Anda di halaman 1dari 54

1

`PENUNTUN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
UNTUK PRODI ILMU FISIKA

Oleh :
Tim Penyusun
1. DRA. DESIRE ATNA. S. RUMONDOR,M.Si
2. SEPTIANY PALILINGAN, S.Si. M.Si

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2018
2

KATA PENGANTAR

Praktikum Kimia Dasar merupakan salah satu mata kuliah dasar yang harus
dikuasai oleh mahasiswa terlebih khusus di Jurusan Kimia. Pelaksanaan praktikum di
Jurusan Kimia merupakan tahap penting yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai
sarana pengembangan kompetensi/keterampilan dasar di laboratorium yang sejalan dengan
kurikulum yang ada. Oleh karena itu diperlukan adanya Penuntun Praktikum Kimia Dasar
I sebagai upaya untuk menjamin tercapainya kompetensi yang diharapkan serta dapat
menjadi penuntun bagi mahasiswa dalam mengerjakan percobaan-percobaan dengan baik dan
benar. Disadari bahwa Penuntun Praktikum ini belumlah sempurna, oleh karena itu saran
maupun kritik dari berbagai pihak tetap diperlukan demi penyempurnaan Penuntun
Praktikum ini. Semoga Penuntun Praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Tondano, Agustus 2018

Tim Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Percobaan 1. Pengenalan Alat-alat Laboratorium...........................................................................8
Percobaan 2. Teknik Laboratorium : Pengukuran dalam Laboratorium........................................23
Percobaan 3. Penentuan Densitas Beberapa Larutan/Cairan dan Padatan.....................................32
Percobaan 4. Pemisahan Campuran : Kromatografi Kertas..........................................................38
Percobaan 5. Pembuatan dan Pengenceran Larutan......................................................................44
Percobaan 6. Reaksi Reduksi-Oksidasi.........................................................................................49
Percobaan 7. Titrasi Asam Basa Sederhana...................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................55
4

PENDAHULUAN

Tata Tertib Laboratorium/Praktikum

1. Mahasiswa/praktikan harus sudah siap di depan laboratorium 15 menit sebelum


praktikum dimulai.
2. Sebelum mengikuti praktikum, mahasiswa/praktikan harus menguasai materi
praktikum, serta mengerjakan tugas sebelum praktikum pada selembar kertas
kuarto/A4.
3. Selama mengikuti praktikum mahasiswa/praktikan diharuskan memakai jas
laboratorium berwarna putih bersih dan dikancingkan dengan rapi, dan memakai
sepatu tertutup (dilarang mengenakan sandal atau sepatu sandal).
4. Pada pelaksanaan praktikum, mahasiswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok.
Setiap kelompok diwajibkan membawa beberapa perlengkapan seperti : lap kasar, lap
halus, sikat tabung, korek api, tisu dan sabun/deterjen.
5. Mahasiswa/praktikan wajib menjaga kebersihan, keamanan, ketenangan dan
ketertiban selama bekerja di laboratorium.
6. Mahasiswa/praktikan dilarang membawa makanan/minuman ke dalam laboratorium.
7. Setiap mahasiswa/praktikan wajib membuat laporan sementara yang berisi data
pengamatan selama percobaan menjelang berakhirnya praktikum pada selembar
kertas dan harus ditandatangani oleh dosen/asisten praktikum yang bertugas.
8. Laporan resmi praktikum dibuat dengan melampirkan laporan sementara (pada butir
7). Laporan praktikum harus diserahkan maksimal satu minggu setelah kegiatan
praktikum. Tidak diperkenankan menulis laporan menggunakan komputer.
9. Alat-alat laboratorium yang dipinjam/digunakan untuk keperluan praktikum menjadi
tanggung jawab setiap kelompok. Alat-alat yang telah selesai digunakan harus
dikembalikan dalam keadaan yang kering dan bersih. Jika ada alat yang pecah atau
hilang, maka kelompok tersebut wajib menggantinya.
10. Pelaksanaan praktikum harus selalu dihadiri. Mahasiswa/praktikan yang berhalangan
karena sakit atau hal lain, harus melapor secepatnya kepada asisten/penanggung
jawab praktikum (PJP) dengan membawa surat keterangan yang diperlukan (surat
dokter atau keterangan lainnya).
11. Apabila terdapat pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan diatas maka mahasiswa
tersebut tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan atau ujian praktikum/ujian
akhir.
12. Hal-hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum
akan diatur kemudian.
5

Keamanan dalam Laboratrium

Laboratorium kimia adalah tempat untuk melakukan percobaan-percobaan yang berhubungan


dengan ilmu kimia. Kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam melakukan percobaan selalu
ada. Kecelakaan dapat dihindari bila anda bekerja dengan hati-hati. Membaca prosedur
dengan benar sebelum masuk laboratorium tidak saja melindungi anda dari kecelakaan, tetapi
juga demi keberhasilan percobaan yang anda lakukan.

Berikut ini beberapa hal penting untuk keselamatan dalam bekerja di laboratorium :

1. Hanya percobaan sah yang dapat dilakukan. Mencoba-coba sesuatu yang belum
diketahui memang menarik, tetapi hal ini mengundang bahaya terutama bagi mereka
yang masih dalam taraf belajar.
2. Selalu menggunakan jas laboratorium untuk melindingi pakaian dari bahan kimia
yang korosif (warna putih : supaya cepat terlihat bila terkena zat kimia). Selalu
memakai sepatu tertutup untuk melindungi kaki dari tumpahan bahan kimia.
3. Jika bahan kimia terkena mata atau kulit segeralah cuci dengan air yang banyak.
4. Jangan mencium langsung bahan kimia/isi botol, tetapi letakkan hidung dekat botol,
lalu kipas tangan di atas mulut botol sehingga uapnya mengarah ke hidung dan dapat
tercium.
5. Jangan melihat langsung ke dalam mulut wadah yang berisi campuran reaksi, dan
jangan arahkan tabung reaksi kearah anda atau teman untuk menghindari golakan
(uap yang dibebaskan secara tiba-tiba).
6. Jangan mengecap bahan kimia, kecuali jika diminta; anggap semua bahan kimia
beracun.
7. Jangan bekerja di laboratorium seorang diri, harus selalu didampingi oleh asisten atau
orang lain yang dapat membantu anda bila terjadi kecelakaan.
8. Laporkan setiap kecelakaan (sekecil apapun) kepada asisten/laboran.
9. Jangan gunakan mulut untuk memipet cairan yang berbahaya, gunakan pengisap
karet. Bahan-bahan kimia yang tidak boleh dipipet dengan mulut bila konsentrasinya
pekat antara lain :
Asam kuat : H2SO4, HNO3, HCl, HF
Basa kuat : NaOH, KOH
Asam basa lemah : CH3COOH, NH4OH
Lain-lain : H2O2 pekat, brom cair, persenyawaan krom, persulfat.
6

10. Jangan menuang air ke dalam asam pekat. Hal ini menyebabkan semburan yang keras
akibat kalor yang ditimbulkan terlalu besar dan terlokalisasi. Untuk pengenceran
tuanglah asam pekat perlahan-lahan ke dalam air sambil diaduk.
11. Jangan makan/minum dengan alat-alat laboratorium untuk menghindari termakannya
bahan-bahan kimia. Hindarilah merokok, karena menimbulkan bahaya kebakaran,
tetapi juga dapat menyebabkan terhisapnya bahan-bahan beracun.

Kebersihan dalam Laboratorium

1. Kerapian dan keteraturan sangat penting dalam bekerja. Jagalah agar daerah kerja
anda selalu bersih dan teratur.
2. Cucilah alat-alat gelas sebelum digunakan. Setelah praktikum selesai bersihkan
kembali alat-alat gelas yang anda pakai dan meja tempat anda bekerja.
3. Jika ada bahan kimia yang tumpah, segeralah dibersihkan. Jika ada gelas yang pecah,
serpihan-serpihan gelas halus harus segera dibersihkan.
4. Tempat sampah disediakan untuk sampah padat (kertas lakmus, korek api, pecahan
gelas, atau bahan kimia tak larut air)
5. Jangan membuang sampah padat ke dalam bak cucian, karena akan menyumbat pipa.
Membuang bahan kimia dalam bak cucian harus selalu diencerkan dengan air banyak
agar tidak menimbulkan karat pada pipa.
Kebakaran dan Penanggulangannya

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum bekerja di laborarotium adalah mengetahui
lokasi dan cara menggunakan sarana darurat, seperti : jalan keluar, keran air, pemadam
api, karung untuk memadamkan api, dan perangkat PPPK.

Jika terjadi kebakaran hal-hal yang harus dilakukan :

Untuk memadamkan api, mula-mula dinginkan daerah disekitar untuk mencegah


meluasnya api, lalu padamkan dasar nyala.

Jika pakaian terbakar, korban jangan lari, sebab tindakan itu justru mengipasi api.
Selubungi korban dengan selimut kebakaran (jas lab atau karung basah), atau gulingkan
korban di lantai untuk memadamkan api.

Untuk semua jenis luka karena bahan kimia, cucilah dengan air yang banyak. Jika
lepuhannya kecil kompreslah dengan air es atau bungkusan es batu. Untuk luka bakar
yang parah, letakkan kain bersih pada permukaan luka untuk mencegah hubungan dengan
7

udara. Baringkan korban dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya,
lalu segeralah memanggil dokter atau ambulans.

Beberapa tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan di laboratorium :

1. Kena asam pada kulit atau baju : cuci dengan air sebanyak-banyaknya, sedikitnya
selama 10 menit.
2. Kena basa pada kulit atau baju : cuci dengan air sebanyak-banyaknya
3. Terkena bahan-bahan panas pada mata : cucilah mata dengan air sebanyak-banyaknya,
sedikitnya selama 10 menit.
4. Luka karena barang tajam : bersihkan luka dari kotoran, lalu cuci dengan alkohol 75
% (gunakan kapas), keringkan dan berilah larutan iodium tinctur 2 %.
5. Asam kuat masuk ke mulut : keluarkan asam dari mulut, mulut dicuci dengan air
sebanyak-banyaknya.
6. Basa kuat masuk ke mulut : keluarkan basa dari mulut, mulut dicuci dengan air
sebanyak-banyaknya.
7. Terminum asam-asam mineral atau asam-asam organik : jika terminum harus
dimuntahkan, lalu berilah bubur magnesia atau air kapur.
8. Terminum basa-basa kuat : jika terminum dimuntahkan (usahakan dengan minum air
hangat bergaram), lalu berilah asam cuka 5 % atau sari jeruk.
Beberapa Teknik Laboratorium

1. Mengeringkan alat
Gelas arloji setelah dicuci diletakkan terbalik. Hanya bagian luar yang boleh dilap.
Bagian penutup yang berhubungan dengan pereaksi jangan dilap. Jika bagian dalam
perlu cepat kering maka dipanaskan pada oven.

