Anda di halaman 1dari 3

Sumber daya manusia unggul sangatlah penting bagi suatu negara, karena dengan begitu maka

suatu negara memiliki komponen atau bibit penerus untuk menjalankan sebuah peradaban. Salah satu
cara untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia yang fundamental adalah melalui pendidikan,
karena dengan pendidikan dapat menciptakan manusia yang berkualitas, berintelektual, dan jauh dari
kebodohan, sehingga diharapkan mampu untuk berkontribusi banyak bagi bangsa dan negara bukan
malah menjadi beban bagi negara. Berpendidikan di sini maksudnya ialah berpendidikan secara
keseluruhan mulai dari kognitif, psikomotor sampai pada asfek afektifnya. Tanamkan pada pikiran kita
bahwa Indonesia adalah negara yang kaya, dan kita harus mengelolah kekayaan kita sendiri, jika tidak kita
kelola dengan baik maka  kekayaan itu akan sia-sia. Tanamkan juga pada pikiran kita bahwa banyak bangsa
lain yang iri pada bangsa kita, yang ingin mengambil kekayaan alam kita. Untuk bisa mengelolah kekayaan
itu dengan baik tentu kita butuh akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita di tuntut untuk meningkatkan
kemampuan kita, tentu dengan adanya pendidikan. Tanamkan pada diri kita bahwa kita harus menjadi
seorang yang berpendidikan agar nantinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita kuasai kita
bisa memanfaat, dan mengelolah sendiri kekayaan sumber daya alam yang ada.
Memasuki era milenial saat ini, Indonesia masih dikatakan negara berkembang, yang artinya
negara ini masih memiliki kesejahteraan material yang rendah. Kesenjangan masih lah nampak jelas dalam
ranah kehidupan di Indonesia, utamanya kesenjangan dalam bidang pendidikan. Masyarakat memandang
permasalahan ini karena kurangnya kinerja pemerintah dalam megupayakan kualitas pendidikan di
Indonesia. Tidak meratanya pendidikan disetiap daerah di Indonesia, utamanya daerah pelosok yang
terisolasi oleh kondisi geografis, menjadi pokok utama yang seharusnya lebih diperhatikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Permasalahan ini menjadi alasan utama banyaknya
anak-anak bangsa yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu tidak jarang ada anak yang
putus sekolah karena alasan perekonomian. Sekat antara masyarakat modern perkotaan dan masyarakat
tradisional belum pula dapat disama-ratakan kualitas dan kuantitasnya. Hal ini memantik pro-kontra yang
terjadi ditengah masyarakat. Kondisi ini tidak bisa terus-menerus menjamur di Indonesia. Masyarakat
terfokus untuk melirik prihatinnya kualitas pendidikan di Indonesia. Tanpa disadari, masyarakat
melupakan sudah berapa banyak anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia oleh kesuksesannya
dalam jenjang pendidikan. Sehingga, melalui perbandingan prestasi dan kondisi tersebut, pemikiran
masyarakat akan lebih terbuka tentang bagaimana membangun kesejahteraan pendidikan di Indonesia.
Negara Indonesia dibentuk berdasar rasa persatuan-kesatuan masyarakatnya, bukan kekuatan
pemerintahan. Antar pemerintah dan masyarakat haruslah terjalin hubungan yang sinkron untuk
mencapai tujuan utama, yakni kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu, masyarakat tidak seharusnya
menggantungkan problematika negeri ini pada pemerintahan. Begitupula pemerintah, tidak menjadikan
jabatan sebagai dompet kekuasaan saja, melainkan menjalankan kewajiban yang dibebankan
kepadanya. Mutu dan kualitas pendidikan dapat dijamin dengan adanya kesadaran penuh dari
masyarakat itu sendiri. Berbicara tentang pengimplentasian suatu kebijakan khususnya pendidikan,
memang masih menjadi tanda tanya besar dalam pemecahannya. Dalam era globalisasi seperti ini,
perekonomian bukan lagi menjadi faktor utama, melainkan kemauan yang kian menurun ditengah
masyarakat untuk menempuh suatu pendidikan. Angka anak putus sekolah semakin tidak terkendali,
alasan utamanya kini bukan hanya permasalahan ekonomi. Tidak sedikit anak putus sekolah karena
melakukan tindak kejahatan  dan mengakibatkannya harus di Drop Out dari sekolah. Terkait beberapa hal
tersebut juga tidak bisa disangkal pula kaitannya dengan permasalahan internal buruknya penanganan
mutu pendidikan di Indonesia.
Dalam permasalahan terkait kualitas pendidikan di Indonesia, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi permasalahan tersebut. Yang pertama adalah kesenjangan yang terjadi antara masyarakat
yang hidup didaerah perkotaan dengan masyarakat yang berada didaerah pedesaan. Perbedaan
penanganan pendidikannya sangatlah kental, terlihat dari fasilitas serta tenaga pengajar yang tidak
memadai dalam proses berjalannya suatu pendidikan di pedesaan. Hal ini justru mengakibatkan
masyarakat pedesaan menjadi terbelakang. Hingga banyak pula masyarakat pedesaan tidak bisa
mengecap pendidikan. Yang kedua adalah masih adanya pemikiran tradisionalis di tengah masyarakat
yang tidak mementingkan sebuah pendidikan. Dalam hal ini, masyarakat haruslah lebih memahami
bagaimana sejatinya pendidikan itu. Faktor ketiga tidak terlalu berpengaruh besar, namun tetap saja
menjadi faktor utama buruknya tingkatan kualitas pendidikan, yakni sistem kurikulum yang belum efektif,
sistem ini berasal dari implementasi kebijakan pemerintah terkait pendidikan.
Namun, masih banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami cara kerja sistem kurikulum baru
yang dicanangkan pemerintah. Sehingga sistem kurikulum ini menjadi terbengkalai dan tidak efektif.
Faktor terakhir adalalah dari kinerja pemerintahan, pelayanan dan penyediaan fasilitas pendidikan dan
tenaga pengajar yang belum maksimum. Bagaimanapun juga permasalahannya, kesadaran terhadap
pentingnya pendidikan tetaplah menjadi faktor utama berjalannya suatu sistem pendidikan. Seperti yang
di lontarkan oleh presiden ke-35 Amerika Serikat, John F. Kennedy (JFK) "Jangan tanyakan apa yang
negaramu berikan padamu, melainkan tanyakan apa yang telah kamu berikan pada negaramu."
Sebuah kata luar biasa yang diucapkan oleh JFK dalam pelantikannya sebagai presiden pada
tanggal 20 Januari 1961. Makna yang mendalam dari ucapan JFK adalah sebagai warga negara kita tidak
selalu harus bergantung kepada pemerintahan. Tapi kita juga tetap mengawasi jalannya pemerintahan.
Elemen utama terealisasikannya sebuah tujuan adalah dengan saling bekerjasama dalam prosesnya.
Melalui hal ini kita dapat menilik bahwa tidak hanya dari kinerja pemerintahan yang menjadi faktor
rendahnya kualitas pendidikan di negara Indonesia, melainkan juga butuhnya kesadaran serta peran aktif
masyarakat dalam proses pengembangannya. Oleh karena itu, pengembangan mutu dan kualitas
pendidikan di negara ini haruslah berasal dari kerjasama yang sinkron antar pemerintah dan warga
negara. Agar tidak terjadi tumpang-tindih dalam pelaksanaannya. Dengan begitu, anak bangsa dapat pula
bersaing dengan kerasnya arus era globalisasi pada zaman sekarang. Selanjutnya, Indonesia pula akan
lebih tertata dengan menghasilkan generasi terdidik penerus bangsa.
Pendidikan bisa dikatakan adalah salah satu kunci pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Namun pada kenyataannya, masih terdapat berbagai persoalan yang ada di dunia pendidikan
negeri ini. Mulai dari kurangnya tenaga pengajar, fasilitas yang kurang memadai, sampai kesulitan
pembiayaan dan sudah lama menjadi wacana yang mewarnai dunia pendidikan. Perhatian banyak pihak,
seperti pemerintah ataupun swasta terhadap berbagai masalah pada pendidikan di Indonesia sudah
cukup membantu mencari jalan keluar atas permasalahan itu. Adanya Beasiswa adalah salah satu
wujudnya. Beasiswa adalah bantuan yang diberikan oleh pihak tertentu kepada perorangan yang
digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh.
Namun timbul pertanyaan, apakah sasaran pemberian beasiswa itu sudah tepat? Tujuan
pemberian beasiswa adalah untuk mendukung kemajuan dunia pendidikan. Pemerataan kesempatan
belajar bagi para mahasiswa yang berprestasi dan kurang berprestasi, namun secara ekonomis tidak atau
kurang mampu secara ekonomi. Mendorong dan mempertahankan semangat belajar mahasiswa sehingga
mampu tetap berprestasi dan bergairah dalam menyelesaikan studi. Mendorong siswa berpacu mencapai
prestasi akademik yang tertinggi sehingga sumberdaya manusia yang potensial tersebut tidak sia-sia.
Sasaran awalnya adalah golongan masyarakat yang tidak mampu dari segi ekonomi, agar mereka tetap
bisa mengenyam pendidikan yang layak. Tidak hanya itu, penerima beasiswa seharusnya juga memiliki
jiwa sosial yang tinggi dan mengurangi sifat egoisme. Supaya ketika mereka lulus dari bangku pendidikan,
mampu menerapkan ilmunya untuk kepentingan umum, dan semaksimalnya berusaha menjadi orang
yang menyediakan beasiswa bagi penerusnya.

Anda mungkin juga menyukai