Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai orang islam yang ingin mempelajari islam secara sempurna tentu
harus mengetahui sumber hukum islam. Selain al-qur’an, salah satu sumber hukum
islam yang diakui oleh para ulama secara menyeluruh adalah hadist. Meskipun
demikian tidak semua hadist dijadikan sebagai sumber hukum islam, karena dalam
susunan sebuah hadist ada juga yang menunjukan bahwa sebuah hadist itu layak dan
lulus verifikasi untuk dijadikan sumber hukum islam1.
Al-qur’an dan hadist mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-
hari bagi umat islam. Dalam kaidah sumber hukum islam, hadist menempati urutan
kedua setelah Al-qur’an dalam menjadikan rujukan hokum karena disamping sebagai
ajaran islam yang secara langsung terkait dengan keharusan mentaati Rasulullah
SAW, juga fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan al-qur’an
yang masih membutuhkan penjabaran.
Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadist yang harus ada pada
setiap hadist, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan. Suatu berita tentang Rasulullah SAW (matan) tanpa ditemukan rangkaian
atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat disebutkan hadist, sebaliknya
suatu sanad, meskipun bersambung sampai Rasul, jika tidak ada berita yang
dibawanya, juga tidak bisa disebut hadist2.
Pembicaraan dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadist, matan dan
sanad diperlukan setelah Rasul wafat. Hal ini karena berkaitan dengan perlunya
penelitian terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari Rasul
atau bukan. Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadist tersebut, yang
akan dijadikan dasar dalam penetapan syari’at islam.

1
http://mustwildan.blogspot.com/2012/12/30/pengertiansanadhadist.html
2
http://makalahnih.blogspot.com/2014/09/pengertian-sanad-matan-dan-ikhtisar.html

1
Bagi kebanyakan orang bahwa hadist itu suatu perkataan yang pasti berasal
dari nabi tanpa memperhatikan kualitas atau susunan suatu hadist. Padahal hadist
yang lengkap susunannya baik hadist shahih maupun hadist dhoif haruslah terdiri dari
sanad hadist, matan hadist dan perawi hadist. Dari itu perlu dipahami tentang yang
dimaksud dengan sanad, matan dan perawi hadist. Dan untuk mengetahui lebih
mendalam tentang hal tersebut, melalui tulisan yang singkat ini kami dari kelompok
enam berkeinginan untuk membahas hal yang berkaitan dengan hadist dengan
pembahasan kita batasi pada masalah sanad hadist.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yang berkaitan tentang sanad
yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari sanad?
2. Bagaimana peran sanad dalam pembukuan hadist?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan dan pembahasan makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari sanad
2. Untuk mengetahui peran sanad dalam pembukuan hadist

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sanad
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang berarti
mutamad (sandaran/ tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang
sah). Dikatakan demikian karena hadist itu bersandar kepadanya dan dipegangi atas
kebenarannya. Sedangkan secara temionologis, difinisi sanad iyalah silsilah orang-
orang yang mehubungkan kepada matan hadist. Silsilah orang maksudnya, ialah
susunan atau rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadist tersebut, sejak
yang disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir,
dan lainya merupakan materi atau matan hadist. Jadi sanad adalah jalan yang
menyampaikan kepada matan hadist3. Contoh sanad dalam sebuah hadist berikut:

Terjemahnya:
“Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang
menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Janganlah sebagian dari antara kamu membeli barang yang sedang dibeli
oleh sebagian yang lainnya”. (Al-Hadist)
Dalam hadist tersebut yang dinamakan sanad adalah pada kalimat berikut:

