Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi Warois dan Sasaran Klien Warois di Rumah Sakit


Warois adalah suatu pelayanan kerohanian yang disediakan oleh pihak Rumah
Sakit Pelabuhan Cirebon yang bekerjasama dengan pihak-pihak lain dibidang
kerohanian. Tujuan umum dari warois di Rumah Sakit yaitu agar pasien dan
keluarga pasien mendapatkan pelayanan kerohanian sesuai dengan agama dan
keyakinan yang dianut oleh pasien maupun keluarga pasien. Sedangkan tujuan
khususnya yaitu agar pasien maupun keluarga pasien bisa mendapatkan
ketenangan batin dan kekuatan spiritual sehingga dapat membantu proses
penyembuhan pasien, serta bagi pasien terminal mendapatkan bimbingan talqin di
akhir hayatnya.
Sedangkan pemulasaran jenazah adalah suatu tindakan yang dilakukan kepada
orang yang meninggal dunia yang meliputi memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan menguburkan jenazah. Tujuannya untuk meningankan
keringanan ahli waris dalam rangka pemulasaran jenazah atas kewajibannya.
Adapun sasaran klien yang dibimbing oleh perawat rohani Islam adalah
seluruh pasien rawat inap, yaitu antara lain: Ruang ICU, ruang stroke canter,
ruang bayi, super VIP/VVIP, VIP (Ruang Anjungan 1 dan 2, serta Nahkoda),
kelas I (Ruang Mualim), kelas II (Ruang Kemudi A dan B), kelas III (Ruang
Haluan A dan B). Khusus untuk bimbingan diruang ICU Rumah Sakit Pelabuhan
Cirebon yaitu dilakukan bimbingan kerohanian dari mulai pasien masuk sampai
pasien dinyatakan sudah bisa pulang/ pindah dari ruang ICU. Karena ruang ICU
merupakan ruang perawatan khusus untuk pasien kritis

B. Kegiatan warois kepada keluarga pasien


Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan warois diruang ICU yaitu bahwa
layanan dibidang kerohanian dalam menghadapi kecemasan yang dialami
keluarga pasien diruang ICU yaitu kondisi kejiwaannya cenderung sedih,
menangis, gelisah, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur, merasa takut kehilangan,
khawatir, kepala terasa berat, pikiran ditunjukkan kepada hal-hal yang membuat
pasien cepat sembuh. Maka dari itu warois melakukan pendekatan kepada
keluarga dan pasien agar terjalin rasa saling percaya dan tidak merasa canggung,
selain itu warois juga memberikan dukungan moril dan perhatian agar mengurangi
rasa cemas yang dirasakan pasien dan keluarga. Setelah itu warois memberikan
tausiyah keagamaan, untuk menambah wawasan dan juga memperkokoh
keimanan dengan melalui dialog tanya jawab. Sehingga keluarga pasien
diharapkan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan lebih menerima dengan
lapang dada semua ujian yang diberikan oleh Allah dengan setulus hati tanpa ada
rasa putus asa. Setelah itu warois mengajak keluarga pasien untuk berdoa bersama
untuk memperingan proses penyembuhan dengan do’a, agar keluarga pasien
selalu optimis, tenang, lebih bersyukur terhadap apa yang Allah berikan
kepadanya. Setelah itu selesai maka warois mencatat alamat keluarga pasien untuk
menunjukkan rasa simpati dan empati warois kepada keluarga pasien dan
meminta tanda tangan keluarga pasien di buku kunjungan warois yaitu
bahwasanya warois sudah memberikan bimbingan kerohanian.
D. Tugas dan Fungsi Warois
Tugas dan fungsi perawat rohani Islam adalah sebagai pembimbing Islami yaitu:
a. Fungsi Preventif (Pencegahan); yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya, artinya bimbingan sebagai
pencegahan terhadap timbulnya masalah.
b. Fungsi Kuratif atau korektif (Penyembuhan); yakni membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya, artinya
bimbingan kepada individu yang telah mengalami masalah. Ketiga adalah
c. Fungsi Preservative (Pemeliharaan atau Penjagaan); yakni membantu
individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
(mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu
bertahan lama.
d. Fungsi Development (pengembangan); yakni membantu pasien
memelihara dan menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan
menjadi sebeb munculnya masalah baginya (Faqih. 2001).