2. Tutup botol
Sesudah membuka tutup botol letakkan tutup botol di atas meja. Bagian botol yang
berhubungan langsung dengan pereaksi diletakkan ke atas. Hal ini untuk menjaga
kemurnian isi botol.

3. Menuangkan cairan dari botol berlabel


Label harus dipegang menghadap telapak tangan. Penuangan cairan dialirkan pada
sisi yang berlawanan dengan label sehingga tidak merusak label pada botol.

4. Mereaksikan zat
Tambahkanlah pereaksi sedikit demi sedikit. Setelah setiap penambahan, lakukan
pengocokan. Lihat dulu hasilnya sebelum menambahkan pereaksi lebih banyak.
8

5. Bahan kimia yang akan ditimbang tidak boleh langsung diletakkan pada neraca, tapi
harus ditimbang pada botol timbang, gelas piala, gelas arloji yang sebelumnya telah
diketahui beratnya.

Percobaan 1. Pengenalan Alat-alat Laboratorium

Tujuan
Setelah menyelesaikan praktikum ini diharapkan mahasiswa telah mengenal dan dapat
menggunakan alat-alat yang umum dipakai dalam laboratorium kimia dasar, yaitu :
1. Mengetahui nama dan kegunaan alat-alat pemanas dan alat-alat gelas
2. Mengetahui cara menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan kebutuhan
praktikum/percobaan.

Dasar Teori
Alat-alat laboratorium yang umum dan sering digunakan dalam praktikum Kimia Dasar
adalah sebagai berikut :

a. Alat-alat Pemanas
Pembakar spritus atau bunsen
Pembakar spritus atau bunsen digunakan sebagai alat untuk pemanasan
9

Kaki tiga
Kaki tiga digunakan sebagai tungku, yang diatasnya terletak wadah bahan yang dipanaskan,
api untuk pemanasan diletakkan di antara ketiga kakinya

Kawat Kasa
Kawat kasa digunakan sebagai alat perata panas sehingga pemanasan zat-zat dalam wadah
seperti gelas piala akan menyeluruh. Kawat kasa diletakkan diatas kaki tiga.

Penjepit tabung reaksi


Penjepit tabung reaksi digunakan sebagai alat pemegang/penjepit tabung reaksi yang sedang
dipanaskan. Pada saat pemanasan, tabung reaksi dipegang miring dan diarahkan ke tempat
yang kosong (tidak ada orang), untuk menghindari golakan bahan yang menyembur dari
mulut tabung secara tiba-tiba.
10

Cawan porselin (crucible)


Cawan porselin digunakan untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi, mengabukan kertas
saring, menguraikan endapan dalam gravimetri sehingga menjadi bentuk yang stabil.

Pinggan porselin (evaporating dish)


Pinggan porselin digunakan untuk menguapkan larutan sehingga lebih pekat atau menjadi
kering; untuk mengkristalkan zat; dan untuk menyublimasikan zat.

b. Alat-alat Gelas
Alat-alat gelas harus selalu dalam keadaan bersih saat digunakan. Alat gelas yang bersih
dapat diketahui dari kejernihannya dan jika dibasahkan, basahnya merata. Setelah bersih,
bilaslah alat gelas dengan sedikit akuades sebanyak dua kali. Kotoran yang menempel pada
alat gelas dapat disebabkan oleh lemak/zat-zat organik lain, debu atau bekas-bekas endapan.
Untuk membersihkannya, gunakanlah air, sabun dan sikat. Endapan-endapan yang menempel
mungkin perlu dilarutkan dalam asam atau basa encer. Kadang-kadang hanya campuran
K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat yang dapat membersihkannya.
11

b.1. Gelas Wadah


Botol sebagai wadah pereaksi dapat dibedakan oleh warnanya yaitu botol berwarna (gelap)
untuk menyimpan zat yang tidak tahan cahaya, oksidasi dan lain-lain, serta botol tidak
berwarna. Selain itu mulut wadah juga bermacam-macam. Mulut wadah kecil untuk zat yang
mudah menguap dan berasap, sedangkan yang bermulut besar untuk pereaksi selain itu.

b.2. Alat-alat untuk mereaksikan zat


Tabung reaksi dan Rak tabung
Tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan cairan dalam jumlah sedikit. Tabung reaksi diisi
tidak boleh lebih dari setengah tinggi tabung. Jika dilakukan pengocokan, putarlah tabung
reaksi perlahan-lahan sambil sedikit dimiringkan kearah tempat yang kosong. Rak tabung
merupakan tempat untuk meletakkan tabung reaksi dalam posisi vertikal juga sebagai tempat
untuk mengeringkan tabung reaksi.

Gelas piala/Gelas beker


Gelas piala/gelas beker digunakan untuk mereaksikan larutan/cairan, memanaskan
larutan/cairan dan membuat endapan dalam jumlah besar. Alat ini tersedia dalam berbagai
ukuran.
12

Labu Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer digunakan terutama untuk titrasi. Kegunaan lainnya sama seperti gelas
piala, namun tidak boleh untuk membuat endapan yang perlu disaring. Alat ini tersedia dalam
berbagai ukuran.

b.3. Alat-alat pengukur volume


Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume cairan secara tidak tepat. Alat ini mempunyai
skala, dan tersedia bermacam-macam ukuran. Gelas ukur tidak boleh digunakan untuk
mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan miniskus pada saat pembacaan
skala. Alat ini tersedia dalam berbagai ukuran.

Cara Menggunakan :
Gelas ukur diletakkan di tempat yang rata; peganglah dengan tangan dan ibu jari menunjuk
batas volume yang dikehendaki. Gelas ukur diangkat hingga batas volume setinggi mata, lalu
13

tuangkan cairan yang akan diukur volumenya ke dalam gelas ukur hingga batas volume
tersebut.

Pipet
Pipet, buret dan labu takar digunakan untuk mengukur volume cairan secara teliti. Ada dua
macam pipet, yaitu :
Pipet volumetrik :
Pipet volumetrik terbuat dari kaca dengan skala/volume tertentu, digunakan untuk mengambil
larutan/cairan dengan volume tertentu, yang tepat sesuai dengan label yang tertera pada
bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan karet penghisap
atau bulb untuk menyedot larutan.

Pipet Mohr/Pipet Ukur


Pipet Mohr/Pipet Ukur memiliki skala, sehingga dapat digunakan untuk mengambil
larutan/cairan dengan volume bervariasi. Untuk mengambil cairan, gunakan bulb atau karet
penghisap, jangan dihisap dengan mulut.

Cara memasang bulb (karet penghisap) pada pipet dan fungsi katup/tombol pada bulb

Cara Menggunakan :
 Pipet harus kering dan bersih pada bagian luar serta dalamnya
 Peganglah bagian pipa yang kecil untuk mengurangi pemuaian, lalu cairan yang
akan diukur volumenya diisap sedikit dengan pipet, cairan ini untuk membilas
pipet. Setelah cairan pembilas dibuang, cairan diisap lagi sampai di atas tanda
tera, lalu ditutup dengan jari telunjuk.
14

 Sebelum menurunkan miniskus ke tanda tera, ujung pipet dikeringkan dengan


kertas saring. Miniskus diturunkan dengan cara mengurangi tekanan jari pada
mulut pipet. Pipet dipegang tegak lurus dan tanda tera/lingkaran tera sejajar
dengan mata (untuk menghindari kesalahan paralaks).
 Pada waktu mengeluarkan cairan dalam pipet, tempelkan ujung pipet pada dinding
dalam wadah yang dimiringkan. Pipet dipegang tegak. Masukkan cairan ke dalam
wadah dengan cara melepaskan telunjuk.
 Setelah cairan turun, tunggulah beberapa detik (5-10 detik) hingga cairan yang
menempel di dinding pipet mengalir ke bawah. Goreskan ujung pipet tersebut
beberapa kali pada dinding dalam wadah.

Buret
Buret digunakan untuk mengeluarkan cairan dengan volume sembarang, tetapi tepat. Alat ini
terbuat dari kaca dengan skala dan kran pada bagian bawah, digunakan untuk melakukan
titrasi (sebagai tempat titran).

miniskus

posisi mata sejajar dengan skala


pada buret dan dibaca pada titik
terendah lengkungan miniskus
15

Cara Menggunakan :
 Buret harus diisi penuh sebelum cairan dikeluarkan
 Setiap kali hendak mencatat miniskus cairan dalam buret, miniskus harus sejajar
mata supaya tidak terjadi kesalahan paralaks, yaitu kesalahan membaca skala
karena letak mata tidak benar terhadap skala. Buret tidak perlu diatur supaya
miniskus awal 0 atau angka bulat lainnya. Volume cairan adalah miniskus akhir
dikurangi miniskus awal. Sebelum mencatat miniskus, harus ditunggu hingga
cairan yang menempel pada dinding buret turun.
 Memutar keran buret pada waktu mengeluarkan cairan, jangan terlalu ditekan.
Keran yang macet (tidak mudah diputar) kadang-kadang diberi vaselin.

Labu takar/Labu ukur


Labu takar/labu ukur digunakan untuk mengukur volume secara teliti. Labu takar sering
dipakai untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu. Misalnya ingin membuat larutan
dengan melarutkan sejumlah zat padat yang telah ditimbang dalam volume tertentu; ataupun
untuk mengencerkan larutan yang konsentrasinya telah diketahui pasti menjadi larutan
berkonsentrasi lebih rendah yang juga diketahui dengan teliti. Alat ini tersedia dalam
berbagai macam ukuran.

