Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 4 Kasus Arthur Anderson dan Sejarah Big

Four

Kasus Arthur Anderson dan Sejarah Big Four

Enron adalah perusahaan di Amerika Serikat yang bergerak di bidang energi.


Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas
alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung
pada tahun 1985 oleh oleh Kenneth Lay. Enron memiliki cakupan bisnis yang luas, di
antaranya adalah listrik, gas alam, pulp , kertas, komunikasi, dll. Sebelum
nya kebangkrutan pada akhir tahun 2001, Enron mempekerjakan sekitar 22.000 staf
dan menjadi salah satu pemimpin dunia dalam industri listrik , gas alam , komunikasi,
dan pulp dan kertas.
Enron mengumumkan kebangkrutannya pada akhir tahun 2002. kebangkrutan
perusahaan tersebut menimbulkan kehebohan yang luar biasa. Bangkrutnya Enron
dianggap bukan lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah
skandal yang multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin terkemuka di
Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup mencengangkan
seperti:
· Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang pada tahun 2001 sebelum
kebangkrutannya masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, ternyata tiba-
tiba melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas
bisnis, nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu,
pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus
menangisi amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar.
· Saham Enron terjun bebas hingga berharga US$ 45 sen. Padahal sebelumnya
pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar. Oleh karenanya banyak
pihak yang mengatakan kebangkrutan Enron ini sebagai kebangkrutan terbesar
dalam sejarah bisnis di Amerika Serikat dan menjadi bahan pembicaraan dan
ulasan di berbagai media bisnis dan ekonomi terkemuka seperti Majalah Time,
Fortune, dan Business Week.
Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah
melakukan praktek window dressing yaitu dengan cara penundaan pencatatan piutang
karena kasnya digunakan untuk kepentingan pribadi, misal ada piutang dari pihak A,
pihak B, pihak C. Pelunasan dari pihak A ditunda pencatatannya sampai terjadi
pelunasan dari pihak B. Baru kemudian piutang piutang pihak A dicatat di rekening
perusahaan. Begitu seterusnya sampai terbongkar penipuan tersebut.
Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600
juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Menggelembungkan
nilai pendapatan dan menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak bisa dilakukan
sembarang orang. Diperlukan keahlian khusus dari para profesional yang bekerja pada
atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama bertahun-
tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain,
telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan,
para penasihat hukum, dan auditornya. Belakangan diketahui bahwa auditor Enron,
Arthur Andersen kantor Hudson, telah ikut membantu proses rekayasa keuangan
tingkat tinggi itu.
Kontroversi lainnya adalah mundurnya beberapa eksekutif terkemuka Enron dan
“dipecatnya sejumlah partner Andersen. Terbongkar juga kisah pemusnahan ribuan
surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron oleh
petinggi di firma audit Arthur Andersen. Kini, Arthur Andersen sedang berjuang keras
menghadapi serangan bertubi-tubi, bahkan berbagai tuntutan di pengadilan.
Diperkirakan tidak kurang dari $32 miliar harus disediakan Arthur Andersen untuk
dibayarkan kepada para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan karena
auditnya yang tidak benar. Belakangan, salah satu mantan petinggi Enron tewas
bunuh diri karena tak tahan menghadapi tekanan yang bertubi-tubi.
Komplikasi skandal ini bertambah karena belakangan diketahui banyak sekali
pejabat tinggi gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah
menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini. 70% senator, baik dari Partai
Repubik maupun Partai Demokrat, pernah menerima dana politik. Dalam komite yang
membidangi energi, 19 dari 23 anggotanya juga termasuk yang menerima sumbangan
dari perusahaan itu.
Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W.Bush
merupakan pemegang saham Enron, yang telah lama merupakan perusahaa publik.
Dalam daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron tercatat menempati
peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana
kampanye Bush. Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan
Bush dan para politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam
bisnis Enron selama ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.