3
Alfiah Khoiri Asyir. Makalah: Pengertian Sanad dan Matan Hadist. http.//:
Asyir’s.blogspot.com. Saturday/ 25/ 05/ 2013

3
Terjemahnya:
“Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari nafi yang
menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda:...”4.
Sebuah hadist dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur atau
perawi bervariasi dalam lapisan sanad-nya, lapisan dalam sanad disebut
dengan thabaqoh, signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thobaqoh sanad
akan menentukan derajat hadist tersebut. Hal ini di jelaskan lebih jauh pada
klasifikasi hadist. Jadi, yang perlu dicermati dalam memahami hadist terkait dengan
sanad-nya adalah keutuhan sanad-nya, jumlahnya, dan perawi akhirnya. Adapun
sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang, bukan dilihat dari sudut pribadi
seseorang. Sebutan untuk pribadi yang menyampaikan hadist dilihat dari sudut orang
per-orangan disebut rawi5.
1. Istilah yang berkaitan dengan sanad (Al-isnad, Al-musnad dan Musnid)
Dalam ilmu hadist ada beberapa istilah yang erat kaitannya dengan istilah
sanad seperti al-isnad, al-musnad, dan al-musnid.
a. Al-isnad berarti menyandarkan, menegaskan, (mengembalikan ke asal) yang
dimaksuk al-isnad di sini adalah menyandarkan hadist pada orang yang
mengatakannya. Atau dalam bahasa lain mengasalkan hadist pada orang yang
mengatakannya. Akan tetapi menurut Ath-Thibi seperti yang dikutip oleh Al-
Qosimi kata isnad dengan as-sanad mempunyai arti yang hampir sama atau
berdekatan. Sedangkan menurut ulama muhadistin memandang kedua istilah
tersebut mempunyai pengertian yang sama, yang keduanya dapat dipakai secara
bergantian.
b. Al-musnad mempunyai beberapa arti yang berbeda dengan istilah al-isnad.
Pertama al-musnad berarti hadist yang diriwayatkan dan disandarkan atau
diisnadkan kepada seseorang yang membawanya, seperti Ibnu Syaibah Az-Zuhri,
Malik Bin Annas, Amrah binti Abn. Ar-Rahman dan lain-lain. Kedua al-musnad

4
http://Abatasa.sanad dan matan hadist.pustaka.html
5
Solahudin,M.Agus&Agus Suryadi.Ulumul Hadist.Bandung.Pustaka Setia.2011.h. 92

4
berarti nama suatu kitab yang menghimpun hadist-hadist dengan sistem
penyusunan berdasarkan nama para sahabat rawi hadist, seperti kitab musnad
Ahmad Bin Hanbal. Ketiga al-musnad berarti nama bagi hadist yang mempunyai
kreteria marfu` (disandarkan kepada Nabi SAW) dan mutthasil (sanad-nya
bersambung sampai kepada Nabi SAW).
c. Musnid, yang artinya orang yang meriwayatkan hadist dari jalurnya baik ia paham
atau tidak6.
2. Tinggi rendahnya rangkaian sanad (silsilatu adz-dzahab)
Sebagaimana kita ketahui, bahwa suatu hadist sampai kepada kita, tertulis
dalam kitab hadist, melalui sanad-sanad. Rangkaian sanad yang berderajat tinggi
menjadikan suatu hadist lebih tinggi derajatnya daripada hadist yang rangkaian
sanad-nya sedang atau lemah. Para muhadditsin7 membagi tingkatan sanad-nya
sebagai berikut:
a. Ashahhu al-Asanid (sanad-sanad yang lebih shahih)
Penilaian ashahhu al-sanid ini hendaklah secara muqoyyad (di khususkan). Contoh
asahhu al-asanid yang muqoyyad tersebut adalah :
1) Sahabat tertentu, yaitu Umar ibnu Al-Khattab r.a.,yaitu yang diriwayatkan oleh
Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Salim bin `Abdullah bin Umar, dari ayahnya
(Abdullah bin Umar), dari kakeknya (Umar bin Khattab).
2) Penduduk kota tertentu, yaitu kota Mekkah, yang diriwayatkan oleh Ibnu
Uyainah dari Amru bin Dinar dari Jabir bin Abdullah.
b. Ahsanu al-Asanid
Derajatnya lebih rendah dar Ashahhu al-Asanid, contohnya yaitu, Bahaz bin
Hakim dari ayahnya (Hakim bin Muawiyah) dari kakeknya (Muawiyah bin
Haidah).
c. Adh`afu al-Asanid
Rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya, antara lain:

6
http://mustwildan.blogspot.com/2012/12/30/pengertiansanadhadist.html
7
Penamaan untuk para ahli hadist

