Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada


peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya
permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari
pertumbuhan jumlah sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi
secara nasional beberapa tahun terakhir. Sementara pada sisi lain pertumbuhan
populasi sapi secara nasional tidak mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah
pemotongan. Sehingga berakibat adanya kelebihan permintaan di bandingkan
penyediaan.

Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, telah ditempuh upaya


untuk mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi dengan cara lain mengimpor
baik dalam bentuk sapi, sapi potong, daging sapi maupun semen untuk IB.
Diantara yang banyak diimpor tersebut adalah impor sapi potong. Untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di dalam Negeri, baik
yang berasal dari sapi potong impor maupun sapi potong lokal, telah banyak
berkembang akhir-akhir ini berbagai usaha penggemukan sapi potong yang
dilakukan oleh para feedlotters ataupun para peternak kecil di Indonesia. Usaha
penggemukan sapi ini merupakan alternatif yang bisa di lakukan untuk menambah
pendapatan keluarga. Dengan penggemukan selama 2 sampai 6 bulan, akan
dapat di peroleh hasil berupa nilai tambah berat badan sapi potong dengan
kualitas dagingnya yang lebih baik.

Kegiatan penggemukan sapi ini bisa di lakukan oleh sejumlah peternak


kecil secara bersama-sama di dalam koordinasi KUD dengan mengadakan
kerjasama kemitraan secara terpadu dengan Pengusaha Peternakan
Besar (Feedlotters) yang memiliki kegiatan impor sapi bakalan atau pedangang
sapi lokal dan pemasaran sapi hasil penggemukan yang dilakukannya. Untuk itu
sebagai anggota KUD mereka bekerjasama dengan Perusahaan Penternakan
Besar atau Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) Penggemukan Sapi.
1.2 Tujuan
II. METODE DAN CARA KERJA

III. TINJAUAN PUSTAKA

Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli
Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing
mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh,
warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang
dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan
ongole) dan sapi Madura. Dari populasi sapi potong yang ada, yang
penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO,
Madura dan Brahman. Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena
tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk
kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak,
kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik
yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber
hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan
subur (Bambang, 1990).

Feedlot adalah pemeliharaan dan penggemukan dilakukan secara intensif


dengan waktu tertentu yang telah ditetapkan, misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan
dan 9 bulan. Pada feedlot sering dilakukan rekayasa pakan untuk mendapatkan
pakan dengan kualitas nutrisi yang baik tapi bernilai ekonomis, sehingga bobot
potong yang tinggi dan kualitas karkas yang baik dapat tercapai. Keuntungan yang
dapat diperoleh dengan menerapkan teknologi feedlot dibandingkan dengan
penggemukan yaitu lahan yang dibutuhkan untuk budidaya relatif tidak sebanyak
biasanya, karena sudah diprogram dengan lahan tertentu untuk jumlah ternak
tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Manajemen tata laksana
pemeliharaannya juga relatif lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga kita
dapat dengan mudah melakukan pengawasan terhadap aktivitas usaha ternak.
Limbah yang dikhawatirkan akan menimbulkan masalah, dapat dimanfaatkan
seperti untuk biogas dan pupuk kandang pada usaha budidaya ternak. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam feedlot ini, yaitu bahwa bahan pakan harus
tersedia secara melimpah dan kontinyu, bakalan tersedia dan kontinyu,
ketersediaan modal, ternak sehat, memiliki kemampuan analisis pasar dan
penjualan ternak di pasar (Priyono, 2009).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

I. PROFIL PERUSAHAAN
Nama Peternak : Bapak Supriatna (43 tahun)
Alamat Perusahaan : Desa Datar Wetan RT 03/ 1
Pendidikan : D3 Peternakan
Jenis usaha : Penggemukan

