Disusun oleh:
KELOMPOK RW 14
Hilawati 2201121800146
Dewi 2201121800142
Yulianti 2201121800104
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir
Keperawatan Kesehatan Kerja pada Industri Rumah Tangga “Pemotongan Ayam”
Wilayah RW 14 Desa Haurpanggung Kec Tarogong Kidul Kab. Garut. Penyusunan
laporan akhir ini adalah merupakan salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan
tugas pada Stase Keperawatan Komunitas Program Profesi Ners Angkatan XXXVI
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Dalam penyusunan laporan akhir ini penulis Ucapkan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan akhir ini, terkhusus kepada:
1. Bapak Ahmad Yamin, S.Kp., M.Kes., Sp.Kom selaku koordinator mata kuliah
pada Stase Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Bapak Setiawan, BSN., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah pada Stase
Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Ketua RW dan RT serta para ibu-ibu kader yang telah membantu kami dalam
proses pengumpulan data.
4. Pemilik dan pegawai Pemotongan Ayam, masyarakat RW 14 Desa
Haurpanggung, yang telah menyisihkan waktunya dan memberikan informasi
yang dibutuhkan.
5. Semua pihak yang terkait dalam proses penyelesaian tugas ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Dalam penyelesaian laporan akhir ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan sehingga penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Semoga laporan akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca.
Garut, April 2019
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tidak terpisahkan dalam
sistemketenagakerjaandansumberdayamanusia.Kesehatandankeselamatankerja(K3)
adalahsalahsatubentukupayauntukmenciptakantempatkerjayangaman,sehat,bebasdar
i pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan
kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisien dan produktivitas kerja (Irzal,
2016).
Kesehatan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Visi dari Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan
adalah Indonesia Sehat dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan pada 6 pekerja pada home
industry “Pemotongan ayam RW 14” Desa Haurpanggung didapatkan
hasilkurangnyakesadaran
pekerjaakanpentingnyapemakaianAPD,posisiergonomi,danpereganganwaktukerja.
seperti pemakaian sarung tangan yang penting dalam mengurangi resiko jari ataupun
tangan teriris. Higiene perseorangan disebut juga dengan kebersihan diri yang
merupakan usaha dari individu dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan
terhadap kesehatan, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh faktor
lingkungan yang merugikan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian sehingga
terjamin pemeliharaan kesehatan. Selain itu, pekerja di industri Pemotongan ayam
masih tergolong belum mendapatkan pelayanan kesehatan kerja ataupun jaminan
atas kesehatan seperti yang diharapkan, apabila terjadi penyakit akibat kerja.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan pekerja
mendapatkan perhatian dari seluruh dunia dengan diprioritaskannya Occupational
Health/kesehatan kerja dalam kebijakan Healthy People 2000. Upaya yang
dilakukan berupa tindakan preventif primer, skunder, dan tersier. Preventif primer
tergolong dalam tindakan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan cedera.
2
Prevensi skunder dilakukan dengan tindakan pemeriksaan atau screening,
penatalaksanaan kasus, serta penanganan kegawatan. Prevensi tersier berupa bentuk
pencegahan terhadap penyebaran penyakit menular, pencegahan kekambuhan dan
komplikasi, serta rehabilitasi pekerja. Upaya yang harus dilakukan tersebut termasuk
dalam tugas dan peran perawat dalam proses kesehatan keselamatan kerja. Menurut
AAOHN (2004), keperawatan kesehatan kerja dan lingkungan adalah praktik
spesialisasi yang berfokus pada tindakan promosi, pencegahan, dan pembaharuan
kesehatan dalam kontekskeselamatan dan kesehatan lingkungan. Keperawatan
kesehatan kerja nantinya akan memberikan pelayanan kesehatan kerja dan
lingkungan, pelayanan untuk keamanan pekerja, masyarakat pekerja, dan kelompok
komunitas.