Cara Menggunakan :
 Zat padat yang telah ditimbang dengan neraca analitik (dilarutkan terlebih dahulu)
atau larutan yang telah dipipet dengan volume tertentu, dimasukkan ke dalam labu
takar.
 Tambahkan pelarut hingga hampir mencapai tanda tera. Dinding dalam di atas
tanda tera dikeringkan dengan kertas saring (jangan mengenai cairan)
16

 Penambahan pelarut diteruskan secara hati-hati dengan menggunakan pipet tetes,


sampai tepat mencapai tanda tera (hindari kesalahan paralaks). Dinding dalam di
atas tanda tera jangan dibasahi lagi.
 Labu takar di tutup, lalu dikocok dengan cara membolak-balikkan labu beberapa
kalidan diputar beberapa lama. Sewaktu mengocok, peganglah labu dengan dua
tangan. Tangan yang satu memegang penutup labu dan tangan yang lainnya
memegang bagian labu yang gemuk; supaya cairan tidak tumpah dan labu tidak
patah. Untuk menghindari pemuaian, bagian yang gemuk hanya boleh dipegang
sewaktu mengocok.

Melarutkan zat dalam labu takar :


Zat padat jangan langsung dimasukkan dalam labu takar; zat tersebut dilarutkan dulu dalam
gelas piala, dengan pelarut sesedikit mungkin. Pelerut ditambahkan sedikit demi sedikit pada
zat yang akan dilarutkan, sambil mencoba melarutkan semua zat. Jika sudah larut seluruhnya,
pindahkan ke dalam labu takar. Gelas piala dan semua alat yang berhubungan dengan larutan
itu, harus dibilas dengan sedikit pelarut beberapa kali. Setiap kali membilas, hasil bilasannya
dimasukkan selalu ke dalam labu takar, sehingga tidak ada zat yang hilang (kuantitatif).
Setelah pembilasan selesai, tambahkan pelarutke dalam labu takar hingga tanda tera, lalu
dikocok.

c. Alat-alat lainnya
Batang pengaduk
Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk, sebagai alat perantara sewaktu memindahkan
cairan ke wadah yang lain, dan membantu membersihkan endapan pada dinding-dinding
wadah.

Gelas arloji
Gelas arloji digunakan untuk menutup wadah sewaktu pemanasan atau lainnya, untuk
menguapkan suatu cairan juga digunakan sebagai tempat bahan padatan pada saat
menimbang.
17

Corong
Corong digunakan untuk membantu memasukkan cairan ke dalam botol yang bermulut kecil,
buret, dan lain-lain, juga untuk menyaring endapan dengan kertas saring. Corong biasanya
terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik.

Cara memasukkan cairan menggunakan corong :


Corong diangkat sedikit (dapat juga diganjal), supaya antara dinding-dinding corong dan
dinding wadah terdapat ruang tempat keluar udara, sehingga cairan dapat mengalir dengan
lancar.
Cara menyaring endapan dengan kertas saring :
1. Kertas dilipat menjadi dua bagian yang sama besar
2. Kertas dilipat lagi menjadi dua bagian yang tidak sama besar (disesuaikan dengan
besarnya mulut corong). Ujung bagian lipatan yang lebih kecil dirobek sedikit.
3. Tempatkan kertas saring dalam corong, dengan bagian yang robek diarahkan ke sisi
luar; ke bagian yang melekat langsung pada dinding corong
4. Basahi kertas saring dengan pelarut yang digunakan
5. Tuangkan cairan beserta endapan yang akan disaring dengan bantuan batang
pengaduk; cairan hasil penyaringan ditampung dalam wadah yang bersih dan kering.

Neraca/Timbangan
Neraca.timbangan digunakan sebagai alat untuk menimbang massa suatu zat dengan
ketelitian yang beragam tergantung jenis neraca tersebut. Neraca kasar (Triple Beam)
memiliki ketelitian 0,1 g, neraca dengan ketelitian sedang (0,01-0,001 g) dan neraca dengan
ketelitian tinggi (Sartorius) (0,0001 g).
18

pH meter
pH meter digunakan untuk mengukur derajat keasaman suatu larutan. Sebelum digunakan pH
meter harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan buffer (standar pH) yang nilai pH-nya
telah diketahui dengan pasti.

Pipet tetes
Pipet tetes berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing
serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.

Spatula
Spatula digunakan untuk mengambil bahan.
19

Botol semprot
Botol semprot digunakan untuk membersihkan dinding-dinding wadah/bejana dari sisa-sisa
endapan; untuk membilas peralatan kimia; untuk mengeluarkan air/cairan dalam jumlah
terbatas; serta tempat penyimpanan air.

Statif dan Klem


Statif dan klem merupakan rangkaian alat yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
seperti untuk menjepit buret dalam proses titrasi, menjepit tabung reaksi ketika dipanaskan,
dsb.

Klem

Statif

Eksikator (wadah pengering)


Eksikator digunakan untuk menyimpan zat supaya tetap kering atau untuk mengeringkan zat.
Eksikator yang digunakan untuk mengeringkan zat perlu diisi bahan pengering. Bahan
pengering yang dipakai adalah zat-zat yang bersifat higroskopis misalnya : CaO dan CaCl 2
20

anhidrat. Jika memasukkan sesuatu ke dalam eksikator, tutup diangkat dan diletakkan di atas
meja dengan posisi terbalik supaya bagian bervaselin tidak mengotori tempat di bawahnya.
Eksikator tidak boleh terbuka terlalu lama, untuk menghindari masuknya uap air kedalamnya.

Alat dan Bahan


 Buret 25 mL
 Statif dan klem
 Labu takar 100 mL
 Pipet Mohr/pipet ukur/pipet volum 10 mL + karet penghisap (Bulb)
 Gelas piala 50 mL
 Corong
 Spatula
 Batang pengaduk
 Neraca/Timbangan
 Akuades
 Larutan KMnO4/larutan berwarna lain
 NaCl (garam dapur)

Prosedur Kerja
1. Cucilah buret, labu takar dan pipet ukur. Apa beda pencucian ketiga alat tersebut ?
2. Isilah akuades dalam buret dengan sembarang angka, catat miniskusnya. Keluarkan
akuades dari buret dengan lambat kemudian hentikan, catat miniskusnya, lalu
tentukan volume akuades yang anda keluarkan. Isilah lagi buret dengan akuades, catat
miniskusnya, keluarkan dengan cepat lalu hentikan, catat miniskusnya, lalu tentukan
21

volume akuades yang dikeluarkan. Apakah perbedaan antara pengeluaran lambat dan
pengeluaran cepat ? Manakah yang terbaik ?
3. Isilah larutan KMnO4 ke dalam buret. Keluarkan sebanyak 15 mL KMnO 4 dari dalam
buret, lihat miniskusnya. Apakah bedanya pembacaan miniskus pada air (larutan
bening) (seperti pada butir 2) dengan KMnO4 (larutan berwarna) ?
4. Timbanglah sejumlah NaCl dan larutkan dalam labu takar hingga 100 mL. Ceritakan
bagaimana anda melakukannya dan tentukan konsentrasi NaCl yang anda buat dalam
satuan massa per volume (g/mL) !
5. Pipetlah 10 mL akuades dengan pipet Mohr dan tempatkan dalam gelas piala yang
bersih. Ceritakan bagaimana anda melakukannya !

Tugas Sebelum Praktikum


1. Sebutkan macam-macam alat pengukur volume dan jelaskan alat mana yang dapat
mengukur volume secara teliti dan tidak !
2. Bahan-bahan apakah yang tidak boleh dipipet dengan mulut ? Jelaskan
3. Jelaskan tindakan apa yang harus dilakukan bila pakaian anda atau teman sekerja anda
terbakar sewaktu kerja di laboratorium !
4. Tindakan pertolongan pertama apa saja yang harus dilakukan bila tangan anda terkena
senyawa asam atau basa ?
5. Mengapa pada saat mereaksikan zat, tabung reaksi tidak boleh diisi lebih dari
setengah tinggi tabung ?

Laporan Hasil Percobaan 1. Pengenalan Alat-alat Laboratorium

Nama/NIM : Tanggal :

Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :

1. Pencucian alat-alat gelas :


 Buret :

 Labu takar :
22

 Pipet ukur :

2. Penggunaan buret :
 Perbedaan antara pengeluaran larutan dengan lambat dan cepat :

 Cara terbaik adalah :


Alasannya :

3. Perbedaan pembacaan miniskus untuk larutan bening dan larutan berwarna :

4. Pembuatan larutan NaCl


 Diketahui : massa NaCl = g
volume larutan NaCl = 100 mL
 Hitungan :

 Konsentrasi larutan NaCl = g/mL


23

 Cara membuat larutan NaCl :

5. Cara menggunakan pipet Mohr/pipet ukur :

Percobaan 2. Teknik Laboratorium : Pengukuran dalam Laboratorium

Tujuan

1. Untuk mempelajari bagaimana cara menggunakan alat ukur sederhana yang umum
digunakan di laboratorium
2. Untuk mempelajari bagaimana melakukan pengukuran
3. Untuk dapat menuliskan hasil pengukuran dengan presisi dan akurasi menggunakan
jumlah angka penting yang tepat

Dasar Teori

Sistem metrik berat dan pengukuran digunakan para ilmuwan dari segala bidang termasuk
kimia. Sistem ini menggunakan dasar 10 untuk tiap pengukuran; untuk konversi, pengukuran
dapat dikali atau di bagi 10. Tabel 1. memberikan informasi faktor-faktor yang sering
digunakan di laboratorium yang menggunakan dasar 10.

Tabel.1 Faktor yang sering digunakan

Awalan Dasar 10 Desimal Lambang


Mikro 10-6 0,000001 µ
Mili 10-3 0,001 m
Senti 10-2 0,01 c
Kilo 103 1000 k

Tabel 2. Satuan dan Peralatan Laboratorium


24

Pengukuran Satuan SI Satuan Metrik Peralatan Laboratorium


Panjang Meter (m) Meter (m) Penggaris
Pipet, gelas ukur, labu
Volume Meter kubik (m3) Meter kubik (m3)
Erlenmeyer, gelas piala
Massa (berat) Kilogram (kg) Gram (g) Neraca/timbangan
Energi Joule (J) Kalori (kal) Kalorimeter
Suhu Kelvin (K) Derajat Celcius ( C)
o
Termometer
Pengukuran panjang, volume, massa (berat), energi dan suhu digunakan untuk mempelajari
lingkungan fisik dan kimia disekitar kita. Tabel 2. Memberikan perbandingan sistem metrik
dengan sistem internasional (SI), disertai dengan alat-alat laboratorium yang digunakan
dalam setiap pengukuran.