Tahun berdiri ` : 2011

Jumlah Karyawan : 20 orang

II. PEMILIHAN BIBIT SAPI


a. Bangsa ternak yang dipelihara : Jenis Peranakan Ongole (PO) dan
Brahman Cross (BX).
b. Umur bibit mulai dipelihara : 1-2,5 tahun
c. Bibit diperoleh dari : Bandung dan Australia
d. Membeli darimana asalnya (impor/lokal) : Impor
e. Standar harga yang pembelian : Dilihat berdasarkan performanya.
f. Jumlah ternak yang dipelihara : 230 ekor pejantan
g. Bagaimana cara memilih calon bibit : Dengan dilihat performancenya,
perdagingan baik, tidak sakit, frame
panjang, faktor keturunannya,
umur, ukuran dan dari sumber
dana yang ada.
h. Berat badan sapi saat masuk : Max. 350 kg
i. Kapan dilakukan penimbangan : Di tempat karantina.
j. Apakah ada pengelompokkan : Ada, berdasarkan bobot badan.
III. PEMELIHARAAN
a. Lama Pemeliharaan : Sapi BX 100 hari, Sapi PO 150
hari
b. Apakah ternak dimandikan : Tidak
c. Target bobot badan akhir : Sapi BX 450 kg. Sapi PO 400 kg
d. Penanganan kesehatan
Sapi baru datang : Sapi di karantina selama 2
minggu (cek darah dan vaksin SE).
IV. PEMBERIAN PAKAN
a. Bahan pakan yang diberikan berupa : Jerami amoniasi, dan
konsentrat.
b. Jumlah masing-masing pakan yang diberikan : ±20kg/ekor/hari.
c. Masing-masing jenis pakan diperoleh dari : Surabaya dan Jawa Barat
d. Berapa frekuensi pemberian pakan/hari, jam : 2kali sehari, pagi dan siang
hari.
e. Adakah pemberian feed additif yang lain : Tidak, tapi jika napsu
makan turun maka pakan
akan ditambah feed additif.
f. Apakah ternak diberi garam dapur? : Di kasih.
g. Adakah kesulitan dalam pengadaan pakan ? : Ada kesulitan dalam pakan
h. Berapa liter air minum yang diberikan/hari ? : Adlibitum
Darimana air minum diperoleh ? : Air sumur

V. PERKANDANGAN
a. Berapa jumlah kandang yang ada dan berapa : kandang 8 unit
Ukurannya masing-masing kandang? : 20x9 meter untuk 58 ekor
b. Bahan–bahan yang digunakan dalam pembuatan : Bambu, kayu, asbes,
semen, dan besi.
c. Jelaskan tipe atap kandang yang digunakan : Monitor roof
Penempatan ternak dalam kandang, jarak antar kandang dan kemiringan
lantai kandang : penempatan ternak dalam
kandang head to head,
jarak antar kandang 6 meter
dan kemiringan kandang 2-
30
Berapa frekuensi pembersihan kandang/hari? : Setiap pagi sebelum sapi
diberi pakan.
d. Adakah fasilitas selain kandang ? : Ada, yaitu gudang pakan,
penampungan limbah dan
kantor.
VI. PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENGOLAHAN LIMBAH
a. Penyakit apa saja yang paling umum menyerang :Pincang, Pneumonia,
dan Anoreksia.
Bagaimana caranya jika ternak terkena penyakit :Dipisahkan,diberi
obat.
b. Bagaiman upaya pencegahan : Dengan cara
pencegahan rutin
antara munculnya
penyakit selain bersih
kandang,
pengamatan ekstra
serta pemberian obat
cacing dan suntik tiap
6 bulan sekali.
c. Adakah kegiatan vaksinasi dilakukan secara rutin? : Ada
Bila dilakukan, vaksin apa saja yang dilakukan ? : Vaksin SE
d. Untuk mengendalikan limbah kotoran, tindakan apa : Tidak Ada.
e. Jelaskan cara pengolahan limbah menjadi sesuatu : Limbah diberikan
kepada penduduk
atau masyarakat di
sekitar untuk diolah
menjadi pupuk
organik.
VII. PENJUALAN
a. Pada bobot berapa sapi dijual : Sapi BX 300-450 kg
Sapi PO 400-425 kg
b. Kapan dijual : 4-5 bulan lama
pemeliharaan
c. Frekuensi Penjualan :Tergantung
permintaan.
d. Dijual kepada :RPH di daerah
sekitar dan kepada
pelanggan di luar
kota (Jawa Barat).
e. Model Penjualan : Pemesanan atau
pembeli yang
datang.
f. Harga per Kg : Rp 27.000/kg bobot
hidup