Peningkatan angka kecelakaan kerja membuktikan belum optimalnya
penerapan K3 dalam lingkungan kerja. Sejauh ini, penerapan K3 hanya dilakukan
pada perusahaan besar dengan jumlah karyawan banyak. Namun, untuk jenis usaha
seperti industri rumah tangga pun harus tetap menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja. Industri rumah tangga yaitu perusahaan prosuksi kecil yang
dilakukan di lingkungan perumahan. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena
jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah (Efendi, F & Makhfudli., 2009).
Pelaksanaan program kesehatan kerja di industri rumah tangga saat ini masih sangat
kurang dengan ditandai oleh kurangnya pengetahuan para pemilik atau pekerja
industri rumah tangga mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Belum ada
program pemantauan, atau pendidikan kesehatan dari Puskesmas sebagai unit
layanan kesehatan terdekat mengenai K3 pada pekerja maupun pemilik industri
rumah tangga. Oleh karena itu, kami tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
kepada para pekerja mengenai kesehatan kerja di industri rumah tangga
“Pemotongan Ayam” di RW 14 Desa Haurpanggung.
3
1.2 Tujuan Penulisan
4
-.3 Perencanaan
-.4 Implementasi dan Evaluasi BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Menurut Depkes RI Tahun 1995, kesehatan kerja merupakan semua upaya
untuk menyerasikan kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada di
sekeliling. Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja,
upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan.
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat
berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan
bekerja secara maksimal dan semangat. Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang terbebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994).
Faktor keselamatan kerjamenjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawa. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999)
bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan
fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan yang
diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut
bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien (Suma’mur, 2006).
6
2.2 Langkah-langkah Manajerial Keperawatan Kerja
Dalam pelaksanaan kesehatan kerja memerlukan langkah- langkah manajerial
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja. Langkah-langkah Usaha
Kesehatan Kerja (UKK) merupakan langkah utama dalam manajemen
keperawatan okupasi. UKK yang dapat dilakukan di perusahaan adalah(Efendi, F
& Makhfudli., 2009):
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja.
e. Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
f. Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya pencemaran
yang berasal dari perusahaan.
g. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk industri.
h. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan seperti
kebersihan, pembuangan limbah, sumber air bersih dan sebagainya.
7
suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman dengan keadaan tenaga
kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
2.4 Sasaran
Sasaran manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ialah mengurangi dan
menghilangkan faktor-faktor yang berperan dalam kejadian kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja sehingga terwujud suatu tempat kerja yang
aman dan sehat yang dapat mendukung proses berproduksi yang efisien dan
produktif (Syukri Sahab, 2001:175).
8
menggeser hambatan tersebut sewaktu bahandibawa ke dan dari tempat kerja
atau mesin. Tempat penyimpananharus diberi tanda dan bahan disusun dalam
tempat tertentu, sertadiberi tanda pengenal seperlunya.
d. Ventilasi, pemanas dan pendingin
Ventilasi yang menyeluruh perlu untuk kesehatan dan rasakeserasian para
pegawai, oleh karenanya merupakan faktor yangmempengaruhi efisiensi
kerja. Pengaruh udara panas dan akibatnyadapat menyebabkan banyak waktu
hilang karena pegawai tiap kaliharus pergi ke luar akibat “keadaan kerja yang
tidak tertahan”.
e. Tempat kerja, ruang kerja dan tempat duduk
Seorang pegawai tak mungkin bekerja jika baginya tidak tersediacukup
tempat untuk bergerak tanpat mendapat gangguan dari temansekerjanya,
gangguan dari mesin ataupun dari tumpukan bahan.Dalam keadaan tertentu
kepadatan tempat kerja dapat berakibatburuk bagi kesehatan pegawai, tetapi
pada umumnya kepadatantermaksud menyangkut masalah efisiensi kerja.