Permasalahan Audit
Skandal Enron, tak bisa dimungkiri, merupakan kejahatan ekonomi multidisiplin.
Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang sangat awam tentang
seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri dari para professional-
CEO, akuntan, auditor, pengacara, bankir, dan analis keuangan yang telah
mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga kepentingan publik yang tak berdosa.
Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak,
dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus
Enron sangatlah besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen
bertanggung jawab memberikan assurance services. Sementara manajeman, dibantu
pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi keuangan,
akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau
tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat bergantung
pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata “publik” yang menyertai akuntan
menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan karena itu tanggung
jawabnya pun kepada publik (guarding public interest). Sementara itu, kata “wajar
tanpa pengecualian”, yang menjadi pendapat akuntan publik, mengandung makna
bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya layak dipercaya, tidak mengandung
keragu-raguan. Karena itu, dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi
kemungkinan kecurangan dan kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron
bekerja dengan penuh kehati-hatian (due professional care), niscaya manipulasi yang
dilakukan manajemen dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat
dicegah lebih dini. Buktinya, Watskin dengan mudah dapat menemukan manipulasi
itu.
Sebaliknya, hilangnya obyektivitas dan independensi dapat membuat penglihatan
auditor menjadi kabur. Penyimpangan (irregularities) dan kecurangan (fraud) akan
dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap obyektif dan independensi
sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi. Membenarkan, bahkan menutupi,
perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas merupakan pengkhianatan terhadap
tugas “suci” profesi akuntan publik. Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus Enron,
auditor paling dipersalahkan karena telah gagal melindungi kepentingan publik-sang
pemberi otoritas.
Dalam hal ini, Arthur Andersen LPP salah satu firma akuntansi di Amerika
Serikat telah melakukan pelanggaran etika dalam pelaksanaan pengauditan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan hal – hal berikut :
· Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat dari
tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada
kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika corporate
governance dan corporate responsibility oleh manajemen perusahaan, dan
perilaku manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap
kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.
· Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen
Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis
yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan
publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985
sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat
menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan
menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang
sangat baik. Andersen tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan
Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap
dipertahankan.
· Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan
manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang
tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen
penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan
dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai
dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen
tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar
hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen
telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen dengan
melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.
Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis paling paling
mengemuka disini adalah adanya manipulasi laporan keuangan untuk menunjukkan
seolah-olah kinerja perusahaan baik. Andersen telah menciderai kepercayaan dari
pihak stock holder untuk memberikan suatu informasi yang adil mengenai
pertanggungjawaban dari pihak agen dalam mengemban amanah.
Dalam kasus Andersen diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati investor. Ini merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran
etika profesi Auditor yang terjadi di Amerika Serikat, sebuah negara yang memiliki
perangkat Undang-undang bisnis dan pasar modal yang lebih lengkap. Hal ini terjadi
akibat keegoisan satu pihak terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak yang
selama ini diuntungkan atas penipuan laporan keuangan terhadap pihak yang telah
tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis
yang tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan
penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hukum
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat
bebas dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang
baik dan tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota
profesi baik dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.
Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau perilaku
yang dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula
termasuk kerugian bagi banyak pihak.

Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen

Adapun dampak dari kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para


investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company
Accounting Oversight Board) yang bertugas:
a. Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan public
b. Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian
mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit
perusahaan publik.
c. Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan
mengenakan sanksi jika perlu.
d. Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar
professional di KAP.
e. Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar
professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan
publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
· Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan
jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah
jasa non audit yang dilarang :
a. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
b. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
c. appraisal dan valuation
d. Opini fairness
e. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
f. Broker, dealer, dan penasihat investasi
· Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini
karena definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan
komisaris menjadi audit committee.
· Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah
memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien
tersebut.
· KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang
menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan
dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan
preferensi auditor.
· KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting
officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit
klien tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi
investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu,
kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan
yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi
yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai
tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang
melakukan pelanggaran ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi
kode etik bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai
berikut “ para profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam
kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam menyatakan
kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan
perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku”.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang
melarang KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya
kepada perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-
Undang yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan
melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),
menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam
pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan
setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern (James : 2003).

