Anda di halaman 1dari 2

7/6/2019 ATURAN PERPAJAKAN SEKTOR BATU BARA: PPh Badan Akan Diseragamkan

JAKARTA – Setelah menerbitkan Peraturan Pemerintah No.37/2018 tentang Perlakuan


Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Bidang Usaha Pertambangan
Mineral, pemerintah sedang menyusun peraturan serupa bagi pertambangan batu bara.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis, dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang perlakuan perpajakan terhadap pertambangan batu bara tersebut disebutkan bahwa
penentuan tarif PPh badan bagi perusahaan tambang batu bara akan disesuaikan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara (Minerba).

Ketentuan Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa perusahaan tambang batu bara yang
memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau IUP Khusus (IUPK) wajib membayar
pendapatan negara dan pendapatan daerah. Pendapatan negara dalam hal ini adalah penerimaan
pajak dan PNBP.

Untuk penerimaan pajak, sesuai yang dijelaskan dalam Pasal 18 UU Minerba, pajak-pajak yang
menjadi kewenangan pemerintah ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di bidang perpajakan. Dalam hal wajib pajak badan, tarif PPh badan yang
akan dikenakan akan disesuaikan dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) sebesar
25%.

Penyusunan PP terkait dengan perlakukan perpajakan bagi usaha tambang batu bara ditujukan
kepada perusahaan tambang yang masih menggunakan skema Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batu Bara (PKP2B). Dalam PKP2B tarif PPh korporasi besarannya beragam
disesuaikan dengan generasi perjanjiannya mulai dari 45% sampai dengan 25%. Dengan
rancangan PP ini, pemerintah memberikan tarif yang seragam, terutama bagi perusahaan yang
kemudian mengubah ke mekanisme sesuai IUP atau IUPK yakni sebesar 25%.

Informasi mengenai Rancangan PP tersebut dibenarkan oleh Direktur Peraturan Perpajakan II


Direktorat Jenderal Pajak Yunirwansyah. Dia menyebutkan bawah rancangan PP tersebut masih
terus dibahas oleh pemerintah. Konsep perlakukan perpajakan yang disusun rencananya akan
mirip dengan konsep yang diterapkan dalam PP No.37/2018.

“Jadi hampir sama dengan PP bagi meneral, ini masih kami bahas aturannya,” kata
Yunirwansyah kepada Bisnis kemarin.

Meski dari aspek penerimaan PPh badan berpotensi mengalami penurunan, menurut
Yunirwansyah, sama seperti PP perpajakan minerba, potensi yang hilang tersebut akan
dikompensasikan dengan penerimaan lainnya misalnya PNBP maupun bea dan cukai.

Adapun, dalam hal penerimaan pajak, sektor pertambangan termasuk yang mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan. Pertumbuhan penerimaan pajak dari sektor pertambangan
ini dipengaruhi oleh harga komoditas yang sepanjang tahun ini cukup stabil.

Data per Agustus penerimaan pajak dari sektor pertambangan tumbuh sebesar 70,8% atau
Rp47,4 triliun. Meski kontribusinya ke penerimaan pajak hanya 6,4% terhadap keseluruhan
penerimaan pajak. Namun kinerja sektor pertambangan memiliki kontribusi cukup besar dalam
https://sumatra.bisnis.com/read/20180908/433/836413/aturan-perpajakan-sektor-batu-bara-pph-badan-akan-diseragamkan 1/2
7/6/2019 ATURAN PERPAJAKAN SEKTOR BATU BARA: PPh Badan Akan Diseragamkan

penerimaan PPh badan yang tumbuh sebesar 23,3% atau per Agustus lalu mencapai Rp154,6
triliun.

Selain pajak, sektor minerba juga menyokong realisasi bea keluar. Data Ditjen Bea dan Cukai
menunjukan bahwa penerimaan bea keluar per Agustus kemarin mencapai Rp4,48 triliun atau
149,4% dari target APBN 2018.

Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo
mengungkapkan ada dua isu besar yang perlu diperhatikan pemerintah terkait pengaturan
perpajakan di pertambangan batu bara.

Dua persoalan tersebut yakni terkait dengan status batu bara sebagai barang kena pajak atau
bukan. Jika barang kena pajak termasuk obyek PPN atau tidak. Sedangkan yang persoalan
selanjutnya adalah skema penentuan PPh-nya prevailing atau nailed down.

"Itu besarnya karena dulu ada rezim Kontrak Karya, PKP2B Generasi I-III dan IUP," kata
Prastowo, Jumat (7/9/2018).

Prastowo menyebutkan pemerintah perlu konsisten menerapkan pajak terhadap batu bara.
Pasalnya sejak Undang-Undang PPN tahun 2000 sudah jelas bahwa batu bara bukan merupakan
barang kena pajak. Untuk rezim PPhnya, pemerintah perlu mengharmoniskannya dengan skema
prevailing.

"Kalau mengacu ke UU minerba berarti rezim PPhnya adalah prevailing," ujarnya.

https://sumatra.bisnis.com/read/20180908/433/836413/aturan-perpajakan-sektor-batu-bara-pph-badan-akan-diseragamkan 2/2

Anda mungkin juga menyukai