Struktur organisasi perusahaan PT. CABS

Derektur Utama

Derektur Produksi Derektur Keuangan Derektur Personalia

4.2 Pembahasan

A. Pemilihan bibit

Dalam usaha peternakan salah satu kunci memperoleh keberhasilan adalah


dengan kualitas bibit yang digunakan, bibit mempunyai kualitas yang baik, genetik
yang baik, mempunyai ciri fisik yang baik. Dengan bibit yang baik dan berkualitas
maka akan meningkatkan produktivitas hasil ternak dari tujuan usaha yang
dijalankan, namun bibit bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan usaha
peternakan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas bibit yang dihasilkan adalah
genetik dan linkungan, bibit yang digunakan dalam pembibitan ternak dapat
berasal dari bibit dari dalam (lokal) maupun bibit dari luar negeri, tergantung dari
tujuan pembibitan apakah akan digunakan sebagai produk akhir atau
dikembangkan lagi. Untuk menghasilkan bibit-bibit yang baik dapat dilakukan
dengan beberapa cara:
1. Melakukan Seleksi
Seleksi dilakukan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu
genetik yang baik untuk dikembangbiakkan lebih lanjut serta memilih ternak yang
kurang baik untuk disingkirkan dan dipelihara dengan dipisahkan dari bibit yang
baik. Penselekian dapat dilakukan dengan melihat genetik dan sifat fisik
ternak.Para peternak harus memperhatikan bibit yang akan dipelihara. Banyak
macam untuk dapat memilih bibit sesuai dengan kebutuhannya. Pemilihan bibit
harus memperhatikan beberapa hal antara lain :
1. Kondisi sehat dan kuat,
2. Badan lebar dan dalam,
3. Pedagingannya padat dan bentuk badannya kompak,
4. Temperamennya aktif, tetapi lembut,
5. Kepala lebar, moncong tumpul,
6. Matanya tampak cerah dan bersih,
7. Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari
hidung tidak keluar lendir,
8. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya,
9. Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur,
10. Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu,
11. Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan
bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
2. Pemilihan Bakalan
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil
akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan
pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
- Berumur di atas 2,5 tahun.
- Jenis kelamin jantan.
- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak
minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan,
bukan karena sakit).
- Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
- Kotoran normal
Hasil praktikum di desa Kejobong, Kabupaten Purbalingga bahwa bangsa
yang dipelihara adalah jenis sapi Peranakan Ongole (PO) dan Brahman Cross
(BX) dan membeli bibitnya Impor dari Australia dan lokal dari Bandung. Dalam
membeli bibit, peternak melihat dari beberapa kriteria antara lain performa, umur
,ukuran sapi dan tergantung dana yang ada.

B. Perkandangan

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang


letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10
meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat
dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah atau ladang. Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau
tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal,
penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang
yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling
berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut
biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah
1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan
untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah.
Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah
(100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi
harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan
beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan
perlengkapan kandang.

Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring.


Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak
miring kearah selokan di belakang kandang. Maksudnya adalah agar air yang
tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap
kering. Bahan konstruksi kandang adalah beton dan asbes. Kandang sapi tidak
boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih.
Air minum diberikan secara adlibitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh
kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak
minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang.
Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah
sawah/ladang. Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu
jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan
dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8
x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.

Jenis kandang yang digunakan di peternakan sapi yang kita kunjungi


adalah jenis head to head dengan kemiringan 2,9o, dan jarak antar kandang 1,5
m. Luas kandang untuk memelihara 20 ekor pada peternakan tersebut adalah 16 x
8 m (128 m2). Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang pada
peternakan sapi tersebut antara lain bambu, kayu, asbes dan semen. Terdapat
fasilitas perkandangan antara lain gudang pakan, penampungan limbah dan
kantor.

C. Pakan

Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi


dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan
pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan
dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening),
kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal


dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari
ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak
10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan.
Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek,
ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat
pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur,
kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan
tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.

Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara


penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi
3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar
adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau
lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja
(king grass), daun turi, daun lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar
yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama.
Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami
jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong
jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.

Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap
hari adalah sebagai berikut :

1. Pakan hijauan segar diberikan minimal 10% BB dan pakan


konsentrat sekitar 1-2% dari BB. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari
2. Penyusunan ransum sapi potong hendaknya memperhatikan
keseimbangan zat makanan yang dapat dicerna dalam ransom. Konsentrat
antara 2-5 kg
3. Kebutuhan energi/TDN, protein dan mineral untuk penggemukan sapi
potong jantan, untuk pemeliharaan dan pertumbuhan pada tabel 1)
4. Pakan tambahan yang digunakan mempunyai ketentuan yang berlaku,
misalnya Urea Mollases blok /UMB ( 2 buah/bl/ekor) dan amonasi jerami (
40% dari jumlah hijauan yang diberikan).

Pada praktikum kali ini, sapi yang diamati diberi pakan berupa jerami
amoniasi dan konsentrat. Pakan diberikan ±20 kg/ekor. Jumlah pakan yang
diberikan sesuai dan tidak berbeda jauh dengan perhitungan pemberian sapi
potong untuk penggemukan biasa. Pada musim kemarau, biasanya sapi diberi
pakan berupa jerami amoniasi. Air yang diperoleh untuk minum sapi itu sendiri
berasal dari air sumur.

D. Kesehatan

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah


pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan
menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang
dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan
sapi adalah

1. Pemanfaatan kandang karantina

Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang


terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang
tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi
sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya
diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia
(terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak
mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika
digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang
sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang
karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama
yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
2. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya
Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang
banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan
kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah
berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
3. Vaksinasi untuk bakalan baru
Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang
karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa
jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut
dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.
Ternak di tempat yang dikunjungi biasanya terkena penyakit Bloat
(Tymphani,Kembung Perut) gejala lambung bagian kiri membesar. Nafsu makan
berkurang atau hilang sama sekali,sapi gelisah,sesak nafas,bila sudah
dibaringkan susah berdiri. Pencegahannya dengan jangan terlalu banyak
memberikan hijauan yang banyak mengandung air, (rumput muda yang banyak
kena embun), diberi makan kasar dan jerami kering ( hay) untuk mengeluarkan
gas diberikan minuman larutan gula merah dan air asam. Disana juga biasa
terjangkit penyakit kulit yang bisa diobati dengan pemberian obat. Pemberian rutin
obat cacing dan suntik pencegahan cacing hati juga dilakukan. Sanitasi kandang
dilakukan dengan rutin untuk mencegah penyebaran penyakit pada sapi.
V. KESIMPULAN

a. Pemilihan bibit

Berdasarkan hasil praktikum pemilihan bibit sapi sebagai calon bibit


pengganti ataupun calon penggemukan dilakukan dengan cara melihat performa,
Body Condition Scoring (BCS), umur, ukuran dan faktor keturunan. Pemilihan
calon bibit tersebut sering merasakan kesulitan karena memerlukan pengetahuan,
pengalaman dan kecakapan yang cukup.

b. Perkandangan

Sistem perkandangan di daerah yang dikunjungi sudah cukup baik karena


Lokasi yang ideal di daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk
tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal
dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus
pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian.

c. Pakan

Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi


dalam masa pertumbuhan memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Sapi yang diamati diberi pakan berupa rumput, jerami,
bonggol jagung, pelepah pisang dan singkong (boled). Pada musim kemarau,
biasanya sapi diberi pakan berupa jerami karena ada kesulitan dalam pengadaan
hijauan.

d. Kesehatan

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah


pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan
menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang
dilakukan. Sanitasi kandang secara rutin juga dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius. Yogyakarta.

Lubis DA, DR. 1963. Ilmu makanan Ternak. PT Pembangunan. Jakarta

Suharno, B. 1990. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta

Sugeng, B,Y. 1994. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai