuades dalam buret dengan sembarang angka, catat miniskusnya. Keluarkan
akuades dari buret dengan lambat kemudian hentikan, catat miniskusnya, lalu
tentukan volume akuades yang anda keluarkan. Isilah lagi buret dengan akuades, catat
miniskusnya, keluarkan dengan cepat lalu hentikan, catat miniskusnya, lalu tentukan
21
volume akuades yang dikeluarkan. Apakah perbedaan antara pengeluaran lambat dan
pengeluaran cepat ? Manakah yang terbaik ?
3. Isilah larutan KMnO4 ke dalam buret. Keluarkan sebanyak 15 mL KMnO 4 dari dalam
buret, lihat miniskusnya. Apakah bedanya pembacaan miniskus pada air (larutan
bening) (seperti pada butir 2) dengan KMnO4 (larutan berwarna) ?
4. Timbanglah sejumlah NaCl dan larutkan dalam labu takar hingga 100 mL. Ceritakan
bagaimana anda melakukannya dan tentukan konsentrasi NaCl yang anda buat dalam
satuan massa per volume (g/mL) !
5. Pipetlah 10 mL akuades dengan pipet Mohr dan tempatkan dalam gelas piala yang
bersih. Ceritakan bagaimana anda melakukannya !
Nama/NIM : Tanggal :
Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :
Labu takar :
22
Pipet ukur :
2. Penggunaan buret :
Perbedaan antara pengeluaran larutan dengan lambat dan cepat :
Tujuan
1. Untuk mempelajari bagaimana cara menggunakan alat ukur sederhana yang umum
digunakan di laboratorium
2. Untuk mempelajari bagaimana melakukan pengukuran
3. Untuk dapat menuliskan hasil pengukuran dengan presisi dan akurasi menggunakan
jumlah angka penting yang tepat
Dasar Teori
Sistem metrik berat dan pengukuran digunakan para ilmuwan dari segala bidang termasuk
kimia. Sistem ini menggunakan dasar 10 untuk tiap pengukuran; untuk konversi, pengukuran
dapat dikali atau di bagi 10. Tabel 1. memberikan informasi faktor-faktor yang sering
digunakan di laboratorium yang menggunakan dasar 10.
Kimia adalah ilmu yang bergantung pada percobaan dan pengamatan untuk mendapatkan
data. Dengan kata lain, kimia adalah ilmu empiris. Sebuah percobaan yang menghasilkan
data membutuhkan alat ukur yang tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat. Pada saat
mendapat data, maka perhitungan dapat dilakukan dengan angka-angka yang didapat. Sebaik
apa perhitungan itu tergantung pada beberapa faktor :
Alat ukur yang digunakan biasanya memiliki skala. Skala dengan subdivisi atau gradasi,
memberi limit keakuratan alat tersebut. Kita tidak dapat melakukan pengukuran yang
melebihi kemampuan pengukuran alat ukur kita. Sering dalam pengukuran kita mendapatkan
desimal. Contohnya saat kita menghitung panjang suatu objek dengan menggunakan
penggaris berskala 1 cm, dengan hasil pengukuran 9,85 cm. Hasil ini memiliki 3 angka
penting, 2 pasti dan 1 tidak pasti. Saat melakukan perhitungan dengan menggunakan angka
penting, kita harus mengingat bahwa angka tak pasti adalah digit terakhir dari hasil
pengukuran, dan jumlah angka penting menunjukkan jumlah dari digit yang pasti, ditambah
satu angka yang merupakan perkiraan.
Ada beberapa aturan untuk menentukan banyaknya angka penting (AP) dalam hasil
pengukuran :
4,003 ada 4 AP (disini ada 2 angka nol mengikuti angka 4 jadi termasuk AP)
3,05 ada 3 AP (disini ada 1 angka nol mengikuti angka 3 jadi termasuk AP)
25
0,0025 ada 2 AP (disini nol tidak mengikuti angka bukan nol jadi tidak termasuk
angka penting)
0,03 ada 1 AP (disini nol tidak mengikuti angka bukan nol jadi tidak termasuk angka
penting)
0,05000 ada 4 AP (disini 3 angka nol yang mengikuti angka 5, jadi termasuk angka
penting)
0,070 ada 2 AP (disini nol yang mengikuti angka 7, termasuk angka penting)
3. Semua angka sebelum orde (pada notasi ilmiah) termasuk angka penting.
Contoh :
2,50 x 103 ada 3 AP, yakni 2, 5 dan 0 (disini nol mengikuti angka 5)
Contoh 1
1,0 dibagi 3,0. Jika kita menggunakan kalkulator, maka jawabannya adalah 0,3333333333.
Akan tetapi, hasil pembagian harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan jumlah
angka penting bilangan pembagi yang paling sedikit. 1,0 memiliki 2 angka penting, sehingga
jawaban yang diberikan harus terdiri dari 2 angka penting. Jadi untuk perhitungan ini
jawabannya 0,33 (dibulatkan).
Contoh 2
0,31 dikalikan dengan 2,563. Dengan kalkulator, hasil akhirnya adalah 0,79453. Dalam
perkalian, hasil akhir harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan jumlah angka
penting bilangan pengali yang paling sedikit. Angka 0,31 hanya memiliki 2 angka penting,
sehingga jawaban yang tepat harus memiliki 2 angka penting, dalam hal ini 0,79.
Contoh 3
3,56 ditambah 4,321 ditambah 5,9436. Kalkulator memberi jawaban 13,8246. Dalam
penambahan hasilnya tidak boleh lebih akurat dari angka yang paling tidak akurat/teliti.
Banyak atau sedikitnya angka penting dalam hasil penjumlahan tidak berpengaruh. Angka
3,56 lebih tidak akurat/teliti dibandingkan 4,321 dan 5,9436. Hasil penambahan 13,8246
lebih akurat dari 3,56, sehingga jawaban yang tepat adalah 13,82 (Dengan kata lain, dalam
penambahan jawaban harus memiliki angka penting yang sama dengan jumlah desimal dari
angka paling kecil yang ditambahkan).
Contoh 4
26
6,532 dikurangi 1,3. Kalkulator memberi jawaban 5,232. Seperti pada penambahan, dalam
pengurangan hasilnya juga tidak boleh lebih akurat dari angka yang paling tidak akurat/teliti.
Angka 1,3 lebih tidak akurat/teliti dibandingkan 6,532. Hasil pengurangan 5,232 lebih akurat
dari 1,3, sehingga jawaban yang tepat adalah 5,2. (Dengan kata lain, dalam pengurangan
juga harus memiliki jawaban dengan angka penting yang sama dengan jumlah desimal dari
angka yang paling kecil yang dikurangi).
Akhirnya, bagaimanakah kita membandingkan akurasi dan presisi ? Presisi adalah penentuan
reproduksibilitas dari suatu pengukuran. Hal ini memberi informasi seberapa dekat
pengukuran satu dengan yang lain dari suatu rangkaian pengukuran. Beberapa pengukuran
dengan jumlah yang sama menunjukkan presisi yang tinggi apabila hasil-hasil pengukuran
tersebut berada dalam jarak yang dekat dan tidak bervariasi. Jika pengukuran menunjukkan
hasil dengan variasi yang besar, maka presisinya rendah. Kesalahan acak adalah kesalahan
yang membawa pada perbedaan hasil pengukuran beruntun dan mempengaruhi presisi. Untuk
menghitung presisi dari suatu kumpulan hasil dapat dilakukan dengan cara ± ∆ /2, dimana
∆ adalah perbedaan antara nilai tertinggi dan terendah.
Akurasi adalah penentuan seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Akurasi
berkaitan dengan kesalahan sistematik. Kesalahan-kesalahan ini menyebabkan pengukuran
bervariasi dari nilai sebenarnya, dan mengakibatkan hasil pengukuran terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Kesalahan yang konsisten dalam pengukuran mempengaruhi keakuratan,
tetapi selalu dalam arah yang sama. Penting bagi kita untuk menggunakan alat ukur yang
telah dikalibrasi. Jika alat ukur tidak dikalibrasi dengan tepat, itu akan memberi presisi yang
besar tapi tidak akurat. Alat ukur yang dikalibrasi akan memberi hasil yang presisi dan akurat.
Kesalahan sistematik adalah perbedaan antara nilai yang sebenarnya dan nilai rata-rata yang
didapat dari sejumlah percobaan pengukuran.
Prosedur Kerja
seperenambelas dari satu inci; sisi yang lain dalam sentimeter (cm) dengan subdivisi
dalam millimeter (mm). Berikut adalah beberapa faktor konversi yang berguna :
1 km = 1000 m 1 in = 2,54 cm
1 m = 100 cm 1 ft = 30,48 cm
1 cm = 10 mm 1 yd = 91,44 cm
1 m = 1000 mm 1 mi = 1,6 km
Suatu penggaris yang dikalibrasi 0,1 cm dapat membaca pengukuran sampai seperseratus;
tetapi hanya 0 (0,00) atau 5 (0,05) yang terlihat. Pengukuran yang berada tepat pada
subdivisi dibaca sebagai 0 dalam seperseratus. Pengukuran yang berada di antara
subdivisi dibaca sebagai 5 dalam seperseratus.