Pelayanan kerohanian di Rumah Sakit ditugaskan untuk membimbing dan


mendampingi pasien rawat inap dan keluarga pasien yang membutuhkan asupan
kerohanian, guna untuk mendapatkan ketenangan kesejukkan, dan kekuatan
spiritual serta memberikan pelayanan do’a sebagai upaya proses penyembuhan
bagi pasien. Sedangkan fungsi warois di Rumah Sakit;
a. Mencegah timbulnya masalah bagi pasien dan keluarga pasien dengan cara
melakukan penjagaan aktivitas rohani pasien dan keluarga pasien. Dalam
artian selalu mengingatkan kepada kebaikan.
b. Penyembuhan yakni membantu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi pasien dan keluarga pasien dengan berusaha membantu
memecahkan masalah keluarga pasien yang berhubungan dengan
kerohanian. Cara yang bisa dilakukan oleh warois yaitu dengan
pendekatan terlebih dahulu, kemudian lebih fokus dan mendalami
permasalahannya.
c. Memelihara kondisi batin keluarga pasien. Dalam artian membantu klien
menjaga agar kondisi rohani yang semula kurang baik menjadi baik. Cara
yang bisa dilakukan warois yaitu berkomunikasi secara langsung dengan
keluarga pasien tersebut secara sopan, baik, dan ramah guna untuk
mengetahui kondisi rohani secara mendalam. Dalam hal bimbingan yaitu
berupa motivasi, mengingatkan kepada kebaikan dan tausiyah seputar
keagamaan, sehingga dengan cara ini yang bisa warois berikan guna untuk
memelihara aktivitas rohani keluarga pasien.
d. Pengembangan agar keluarga pasien tersebut istiqamah dalam kebaikan.
Cara yang dilakukan oleh warois yaitu selalu mengingatkan untuk
melaksanakan kewajiban sebagai manusia ciptaan Allah yang semestinya,
selalu mengingatkan untuk selalu dzikrullah, dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan ibadah serta tidak lupa untuk menanamkan energi
positif kepada klien agar selalu semangat, optimis, dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

E Pendekatan Kepada Keluarga.


Hubungan dengan keluarga pasien yang pada praktiknya dapat menempuh
pendekatan-pendekatan berikut ini: Pertama lakukan silaturahmi kepada keluarga
pasien sebagai perkenalan. Kedua berikan dukungan dan support terhadap keluarga
pasien dengan nasehat dan bimbingan. Ketiga ajukan pentingnya keluarga untuk ikut
mendo’akan pasien. Keempat berikan wawasan melalui dialog tentang pentingnya
do’a, konsep sabar, tawakal, qona’ah, ikhtiar, dan lain-lain. Kelima bila perlu
lanjutkan dengan tindakan visitingroom, catat alamat keluarga pasien sebagai tanda
simpati dan empati. Keenam tanyakan tentang kondisi dan pelaksanaan ibadah pasien
terhadap keluarganya secara hati-hati (Arifin.2009:64).

F Layanan Perawatan Warois


Layanan yang dapat diberikan oleh perawat rohani Islam adalah memberikan
bantuan kepada pasien dan keluarga pasien yang mengalami problematika rohaniyah
dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits agar senantiasa klien mendapatkan
ketenangan batin, selalu sabar dalam menghadapi maslah yang sedang dialaimi,
berfikir positif, ridho terhadap Allah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Layanan yang diberikan warois yaitu pelayanan do’a dan dzikir. Untuk memperjelas
arti do’a yaitu memohon, meminta, memanggil, memuji, menyeru, dan lain-lain, dari
yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi dari yang lebih kecil kepada yang Maha
Besar. Cara berdo’a yaitu dengan rendah hati, suara lembut, khauf, roja, ikhlas,
taqwa, hitungan tertentu, jaminan do’a dikabulkan, dan Allah penyembuh segala
penyakit. Fungsi do’a yaitu untuk menolak malapetaka, untuk kesembuhan dari
penyakit, menarik manfaat, memohon rahmat (Sambas. 2002:108). Karena itu
perawat rohani Islam harus memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
mekanisme pelayanan do’a, adapun tatacara atau SOP dalam memkanisme pelayanan
doa yaitu sebagai berikut ;
1) Persiapan atau adab dzikir dan do’a,
2) Memulai dengan tahmid kemudian bersholawat,
3) Do’a dilakukan dengan khusyuk dihadapan allah yang maha pengasih, dengan
merendahkan diri kepada-nya dan mengulang-ulang dalam memohon,
menggunakan washilah dengan nama-nama dan sifat-sifat-nya, serta amal
shalih,
4) Berdo’a dengan merendahkan suaranya antara sirri dan jahri
5) Meyakini akan dikabulkannya do’a
6) Mengetahui waktu-waktu mustajab do’a
7) Klien di tuntun untuk bersama-sama melafalkan do’a oleh petugas warois,
lalu klien hanya meng-aminkan do’a yang dibacakan oleh petugas warois,
setelah itu klien sendiri dipersilahkan berdo’a yang ia bisa, petugas warois
meng-aminkan.
Do’a yang di gunakan oleh petugas warois yaitu sesuai dengan kebutuhan klien
seperti ketika klien sedang sakit maka warois mendo’akan klien dengan do’a
kesembuhan, dengan begitu diharapkan agar klien lebih tenang dalam
menghadapi problematika yang sedang dihadapi

G Peran Perawat Rohani Islam di Rumah Sakit


Adapun cara memberikan bimbingan talqin pada pasien sakaratul maut yaitu
pertama warois dalam kondisi suci, kemudian kita dekatkan pada bagian telinga atau
kepala sebelah kanan pasien, kemudian membisikan kalimat tahlil tiga kali, apabila
merasaka berat maka cukup dengan kalimat “Allah” berulang-ulang, kemudian
mengatakan perkataan yang baik tentang pasien jagan perkataan yang jelek,
kemudian pada saat pasien meninggal ucapkan kalimat istirja “inna lillahi wainna
ilahi raa jiuun”, lalu menutup kedua mata pasien bila telah meninggal dunia dan
mendo’akan bersama-sama keluarga pasien.
Persiapan dalam bimbingan talqin yaitu berwudhu terlebih dahulu, selanjutnya
memberitahu keluarga pasien bahwa pasien menjelang sakaratul maut, serta mengajak
keluarga pasien untuk berama-sama membimbing/mentalqin pasien. Pelaksanaannya
yaitu warois mendekatkan pada bagian kepala/ telinga kanan pasien. Setelah itu
warois membimbing/ membisikan untuk mengucapkan kalimat tahlil berulang-ulang,
bila merasakan berat maka cukup dengan kalimat “Allah” diucapkan berulang-ulang.
Setelah itu mengatakan perkataan yang baik (tidak mengatakan hal-hal yang jelek
tentang pasien). Kemudian mengatakan kalimat istirja “inna lillahi wa inna ilaihi raa
ji’uun”. Lalu menutup kedua mata pasien bila telah meninggal dan mendo’akan yang
artinya “ ya Allah ampunilah (hendaklah menyebut nama pasien), angkatlah
derajatnya bersama orang-orang yang mendapat petunjuk, berilah penggantinya bagi
orang-orang yang ditinggalkan sesudahnya, dan ampunilah kami dan dia, wahai
Tuhan, seru sekalian alam, luaskan kuburannya dan berilah penerangan di dalamnya”.
Do’a menghadapi sakaratul maut yang artinya “ tidak ada tuhan selain Allah,
sesungguhnya melalui sakarat, ya Allah ampunilah hamba, berilah hamba rahmat, dan
susulkanlah hamba kepada Allah yang Maha Agung. Ya Allah, tolonglah hamba
menghadapi kegelapan mati dan maut”.
Setelah itu menasehati keluarga pasien agar bersabar dan melarang meratapi
pasien yang telah meninggal dan membimbing untuk mengucapkan do’a tertimpa
musibah yang artinya “ya Allah berilah pahala kepadaku dan gantilah untukku
dengan yang lebiih baik dari musibahku”. Selanjutnya cara warois dalam menghadapi
keluarga pasien yang sedang berduka yaitu dengan mendampingi keluarga pasien
yang sedang berduka, seperti warois berikan dukungan moril kepada keluarga pasien
dan warois juga memberikan asupan kerohanian kepada keluarga pasien tersebut
seperti contohnya “ bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah Ta’ala, ini sudah
takdir dari Allah, kita harus ingat bahwa takdir adalah rukun iman yang keenam yaitu
percaya dengan takdir baik dan takdir buruk, bahwasanya semua ini diluar batas
kemampuan kita, apapun yang terjadi kita harus menerima dengan tulus dan ikhlas,
tabah serta agar senantiasa bersabar dan melarang meratapi orang yang sudah
meninggal”. Kemudian keluarga pasien berkoordinasi dengan kerohanian untuk
proses pemulasaran jenazah.
Persiapan dalam bimbingan talqin yaitu berwudhu terlebih dahulu,
selanjutnya memberitahu keluarga pasien bahwa pasien menjelang sakaratul maut,
serta mengajak keluarga pasien untuk berama-sama membimbing/mentalqin pasien.
Pelaksanaannya yaitu warois mendekatkan pada bagian kepala/ telinga kanan pasien.
Setelah itu warois membimbing/ membisikan untuk mengucapkan kalimat tahlil
berulang-ulang, bila merasakan berat maka cukup dengan kalimat “Allah” diucapkan
berulang-ulang. Setelah itu mengatakan perkataan yang baik (tidak mengatakan hal-
hal yang jelek tentang pasien). Kemudian mengatakan kalimat istirja “inna lillahi wa
inna ilaihi raa ji’uun”. Lalu menutup kedua mata pasien bila telah meninggal dan
mendo’akan yang artinya “ ya Allah ampunilah (hendaklah menyebut nama pasien),
angkatlah derajatnya bersama orang-orang yang mendapat petunjuk, berilah
penggantinya bagi orang-orang yang ditinggalkan sesudahnya, dan ampunilah kami
dan dia, wahai Tuhan, seru sekalian alam, luaskan kuburannya dan berilah
penerangan di dalamnya”. Do’a menghadapi sakaratul maut yang artinya “ tidak ada
tuhan selain Allah, sesungguhnya melalui sakarat, ya Allah ampunilah hamba, berilah
hamba rahmat, dan susulkanlah hamba kepada Allah yang Maha Agung. Ya Allah,
tolonglah hamba menghadapi kegelapan mati dan maut”.

