D1A191967
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2019
BAB I
IDENTITAS BUKU
Buku ini merupakan sebuah tulisan yang dikarang oleh Ir. Adiwarman A. Karim, S.E.,
M.B.A., M.A.E.P dan Dr. Oni Sahroni, M.A. Penulis sudah sejak lama mempunyai keinginan
untuk menulis kaidah-kaidah bisnis dan keuangan syariah dari sudut pandang fiqih dan
ekonomi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat.
Buku ini menjelaskan segala sesuatu tentang riba yang perlu kita waspadai dalam
kehidupan bermuamalah dan perkembangan institusi ekonomi yang berbasis syariat Islam.
Bagaimana hukum riba dan prinsip perbankan syariat dibahas oleh penulis di dalam buku ini.
Manusia sebagai makhluk hidup, untuk kelangsungan hidupnya harus bisa memenuhi
kebutuhannya, Allah sebagai pencipta manusia telah menyediakan kebutuhan mereka
terhampar luas di muka bumi ini. Bahkan Allah telah menundukkan atau memudahkan segala
sesuatu yang ada di langit dan bumi untuk kepentingan manusia. Meskipun demikian, karena
segala sesuatu yang ada di muka bumi terbagi menjadi dua yaitu ada yang baik dan ada yang
buruk serta Allah telah menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk, maka Allah
mensyaratkan agar manusia mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk, Allah telah
berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 29 :
يعا ِ ُه َو ٱلَّذِي َخلَقَ لَ ُكم َّما فِي أٱۡل َ أر
ٗ ض َج ِم
Dialah yang telah menciptakan semua apa-apa yang ada di bumi untuk kalian.
ٗۗ َ َٰ ُعلَ أي ُك أم ِن َع َم ۥه
اطن َٗة َو ِمنَ ٱلنَّا ِس
ِ ظ ِه َر ٗة َو َب ِ ت َو َما ِفي أٱۡل َ أر
َ ض َوأ َ أس َب َغ َّ س َّخ َر لَ ُكم َّما ِفي ٱل
ِ س َٰ َم َٰ َو َّ أَلَ أم ت ََر أواْ أ َ َّن
َ َٱّلل
ٖ َ ٱّللِ ِبغ أَي ِر ِع أل ٖم َو ََل هُدٗ ى َو ََل ِك َٰت
ب ُّمنِ ٖير َّ َمن يُ َٰ َج ِد ُل ِفي
Tidakkah kalian memperlihatkan bahwa Allah telah menundukkan atau memudahkan
untuk (kepentingan) kalian apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan
menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada
yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab yang
memberi penerangan.
Ayat-ayat di atas memberi petunjuk kepada kita bahwa untuk memenuhi kebutuhan
manusia, Allah telah menyiapkan di bumi dan memudahkan manusia untuk mendapatkannya.
Surat Al-Baqarah ayat 29 dijadikan dasar oleh para ulama bahwa “segala sesuatu dari urusan
dunia hukumnya halal kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya”.
Allah menghendaki setiap manusia mengambil dan memakan yang halal dan baik serta
menjauhi segala yang haram. Maka dari itu Allah menjelaskan melalui lisan Rasul-Nya mana
yang halal dan mana yang haram. Perhatikan dalil-dalil di bawah ini.
Surat Al Maidah ayat 4:
َّ يَ أسَٔٔ لُونَكَ َماذَآَٰ أ ُ ِح َّل لَ ُه أۖۡم قُ أل أ ُ ِح َّل لَ ُك ُم
ُٱلطيِ َٰبَت
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “apakah yang dihalalkan untuk mereka?”.
Katakanlah telah dihalalkan untuk kalian semua yang baik-baik...
Dan surat Al A’raf ayat 157:
َ علَ أي ِه ُم أٱل َخ َٰبََٰٓ ِئ
ث َّ َوي ُِح ُّل لَ ُه ُم
ِ ٱلطيِ َٰ َب
َ ت َويُ َح ِر ُم
Dan Dia menghalalkan untuk mereka semua yang baik dan mengharamkan kepada
mereka semua yang jelek....
BAB II
1. Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Secara linguistik, riba juga berarti
tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dan harta
pokok atau modal secara batil. Namun secara umum riba adalah pengambilan tambahan, baik
dalam jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip
muamalah dengan Islam.