5
1) Abu Bakar ash-Shiddiq, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Shodaqoh bin
Musa dari Aby Ya`qub Farqab bin Ya`qub dari Murrah ath-Thayyib dari Abu
Bakar r.a.
2) Kota Yaman ialah yang diriwayatkan oleh Hafs bin `Umar dari al-Hakam bin
Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas.8
3. Jenis-jenis sanad hadist
Sanad dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Sanad Aliy
Sanad aliy adalah sebuah sanad yang jumlah perawinya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sanad lain. Hadist-hadist dengan sanad yang jumlah rawinya
sedikit akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih banyak.
Sanad aliy ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sanad yang mutlak dan sanad yang
nisbi (relatif)
1) Sanad aliy yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang rawinya hingga
sampai kepada Rosulullah lebih sedikit jika dibandingkan sanad yang lain. Jika
sanad tersebut sahih, sanad itu menempati tingkatan tertinggi dari jenis
tingkatan aliy
2) Sanad aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi
didalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadist, seprti
ibnu juraij, malik, as’syafii, bukhori, muslim dan sebagainya, meskipun jumlah
perawinya setelah mereka hingga sampai kepada rosululloh lebih banyak.
b. Sanad Nazil
Adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih banyak jika dibandingkan dengan
sanad yang lain. Hadist dengan sanadnya lebih banyak akan tertolak dengan sanad
yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit9.

8
Danil Fajar. Pengertian Sanad dan Matan Hadist.
http://danilfajar.blogspot.com/2013/06/07/pengertian-sanad-dan-matan-hadist.html
9
Solahudin,M. dan Agus Suryadi.Ulumul Hadist.Bandung.Pustaka Setia.2011. h 98

6
B. Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist
Peranan sanad dalam pendokumentasian hadist pada dasarnya terbagi pada
dua aspek. Pertama, untuk pengamanan atau pemeliharaan matan hadist. Kedua,
untuk penelitian kualitas hadist satu persatu secara terperinci.
1. Untuk pengamanan atau pemeliharaan matan hadist
Adapun peranan penting yang dimiliki sanad dalam kaitannya dengan hadist,
terlihat begitu besarnya peranan yang di mainkan oleh masing-masing perawi hadist
dalam rangka mencatat dan memlihara keutuhan hadist Nabi SAW. Kegiatan
pendokumentasian hadist, terutama pengumpulan dan penyampaian hadist-hadist
Nabi SAW, baik melalui hafalan maupun melalui tulisan yang di lakukan oleh para
sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’n, dan mereka yang datang sesudahnya, yang rangkaian
mereka itu disebut sanad, sampai generasi yang membukukan hadist-hadist tersebut,
seperti Malik ibn Anas, Ahmad ibn Hanbal, Bukhori, Muslim, dan lainnya, telah
menyebabkan kepemeliharaannya hadist-hadist sampai di tangan kita seperti sekarang
ini10.
Berdasarkan sejarah periwayatan hadist, para perawi mulai dari tingkatan
sahabat sampai ulama’ hadist masa pembukuan hadist, telah melakukan
pendokumentasian hadist melalui hafalan, dan tulisan. Bahkan menurut Al-Azami,
pada tingkatan sahabat pengumpulan dan pemeliharaan hadist dilakukan dengan tiga
cara, yaitu: (į) learning by memorizing, yaitu dengan cara mendengarkan setiap
perkataan dari Nabi SAW secara hati-hati dan menghafalkannya; (ii) learning
thorough writing, yaitu mempelajat\ri hadist dan menyimpannya dalam bentuk
tulisan. Dalam cara ini yaitu penyimpanan dan penyampaian hadist dalam bentuk
tulisan, terdapat sejumlah sahabat, yaitu seperti Abu Ayyub al-Anshori (w.52 H),
Abu Bakar Al-Siddiq (w.13 H), Abd Allah ibn Abbas (w. 68 H) Abd Allah ibn Umar
(w.74 H), dan lain-lain. (iii) learning by practice,yaitu para sahabat mempraktikkan

10
Rochim Fuul. Peranan sanad dalam pendokumentasian hadist.
http://www.rokhim.net/peranan-sanad-dalam-pendokumentasian-hadist/hadist-dan-matan-hadist.html