Sejarah The Big Four KAP

The Big Four adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi
internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan
publik maupun perusahaan tertutup. Firma Empat Besar adalah sebagai berikut:
1. Deloitte Touche Tohmatsu, yang berkantor pusat di Amerika Serikat.
2. PricewaterhouseCoopers, yang berkantor pusat di Britania Raya
3. Ernst & Young, yang berkantor pusat di Britania Raya
4. KPMG, yang berkantor pusat di Belanda
Kelompok ini sempat dikenal sebagai "Delapan Besar", dan berkurang menjadi
"Lima Besar" melalui serangkaian kegiatan merger. Lima Besar menjadi Empat Besar
setelah keruntuhan Arthur Andersen pada 2002, karena keterlibatannya dalam Skandal
Enron.
Sejak tahun 1898, merger dan satu skandal besar yang melibatkan Arthur
Andersen telah mengurangi jumlah firma akuntansi besar dari delapan menjadi empat.
Awal Kemunculan The Big Four
Sebelum menjadi The Big Four (4 Besar), dahulunya dikenal dengan Big Eight
pada tahun 1979 - 1989, yang merupakan dominasi Internasional dari delapan kantor
akuntan terbesar, diantaranya:
1. Arthur Andersen
2. Arthur Young & Co.
3. Coopers & Lybrand (aslinya Lybrand, Ross Bros., & Montgomery)
4. Ernst & Whinney (hingga 1979 Ernst & Ernst di AS dan Whinney Murray di
Britania Raya)
5. Deloitte Haskins & Sells (hingga 1978 Haskins & Sells di AS dan Deloitte & Co.
di Britania Raya)
6. Peat Marwick Mitchell (selanjutnya menjadi Peat Marwick, kemudian KPMG)
7. Price Waterhouse
8. Touche Ross
Kemudian pada tahun 1989, Big Eight berubah menjadi Big Six saat Ernst &
Whinney bergabung dengan Arthur Young membentuk Ernst & Young di bulan Juni
dan Deloitte, Haskins & Sells bergabung dengan Touche Ross membentuk Deloitte &
Touche di bulan Agustus. Big Six mencakup :
1. Arthur Andersen
2. Peat Marwick Mitchell
3. Coopers & Lybrand
4. Price Waterhouse
5. Ernst & Young
6. Deloitte & Touche
Selanjutnya Big Six berubah menjadi Big Five di bulan Juli 1998 pada saat Price
Waterhouse bergabung dengan Coopers & Lybrand
membentuk PricewaterhouseCoopers. Big Five mencakup:
1. Arthur Anderson
2. Erns & Young
3. Deloitt & Touche
4. Peat Marwick Mitchell
5. PricewaterhouseCoopers
Big Five akhirnya menjadi Big Four setelah keruntuhan Arthur Andersen pada
2002, karena keterlibatannya dalam Skandal Enron. Kantor akuntan Arthur
Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pengauditan Enron, dan menutup-nutupi kerugian jutaan dolar
dalam Skandal Enron yang meledak pada tahun 2001. Hasil keputusan hukum secara
efektif menyebabkan kebangkrutan global dari bisnis Arthur Andersen. Kantor-kantor
koleganya di seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur Andersen
seluruhnya dijual dan kebanyakan menjadi anggota kantor akuntan internasional
lainnya. Di Britania Raya, para partner Arthur Andersen setempat kebanyakan
bergabung dengan Ernst & Young dan Deloitte Touche Tohmatsu. Di Indonesia, para
partner Arthur Andersen pada akhirnya bergabung dengan Ernst & Young.
Bangkrutnya Arthur Andersen meninggalkan hanya empat kantor akuntan
internasional di seluruh dunia, yang menyebabkan masalah besar bagi perusahaan-
perusahaan internasional besar, karena mereka diharuskan untuk menggunakan kantor
akuntan yang berbeda untuk pekerjaan audit perusahaan dan layanan non-auditnya.
Karena itu, hilangnya salah satu kantor akuntan besar itu telah menurunkan tingkat
kompetisi di antara kantor-kantor akuntan dan menyebabkan meningkatnya beban
akuntansi bagi banyak klien.

Anda mungkin juga menyukai