1.1. Riba menurut para ahli fiqih dari beberapa madzhab
Golongan Hanafiah memberikan ta’rif bahwa riba adalah kelebihan atau tambahan yang
kosong dari ganti dengan standar syar’i yang disyaratkan kepada salah satu dari dua orang yang
bertansaksi dalam tukar menukar. Dikatakan juga bahwa riba dalam syar’a adalah pengertian
dari suatu akad yang rusak dengan dengan sifat sama saja di dalamnya ada tambahan atau tidak
ada tambahan.
Penjelasan menurut sudut pandang saya:
Sesuatu yang ditangguhkan itu hukumnya riba, contoh: 1 dollar ditukar dengan Rp 10.000
(sebetulnya sama jumlahnya) tetapi dikembalikannya ditangguhkan sebulan kemudian.
Golongan al-Syafi’iyah memberikan ta’rif bahwa riba adalah transaksi atas dasar adanya
imbalan tertentu yang tidak diketahui persamaannya dalam standar syara’ pada saat
bertransaksi atau bersamaan dengan mengakhirkan dua gantinya atau salah satu gantinya.
Penjelasan menurut sudut pandang saya:
Contoh: padi basah ditukar dengan padi kering, karena padi basah terjadi penyusutan dan tidak
diketahui berapa penyusutannya itu adalah riba, tapi meski sudah diketahui penyusutannya itu
tetap tidak boleh.
Golongan al-Hanabilah memberikan ta’rif bahwa riba adalah adanya kelebihan atau tambahan
dalam segala sesuatu dan penggemukan dalam segala sesuatu, dikhususkan dengan segala
sesuatu yang syara’ datang mengharamkannya yakni mengharamkan riba di dalamnya secara
nash untuk sebagiannya dan mengharamkan secara kias untuk sebagian lainnya.
Contoh transaksi gharar pada jaman pra dan awal Islam adalah sebagai berikut:
a) Jual beli mulamasah
Jual beli secara sentuh menyentuh. Misalkan seseorang menyentuh sebuah produk
di tangannya di waktu malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh berarti telah
memberi kain tersebut.
b) Jual beli hashah
Jual beli hashah (kerikil) ialah jual beli di mana pembeli menggunakan kerikil
dalam jual beli. Kerikil tersebut dilemparkan kepada berbagai macam barang penjual.
Kerikil yang mengenai suary barang, barangnya harus dibeli dan ketika itu terjadilah jual
beli.
c) Hablul habalah
Hablul habalah adalah anak dari janin unta yang sedang dikandung. Seseorang
menjual seekor anaknya anak unta yang masih berada dalam perut induknya (menjual
cucunya unta).
d) Jual beli munabadzah
Jual beli secara lempar melempar, sehingga objek barang tidak jelas dan tidak pasti,
apakah barang A, B atau C atau lainnya. Setelah terjadi saling melempar barang maka
terjadilah jual beli.
e) Jual beli muzabanah
Buah-buahan ketika masih ada di atas pohon yang masih basah dijual sebagai alat
pembayar untuk memperoleh kurma atau anggur kering jumlahnya di atas lima wasak.
Jual beli ini dilarang karena buah yang di atas pohon belum bisa dipastikan kualitas dan
kuantitasnya. Jadi hanya berdasarkan perkiraan/taksiran.
f) Jual beli muhaqalah
Menjual biji tanam-tanaman yang masih di ladang atau di sawah (belum siap
panen) dengan biji-bijian yang kering (yang siap dimasak)
g) Mukhaddarah
Menjual buah-buahan yang belum saatnya untuk dipanen, seperti menjual buah
durian yang masih muda, rambutan yang masih muda/pentil hijau.
h) Malaaqih
Malaaqih adalah apa yang ada di dalam kandungan unta betina
i) Madhamin
Madhamin adalah sperma yang ada di tulang sulbi unta jantan. Madhamin ialah
menjual sperma hewan, di mana si penjual membawa hewan pejantan kepada hewan
betina untuk dikawinkan. Anak hewan (yang mungkin dihasilkan) dari hasil perkawinan
itu dalam akad jual beli ditentukan menjadi milik pembeli, seolah-olah sudah pasti bahwa
hasil perkawinan itu menghasilkan anak padahal belum tentu menghasilkan anak
(termasuk ghoror).
Pada saat ini banyak kegiatan bisnis dan keuangan yang mengandung unsur gharar yang
hukumnya haram. Berikut ini beberapa contoh bisnis dan keuangan yang mengandung unsur
gharar.