7
setiap apa yang mereka pelajari mengenai hadist, yang diterimanya baik melalui
hafalan maupun tulisan11.
Demikian cara sahabat dalam menerima dan memelihara hadist-hadist Nabi
SAW. Cara demikian tetap di pertahankan oleh para sahabat dan ulama’ yang datang
setelah mereka, setelah wafatnya Nabi SAW. Khusus mengenai kegiatan penulisan
hadist yang dilakukan oleh masing-masing generasi periwayat hadist, mulai dari
gegerasi sahabat, generasi tabi’in, tabi’i al-tabi’in, sampai para ulama’ sesudah
mereka, telah di dokumentasikan oleh M.M. Azami didalam disertasi doktornya yang
berjudul studies early hadith literature.
Dalam perkembangan berikutnya, proses pendokumentasian hadist semakin
banyak dilakukan denga tulisan. hal ini terlihat dari delapan metode mempelajari
hadist yang di kenal di kalangan ulama’ hadist, tujuh di ataranya , yaitu metode kedua
sampai kedelapan, adalah sangan tergantung kepada meteri tertulis, kedelapan metode
tersebut adalah :
a. Sama’
Sama’, yaitu bacaan guru atau nuridnya-muridnya. Metode ini berwujud dalam
empat bentuk, yakni : bacaan secara lisan, bacaan dari buku, Tanya jawab, dan
mendiktekan.
b. Ardh
Ardh, yaitu bacaan para murid kepada guru. Dalam hal ini para murid atau
seseorang tertentu yang di sebut Qari’, membacakan hadist di hadapan gurunya,
dan selanjutnya yang lain mendenganrkan serta membandingkan denag catatan
mereka atau menyalin dari catatan tersebut.
c. Ijazah
Ijazah, yaitu memberi izin kepada seseorang untuk meriwayatkan sebuah Hadist
atau buku yang bersumber darinya, tanpa terlebih dahulu Hadist atau buku tersebut
dibaca di hadapannya.

11
Odjat. Ulumul hadist. http://odjat_blog.blogspot.com/2010/10/03/peran-sanad-dalam-
pendokumentasian-hadist/ulumul-hadist.html

8
d. Munawalah
Munawalah, yaitu memberikan kepada seseorang sejumlah hadist tertulis untuk di
riwayatkan/disebarluaskan, seperti yang di lakukan Al-Zuhri (w.124 H) kepada
Al-Tsauri, Al-Auza’i, dam lainnya.
e. Katibah
Katibah, yaitu menuliskan hadist untuk seseorang yang selanjutnya untuk di
riwayatkan kepada orang lain.
f. I’lam
I’lam, yaitu memberitahu seseorang tentang kebolehan untuk meriwayatkan
sebuah hadist dari buku tertentu berdasarkan atas otoritas ulama’ tertentu.
g. Washyyat
Washyyat, yaitu seseorang meriwayatkan sebuah buku atau catatan tentang hadist
kepada orang lain yang di percayainya dan di perbolehkannya untuk
meriwayatkannya kepada orang lain.
h. Wajadah
Wajadah, yaitu medapatkan buku atau catatan seseorang tentang hadist tanpa izin
dari yang bersangkutan untuk meriwayatkan hadist tersebut kepada orang lain.
Dan cara yang seperti ini tidak di pandang oleh ulama’ hadist sebagai cara untuk
menerima atau mempelajari hadist12.
Melalui cara-cara di atas, masing-masing sanad hadist secara
berkesinambungan. Mulai dari sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’in, dan seterusnya
sampai terhimpunnya hadist-hadist Nabi SAW di dalam kitab-kitab hadist seperti
yang kita jumpai sekarang, telah memelihara dan menjaga keberadaan dan kemurnian
hadist.
Kegiatan pendokumentasian hadist yang telah di lakukan oleh para Sanad
hadist sebagai mana telah di jelaskan di muka, merupakan satu konstribus besar bagi
12
Andi Nurmilla. Makalah sanad dan matan hadist.
http://qikichan.blogspot.com/2015/05/12/peran-sanad-dalam-pendokumentasian-hadist/makala-sanad-
dan-matan-hadist.html