2. Dengan menggunakan penggaris anda, ukurlah panjang dan lebar dari penuntun
praktikum ini. Buat pengukuran dalam inci dan sentimeter. Catatlah hasil pengukuran
anda dalam lembar pengamatan.
3. Konversi hasil pengukuran dalam cm ke mm dan m.
4. Hitunglah luas dari penuntun praktikum ini dalam in 2, cm2 dan mm2. Pastikan anda
menggunakan jumlah angka penting yang tepat.
Pengukuran volume menggunakan gelas ukur, labu Erlenmeyer dan gelas piala (gelas beker)
1. Volume dalam sistem metrik menggunakan satuan liter (L) dan milliliter (mL). Satuan
lain yang digunakan untuk milliliter adalah sentimeter kubik (cm3 atau cc). Berikut
beberapa faktor konversi untuk pengukuran volume :
1L = 1000 mL 1 qt = 0,96 L
3
1 mL = 1 cm = 1 cc 1 gal = 3,79 L
1L = 0,26 gal 1 fl.oz = 29,6 mL
2. Gelas ukur adalah alat gelas yang digunakan untuk mengukur volume suatu larutan.
Terdapat berbagai ukuran gelas ukur dengan derajat keakuratan yang berbeda. Untuk
percobaan ini kita akan menggunakan gelas ukur 100 mL. Saat larutan berada di gelas
ukur, anda akan melihat bahwa larutan akan membentuk kurva melengkung yang disebut
miniskus, atau garis yang membatasi larutan dengan udara. Saat membaca miniskus
larutan, pastikan anda membaca titik terendah dari kurva dan bukan bagian teratas. Untuk
menghindari kesalahan pembacaan miniskus, mata harus sejajar dengan skala pada gelas
ukur. Dalam langkah 3 dan 4, gunakan gelas ukur untuk mengetahui seberapa tepat
ukuran volume pada labu Erlenmeyer dan gelas piala.
3. Ambil labu Erlenmeyer 60 mL dan isilah dengan air sampai tanda 60 mL. Pindahkan
dengan hati-hati semua air, tanpa ada yang tumpah ke dalam gelas ukur 100 mL. Catat
volume dalam lembar laporan sampai ke 0,1 mL terdekat dan konversi ke L.
4. Ambil 60 mL gelas piala, dan isilah dengan air sampai tanda 40 mL. Pindahkan semua air
tanpa ada yang tumpah ke dalam gelas ukur 100 mL kering. Catat volume dalam lembar
laporan sampai 0,1 mL terdekat dan konversi ke L.
5. Berapa kesalahan dalam mL dan persen untuk pengukuran 60 mL air dengan labu
Erlenmeyer dan 40 mL air dengan gelas piala ? Hitunglah % kesalahan dengan cara
berikut :
% Kesalahan untuk pengukuran volume dengan labu Erlenmeyer :
Volume yang didapat dari gelas ukur−volume yang di dapat dari labu Erlenmeyer
x 100
Volume yang di dapat dari gelas ukur
Volume yang didapat dari gelas ukur−volume yang di dapat dari gelas piala
x 100
Volume yang di dapat dari gelasukur
6. Alat gelas apa yang akan memberi anda pengukuran larutan yang lebih akurat : gelas
ukur, labu Erlenmeyer atau gelas piala ?
1. Pengukuran massa (berat) dari suatu benda dilakukan dengan menggunakan timbangan
laboratorium. Berbagai tipe timbangan tersedia untuk digunakan dalam laboratorium.
Untuk memilih timbangan yang tepat tergantung pada derajat keakuratan dalam
pengukuran yang diinginkan. Satuan standar untuk massa adalah kilogram (kg) dalam
sistem internasional dan gram (g) dalam sistem metrik. Berikut beberapa faktor konversi :
1 kg = 1000 g 1 lb = 454 g
1g = 1000 mg 1 oz = 28,35 g
Ada tiga tipe timbangan yang umum digunakan, pertama timbangan dengan 3 balok ukur.
Timbangan ini dapat menimbang benda sampai 2610 g. Karena skala timbangan ini hanya
0,1 g maka timbangan ini paling banyak digunakan untuk pengukuran kasar, untuk berat
sampai 0,01 g dapat dikira-kira.
Timbangan digital dengan tingkat keakuratan sedang, memiliki derajat keakuratan yang
lebih tinggi dari timbangan kasar, karena skalanya sampai 0,01-0,001 g. benda yang kecil
dapat diukur dengan timbangan seperti ini (maksimum 300 g).
Timbangan digital dengan tingkat keakuratan tinggi, memiliki derajat keakuratan hingga
skala 0,001-0,0001 g. Timbangan tipe ini sangatlah mahal dan hanya digunakan apabila
telah didemonstrasikan penggunaannya oleh instruktur.
2. Timbanglah sebuah koin, sebuah gelas piala 50 mL dan gelas ukur 100 mL. Tuliskan
massa masing-masing objek dengan jumlah angka penting yang tepat dan konversi hasil
pengukuran g ke mg, lb dan oz. Gunakanlah semua timbangan yang ada dalam
laboratorium.
tidak menyentuh gelas piala). Gunakan lembar laporan untuk mencatat pengukuran anda
sampai 0,1 oC terdekat lalu konversi ke skala oF dan K.
4. Ukurlah suhu dari air es. Masukkan es batu ke dalam gelas beaker 250 mL sampai terisi
setengah. Tambahkan aquades sampai menyamai es. Aduk air es secara perlahan dengan
batang pengaduk selama 1 menit sebelum mengukur dengan termometer. Pegang
termometer dalam air es selama kurang lebih 1 menit sebelum membaca suhu. Lakukan
pengukuran secara hati-hati, jangan sampai termometer menyentuh dinding gelas beaker
atau menyentuh batang pengaduk. Baca termometer sampai 0,1 oC terdekat lalu konversi
ke skala oF dan K. Catat pengukuran anda dalam lembar laporan.
1. Apa yang dimaksud dengan akurasi, presisi dan angka penting dalam pengukuran ?
2. Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan suatu perhitungan !
3. Tuliskan aturan-aturan dalam menentukan banyaknya angka penting dalam suatu
pengukuran !
4. Dengan menggunakan penggaris diketahui suatu persegi panjang memiliki panjang
12,75 cm dan lebar 3,645 cm. Hitunglah luas persegi panjang tersebut dan pastikan
jawabannya menggunakan jumlah angka penting yang tepat !
30
Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :
2. Pengukuran volume menggunakan gelas ukur, labu Erlenmeyer dan gelas piala
Volume pada
Pengukuran Volume
Alat gelas Gelas ukur % Kesalahan
mL L mL
Labu
Erlenmeyer
Gelas piala
Pengukuran
Konversi ke
Objek/Benda Massa
g mg lb oz
Koin
Gelas piala
Gelas ukur
31
Pengukuran
Konversi ke
Objek Pengukuran temperatur
o o
C F K
Ruangan Lab
Air Panas/mendidih
Air Es
32
Tujuan
Untuk mempelajari bagaimana cara menentukan densitas suatu bahan kimia dalam bentuk
larutan/cairan dan padatan.
Dasar Teori
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahan-perubahan yang
menyertainya. Para ahli kimia mengamati materi dengan menentukan, mengukur dan
mengamati sifat fisik dan sifat kimia dari suatu materi. Sifat dari materi merupakan segala
karakteristik yang dapat digunakan untuk menggambarkan materi (seperti ukuran, warna,
massa, densitas, kelarutan, dsb). Pada percobaan ini, anda akan menentukan densitas dari
beberapa bahan kimia yang berbentuk larutan/cairan dan padatan. Densitas dari suatu zat
dapat digunakan untuk mengidentifikasi cairan atau padatan karena densitas termasuk dalam
sifat intensif. Sifat intensif merupakan sifat yang tidak tergantung pada kuantitas/jumlah dari
suatu zat. Sebagai contoh, pada proses pendulangan emas, emas yang relatif padat, dapat
dipisahkan dari pasir, lumpur dan batuan ketika mendulangnya di sungai karena densitasnya
yang lebih besar.
Densitas merupakan rasio massa suatu zat dengan volumenya.
Massa(m)
Densitas ( ρ ) =
Volume (V )
Satuan densitas biasanya dinyatakan sebagai g/mL atau g/cm 3. (Satuan mL dan cm3
merupakan penyataan yang berbeda dari satuan yang sama, 1 mL = 1 cm3).
Densitas suatu larutan/cairan dapat ditentukan dengan menimbang volume yang tidak
diketahui dari larutan/cairan tersebut. Sebagai contoh, untuk menentukan densitas larutan
NaCl, pertama timbang terlebih dahulu gelas ukur 10 mL kosong (Gambar 1). Kemudian,
larutan NaCl ditambahkan ke dalam gelas ukur dan ditimbang (Gambar 2).
Massa(m) 29,7 g
Densitas =
Volume (V )
= 3 = 2,7 g/cm3
11 cm
34
Padatan dengan bentuk yang tidak teratur tidak dapat dengan mudah diukur volumenya
dengan menggunakan penggaris. Malahan, volume dari padatan tidak teratur paling mudah
ditentukan dengan memasukkannya ke dalam air atau cairan yang lain. Padatan (yang tidak
bereaksi dengan atau terlarut dalam cairan dan memiliki densitas yang lebih besar dari cairan
tersebut) ditempatkan dalam wadah yang terkalibrasi (biasanya gelas ukur) yang telah berisi
cairan yang sebelumnya telah diketahui volumenya. Perbedaan dalam volume cairan dalam
wadah sebelum dan sesudah objek ditambahkan adalah sama dengan volume dari objek
dengan bentuk tidak teratur tersebut (Gambar 4).
Gambar 4. Gelas ukur 100 mL dengan satuan kalibrasi terkecil 1 mL : a). volume air 16,3
mL; b). miniskus menunjukkan 18,7 mL setelah penambahan 20, 837 g serpihan-serpihan
kecil logam tembaga. Oleh karena itu, volume logam tembaga adalah 2,4 mL. Dari data ini,
densitas tembaga ditentukan menjadi 8,7 g/mL.
Prosedur Kerja
35
1. Siapkan gelas ukur 10 mL yang bersih dan kering. Kemudian ditimbang massanya (g)
menggunakan neraca/timbangan yang ada di laboratorium.
2. Tambahkan ke dalam gelas ukur air sebanyak 4-6 mL, kemudian ditimbang massa
gelas ukur yang telah berisi air tersebut.
3. Tentukan massa dari air yang ditambahkan, dan tentukan densitas dari air tersebut.
4. Ulangi prosedur yang sama untuk larutan gula, larutan garam, larutan cuka dan
minyak.
1. Siapkan gelas ukur 100 mL, tambahkan air sebanyak 20 mL, kemudian ditimbang
massa gelas ukur yang telah berisi air tersebut.
2. Masukkan logam x yang bentuknya tidak beraturan ke dalam gelas ukur yang telah
berisi air pada prosedur (1), kemudian ditimbang kembali massanya.
3. Catatlah perbedaan volume air yang terjadi ketika logam x ditambahkan, yaitu volume
air ketika logam x ditambahkan – volume air sebelum logam x ditambahkan (20 mL).
Perbedaan volume tersebut sama dengan volume dari logam x.
4. Tentukan densitas dari logam x tersebut. Dengan menggunakan informasi pada Tabel
2, identifikasi logam x yang tidak diketahui tersebut.
1. Catatlah volume air pada gelas ukur yang digambarkan di bawah ini dengan nilai
yang benar :
36
2. Hitunglah volume silinder dan bola yang digambarkan dibawah ini dalam cm3.
3. Densitas logam tembaga adalah 8,92 g/cm3. Logam tembaga berbentuk balok
digambarkan di bawah ini. Hitunglah massa balok tembaga tersebut dalam kilogram.
4. Seorang mahasiswa menambahkan air ke dalam gelas ukur (Gambar a). Mahasiswa
tersebut kemudian menambahkan potongan logam seng ke dalam gelas ukur yang
sama untuk menentukan volume air yang digantikan oleh logam seng tersebut
(Gambar b). menggunakan densitas seng dari Tabel 2, hitunglah massa potongan seng
yang ditambahkan dalam gelas ukur tersebut.
Nama/NIM : Tanggal :
Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :
37
Jenis cairan/larutan
Air gula garam cuka minyak
Massa gelas
ukur kosong
Massa gelas
ukur +
cairan/larutan
Massa
cairan/larutan
Densitas
cairan/larutan
Jenis Padatan
(Logam x)
Tujuan
Dasar Teori
Banyak zat-zat yang ditemukan di alam atau disintesis di laboratorium merupakan suatu
campuran. Seringkali para ahli kimia harus memisahkan komponen-komponen tunggal dari
campuran untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi masing-masing komponen tersebut.
38
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan dimana fase gerak/eluen (gas atau cairan)
membawa komponen campuran melewati fase diam (padatan, cairan atau semi-padat).
Pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan laju migrasi antara komponen campuran
dikarenakan perbedaan kecenderungan penyerapan komponen pada fase gerak dan fase diam.
Kromatografi kertas yang pertama kali ditemukan pada tahun 1943 untuk analisis asam
amino merupakan teknik yang sangat berguna untuk memisahkan sampel dengan kuantitas
yang sangat kecil. Dalam kromatografi kertas, sampel kecil dari campuran di totolkan pada
lembaran kertas kromatografi. Kromatografi kertas biasanya terdiri atas kertas saring
berkualitas tinggi. Kertas saring terbuat dari selulosa, sebuah rantai polimer dari molekul-
molekul glukosa yang berulang (Gambar 1).
Selulosa mengandung banyak gugus hidroksil, sebuah gugus –OH yang berikatan pada atom
C. Densitas muatan elektron pada atom oksigen dalam gugus hidroksil relatif besar (atom
oksigen menghasilkan muatan negatif parsial). Berbeda dengan densitas muatan elektron
pada atom hidrogen dalam gugus hidroksil yang relatif rendah (atom hidrogen menghasilkan
muatan positif parsial). Molekul-molekul yang mengandung perbedaan besar dalam densitas
elektron pada daerah tertentu dari molekul dikatakan sebagai molekul polar. Karena daerah
densitas elektron yang tinggi dan rendah molekul polar tertarik ke molekul polar yang lain
(yaitu atom hidrogen yang secara parsial bermuatan positif tertarik pada atom oksigen yang
secara parsial bermuatan negatif dalam molekul-molekul yang berdekatan). Dalam percobaan
ini, molekul air yang polar dalam pelarut tertarik pada selulosa. Fase diam pada kertas
kromatografi terdiri atas molekul air yang terserap (berikatan) pada serat selulosa dari kertas.
Gambar 1. Struktur polimer selulosa yang terdiri atas rantai molekul glukosa yang berulang.
Tanda “n” pada masing-masing ujung rantai menandakan bahwa rantai terus bersambung
pada masing-masing arah. Selulosa terdiri atas ribuan molekul glukosa.
Ujung kertas kromatografi ditempatkan pada fase gerak/eluen, yaitu pelarut yang merupakan
campuran dari air dengan satu atau lebih senyawa organik. Ketika pelarut bergerak melewati
sampel yang ditotolkan pada kertas, komponen-komponen campuran pada sampel bergerak
ke atas bersama dengan pelarut. Kromatografi mengambil keuntungan dari fakta bahwa
komponen campuran berinteraksi secara berbeda dengan fase diam dan fase gerak. Beberapa
komponen lebih kuat tertarik (terserap) pada fase diam, sementara komponen yang lain lebih
tertarik (terlarut) pada fase gerak. Ketika fase gerak bergerak ke bagian atas kertas,
komponen yang lebih terlarut dalam fase gerak bergerak dengan jarak yang lebih besar.
39
Sementara itu, komponen yang lebih tertarik pada fase diam bergerak dengan jarak yang
lebih pendek. Komponen-komponen dalam campuran dipisahkan berdasarkan pada
ketertarikannya (keterserapannya) pada fase diam dan fase gerak. Dengan mengatur jumlah
pelarut organik yang terlarut dalam air, sangatlah mungkin untuk mengatur polaritas fase
gerak, yang dapat meningkatkan pemisahan kromatografi.
Pola dari komponen yang terpisah yang dihasilkan pada kromatografi kertas membentuk
sebuah kromatogram. Garis pada kromatogram dimana sampel ditotolkan merupakan garis
awal (origin) dari kromatogram. Ujung atas kertas kromatografi merujuk pada jarak yang
ditempuh pelarut (jarak gerakan pelarut). Kekuatan relatif dari interaksi komponen dengan
fase gerak dan fase diam dapat diukur secara kuantitatif menggunakan faktor retensi
(retention factor) Rf , yang dinyatakan pada persamaan 1 :
Nilai Rf merupakan fungsi temperatur dan sifat kimia dari komponen dalam campuran dan
pelarut. Dibawah himpunan kondisi percobaan tertentu, tiap komponen harus memiliki nilai
Rf yang unik. Oleh karena itu, komponen pada campuran yang tidak diketahui dapat
diidentifikasi dengan membandingkan nilai Rf percobaannya dengan nilai Rf dari sampel
murni dari komponen-koponen di bawah kondisi percobaan yang sama. Nilai Rf
mencerminkan kelarutan zat dalam fase gerak vs fase diam.