1) Bermain Bursa Valas
Di dalam bermain bursa valas, ada transaksi yang tidak diketahui secara jelas
kuantitas dan kualitas barangnya. Transaksi dilakukan secara semu tidak betul-betul
adanya pertukaran mata uang. Hukumnya haram karena mengandung unsur gharar.
2) Bermain Bursa indeks harga saham
Di dalam bermain bursa indeks harga saham, transaksi yang dilakukan juga bersifat
semu. Barangnya tidak dapat diserahterimakan karena berupa indeks harga saham dan
bukan lembar sertifikat saham. Hukumnya haram karena mengandung unsur gharar.
3) Bursa emas
Dalam transaksi di bursa emas, ada kegiatan di mana transaksi yang dilakukan
secara semu. Emas yang diperjualbelikan barangnya bersifat semya, tidak real, tidak
diserahterimakan. Transaksi seperti ini hukumnya haram karena mengandung unsur
gharar.
4) Asuransi konvensional
Asuransi konvensional hukumnya haram karena mengandung unsur gharar. Barang
yang diperjualbelikan tidak jelas kuantitas dan kualitasnya karena memperjualbelikan
resiko. Resiko meninggal dunia, risiko cacat, risiko sakit yang tidak jelas kuanitas dan
kualitasnya, sehingga mengandung unsur gharar.
3. Risywah (suap)
3.1. Pengertian risywah
Risywah secara bahasa artinya al-ju’lu atau upah dan apa-apa yang diberikan untuk
mendatangkan kemaslahatan. Menurut istilah, risywah adalah apa-apa yang diberikan untuk
membatalkan barang yang benar dan membenarkan barang yang batal (salah).
3.2. Hukum risywah (suap)
Risywah (suap) dalam urusan hukum dan risywah yang harus dipertanggungjawabkan
dari suatu perbuatan, hukumnya haram tanpa adanya perbedaan pendapat dan termasuk dosa
besar.
Penjelasan menurut sudut pandang saya:
Haram mencari suap dan memberikannya dan menerimanya seperti halnya haram pekerjaan
menjadi perantara antara orang yang menyuap dan orang yang menerima suap. Hanya boleh
saja bagi seseorang memberikan suap untuk menghasilkan kebenaran atau untuk menolak
penganiayaan atau bahaya, adapun dosanya adalah bagi yang menerima suap buka orang yang
menyuap. Tidak apa-apa seseorang melakukan suap dari dirinya dan hartanya jika takut adanya
penganiayaan.
Analisis Bank:
Harga barang:
Harga sewa 1 tahun (tunai di muka): Rp 60.000.000.
Harga ruko (di akhir masa sewa): Rp 90.000.000.
Keuntungan Bank: Rp 30.000.000.
Total harga barang: Rp 180.000.000.
Kemampuan membayar nasabah:
Pembayaran sewa cicilan Rp 15 juta per bulan
Per tahun: Rp 180.000.000
Pembelian ruko di akhir masa sewa: Rp 0.
Total kemampuan membayar: Rp 180.000.000.
Posisi Bank dalam IMBT:
Dalam IMBT bank bertindak selaku pihak yang menyewakan dalam akad pertama dan
selaku pemberi hibah atau penjual dalam akad kedua. Sedangkan nasabah bertindak
selaku penyewa pada tahap pertama dan selaku penerima hibah/pembeli pada akad
kedua.
Hal itu karena akad ijarah dan akad hibah/jual beli tidak bisa digabungkan pada waktu
penyerahan aset.
Kelebihan Buku:
1. Pembahasannya lengkap, mengupas seluruh permasalahan yang terkait
2. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
3. Banyak perbandingan dari ahli lain sebagai perbandingan
Kekurangan Buku:
1. Buku yang diterbitkan tidak menggunakan hard cover, sehingga tidak tahan lama
Kesimpulan:
Buku ini menjelaskan mengenai riba, gharar dan kaidah-kaidah ekonomi syariah. Bagaimana
hukum riba dan prinsip perbankan syariat dibahas disini oleh penulis.
Yakinkah harta kita sudah terbebas dari riba? Atau malah kita secara tidak sadar telah terjebak
di dalamnya. Buku ini mengupas seluk-beluk mengenai riba dan beberapa kaidah penting yang
berkenaan dengannya. Juga disertai dengan contoh-contohnya.
Dengan memahami beberapa hal tersebut, diharapkan kita dapat memahami hakikat perbankan
Syariah yang ada. Dan temukan solusi praktis di dalamnya.