9
keterpeliharaan dan kesinambungan ajaran agama Islam yang telah di sumbangkan
oleh para sanad hadist.
2. Untuk penelitian kualitas hadist
Status dan kualitas hadist, apakah dapat diterima atau ditolak, tergantung
kepada sanad dan matan hadist tersebut. Apabila sanad suatu hadist telah memenuhi
syarat-syarat dan keriteria tertentu, demikian juga matannya, maka haidts tersebut
dapat diterima sebagai dalil untuk melakukan sesuatu atau menetapkan hukum atas
sesuatuakan tetapi, apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi, maka hadist tersebut
ditolak dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Berdasarkan latarbelakang sejarah periwayatan hadist, bagian-bagian hadist
yang menjadi objek penelitian ada dua macam, yakni rangkaian para periwayat yang
menyampaikan hadist, yang dikenal dengan sanad, dan materi atau matan hadist itu
sendiri. Bagian-bagian sanad yang diteliti mengandung dua bagian penting, yakni (1)
nama-nama periwayat yang terlibat dalam periwayatan hadist yang bersangkutan; dan
(2) lambang-lambang periwayatan hadist yang telah digunakan oleh masing-masing
periwayat dalam meriwayatkan hadist yang bersangkutan, misalnya sami’tu
akhbaranī, ‘an, dan anna13.
Kualitas Hadist yang dapat diterima sebagai dalil atau hujjah adalala shahih
dan hasan dan keduanya disebut juga sebagai hadist maqbul (hadist yang dapat
diterima sebagai dalil atau dasar penetapan suatu hukum)14, diantara
sarat qabul dalam suatu hadist adalah berhubungan erat dengan sanad hadist
tersebut, yaitu sanad-nya bersambung, bersifat adil, dhabith dan sarat selanjutnya
berhubungan erat dengan matan hadist yaitu hadistnya tidak syadz, dan tidak terdapat
padanya illat.
Dari keriteria yang di sebut diatas agar suatu hadist dapat di terima sebagai
dalil atau hujjah, tiga diantaranya berhubungan dengan sanad hadist tersebut. Suatu

13
Arifuddin Ahmad, Qawaid Al-Tahdis .(Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin,
2013), h. 34.
14
M. ’Ajjaj Al-Khathib, Ushul al-Hadist,hal. 303; Shubhi al-Shalih, Ulum al-Hadist wa
Musthalahuhu (Beirut: Dar al-Fikr, 1973), hal.141

10
hadist manakala sanad-nya tidak bersambung atau terputus, maka hadist tersebut
tidak bisa diterima sebagai dalil atau hujjah. Keterputusan sanad dapat terjadi pada
awal sanad, baik satu orang perawi atau lebih (disebut hadist mu’allaq), atau pada
akhir sanad (disebut hadist mursal). atau terputusnya sanad satu orang (munqathi’),
atau dua orang atau lebih secara beryrytan (mu’dhal), dan lainnya. Demikian juga
halnya jika sanad hadist mengalami cacat, baik cacat yang berhubungan dengan
keadilan para perawi, seperti pembohong, fasik, pelaku bid’ah, atau tidak di ketahui
sifatnya , atau cacatnya berhubungan dengan ke-dhabith-annya, seperti sering berbuat
kesalahan, buruk hafalannya, lalai, sering ragu, dan menyalahi keterangan orang-
orang terpercaya. Keseluruhan cacat tersebut, apabila terdapat pada salah seorang
perawi dari suatu sanad hadist, maka hadist tersebut juga dinyatakan dha’if dan
ditolak sebagai dalil15.
Dari gambaran di atas terlihat bahwa sanad suatu hadist sangat berperan
dalam menentukan kualitas hadist, yaitu dari segi dapatnya diterima sebagai
dalil (maqbul) atau tidak (mardud). Karena begitu pentingnya peranan dan kedudukan
sanad dalam menentukan kualitas suatu hadist, maka para ulama telah melekukan
upaya-upaya untuk mengetahui secara jelas dan rinci mengenai keadaan masing-
masing sanad hadist. Upaya kegiatan ini berwujud dalam bentuk penelitian hadist,
khususnya penelitian sanad hadist. Kitab-kitab yang disusun dan memuat tentang
keadaan para perawi hadist, seperti data-data mereka, biografi mereka, dan keadaan
serta sifat-sifat mereka.