Garis awal
Gambar 2 menggambarkan contoh suatu kromatogram sampel. Titik pada zat murni A, B dan
C dan campuran yang tidak diketahui (mengandung beberapa dari zat A, B dan C) ditotolkan
pada garis awal (origin) pada kertas kromatografi. Ujung bawah kertas dimasukkan dalam
pelarut. Ketika pelarut bergerak naik melewati kertas, zat-zat mulai terpisah. Jarak yang
ditempuh tiap zat ditentukan dengan mengukur jarak dari titik awal ke titik ditengah-tengah
komponen. Nilai Rf dari zat A, B dan C (dilambangkan sebagai RfA, RfB dan RfC) dan
40
komponen pada campuran yang tidak diketahui (Rf komponen 1, dan Rf komponen 2) dihitung seperti
berikut ini :
2,5 cm
RfA = = 0,26
9,5 cm
5,1cm
RfB = = 0,54
9,5 cm
7,7 cm
RfC = = 0,81
9,5 cm
2,5 cm
Rf komponen 1 = = 0,26
9,5 cm
7,7 cm
Rf komponen 2 = = 0,81
9,5 cm
Berdasarkan nilai Rf yang dihitung, sampel yang tidak diketahui terdiri atas campuran zat A
dan zat C. Pada praktikum ini, anda akan memisahkan dan menentukan komponen tinta dari
warna merah, biru, hijau, dan hitam pada spidol nonpermanen menggunakan kromatografi
kertas.
Gelas ukur 10 mL
Gelas piala kecil (50/60) mL
Gelas piala besar (500/600) mL/wadah bening/transparan berbentuk tabung (sebagai
tabung kromatografi)
Pensil, penggaris, gunting, penjepit/adhesive tape/staples
Spidol warna (merah, hijau, biru dan hitam)
Kertas saring (kertas kromatografi)
Akuades, asam asetat, etanol
Aluminium foil/plastic warp
Prosedur Kerja
Perhatikan : kertas saring harus dijaga kebersihannya dan selalu dipegang pada ujung-
ujungnya, karena keringat pada tangan akan memberikan noda pewarna pada kertas.
1. Buatlah 15 mL pelarut sebagai fase gerak/eluen, yang terdiri dari campuran dengan
perbandingan 1 : 1 : 1 dari air : larutan asam asetat : larutan etanol ke dalam gelas
piala 50 mL, kemudian campuran pelarut dikocok hingga bercampur, lalu ditutup
dengan aluminium foil atau plastic warp.
41
2. Masukkan pelarut yang sudah dibuat pada tahap 1 ke dalam tabung kromatografi
(gelas piala 600 mL) hingga tinggi volume pelarut 0,5 cm dari dasar tabung dan
ditutup, biarkan sejenak agar ruang tabung jenuh dengan uap.
3. Ambil kertas kromatografi (kertas saring) ukuran 10 x 15 cm dan buatlah garis
dengan pensil (jangan gunakan pulpen) 1,5 cm dari ujung bawah kertas, melewati
panjang kertas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Nama/NIM : Tanggal :
Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :
Jarak
Warna Gerakan komponen dari titik Nilai Rf
Gerakan pelarut
semuala
Merah
Hijau
Biru
Hitam
Tujuan
Dasar Teori
Larutan merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih. Larutan terdiri atas
komponen pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut umumnya terdapat dalam jumlah
yang jauh lebih banyak dari pada zat terlarut. Suatu larutan ditentukan oleh konsentrasi.
Konsentrasi adalah banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam sejumlah pelarut atau larutan.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam beberapa cara :
M a (mg)
% mg = x 100 %
V larutan (mL)
4. Molaritas (M)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
na
M=
V larutan
5. Molalitas (m)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu kilogram pelarut
na
m=
M p (kg)
6. Normalitas (N)
Menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan
na x ekivalen(eq)
N=
V larutan
7. ppm
Menyatakan jumlah mg zat terlarut dalam satu liter larutan
M a ( mg)
ppm =
V larutan
8. ppb
Menyatakan jumlah μg zat terlarut dalam satu liter larutan
M a ( μg)
ppb =
V larutan
9. Fraksi Mol (X)
Menyatakan perbandingan jumlah mol suatu zat terlarut dengan jumlah mol semua
komponen yang ada dalam larutan.
ni
Xi =
ni+ n j + ….+ nz
Suhu mempengaruhi volume, akibatnya konsentrasi yang berdasarkan pada volume juga
dipengaruhi oleh suhu. Bila berubah, maka nilai konsentrasi juga berubah.
Pengenceran
Larutan berkonsentrasi tinggi (pekat) dapat diencerkan hingga diperoleh larutan yang
konsentrasinya lebih rendah (encer) dari konsentrasi awal. Rumus pengencerannya :
V 1 x M 1=V 2 x M 2
V1 x N 1=V 2 x N 2
dengan,
Catatan : Bila ingin mengencerkan larutan asam kuat pekat seperti H 2SO4, maka harus
menambahkan bahan kimia pekat tersebut ke dalam air, bukan sebaliknya.
Prosedur Kerja
Nama/NIM : Tanggal :
Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :
Tujuan
Dasar Teori
Beberapa logam dapat bereaksi dengan air, larutan asam atau larutan garam. Reaksi yang
terjadi adalah reaksi redoks. Reaksi redoks ditandai oleh perubahan bilangan oksidasi pada
saat pereaksi (reaktan) berubah menjadi hasil reaksi (produk). Zat yang mengandung atom-
atom dengan bilangan oksidasi yang bertambah disebut zat yang teroksidasi, sedangkan zat
yang mengandung atom-atom dengan bilangan oksidasi yang berkurang disebut zat yang
tereduksi. Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam yang
lain, ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, seperti :
Artinya logam Zn dioksidasi menjadi ion Zn 2+ dan ion Cu2+ direduksi menjadi logam Cu.
Suatu reaksi redoks harus memenuhi hokum kekekalan muatan massa. Misalnya untuk reaksi
redoks :
Pada reaksi di atas, Cl teroksidasi menjadi Cl2 dan MnO2 tereduksi menjadi Mn2+. Reaksi
tersebut (reaksi 2) telah memenuhi hokum kekekalan muatan dan hukum kekekalan massa.
Beberapa zat termasuk hydrogen peroksida dapat mengalami suatu gejala pengraian dimana
sebagian mengalami kenaikan bilangan oksidasi, dan sebagian mengalami penurunan
bilangan oksidasi.
2H2O2 2H2O + O2
Prosedur Kerja
Nama/NIM : Tanggal :
Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :
Persamaan reaksi :
Persamaan reaksi :
Tujuan
51
Dasar Teori
Konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya dapat ditentukan dengan cara
titrasi. Titrasi merupakan suatu proses yang mereaksikan zat yang belum diketahui
konsentrasinya (titrat) dengan suatu pereaksi yang konsentrasinya sudah diketahui dengan
pasti (titran), sampai jumlah zat-zat yang direaksikan itu tepat saling menghabiskan atau
ekivalen. Untuk asam dan basa sederhana, jumlah ekivalen sama dengan jumlah mol.
(V x M)titrat = (VxM)titran
Titrasi asam basa disebut juga sebagai titrasi asidi-alkalimetri. Titrasi asam basa merupakan
teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan
reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan
baku/larutan standar. Titik ekivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi
dengan disertai perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi adalah titik saat terjadinya
perubahan warna indikator. Disebut asidimetri ketika dalam titrasi asam basa yang bertindak
sebagai larutan standar adalah asam kuat, sedangkan disebut alkalimetri ketika dalam titrasi
asam basa yang bertindak sebagai larutan standar adalah basa kuat. Dalam percobaan ini,
akan dilakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi asam kuat (HCl) dengan
menggunakan larutan standar basa kuat (NaOH).
Buret
Statif dan klem
Gelas piala (kecil)
Labu Erlenmeyer 250 mL (3)
Pipet ukur + karet penghisap
Pipet tetes
Larutan HCl
Larutan NaOH 0,5 M
Indikator pp
Akuades
Prosedur Kerja
Nama/NIM : Tanggal :
Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :
(V x M)titrat = (V x M)titran
Ulangan 1 :
Ulangan 2 :
Ulangan 3 :
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Laboratorium Terpadu. FMIPA. UNIMA,
Tondano
Chemistry Faculty Santa Monica College. 2014. Online Chemistry Lab Manual. CA, USA
Stanton B, Zhu L and Atwood C.H. 2010. Experiments in General Chemistry. Second
Edition. Brooks/Cole, Cengage Learning. CA, USA.
54
Suyani dan Abdullah. 2001. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Andalas Padang,
Padang
Tim Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar I. 2013. Modul Praktikum Kimia Dasar I/Kimia
Anorganik. FTP. Universitas Brawijaya, Malang
Tim Penyusun. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. FMIPA. UNSRAT, Manado