Akurasi, Presisi dan Angka Penting

Kimia adalah ilmu yang bergantung pada percobaan dan pengamatan untuk mendapatkan
data. Dengan kata lain, kimia adalah ilmu empiris. Sebuah percobaan yang menghasilkan
data membutuhkan alat ukur yang tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat. Pada saat
mendapat data, maka perhitungan dapat dilakukan dengan angka-angka yang didapat. Sebaik
apa perhitungan itu tergantung pada beberapa faktor :

1. Seberapa hati-hati kita melakukan pengukuran (teknik laboratorium)


2. Sebaik apa alat ukur yang kita gunakan untuk mendapat pengukuran yang tepat
(akurasi)
3. Seberapa dekat pengukuran itu (presisi)

Alat ukur yang digunakan biasanya memiliki skala. Skala dengan subdivisi atau gradasi,
memberi limit keakuratan alat tersebut. Kita tidak dapat melakukan pengukuran yang
melebihi kemampuan pengukuran alat ukur kita. Sering dalam pengukuran kita mendapatkan
desimal. Contohnya saat kita menghitung panjang suatu objek dengan menggunakan
penggaris berskala 1 cm, dengan hasil pengukuran 9,85 cm. Hasil ini memiliki 3 angka
penting, 2 pasti dan 1 tidak pasti. Saat melakukan perhitungan dengan menggunakan angka
penting, kita harus mengingat bahwa angka tak pasti adalah digit terakhir dari hasil
pengukuran, dan jumlah angka penting menunjukkan jumlah dari digit yang pasti, ditambah
satu angka yang merupakan perkiraan.

Ada beberapa aturan untuk menentukan banyaknya angka penting (AP) dalam hasil
pengukuran :

1. Selain angka nol, adalah angka penting;


Contoh : hasil pengukuran panjang sebesar 31,56 m, dari nilai tersebut terdapat 4 AP.
2. Jika mengikuti/di antara angka bukan nol, termasuk angka penting;
Contoh :

4,003 ada 4 AP (disini ada 2 angka nol mengikuti angka 4 jadi termasuk AP)

3,05 ada 3 AP (disini ada 1 angka nol mengikuti angka 3 jadi termasuk AP)
25

0,0025 ada 2 AP (disini nol tidak mengikuti angka bukan nol jadi tidak termasuk
angka penting)

0,03 ada 1 AP (disini nol tidak mengikuti angka bukan nol jadi tidak termasuk angka
penting)

0,05000 ada 4 AP (disini 3 angka nol yang mengikuti angka 5, jadi termasuk angka
penting)

0,070 ada 2 AP (disini nol yang mengikuti angka 7, termasuk angka penting)

3. Semua angka sebelum orde (pada notasi ilmiah) termasuk angka penting.

Contoh :

2,5 x 105 ada 2 AP.

2,50 x 103 ada 3 AP, yakni 2, 5 dan 0 (disini nol mengikuti angka 5)

Pengaturan angka penting dalam penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian


sangatlah penting, terutama dalam perhitungan menggunakan kalkulator yang memberi
banyak digit. Berikut beberapa contoh perhitungan :

Contoh 1

1,0 dibagi 3,0. Jika kita menggunakan kalkulator, maka jawabannya adalah 0,3333333333.
Akan tetapi, hasil pembagian harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan jumlah
angka penting bilangan pembagi yang paling sedikit. 1,0 memiliki 2 angka penting, sehingga
jawaban yang diberikan harus terdiri dari 2 angka penting. Jadi untuk perhitungan ini
jawabannya 0,33 (dibulatkan).

Contoh 2

0,31 dikalikan dengan 2,563. Dengan kalkulator, hasil akhirnya adalah 0,79453. Dalam
perkalian, hasil akhir harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan jumlah angka
penting bilangan pengali yang paling sedikit. Angka 0,31 hanya memiliki 2 angka penting,
sehingga jawaban yang tepat harus memiliki 2 angka penting, dalam hal ini 0,79.

Contoh 3

3,56 ditambah 4,321 ditambah 5,9436. Kalkulator memberi jawaban 13,8246. Dalam
penambahan hasilnya tidak boleh lebih akurat dari angka yang paling tidak akurat/teliti.
Banyak atau sedikitnya angka penting dalam hasil penjumlahan tidak berpengaruh. Angka
3,56 lebih tidak akurat/teliti dibandingkan 4,321 dan 5,9436. Hasil penambahan 13,8246
lebih akurat dari 3,56, sehingga jawaban yang tepat adalah 13,82 (Dengan kata lain, dalam
penambahan jawaban harus memiliki angka penting yang sama dengan jumlah desimal dari
angka paling kecil yang ditambahkan).

Contoh 4
26

6,532 dikurangi 1,3. Kalkulator memberi jawaban 5,232. Seperti pada penambahan, dalam
pengurangan hasilnya juga tidak boleh lebih akurat dari angka yang paling tidak akurat/teliti.
Angka 1,3 lebih tidak akurat/teliti dibandingkan 6,532. Hasil pengurangan 5,232 lebih akurat
dari 1,3, sehingga jawaban yang tepat adalah 5,2. (Dengan kata lain, dalam pengurangan
juga harus memiliki jawaban dengan angka penting yang sama dengan jumlah desimal dari
angka yang paling kecil yang dikurangi).

Akhirnya, bagaimanakah kita membandingkan akurasi dan presisi ? Presisi adalah penentuan
reproduksibilitas dari suatu pengukuran. Hal ini memberi informasi seberapa dekat
pengukuran satu dengan yang lain dari suatu rangkaian pengukuran. Beberapa pengukuran
dengan jumlah yang sama menunjukkan presisi yang tinggi apabila hasil-hasil pengukuran
tersebut berada dalam jarak yang dekat dan tidak bervariasi. Jika pengukuran menunjukkan
hasil dengan variasi yang besar, maka presisinya rendah. Kesalahan acak adalah kesalahan
yang membawa pada perbedaan hasil pengukuran beruntun dan mempengaruhi presisi. Untuk
menghitung presisi dari suatu kumpulan hasil dapat dilakukan dengan cara ± ∆ /2, dimana
∆ adalah perbedaan antara nilai tertinggi dan terendah.

Akurasi adalah penentuan seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Akurasi
berkaitan dengan kesalahan sistematik. Kesalahan-kesalahan ini menyebabkan pengukuran
bervariasi dari nilai sebenarnya, dan mengakibatkan hasil pengukuran terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Kesalahan yang konsisten dalam pengukuran mempengaruhi keakuratan,
tetapi selalu dalam arah yang sama. Penting bagi kita untuk menggunakan alat ukur yang
telah dikalibrasi. Jika alat ukur tidak dikalibrasi dengan tepat, itu akan memberi presisi yang
besar tapi tidak akurat. Alat ukur yang dikalibrasi akan memberi hasil yang presisi dan akurat.
Kesalahan sistematik adalah perbedaan antara nilai yang sebenarnya dan nilai rata-rata yang
didapat dari sejumlah percobaan pengukuran.

Alat dan Bahan

1. Penggaris (dalam skala cm dan in)


2. Kalkulator
3. Gelas ukur 100 mL
4. Labu Erlenmeyer 50/60 mL
5. Gelas piala 50/60 mL
6. Neraca/Timbangan
7. Termometer (skala hingga 100 oC)
8. Gelas piala 250 mL (2)
9. Hot plate / alat pemanas lain (Kaki tiga, kawat kasa, pembakar spritus/bunsen)
10. Batang pengaduk
11. Koin
12. Akuades

Prosedur Kerja

Pengukuran panjang menggunakan penggaris


1. Penggaris digunakan untuk mengukur panjang. Perhatikan alat penggaris anda. Anda akan
melihat satu sisi penggaris memiliki pembagian skala dalam inci (in), dengan subdivisi
27

seperenambelas dari satu inci; sisi yang lain dalam sentimeter (cm) dengan subdivisi
dalam millimeter (mm). Berikut adalah beberapa faktor konversi yang berguna :
1 km = 1000 m 1 in = 2,54 cm
1 m = 100 cm 1 ft = 30,48 cm
1 cm = 10 mm 1 yd = 91,44 cm
1 m = 1000 mm 1 mi = 1,6 km
Suatu penggaris yang dikalibrasi 0,1 cm dapat membaca pengukuran sampai seperseratus;
tetapi hanya 0 (0,00) atau 5 (0,05) yang terlihat. Pengukuran yang berada tepat pada
subdivisi dibaca sebagai 0 dalam seperseratus. Pengukuran yang berada di antara
subdivisi dibaca sebagai 5 dalam seperseratus.
2. Dengan menggunakan penggaris anda, ukurlah panjang dan lebar dari penuntun
praktikum ini. Buat pengukuran dalam inci dan sentimeter. Catatlah hasil pengukuran
anda dalam lembar pengamatan.
3. Konversi hasil pengukuran dalam cm ke mm dan m.
4. Hitunglah luas dari penuntun praktikum ini dalam in 2, cm2 dan mm2. Pastikan anda
menggunakan jumlah angka penting yang tepat.

Pengukuran volume menggunakan gelas ukur, labu Erlenmeyer dan gelas piala (gelas beker)
1. Volume dalam sistem metrik menggunakan satuan liter (L) dan milliliter (mL). Satuan
lain yang digunakan untuk milliliter adalah sentimeter kubik (cm3 atau cc). Berikut
beberapa faktor konversi untuk pengukuran volume :
1L = 1000 mL 1 qt = 0,96 L
3
1 mL = 1 cm = 1 cc 1 gal = 3,79 L
1L = 0,26 gal 1 fl.oz = 29,6 mL
2. Gelas ukur adalah alat gelas yang digunakan untuk mengukur volume suatu larutan.
Terdapat berbagai ukuran gelas ukur dengan derajat keakuratan yang berbeda. Untuk
percobaan ini kita akan menggunakan gelas ukur 100 mL. Saat larutan berada di gelas
ukur, anda akan melihat bahwa larutan akan membentuk kurva melengkung yang disebut
miniskus, atau garis yang membatasi larutan dengan udara. Saat membaca miniskus
larutan, pastikan anda membaca titik terendah dari kurva dan bukan bagian teratas. Untuk
menghindari kesalahan pembacaan miniskus, mata harus sejajar dengan skala pada gelas
ukur. Dalam langkah 3 dan 4, gunakan gelas ukur untuk mengetahui seberapa tepat
ukuran volume pada labu Erlenmeyer dan gelas piala.
3. Ambil labu Erlenmeyer 60 mL dan isilah dengan air sampai tanda 60 mL. Pindahkan
dengan hati-hati semua air, tanpa ada yang tumpah ke dalam gelas ukur 100 mL. Catat
volume dalam lembar laporan sampai ke 0,1 mL terdekat dan konversi ke L.
4. Ambil 60 mL gelas piala, dan isilah dengan air sampai tanda 40 mL. Pindahkan semua air
tanpa ada yang tumpah ke dalam gelas ukur 100 mL kering. Catat volume dalam lembar
laporan sampai 0,1 mL terdekat dan konversi ke L.
5. Berapa kesalahan dalam mL dan persen untuk pengukuran 60 mL air dengan labu
Erlenmeyer dan 40 mL air dengan gelas piala ? Hitunglah % kesalahan dengan cara
berikut :
% Kesalahan untuk pengukuran volume dengan labu Erlenmeyer :

Volume yang didapat dari gelas ukur−volume yang di dapat dari labu Erlenmeyer
x 100
Volume yang di dapat dari gelas ukur

% Kesalahan untuk pengukuran volume dengan gelas piala :


28

Volume yang didapat dari gelas ukur−volume yang di dapat dari gelas piala
x 100
Volume yang di dapat dari gelasukur

6. Alat gelas apa yang akan memberi anda pengukuran larutan yang lebih akurat : gelas
ukur, labu Erlenmeyer atau gelas piala ?

Pengukuran massa menggunakan timbangan laboratorium

1. Pengukuran massa (berat) dari suatu benda dilakukan dengan menggunakan timbangan
laboratorium. Berbagai tipe timbangan tersedia untuk digunakan dalam laboratorium.
Untuk memilih timbangan yang tepat tergantung pada derajat keakuratan dalam
pengukuran yang diinginkan. Satuan standar untuk massa adalah kilogram (kg) dalam
sistem internasional dan gram (g) dalam sistem metrik. Berikut beberapa faktor konversi :
1 kg = 1000 g 1 lb = 454 g
1g = 1000 mg 1 oz = 28,35 g
Ada tiga tipe timbangan yang umum digunakan, pertama timbangan dengan 3 balok ukur.
Timbangan ini dapat menimbang benda sampai 2610 g. Karena skala timbangan ini hanya
0,1 g maka timbangan ini paling banyak digunakan untuk pengukuran kasar, untuk berat
sampai 0,01 g dapat dikira-kira.
Timbangan digital dengan tingkat keakuratan sedang, memiliki derajat keakuratan yang
lebih tinggi dari timbangan kasar, karena skalanya sampai 0,01-0,001 g. benda yang kecil
dapat diukur dengan timbangan seperti ini (maksimum 300 g).
Timbangan digital dengan tingkat keakuratan tinggi, memiliki derajat keakuratan hingga
skala 0,001-0,0001 g. Timbangan tipe ini sangatlah mahal dan hanya digunakan apabila
telah didemonstrasikan penggunaannya oleh instruktur.
2. Timbanglah sebuah koin, sebuah gelas piala 50 mL dan gelas ukur 100 mL. Tuliskan
massa masing-masing objek dengan jumlah angka penting yang tepat dan konversi hasil
pengukuran g ke mg, lb dan oz. Gunakanlah semua timbangan yang ada dalam
laboratorium.

Pengukuran suhu menggunakan termometer

1. Pengukuran suhu dilakukan dengan termometer. Termometer yang digunakan dalam


laboratorium biasanya menggunakan merkuri atau cairan berwarna sebagai larutannya,
dan derajat Celcius (oC) sebagai satuan pengukuran. Titik referensi pada skalanya adalah
titik beku air pada 0 oC, dan titik didih air, 100 oC. Antara 2 titik referensi ini, skala dibagi
ke dalam 100 unit, dimana tiap unit setara dengan 1 oC. Suhu dapat diukur sampai 0,1 oC.
Termometer yang lain menggunakan skala Fahrenheit ( oF) atau Kelvin (K), dan titik
referensi yang sama, yaitu titik didih dan titik beku air. Konversi antara skala-skala ini
dapat dilakukan dengan cara berikut :
o
F = (9/5) oC + 32,0 oC = 5/9 (oF – 32,0) K = oC + 273,15
2. Gunakan termometer anda dan ukurlah sampai 0,1 oC terdekat, suhu dalam laboratorium
pada suhu kamar. Gunakan lembar laporan untuk mencatat pengukuran anda.
3. Ukurlah suhu dari air yang mendidih. Gunakan gelas piala 250 mL yang berisi air
sebanyak 100 mL, dan panaskan di atas hot plate/alat pemanas lain sampai mendidih.
Peganglah termometer di dalam air mendidih paling tidak selama 1 menit (pastikan anda
29

tidak menyentuh gelas piala). Gunakan lembar laporan untuk mencatat pengukuran anda
sampai 0,1 oC terdekat lalu konversi ke skala oF dan K.
4. Ukurlah suhu dari air es. Masukkan es batu ke dalam gelas beaker 250 mL sampai terisi
setengah. Tambahkan aquades sampai menyamai es. Aduk air es secara perlahan dengan
batang pengaduk selama 1 menit sebelum mengukur dengan termometer. Pegang
termometer dalam air es selama kurang lebih 1 menit sebelum membaca suhu. Lakukan
pengukuran secara hati-hati, jangan sampai termometer menyentuh dinding gelas beaker
atau menyentuh batang pengaduk. Baca termometer sampai 0,1 oC terdekat lalu konversi
ke skala oF dan K. Catat pengukuran anda dalam lembar laporan.

Tugas Sebelum Praktikum

1. Apa yang dimaksud dengan akurasi, presisi dan angka penting dalam pengukuran ?
2. Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan suatu perhitungan !
3. Tuliskan aturan-aturan dalam menentukan banyaknya angka penting dalam suatu
pengukuran !
4. Dengan menggunakan penggaris diketahui suatu persegi panjang memiliki panjang
12,75 cm dan lebar 3,645 cm. Hitunglah luas persegi panjang tersebut dan pastikan
jawabannya menggunakan jumlah angka penting yang tepat !
30

Hasil Percobaan 2. Teknik Laboratorium : Pengukuran dalam Laboratorium


Nama/NIM : Tanggal :

Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :

1. Pengukuran panjang menggunakan penggaris

Penuntun Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan (Luas)


Praktikum in cm mm m In2 cm2 mm2
Panjang
Lebar

2. Pengukuran volume menggunakan gelas ukur, labu Erlenmeyer dan gelas piala

Volume pada
Pengukuran Volume
Alat gelas Gelas ukur % Kesalahan
mL L mL
Labu
Erlenmeyer
Gelas piala

Alat gelas yang pengukurannya paling akurat :

3. Pengukuran massa menggunakan timbangan laboratorium

Pengukuran
Konversi ke
Objek/Benda Massa
g mg lb oz
Koin
Gelas piala
Gelas ukur
31

4. Pengukuran suhu menggunakan thermometer

Pengukuran
Konversi ke
Objek Pengukuran temperatur
o o
C F K
Ruangan Lab
Air Panas/mendidih
Air Es
32

Percobaan 3. Penentuan Densitas Beberapa Larutan/Cairan dan Padatan

Tujuan
Untuk mempelajari bagaimana cara menentukan densitas suatu bahan kimia dalam bentuk
larutan/cairan dan padatan.
Dasar Teori
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahan-perubahan yang
menyertainya. Para ahli kimia mengamati materi dengan menentukan, mengukur dan
mengamati sifat fisik dan sifat kimia dari suatu materi. Sifat dari materi merupakan segala
karakteristik yang dapat digunakan untuk menggambarkan materi (seperti ukuran, warna,
massa, densitas, kelarutan, dsb). Pada percobaan ini, anda akan menentukan densitas dari
beberapa bahan kimia yang berbentuk larutan/cairan dan padatan. Densitas dari suatu zat
dapat digunakan untuk mengidentifikasi cairan atau padatan karena densitas termasuk dalam
sifat intensif. Sifat intensif merupakan sifat yang tidak tergantung pada kuantitas/jumlah dari
suatu zat. Sebagai contoh, pada proses pendulangan emas, emas yang relatif padat, dapat
dipisahkan dari pasir, lumpur dan batuan ketika mendulangnya di sungai karena densitasnya
yang lebih besar.
Densitas merupakan rasio massa suatu zat dengan volumenya.
Massa(m)
Densitas ( ρ ) =
Volume (V )

Satuan densitas biasanya dinyatakan sebagai g/mL atau g/cm 3. (Satuan mL dan cm3
merupakan penyataan yang berbeda dari satuan yang sama, 1 mL = 1 cm3).
Densitas suatu larutan/cairan dapat ditentukan dengan menimbang volume yang tidak
diketahui dari larutan/cairan tersebut. Sebagai contoh, untuk menentukan densitas larutan
NaCl, pertama timbang terlebih dahulu gelas ukur 10 mL kosong (Gambar 1). Kemudian,
larutan NaCl ditambahkan ke dalam gelas ukur dan ditimbang (Gambar 2).

Gambar 1. Menimbang massa gelas ukur 10 mL


33

Gambar 2. Menimbang gelas ukur 10 mL yang berisi larutan NaCl


Volume larutan NaCl dalam gelas ukur di catat dengan membaca miniskus yang tertera pada
gelas ukur. Dengan diketahuinya massa dari gelas ukur kosong dan massa dari gelas ukur
yang telah berisi larutan NaCl, maka dapat diperoleh massa larutan NaCl (42,639 g – 37,198
g = 5,441 g) dan volume larutan NaCl (5,13 mL) pada gelas ukur, sehingga densitas dari
larutan NaCl menjadi 1,06 g/mL (5,441 g/5,13 mL = 1,06 g/mL).
Padatan/objek padat dapat memiliki bentuk yang teratur (seperti silinder, kubus, bola, dsb)
atau dapat berbentuk tak teratur (misalnya logam di alam). Bentuk suatu objek dapat
menentukan mana dari dua metode di bawah ini yang digunakan untuk menentukan
volumenya.
Dimensi dari objek dengan bentuk yang teratur dapat diukur dengan penggaris dan
volumenya dapat dihitung menggunakan persamaan geometri yang sesuai. Batangan silinder
dari logam aluminium dengan panjang dan jari-jarinya digambarkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Batangan silinder aluminium


Volume logam dapat dihitung dengan mengukur panjangnya (L) dan jari-jarinya (r)
menggunakan rumus volume untuk bentuk silinder, V = π r 2 L , dimana V adalah volume
dan π = 3,14. Jika batangan aluminium memiliki massa 29,7 g, densitas aluminium dapat
dihitung menjadi 2,7 g/cm3.