15
Rochim Fuul. Peranan sanad dalam pendokumentasian hadist.
http://www.rokhim.net/peranan-sanad-dalam-pendokumentasian-hadist/hadist-dan-matan-hadist.html

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang berarti
mutamad (sandaran/ tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang
sah). Dikatakan demikian karena hadist itu bersandar kepadanya dan dipegangi atas
kebenarannya. Sedangkan secara temionologis, difinisi sanad iyalah silsilah orang-
orang yang mehubungkan kepada matan hadist. Silsilah orang maksudnya, ialah
susunan atau rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadist tersebut, sejak
yang disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir,
dan lainya merupakan materi atau matan hadist. Jadi sanad adalah jalan yang
menyampaikan kepada matan hadist.
Peranan sanad dalam pendokumentasian hadist pada dasarnya terbagi pada
dua aspek. Pertama, untuk pengamanan atau pemeliharaan matan hadist. Kedua,
untuk penelitian kualitas hadist satu persatu secara terperinci.
Adapun peranan penting yang dimiliki sanad dalam kaitannya dengan hadist,
terlihat dari begitu besarnya peranan yang di mainkan oleh masing-masing perawi
hadist dalam rangka mencatat dan memlihara keutuhan hadist Nabi SAW. Kegiatan
pendokumentasian hadist, terutama pengumpulan dan penyampaian hadist-hadist
Nabi SAW, baik melalui hafalan maupun melalui tulisan yang di lakukan oleh para
sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’n, dan mereka yang datang sesudahnya (sanad), sampai
generasi yang membukukan hadist-hadist tersebut, seperti Malik ibn Anas, Ahmad
ibn Hanbal, Bukhori, Muslim, dan lainnya, telah menyebabkan kepemeliharaannya
hadist-hadist sampai di tangan kita seperti sekarang. Menurut Al-Azami, pada
tingkatan sahabat pengumpulan dan pemeliharaan hadist dilakukan dengan tiga cara,
yaitu learning by memorizing, learning thorough writing, dan learning by practice.
Kualitas suatu hadist sangat ditentukan oleh kedudukan sanad dan matan
hadist. Apabila sanad nya sahih dan matan nya sahih maka hadist tersebut dapat

12
diketegorikan sebagai hadist shahih serta dapat dijadikan sebagai hujjah. Sebaliknya
apabila sanad dan matan-nya tidak sahih maka dikategorikan hadist dha’if dan tidak
dapat dijadikan sebagai hujjah.

B. Saran
Sebagai umat Islam seharusnya mengenal hadist-hadist shahih dan hasan, agar
tidak terjerumus ke dalam penggunaan hadist yang mardud. Karena munculnya
bermacam-macam bid’ah itu dari adanya hadist-hadist mardud (dhoif dan madlu).

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khathib, M. ’Ajjaj. Ushul al-Hadist,; Shubhi al-Shalih, Ulum al-Hadist wa

Ahmad, Arifuddin. Qawaid Al-Tahdis. Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar


2013.

Hasan, A. Qadir, Ilmu Musthalah Hadist, Cv. Diponegoro, Bandung, 1983.

Solahudin, M. Suyadi Agus, Ulumul Hadist, Cv. Pustaka Setia, Bandung, 2008.

http://abatasa.net/sanad-dan-matan-hadist.pustaka.html

http.//:asyir’s.blogspot.com/2013/05/25/pengertian-sanad-dan-matan-hadist.html

http://danilfajar.blogspot.com/2013/06/07/pengertian-sanad-dan-matan-hadist.html

http://mustwildan.blogspot.com/2012/12/30/pengertian-sanad-hadist.html

http://makalahnih.blogspot.com/2014/09/pengertian-sanad-matan-dan-ikhtisar.html

http://odjat_blog.blogspot.com/2010/10/03/peran-sanad-dalam-pendokumentasian-
hadist/ulumul-hadist.html

http://rokhim.net/peranan-sanad-dalam-pendokumentasian-hadist/hadist-dan-matan-
hadist.html

http://qikichan.blogspot.com/2015/05/12/peran-sanad-dalam-pendokumentasian-
hadist/makala-sanad-dan-matan-hadist.html

14

Anda mungkin juga menyukai