H Pemusaran Jenazah
Alur layanannya yaitu dari ruang rawat inap langsung dibawa ke ruang jenazah
dengan menggunakan bed dan segera dilakukan proses di mandikan, mengkafani, dan
menshalatkan. Ketika semua sudah selesai dilakukan maka petugas pemulasaran
jenazah meminta tanda tangan dari pihak keluarga terkait sebagai bukti bahwa
petugas pemulasaran jenazah sudah selesai melakukan tugasnya. Adapun tata cara
memandikan jenazah yaitu;
1. jika seseorang sudah meninggal dunia, maka sebagian orang berkewajiban
untuk segera memandikannya, sebagaimana perintah Rasulullah SAW yang
artinya “ mandikanlah dia dengan air dan daun sidr (bidara)”, “mandikanlah
dia tiga, lima, atau tujuh kali atau lebih dari itu”. Dalam hal ini untuk proses
pemandiannya yaitu terlebih dahulu membaca “bismillahirrahmanirrahim”,
2. didalam memandikan jenazah, ialah orang yang lebih mengetahui sunnah
memandikan jenazah, apalagi jika jenazah itu dari keluarga atau kerabatya
sendiri. Sehingga disini yang boleh memandikan yaitu petugas keluarga
terkait dan petugas pemulasaran jenazah, karena ini termasuk aib keluarga.
Sehingga petugas petugas pemulasaran jenazah hanya menyiramkan dan
memberikan instruksi pemandian jenazah
3. di dalam memandikan jenazah harus benar-benar diperhatikan beberapa hal
mulai dari memandikannya tiga kali atau lebih, sesuai dengan apa yang
diperlukan oleh orang-orang yang memandikannya, kemudian
memandikannya dengan bilangan ganjil, kemudian hendaklah air yang
digunakan untuk memandikan jenazah di campur dengan bidara atau yang
lainnya yang bisa dipergunakan untuk membersihkan seperti sabun mandi,
kemudian pada bagian akhir proses pemandian tersebut hendaklah airnya
dengan wewangian, kemudian melepaskan jalinan rambut dan membasuhnya
dengan sebaik-baiknya dan menyisir rambutnya, kemudian khusus untuk
jenazah perempuan, maka rambutnya dibuat tiga kepang dan di letakkan
dibelakangnya, kemudian memulai dengan anggota tubuh sebelah kanan dan
anggota-anggota tubuh yang biasa dibasuh saat berwudhu, kemudian untuk
jenazah laki-laki maka hendaklah yang memandikannya adalah laki-laki, dan
apabila jenazah perempuan maka yang memandikannya adalah perempuan.
Dalam memandikan jenazah hendaknya menggunakan selembar kain atau
yang semisalnya dibawah tutupan kain penutup bagi tubuhnya setelah
sebelum paikaiannya dilepas