V = π r 2 p = (3,14)(0,84 cm)2(4,76 cm) = 11 cm3

Massa(m) 29,7 g
Densitas =
Volume (V )
= 3 = 2,7 g/cm3
11 cm
34

Tabel 1. Rumus volume untuk objek yang bentuknya teratur

Bentuk Objek Rumus Volume


Kubus Sisi3
Balok pxlxt
Bola 4/3 π r 3
2
Silinder πr p

Padatan dengan bentuk yang tidak teratur tidak dapat dengan mudah diukur volumenya
dengan menggunakan penggaris. Malahan, volume dari padatan tidak teratur paling mudah
ditentukan dengan memasukkannya ke dalam air atau cairan yang lain. Padatan (yang tidak
bereaksi dengan atau terlarut dalam cairan dan memiliki densitas yang lebih besar dari cairan
tersebut) ditempatkan dalam wadah yang terkalibrasi (biasanya gelas ukur) yang telah berisi
cairan yang sebelumnya telah diketahui volumenya. Perbedaan dalam volume cairan dalam
wadah sebelum dan sesudah objek ditambahkan adalah sama dengan volume dari objek
dengan bentuk tidak teratur tersebut (Gambar 4).

Gambar 4. Gelas ukur 100 mL dengan satuan kalibrasi terkecil 1 mL : a). volume air 16,3
mL; b). miniskus menunjukkan 18,7 mL setelah penambahan 20, 837 g serpihan-serpihan
kecil logam tembaga. Oleh karena itu, volume logam tembaga adalah 2,4 mL. Dari data ini,
densitas tembaga ditentukan menjadi 8,7 g/mL.

Alat dan Bahan


1. Gelas ukur 10 mL
2. Gelas ukur 100 mL
3. Gelas piala 50 mL
4. Neraca/Timbangan
5. Potongan-potongan logam
6. Air, larutan gula, larutan garam, larutan cuka dan minyak.

Prosedur Kerja
35

Menentukan Densitas Cairan/Larutan (Objek Cair)

1. Siapkan gelas ukur 10 mL yang bersih dan kering. Kemudian ditimbang massanya (g)
menggunakan neraca/timbangan yang ada di laboratorium.
2. Tambahkan ke dalam gelas ukur air sebanyak 4-6 mL, kemudian ditimbang massa
gelas ukur yang telah berisi air tersebut.
3. Tentukan massa dari air yang ditambahkan, dan tentukan densitas dari air tersebut.
4. Ulangi prosedur yang sama untuk larutan gula, larutan garam, larutan cuka dan
minyak.

Menentukan Densitas Padatan (Objek Padat)

1. Siapkan gelas ukur 100 mL, tambahkan air sebanyak 20 mL, kemudian ditimbang
massa gelas ukur yang telah berisi air tersebut.
2. Masukkan logam x yang bentuknya tidak beraturan ke dalam gelas ukur yang telah
berisi air pada prosedur (1), kemudian ditimbang kembali massanya.
3. Catatlah perbedaan volume air yang terjadi ketika logam x ditambahkan, yaitu volume
air ketika logam x ditambahkan – volume air sebelum logam x ditambahkan (20 mL).
Perbedaan volume tersebut sama dengan volume dari logam x.
4. Tentukan densitas dari logam x tersebut. Dengan menggunakan informasi pada Tabel
2, identifikasi logam x yang tidak diketahui tersebut.

Tabel 2. Densitas dari Beberapa Logam

Nama Logam Densitas


Aluminium 2,70 g/mL
Tembaga 8,92 g/mL
Besi 7,86 g/mL
Timah 11,3 g/mL
Magnesium 1,74 g/mL
Seng 7,14 g/mL

Tugas Sebelum Praktikum

1. Catatlah volume air pada gelas ukur yang digambarkan di bawah ini dengan nilai
yang benar :
36

2. Hitunglah volume silinder dan bola yang digambarkan dibawah ini dalam cm3.

3. Densitas logam tembaga adalah 8,92 g/cm3. Logam tembaga berbentuk balok
digambarkan di bawah ini. Hitunglah massa balok tembaga tersebut dalam kilogram.

4. Seorang mahasiswa menambahkan air ke dalam gelas ukur (Gambar a). Mahasiswa
tersebut kemudian menambahkan potongan logam seng ke dalam gelas ukur yang
sama untuk menentukan volume air yang digantikan oleh logam seng tersebut
(Gambar b). menggunakan densitas seng dari Tabel 2, hitunglah massa potongan seng
yang ditambahkan dalam gelas ukur tersebut.

Laporan Hasil Percobaan 3. Penentuan Densitas Beberapa Larutan/Cairan dan Padatan

Nama/NIM : Tanggal :

Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :
37

1. Penentuan Densitas Cairan/Larutan

Jenis cairan/larutan
Air gula garam cuka minyak
Massa gelas
ukur kosong
Massa gelas
ukur +
cairan/larutan
Massa
cairan/larutan
Densitas
cairan/larutan

2. Penentuan Densitas Padatan

Jenis Padatan
(Logam x)

Massa gelas ukur + air


Volume air awal
Massa gelas ukur + air +
logam x
Massa logam x
Perbedaan volume air setelah
logam x ditambahkan
Volume logam x
Densitas logam x

Berdasarkan informasi pada Tabel 2, logam x merupakan jenis logam :

Percobaan 4. Pemisahan Campuran : Kromatografi Kertas

Tujuan

1. Untuk mempelajari salah satu metode pemisahan campuran dengan menggunakan


kromatografi kertas.
2. Untuk memisahkan komponen-komponen warna pada tinta spidol berwarna.

Dasar Teori

Banyak zat-zat yang ditemukan di alam atau disintesis di laboratorium merupakan suatu
campuran. Seringkali para ahli kimia harus memisahkan komponen-komponen tunggal dari
campuran untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi masing-masing komponen tersebut.
38

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan dimana fase gerak/eluen (gas atau cairan)
membawa komponen campuran melewati fase diam (padatan, cairan atau semi-padat).
Pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan laju migrasi antara komponen campuran
dikarenakan perbedaan kecenderungan penyerapan komponen pada fase gerak dan fase diam.

Kromatografi kertas yang pertama kali ditemukan pada tahun 1943 untuk analisis asam
amino merupakan teknik yang sangat berguna untuk memisahkan sampel dengan kuantitas
yang sangat kecil. Dalam kromatografi kertas, sampel kecil dari campuran di totolkan pada
lembaran kertas kromatografi. Kromatografi kertas biasanya terdiri atas kertas saring
berkualitas tinggi. Kertas saring terbuat dari selulosa, sebuah rantai polimer dari molekul-
molekul glukosa yang berulang (Gambar 1).

Selulosa mengandung banyak gugus hidroksil, sebuah gugus –OH yang berikatan pada atom
C. Densitas muatan elektron pada atom oksigen dalam gugus hidroksil relatif besar (atom
oksigen menghasilkan muatan negatif parsial). Berbeda dengan densitas muatan elektron
pada atom hidrogen dalam gugus hidroksil yang relatif rendah (atom hidrogen menghasilkan
muatan positif parsial). Molekul-molekul yang mengandung perbedaan besar dalam densitas
elektron pada daerah tertentu dari molekul dikatakan sebagai molekul polar. Karena daerah
densitas elektron yang tinggi dan rendah molekul polar tertarik ke molekul polar yang lain
(yaitu atom hidrogen yang secara parsial bermuatan positif tertarik pada atom oksigen yang
secara parsial bermuatan negatif dalam molekul-molekul yang berdekatan). Dalam percobaan
ini, molekul air yang polar dalam pelarut tertarik pada selulosa. Fase diam pada kertas
kromatografi terdiri atas molekul air yang terserap (berikatan) pada serat selulosa dari kertas.

Gambar 1. Struktur polimer selulosa yang terdiri atas rantai molekul glukosa yang berulang.
Tanda “n” pada masing-masing ujung rantai menandakan bahwa rantai terus bersambung
pada masing-masing arah. Selulosa terdiri atas ribuan molekul glukosa.

Ujung kertas kromatografi ditempatkan pada fase gerak/eluen, yaitu pelarut yang merupakan
campuran dari air dengan satu atau lebih senyawa organik. Ketika pelarut bergerak melewati
sampel yang ditotolkan pada kertas, komponen-komponen campuran pada sampel bergerak
ke atas bersama dengan pelarut. Kromatografi mengambil keuntungan dari fakta bahwa
komponen campuran berinteraksi secara berbeda dengan fase diam dan fase gerak. Beberapa
komponen lebih kuat tertarik (terserap) pada fase diam, sementara komponen yang lain lebih
tertarik (terlarut) pada fase gerak. Ketika fase gerak bergerak ke bagian atas kertas,
komponen yang lebih terlarut dalam fase gerak bergerak dengan jarak yang lebih besar.
39

Sementara itu, komponen yang lebih tertarik pada fase diam bergerak dengan jarak yang
lebih pendek. Komponen-komponen dalam campuran dipisahkan berdasarkan pada
ketertarikannya (keterserapannya) pada fase diam dan fase gerak. Dengan mengatur jumlah
pelarut organik yang terlarut dalam air, sangatlah mungkin untuk mengatur polaritas fase
gerak, yang dapat meningkatkan pemisahan kromatografi.

Pola dari komponen yang terpisah yang dihasilkan pada kromatografi kertas membentuk
sebuah kromatogram. Garis pada kromatogram dimana sampel ditotolkan merupakan garis
awal (origin) dari kromatogram. Ujung atas kertas kromatografi merujuk pada jarak yang
ditempuh pelarut (jarak gerakan pelarut). Kekuatan relatif dari interaksi komponen dengan
fase gerak dan fase diam dapat diukur secara kuantitatif menggunakan faktor retensi
(retention factor) Rf , yang dinyatakan pada persamaan 1 :

jarak gerakankomponen dari garis awal


Rf = ………………. (1)
jarak gerakan pelarut

Nilai Rf merupakan fungsi temperatur dan sifat kimia dari komponen dalam campuran dan
pelarut. Dibawah himpunan kondisi percobaan tertentu, tiap komponen harus memiliki nilai
Rf yang unik. Oleh karena itu, komponen pada campuran yang tidak diketahui dapat
diidentifikasi dengan membandingkan nilai Rf percobaannya dengan nilai Rf dari sampel
murni dari komponen-koponen di bawah kondisi percobaan yang sama. Nilai Rf
mencerminkan kelarutan zat dalam fase gerak vs fase diam.

Jarak gerakan komponen


dari garis awal

Garis awal

Gambar 2. Kromatogram Sampel

Gambar 2 menggambarkan contoh suatu kromatogram sampel. Titik pada zat murni A, B dan
C dan campuran yang tidak diketahui (mengandung beberapa dari zat A, B dan C) ditotolkan
pada garis awal (origin) pada kertas kromatografi. Ujung bawah kertas dimasukkan dalam
pelarut. Ketika pelarut bergerak naik melewati kertas, zat-zat mulai terpisah. Jarak yang
ditempuh tiap zat ditentukan dengan mengukur jarak dari titik awal ke titik ditengah-tengah
komponen. Nilai Rf dari zat A, B dan C (dilambangkan sebagai RfA, RfB dan RfC) dan
40

komponen pada campuran yang tidak diketahui (Rf komponen 1, dan Rf komponen 2) dihitung seperti
berikut ini :

2,5 cm
RfA = = 0,26
9,5 cm

5,1cm
RfB = = 0,54
9,5 cm

7,7 cm
RfC = = 0,81
9,5 cm

2,5 cm
Rf komponen 1 = = 0,26
9,5 cm

7,7 cm
Rf komponen 2 = = 0,81
9,5 cm

Berdasarkan nilai Rf yang dihitung, sampel yang tidak diketahui terdiri atas campuran zat A
dan zat C. Pada praktikum ini, anda akan memisahkan dan menentukan komponen tinta dari
warna merah, biru, hijau, dan hitam pada spidol nonpermanen menggunakan kromatografi
kertas.

Alat dan Bahan

 Gelas ukur 10 mL
 Gelas piala kecil (50/60) mL
 Gelas piala besar (500/600) mL/wadah bening/transparan berbentuk tabung (sebagai
tabung kromatografi)
 Pensil, penggaris, gunting, penjepit/adhesive tape/staples
 Spidol warna (merah, hijau, biru dan hitam)
 Kertas saring (kertas kromatografi)
 Akuades, asam asetat, etanol
 Aluminium foil/plastic warp

Prosedur Kerja

Perhatikan : kertas saring harus dijaga kebersihannya dan selalu dipegang pada ujung-
ujungnya, karena keringat pada tangan akan memberikan noda pewarna pada kertas.

1. Buatlah 15 mL pelarut sebagai fase gerak/eluen, yang terdiri dari campuran dengan
perbandingan 1 : 1 : 1 dari air : larutan asam asetat : larutan etanol ke dalam gelas
piala 50 mL, kemudian campuran pelarut dikocok hingga bercampur, lalu ditutup
dengan aluminium foil atau plastic warp.
41

2. Masukkan pelarut yang sudah dibuat pada tahap 1 ke dalam tabung kromatografi
(gelas piala 600 mL) hingga tinggi volume pelarut 0,5 cm dari dasar tabung dan
ditutup, biarkan sejenak agar ruang tabung jenuh dengan uap.
3. Ambil kertas kromatografi (kertas saring) ukuran 10 x 15 cm dan buatlah garis
dengan pensil (jangan gunakan pulpen) 1,5 cm dari ujung bawah kertas, melewati
panjang kertas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Persiapan kertas kromatografi (kerts saring)


4. Buatlah awal 3 cm dari ujung kiri kertas, buatlah 4 titik dengan jarak 3 cm masing-
masing pada garis awal kertas (Gambar 3). Tandai dengan pensil titik pertama dengan
merah (red), kedua hijau (green), ketiga biru (blue) dan keempat hitam (black).
5. Ambillah masing-masing spidol berdasarkan warna-warna diatas dan totolkan pada
titik-titik sesuai dengan namanya pada kertas kromatografi yang sudah disediakan.
Usahakan ukuran titik yang ditotolkan sekecil mungkin ( ¿ 1 mm). Tunggu
beberapa waktu hingga titik-titik warna yang ditotolkan kering.
6. Buat kertas kromatografi tersebut berbentuk silider dengan bantuan penjepit/adhesive
tape, dengan titik-titik warna mengarah ke anda (dapat terlihat) dan garis awal berada
di bagian bawah silinder. Sebagai alternatif, bagian ujung atas dan bawah silinder juga
dapat distaples untuk membentuk silinder yang sama.
7. Keluarkan penutup tabung kromatografi yang berisi fase gerak (eluen)/pelarut dan
secara hati-hati tempatkan silinder kertas kromatografi ke dalam tabung secara tegak
lurus sehingga pelarut bergerak naik melewati kertas secara merata. Usahakan supaya
permukaan pelarut di bawah garis awal yang dibuat. Biarkan pelarut bergerak hingga
ke atas silinder kertas kromatografi.
8. Angkat kertas kromatografi dari tabung (gelas piala) bila pelarut sudah mencapai
jarak 0,5 – 1,0 cm dari ujung atas kertas dan keringkan.
9. Setelah kering, lingkari dengan pensil spot-spot sampel yang terbentuk dan tempatkan
titik pada bagian tengah tiap spot
10. Identifikasi warna-warna yang muncul dan hitunglah nilai Rf masing-masing warna.
Tinta spidol mana yang hanya terdiri dari satu warna dan tinta mana yang terdiri dari
banyak warna?
11. Setelah diidentifikasi tempelkan kromatogram pada laporan sementara, dan
kromatogram (difoto) untuk dilaporkan pada laporan resmi praktikum.
42

Tugas Sebelum Praktikum

1. Apa tujuan dari fase gerak pada kromatografi ?


2. Apa yang dimaksud dengan nilai Rf untuk komponen dalam sampel ?
3. Seorang mahasiswa mengembangkan kromatogram untuk zat murni A, B dan C dan
sebuah campuran yang tidak diketahui (mengandung beberapa zat dari A, B dan C).
hitunglah nilai Rf dari A, B, C dan tiap komponen dari campuran yang tidak
diketahui. Identifikasi zat-zat yang ada pada campuran yang tidak diketahui.

Laporan Hasil Percobaan 4. Pemisahan Campuran : Kromatografi Kertas

Nama/NIM : Tanggal :

Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :

Identifikasi beberapa warna yang muncul pada kromatogram :

Jarak
Warna Gerakan komponen dari titik Nilai Rf
Gerakan pelarut
semuala
Merah
Hijau
Biru
Hitam

Tinta spidol yang terdiri dari satu warna :

Tinta spidol yang terdiri dari banyak warna :


43

Percobaan 5. Pembuatan dan Pengenceran Larutan

Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menyatakan konsentrasi larutan dalam beberapa cara


2. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
3. Menentukan konsentrasi larutan contoh
4. Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu.

Dasar Teori

Larutan merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih. Larutan terdiri atas
komponen pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut umumnya terdapat dalam jumlah
yang jauh lebih banyak dari pada zat terlarut. Suatu larutan ditentukan oleh konsentrasi.
Konsentrasi adalah banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam sejumlah pelarut atau larutan.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam beberapa cara :

1. Persen Massa (% m/m)


Menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan (a = zat terlarut; p =
pelarut).
ma
% m/m = x 100 %
ma + m p
2. Persen Volume (%v/v)
Menyatakan jumlah mL zat terlarut dalam 100 mL larutan
Va
%v/v = x 100 %
V larutan
3. Konsentrasi Massa (%mg)
Menyatakan banyaknya mg zat terlarut dalam 100 mL pelarut
44

M a (mg)
% mg = x 100 %
V larutan (mL)
4. Molaritas (M)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
na
M=
V larutan
5. Molalitas (m)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu kilogram pelarut
na
m=
M p (kg)
6. Normalitas (N)
Menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan
na x ekivalen(eq)
N=
V larutan

7. ppm
Menyatakan jumlah mg zat terlarut dalam satu liter larutan
M a ( mg)
ppm =
V larutan
8. ppb
Menyatakan jumlah μg zat terlarut dalam satu liter larutan
M a ( μg)
ppb =
V larutan
9. Fraksi Mol (X)
Menyatakan perbandingan jumlah mol suatu zat terlarut dengan jumlah mol semua
komponen yang ada dalam larutan.
ni
Xi =
ni+ n j + ….+ nz
Suhu mempengaruhi volume, akibatnya konsentrasi yang berdasarkan pada volume juga
dipengaruhi oleh suhu. Bila berubah, maka nilai konsentrasi juga berubah.

Pengenceran
Larutan berkonsentrasi tinggi (pekat) dapat diencerkan hingga diperoleh larutan yang
konsentrasinya lebih rendah (encer) dari konsentrasi awal. Rumus pengencerannya :
V 1 x M 1=V 2 x M 2
V1 x N 1=V 2 x N 2

dengan,

V1 = Volume yang diambil untuk diencerkan

M1 = Konsentrasi Awal (Molaritas, M)

N1 = Konsentrasi Awal (Normalitas, N)

V2 = Volume akhir yang diinginkan


45

M2 = Konsentrasi akhir yang diinginkan (Molaritas, M)

N2 = Konsentrasi akhir yang diinginkan (Normalitas, N)

Catatan : Bila ingin mengencerkan larutan asam kuat pekat seperti H 2SO4, maka harus
menambahkan bahan kimia pekat tersebut ke dalam air, bukan sebaliknya.

