Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM

MATA KULIAH : PTPS-A


“PROSES PENGOLAHAN LIMBAH TAHU MENJADI BIOGAS DI DESA KALISARI
KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS”

Disusun Oleh :
1. Ahmad Fuqon Nur Rohman (P1337433216033)
2. Farah Ivanka Syahfitrie (P1337433216036)
3. Rizki Ari Kurniawan (P1337433216044)
4. Dliyau Rockmawati (P1337433216048)
5. Nurul Aini Nugrahaini (P1337433216050)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ...................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 3
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 3
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................................................................ 3
2.1 Biogas ............................................................................................................................................ 3
2.2 Instalasi biogas .............................................................................................................................. 4
2.3 Limbah Cair Tahu .......................................................................................................................... 4
2.4 Komponen ..................................................................................................................................... 4
2.5 Proses fermentasi an-aerobik ....................................................................................................... 5
C. Hasil .................................................................................................................................................... 6
D. Pembahasan ...................................................................................................................................... 7
3.1 Gambaran Umum.......................................................................................................................... 7
3.2 Gambaran Khusus ......................................................................................................................... 8
3.3 Fakta di Lapangan ......................................................................................................................... 8
E. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 8
F. Saran................................................................................................................................................... 9
A. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pengendalian dan pengelolaan limbah mempunyai beberapa kewajiban yang harus dipenuhi
oleh penanggungjawab kegiatan industri yaitu diatur dalam kep. No 51/MenLH/10/1995 pasal 6.
Salah satu isi peraturan tersebut adalah 5 melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu
limbah cair dibuang kedalam lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang
ditetapkan (Effendi, 2003: 15). IPAL biogas sebagai solusi dari masalah limbah cair tahu agar
kualitas air tetap terjaga dan terjadi keseimbangan ekosistem. Pemanfaatan limbah cair tahu
melalui instalasi pengolahan air limbah biogas menghasilkan gas merupakan suatu alternatif yang
sangat tepat untuk mengatasi naiknya dan langkanya bahan bakar minyak.

Kegiatan industri tahu di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha skala kecil dengan modal
yang terbatas. Dari segi lokasi, usaha ini juga sangat tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sumber
daya manusia yang terlibat pada umumnya bertaraf pendidikan yang relatif rendah, serta belum
banyak yang melakukan pengolahan limbah. Industri tahu dalam proses pengolahannya
menghasilkan limbah baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses
penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi
tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang
akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan
dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair
yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik
tinggi dan kadar BOD, COD yang cukup tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas
sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan suatu
pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.
Pengolahan limbah yang sudah ada tersebut, tentunya harus dikelola dengan baik dan
dipelihara secara rutin. Ini juga memerlukan perhatian dari berbagai pihak terkait terutama
pemerintah dan pemilik industri tahu. Hal ini penting agar proses pengolahan limbah tetap berjalan
dengan baik dan memberikan hasil yang optimal. Dari berbagai teknologi pengolahan limbah yang
sudah ada, maka akan dilakukan kajian untuk mengetahui teknologi pengolahan limbah tahu yang
efektif dan efisien beserta kelebihan dan kekurangannya dan dampaknya terhadap masyarakat dan
lingkungan

1.2 Tujuan
 Mahasiswa mengenal tentang Instalasi Gas Bio dan prosesnya
 Mengetahui permasalahan tentang Instalasi Gas Bio
 Solusi yang bisa dilaksanakan dan tidak bisa dilaksanakan
 Pemanfaatan Gas Bio bagi masyarakat

B. Tinjauan Pustaka
2.1 Biogas
Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa
makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas
sebenarnya adalah gas metana (CH4). Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses
pembusukkan bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob. Biogas merupakan campuran dari
berbagai macam gas, diantaranya: CH4 (54-70%), CO2(27-45%), CO (1%) dan sisanya H2S,Energi
yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi
kandungan metana, maka semakin besar kandungan energi pada biogas. Sebaliknya, semakin kecil
kandungan metana, semakin kecil nilai energinya. Gas metana bersifat tidak berbau, tidak
berwarna dan sangat mudah terbakar.
Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida
(CO2) memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global.
Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian
permasalahan global. Biogas memiliki kandungan energi tinggi yang tidak kalah dari kandungan
energi dari bahan bakar fosil. Nilai kalori dari 1m3 biogas setara dengan 0,6-0,8 liter minyak tanah.
Oleh karena itu biogas sangat cocok menggantikan minyak tanah, LPG, dan bahan bakar fosil
lainnya.
Dalam hal pembuatan biogas maka udara sama sekali tidak diperlukan dalam bejana pembuat.
Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat
biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.

2.2 Instalasi biogas


Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas
metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak
digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara
kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada limbah yamg dihasilkan dan
banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat
digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi
konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan tempat pembuangan limbah sehingga
limbah dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga
penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan
pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

2.3 Limbah Cair Tahu


Dalam proses pembuatan tahu, perusahaan menghasilkan limbah padat, cair, maupun gas.
Limbah cairan dibuang langsung ke lingkungan karena para pengusaha belum mengetahui metode
yang tepat dalam pengolahan limbah cair. Padahal limbah cair dapat merusak lingkungan, pasalnya
limbah cair hasil produksi tahu mengandung chemical oxygen demand (COD), biological oxygen
demand (BOD), dan tingkat keasaman (pH) yang tinggi. Limbah cair tahu sendiri memiliki
kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas jika dikelola
dengan baik melalui proses an-aerobik. Dengan pemanfaatan biogas tersebut oleh perusahaan,
maka biogas dapat menggantikan sumber energi bagi proses pembuatan tahu perusahaan tersebut.

2.4 Komponen
Konstruksi reaktor biogas secara umum terdiri dari bagian pencampur, bagian utama reaktor
dan bagian pembuangan hasil fermentasi. Fungsi dari masing – masing komponen adalah sebagai
berikut :
a. Saluran masuk slurry ( air limbah/ kotoran segar )
Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini
berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari
terbentuknya endapan pada saluran masuk.
b. Saluran keluar residu
Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri.
Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar
pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi tertentu ( 20 – 30
hari ).
c. Katup pengaman tekanan ( control valve)
Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam reaktor biogas. Katup
pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari
kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam reaktor biogas akan
turun.
d. Sistem Pengaduk
Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis, sirkulasi substrat
reaktor biogas, atau sirkulasi produksi biogas ke atas reaktor biogas menggunakan pompa.
Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas
reaktor biogas karena kondisi subsrat yang seragam.
e. Saluran Gas
Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer atau plastik seperti pipa paralon untuk
menghindari korosi. Ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja anti karat untuk
bagian pembakaran gas.
f. Tangki Penyimpanan Gas
Terdapat dua jenis tangki penyimpanan gas, yaitu sumur pencerna bersatu dengan tangki
pengumpul gas (floating dome) dan terpisah dengan pengumpul gas (fixed dome). Untuk tangki
terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki
seragam, serta dilengkapi H2S removal untuk mencegah korosi.

2.5 Proses fermentasi an-aerobik

Pada digester terjadi proses fermentasi an-aerob. Proses fermentasi anaerobik untuk
menghasilkan biogas berlangsung selama 8-10 hari. Dan dalam proses fermentasi an-aerobik ini
terjadi dalam 3 tahap secara berantai, yaitu:
a. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan
bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk polimer menjadi
bentuk monomer.
b. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk
pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir
dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol,
dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
c. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri
pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu mereduksi sulfat dan komponen sulfur
lainnya menjadi hidrogen
sulfida .
C. Hasil
BIOLITA DESA KALISARI

1. Limbah
 Jumlah pengrajin tahu 2016 : 260
 Kebutuhan kedelai untuk produksi tahu di Desa Kalisari 9-10 ton/hari
 1 kg kedelai menghasilkan 7 liter limbah cair, 70.000 liter/hari limbah cair

2. Unit IPAL
 5 unit IPAL di Desa Kalisari mengolah Limbah Cair Tahu menjadi Bio Gas
Limbah Tahu (BIOLITA).
 1 unit IPAL kotoran sapi
 Instalator : 2 orang
 142 dari 250 (56%) Pengrajin Tahu mengalirkan limbah cair ke IPAL.
 Sisanya dibuang ke sungai.
 IPAL dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kalisari.
 Retribusi tiap UKM sebesar Rp. 15.000,-
 Terdapat kerusakan di BIOLITA 3, karena saluran tersumbat

3. Kondisi sungai
 Sebelum ada pengolahan limbah tahu : Tercemar

 Setelah ada IPAL : Pencemaran berkurang


D. Pembahasan
3.1 Gambaran Umum
Desa Kalisari memiliki potensi sumber daya manusia yang unik, yang berbeda,dan turun
temurun. Sejarah tahu Kalisari dimulai dari datangnya orang Tionghoa bernama Babah
Menang,dan membuat tahu Kalisari kemudian dijual di stasiun Karangsari (awal nama penamaan
tahu Karangsari). Kemudian proses pembuatan tahu tersebut menjadi budaya turun temurun dari
masa ke masa.

Gambar 1. Proses Pembuatan Tahu

Dari proses pembuatan tahu menghasilkan limbah. Limbah cair pada proses produksi tahu
berasal dari proses perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu,
penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Adanya senyawa-senyawa organik menyebabkan
limbah cair industri tahu mengandung BOD, COD dan TSS yang tinggi. Limbah ini sering dibuang
secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
mencemari lingkungan.
Limbah tahu tersebut dijadikan bahan untuk pembuatan gas bio. Prosesnya yaitu :
 Limbah tahu disalurkan ke pipa-pipa menuju unit IPAL.
 Pada pembuatan biogas udara sama sekali tidak diperlukan (anaerob)
 Limbah tahu tersebut masuk ke tabung penangkap. Limbah masuk dan mengendap. Jika ada
limbah masuk yang kedua, maka endapan akan naik.
 Selanjutnya pada digester endapan tersebut di beri mikroorganisme bakteri fermentasi pada
bambu-bamu. Bambu itu sebagai rumah bakteri hidup.
 Penggunaan mikroba cairan EM4 untuk pembentukan gas
 Gas terbentuk setelah 1 bulan pada awal pembuatan
 Setelah itu akan mengeluarkan gas kemudian menjadi biogas.
 Biogas ditampung di gas holder yang peletakannya tinggi.
 Apabila gas holder turun berarti para produsen sedang menggunakan biogas.
 Gas dialirkan melalui pipa-pipa yang tertanam di tanah ke pengrajin tahu
 Gas yang panas apinya berwarna biru.

3.2 Gambaran Khusus


Jumlah pengrajin tahu di Desa Kalisari pada tahun 2016 sebanyak 260 . Kebutuhan kedelai
untuk produksi tahu di Desa Kalisari 9-10 ton/hari. Jika 1 kg kedelai menghasilkan 7 liter limbah
cair, maka 70.000 liter/hari limbah cair dihasilkan. Desa Kalisari berdasarkan landuse merupakan
desa pertanian, namun penduduknya mayoritas bekerja di sektor industri dan pertanian. Limbah
industri tahu dibuang ke sungai, sehingga sungai tercemar.
Bantuan Biogas di Desa Kalisari merupakan bantuan dari Kemenristek melalui BPPT pada
tahun 2009. IPAL tahu sekarang berjumlah 5 unit dengan IPAL kotoran sapi (IPAL terbuka dan
tertanam) dikelola oleh 2 instalator dibawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kalisari. 142
dari 250 (56%) Pengrajin tahu mengalirkan limbah cair ke IPAL sisanya masih dibuang ke sungai.
Bio Gas Limbah Tahu (BIOLITA) dimanfaatkan sekitar 21% warga Desa Kalisari untuk bahan
bakar Kompor Biogas.Total Pemanfaat Biogas sebanyak 223 KK. Pendistribusian biogas tersebut
menggunakan pipa-pipa yang ditanam ditanah dan bisa menempuh jarak 1,5 km ke rumah-rumah
warga. Biogas yang sedang digunakan pada gas holder tabung akan turun. Manfaat biogas untuk
kebutuhan rumah tangga adalah bahan bakar kompor pada pembuatan tahu.

3.3 Fakta di Lapangan


Pada reaktor unit ke 3 mengalami kerusakan. Berdasarkan penuturan instalator yaitu Pak
Wardoyo kerusakan tersebut diakibatkan karena pada saat hujan pipa untuk pengalir gas putus dan
kotoran masuk sehingga mengakibatkan penyumbatan. Selain itu pada septictank lumpur yang
dihasilkan sudah penuh serta penyumbatan akibat mikroorganisme/bakteri yang sudah mati. Sudah
dilakukan upaya untuk memperbaiki sumber kerusakan dengan cara sedot alkon tetapi tidak
berhasil. Apabila digali membutuhkan waktu dan biaya yang tidak kecil. Biaya perawatan dengan
pembangunan lebih mahal perawatan. Sehingga itu juga salah satu kendala bagi pengelola,
sementara pembayaran retribusi biogas tidak berjalan. Retribusi digunakan untuk biaya perawatan.
Sekarang produksi tahu menyusut sehingga pasokan limbah berkurang mempengaruhi pembuatan
gas bio. Menurut Pak Wardoyo kini, warga tak bisa leluasa lagi menyalakan gas untuk keperluan
rumah tangga mereka. Pengelola IPAL terpaksa menjadwal aliran gas ke rumah tangga. Aliran gas
dari reaktor hanya dibuka mulai pagi sampai sore hari demi efisiensi.
Pengolahan limbah tahu menjadi sumber energi ini sangat berguna untuk mengurangi
pencemaran jika di manfaatkan semaksimal mungkin.
Selain itu lumpur hasil pengolahan pada septictank komunal juga bisa menjadi masukan
rupiah bagi desa apabila di manfaatkan menjadi kompos siap pakai dan dipasarkan.

E. Kesimpulan

1. Dari hasil praktikum dapat diambil kesimpulan bahwa biogas merupakan upaya untuk
menanggulangi permasalahan limbah tahu dengan nilai tambah dari produk yang dihasilkan
berupa biogas sebagai energi alternatif. Limbah cair tahu sendiri memiliki kandungan
senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas.
2. Komponen reaktor biogas di Desa Kalisari terdiri dari :
a. Bak penangkap
b. Digester
c. Gas holder
3. Manfaat biogas
- Rumah tangga : bahan bakar kompor
- Lingkungan : pengurangan pencemaran dan penghematan energi

F. Saran

Pembuatan gas bio menggunakan limbah tahu di Desa Kalisari sudah mampu mengurangi
pencemaran, tetapi untuk lebih maksimal lagi sebaiknya masyarakat lebih meningkatkan
kesadarannya untuk berkontribusi dalam perawatan 5 unit IPAL tahu.
Masyarakat di harapkan lebih meningkatkan potensi desanya selain tahu juga memanfaatkan
limbah septictank komunal menjadi pupuk siap pakai dan dipasarkan sehingga dapat menambah
anggaran desa dan mengurangi cemaran.

Anda mungkin juga menyukai