Selanjutnya yaitu proses mengkafani jenazah yaitu setelah selesai memandikan


jenazah, maka jenazah itu wajib dikafani. Dalam proses mengkafani jenazah maka
pihak keluarga tidak ikut dilibatkan dan cukup petugas pemulasaran jenazah saja.
Untuk membungkus jenazah yaitu diperlukan kain kafan tiga lapis yaitu satu lapis
berukuran panjang 250 cm, lebar 180 cm dan dua lapis berukuran 250 cm, lebar 135
cm. Jika kain kafan yang disiapkan terlalu sempit, dimana tidak cukup untuk
menutupi tubuhnya secara keseluruhan, maka yang lebih dulu ditutupi adalah bagian
kepalanya dan bagian yang bisa dijangkaunya. Untuk pelaksanaan yaitu siapkan tikar
satu buah; tali pengikat kain kafan sebanyak tujuh buah (dua untuk tikar, empat untuk
kain kafan dan satu untuk celana); simpan kain kafan sebanyak tiga lapis diatas tikar;
siapkan kain penutup aurat bagi perempuan dibuatkan baju kurung, sarung dan
kerudung; letakkan kapas yang sudah diberi wewangian tadi diletakan di kedua
matanya, kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua lubang telinganya, dan di atas
anggota sujudnya seperti dahinya, hidungnya, kedua tangannya, kedua lututnya dan
perutnya; tutupilah auratnya dan bagi jenazah perempuan yaitu ditutup dengan
memakai sarung, baju serta kerudung; balutlah dengan kain kafan yang telah
disediakan dan ikat bagian kepala, perut, paha dan kaki apabila jenazah yang terus
mengeluarkan darah maka ketika membungkus dengan kain kafan maka terlebih
dahulu dilapisi dengan plastik supaya darahnya tidak mengalir; ketika sudah selesai
tutup jenazah dengan tikar dan ikatlah dengan peniti yang telah disediakan.
Selanjutnya menshalatkan jenazah yaitu biasa di sahaatkan di masjid dan pihak
keluarga ikut dilibatkan. Persiapan menshalatkan jenazah yaitu apabila jenazah sudah
dikafani, maka konfirmasi keluarganya “ya atau tidak jenazah dishalatkan di masjid
Rumah Sakit ”; kemudian jenazah dishalatkan di masjid sebaiknya dilakukan setelah
shalat wajib; setelah selesai dishalatkan harus dibawa dengan ambulan. Dalam
pelaksanaan menshalatkan jenazah yaitu posisi jenazah berada di depan imam; bagi
jenazah laki-laki, maka imam berada dihadapan kepala jenazah; bagi jenazah
perempuan, maka imam berada ditengah jenazah, yaitu bagian perut; shalat dilakukan
empat kali takbir dengan urutan pertama membaca “inti’adzah dan al-fatihah” kedua
membaca shalawat kepada Rasulullah SAW ketiga do’a umum dan khusus bagi
jenazah dan keempat do’a bagi yang menshalatkan dan yang dishalatkan, dilanjut
dengan salam.

Anda mungkin juga menyukai