Alat dan Bahan

1. Labu takar 100 mL


2. Pipet ukur + karet penghisap
3. Neraca/timbangan
4. Gelas piala (kecil)
5. Batang pengaduk, spatula
6. Cuka (Asam asetat)
7. Etanol 96 %
8. Kristal NaCl (Garam dapur)
9. Akuades

Prosedur Kerja

1. Pembuatan larutan cuka


a. Timbang labu takar 100 mL yang bersih dan kering
b. Isi labu takar dengan akuades sampai ± setengahnya kemudian ditimbang
c. Pipet sejumlah larutan cuka dan masukkan ke dalam labu takar tersebut kemudian
timbang.
d. Tambahkan akuades ke dalam labu takar hingga 100 mL (hingga tanda tera), kocok
kemudian timbang.
e. Hitung konsentrasi larutan cuka yang dibuat. Nyatakan dalam % m/m dan fraksi mol
larutan cuka.
2. Pembuatan larutan NaCl
a. Timbang 2 -3 sudip kristal NaCl dan larutkan dalam gelas piala dengan sedikit
akuades.
b. Pindahkan larutan dari gelas piala ke dalam labu takar 100 mL
c. Bilas gelas piala tadi dengan sedikit akuades dan masukkan juga hasil bilasan tersebut
ke dalam labu takar
d. Tambahkan akuades ke dalam labu takar hingga 100 mL (tanda tera) lalu kocok.
e. Hitung konsentrasi larutan NaCl yang dibuat. Nyatakan dalam konsentrasi massa dan
molaritas
3. Pengenceran larutan Etanol
a. Pipet sejumlah larutan etanol 96 % dan tempatkan dalam labu ukur 100 mL.
Hitunglah terlebih dahulu volume etanol yang akan diambil sehingga konsentrasi
yang akan dibuat tidak melebihi setengah dari konsentrasi awal.
b. Tambahkan akuades hingga 100 mL (tanda tera) lalu kocok.
c. Hitung konsentrasi larutan etanol yang dibuat, nyatakan dalam % v/v (gunakan rumus
pengenceran).
46

Tugas Sebelum Praktikum

1. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi larutan ?


2. Berapa gram NaCl yang diperlukan untuk membuat 2,5 M larutan NaCl dalam 300
gram air ?
3. Hitunglah fraksi mol NaOH dalam 25 %m/m larutan NaOH !
4. Apa yang harus dilakukan untuk membuat larutan HCl 0,5 M sebanyak 150 mL jika
terdapat larutan HCl 3 M ?

Laporan Hasil Percobaan 5. Pembuatan dan Pengenceran Larutan

Nama/NIM : Tanggal :

Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :

1. Pembuatan larutan cuka (CH3COOH)


Massa labu takar 100 mL = g
Massa labu + akuades ( ± ½) = g
Massa labu + akuades ( ± ½) + cuka = g
Massa labu + 100 mL larutan = g
Larutan CH3COOH (cuka) yang tersedia 95 % m/m; Mr CH3COOH 60,05 g/mol; Mr H2O
= 18,01 g/mol
Hitungan :
Massa CH3COOH 95 % m/m :

Massa CH3COOH murni : Jumlah mol CH3COOH :

Massa H2O : Jumlah mol H2O :

% m/m CH3COOH : Fraksi mol CH3COOH :

2. Pembuatan larutan NaCl


Massa NaCl : Jumlah mol NaCl :
47

Konsentrasi massa : Molaritas :

3. Pengenceran larutan etanol


Volume etanol 96 % : Volume etanol akhir :

Molaritas etanol akhir :


48

Percobaan 6. Reaksi Reduksi-Oksidasi

Tujuan

Sesudah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan definisi reaksi reduksi oksidasi


2. Membedakan zat yang teroksidasi dan zat yang tereduksi
3. Membuat persamaan reaksi reduksi oksidasi (redoks)

Dasar Teori

Beberapa logam dapat bereaksi dengan air, larutan asam atau larutan garam. Reaksi yang
terjadi adalah reaksi redoks. Reaksi redoks ditandai oleh perubahan bilangan oksidasi pada
saat pereaksi (reaktan) berubah menjadi hasil reaksi (produk). Zat yang mengandung atom-
atom dengan bilangan oksidasi yang bertambah disebut zat yang teroksidasi, sedangkan zat
yang mengandung atom-atom dengan bilangan oksidasi yang berkurang disebut zat yang
tereduksi. Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam yang
lain, ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, seperti :

Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) + Cu(s)

Artinya logam Zn dioksidasi menjadi ion Zn 2+ dan ion Cu2+ direduksi menjadi logam Cu.
Suatu reaksi redoks harus memenuhi hokum kekekalan muatan massa. Misalnya untuk reaksi
redoks :

Cl-(aq) + MnO2(s)  Cl (g) + Mn2+(aq) (suasana asam) (1)

2Cl-(aq) + MnO2(s) + 4H+(aq)  Cl2(g) + Mn2+(aq) + 2H2O(l) (2)

Pada reaksi di atas, Cl teroksidasi menjadi Cl2 dan MnO2 tereduksi menjadi Mn2+. Reaksi
tersebut (reaksi 2) telah memenuhi hokum kekekalan muatan dan hukum kekekalan massa.

Beberapa zat termasuk hydrogen peroksida dapat mengalami suatu gejala pengraian dimana
sebagian mengalami kenaikan bilangan oksidasi, dan sebagian mengalami penurunan
bilangan oksidasi.

2H2O2  2H2O + O2

Alat dan Bahan

 Gelas piala 250 mL (2)


 Larutan CuSO4 1 M
 Larutan AgNO3 1 M
 Potongan logam Zn, dan Cu
49

Prosedur Kerja

1. Masukkan larutan CuSO4 1 M sebanyak 100 mL ke dalam gelas piala 250 mL


2. Siapkan sepotong logam seng berukuran ± 4 x 2 cm yang telah diamplas bersih.
Kemudian masukkan ke dalam larutan CuSO4.
3. Amati perubahan yang terjadi.
4. Lakukan kembali percobaan seperti di atas dengan menggunakan logam tembaga dan
mengganti larutan CuSO4 1 M dengan larutan AgNO3 1 M.
5. Amati kembali perubahan yang terjadi.
6. Ketika diamati terjadi perubahan reaksi pada masing-masing percobaan, tuliskan
persamaan reaksi redoksnya dan dari persamaan reaksi tersebut tentukan mana zat
yang teroksidasi dan mana zat yang tereduksi.

Tugas Sebelum Praktikum

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor.


2. Tuliskan contoh persamaan reaksi redoks dan tentukan oksidator dan reduktornya.

Laporan Hasil Percobaan 6. Reaksi Reduksi Oksidasi


50

Nama/NIM : Tanggal :

Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :

1. Reaksi logam Zn dengan larutan CuSO4 :

Persamaan reaksi :

2. Reaksi logam Cu dengan larutan AgNO3 :

Persamaan reaksi :

Percobaan 7. Titrasi Asam Basa Sederhana

Tujuan
51

Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa

Dasar Teori

Konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya dapat ditentukan dengan cara
titrasi. Titrasi merupakan suatu proses yang mereaksikan zat yang belum diketahui
konsentrasinya (titrat) dengan suatu pereaksi yang konsentrasinya sudah diketahui dengan
pasti (titran), sampai jumlah zat-zat yang direaksikan itu tepat saling menghabiskan atau
ekivalen. Untuk asam dan basa sederhana, jumlah ekivalen sama dengan jumlah mol.

Jumlah mol titrat = jumlah mol titran

(V x M)titrat = (VxM)titran

Titrasi asam basa disebut juga sebagai titrasi asidi-alkalimetri. Titrasi asam basa merupakan
teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan
reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan
baku/larutan standar. Titik ekivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi
dengan disertai perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi adalah titik saat terjadinya
perubahan warna indikator. Disebut asidimetri ketika dalam titrasi asam basa yang bertindak
sebagai larutan standar adalah asam kuat, sedangkan disebut alkalimetri ketika dalam titrasi
asam basa yang bertindak sebagai larutan standar adalah basa kuat. Dalam percobaan ini,
akan dilakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi asam kuat (HCl) dengan
menggunakan larutan standar basa kuat (NaOH).

Alat dan Bahan

 Buret
 Statif dan klem
 Gelas piala (kecil)
 Labu Erlenmeyer 250 mL (3)
 Pipet ukur + karet penghisap
 Pipet tetes
 Larutan HCl
 Larutan NaOH 0,5 M
 Indikator pp
 Akuades

Prosedur Kerja

1. Pipet 25 mL larutan HCl yang akan ditentukan konsentrasinya dan masukkan ke


dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
2. Tambahkan 2 – 3 tetes indikator pp.
52

3. Masukkan larutan NaOH 0,5 M ke dalam buret


4. Titrasi larutan HCl dengan NaOH hingga tepat terjadi perubahan warna (merah muda)
5. Ulangi titrasi sebanyak tiga kali dan hitung konsentrasi HCl dalam molaritas
6. Catatan : HCl = titrat; NaOH = titran/larutan standar

Tugas Sebelum Praktikum

1. Apa yang dimaksud dengan titrasi ?


2. Apa yang dimaksud dengan titran dan titrat ?
3. Apa perbedaan asidimetri dan alkalimetri ?
4. Jelaskan cara menentukan konsentrasi larutan asam/basa yang belum diketahui
dengan menggunakan metode titrasi asam basa !

Laporan Hasil Percobaan 7. Titrasi Asam Basa Sederhana

Nama/NIM : Tanggal :

Prodi/Kelompok : Dosen/Asisten :

Titrasi HCl oleh NaOH


53

(V x M)titrat = (V x M)titran

Molaritas NaOH = 0,5 M; Volume HCl = 25 mL

Ulangan Volume HCl (mL)


1
2
3

Hitungan molaritas NaOH :

Ulangan 1 :

Ulangan 2 :

Ulangan 3 :

Nilai Molaritas HCl rata-rata :

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Laboratorium Terpadu. FMIPA. UNIMA,
Tondano

Chemistry Faculty Santa Monica College. 2014. Online Chemistry Lab Manual. CA, USA

Stanton B, Zhu L and Atwood C.H. 2010. Experiments in General Chemistry. Second
Edition. Brooks/Cole, Cengage Learning. CA, USA.
54

Suyani dan Abdullah. 2001. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Andalas Padang,
Padang

Tim Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar I. 2013. Modul Praktikum Kimia Dasar I/Kimia
Anorganik. FTP. Universitas Brawijaya, Malang

Tim Penyusun. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. FMIPA. UNSRAT, Manado

Anda mungkin juga menyukai