Bekerja denganberdiri terus-menerus merupakan salah satu sebab merasa letih
yangpada umumnya dapat dihindari.
f. Pencegahan kecelakaan
Pencegahan kecelakaan harus diusahakandengan meniadakan penyebabnya,
apakah sebab itu merupakansebab teknis atau sebab yang datan dari manusia.
Upaya ke arah ituterlampau beraneka ragam untuk dibahas, yakni mencakup
upayamemenuhi peraturan dan standar teknis, antara lain meliputipengawasan
dan pemeliharaan tingkat tinggi.
g. Pencegahan kebakaran
Kebakaran yang tidak terduga, kemungkinan terjadi di daerahberiklim panas
dan kering serta lingkungan industri tertentu.Pencegahan kebakaran
merupakan salah satu masalah untuk semuayang bersangkutan dan perlu
dilaksanakan dengan cepat menurutperaturan pencegahan kebakaran, seperti
larangan merokok ditempat yang mudah timbul kebakaran dan lain-
lain.Pencegahan senatiasa lebih baik daripada memadamkan kebakaran,tetapi
9
harus ditekankan pentingnya peralatan dan perlengkapanlainnya untuk
pemadaman kebakaran, yang harus dipelihara dalamkeadaan baik. Manajemen
dan pengawas hendaknya diberitahutentang apa yang seharusnya dilakukan
pegawai jika timbulkebakaran.
h. Gizi
Pembahasan lingkungan kerja tidak dapat lepas tanpa menyinggungtentang
masalah jumlah dan nilai gizi makanan para pegawai. Dibeberapa negara
jumlah makanan pegawai tiap hari hanya sedikit melebihi yang diperlukan
badannya, jadi hanya cukup untuk hidupdan sama sekali kurang untuk dapat
mengimbangi pengeluarantenaga selama menjalankan pekerjaan yang berat.
Dalam keadaaanyang demikian tidak dapat diharapkan bahwa pegawai akan
sanggupmenghasilkan keluaran yang memerlukan energy berat, yangbiasanya
dapat dihasilkan oleh pegawai yang sehat, cukup makan,lepas dari kesulitan
akibat iklim yang harus dihadapi.
i. Penerangan/cahaya, warna, dan suara bising di tempat kerja
Pemanfaatan penerangan/cahaya dan warna di tempat kerja dengansetepat-
tepatnya mempunyai arti penting dalam menunjangkeselamatan dan kesehatan
kerja. Kebisingan di tempat kerjamerupakan faktor yang perlu dicegah dan
dihilangkan karena dapat mengakibatkan kerusakan.
10
1) Sifat fisik dan mental manusia yang tidak standar, contohnya:karyawan
yang rabun, penerangan kurang, otot lemah, reaksimental lambat, syaraf
yang tidak stabil dan lainya. Bagi yangmemiliki sifat dan kondisi seperti
ini sering mnjadi penyebabkecelakaan dan gangguan kerja.
2) Pengetahuan dan keterampilan, karena kurangnya pengetahuanmaka
kurang memperhatikan metode kerja yang aman dan baik,memiliki
kebiasaan yang salah, dan kurang pengalaman.
3) Sikap, karyawan memiliki sikap kurang minat dan kurangperhatian,
kurang teliti, malas dan sombong (mengabaikanperaturan dan petunjuk),
tidak peduli akan suatu akibat, hubunganyang kurang baik dengan pihak
lain, sifat ceroboh dan perbuatanyang berbahaya.
c. Mesin dan alat, jika pada lingkungn kerja menyangkut pengaturanperalatan
dan konstruksi bangunan, maka faktor mesin dan alat iniadalah penggunaan
mesin-mesin dan perlatan yang tidak memenuhistandar.
11
berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debu dan pencarian bahan-bahan
yang paling cocok serta perancangan tali kerekan dan alat kerekan lainya.
e. Pendidikan, meliputi subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam akademi
teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang.
f. Pelatihan, sebagai contoh yaitu pemberian instruksi-instruksi praktis bagi para
pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja.
g. Persuasi, sebagai contoh yaitu penerapan berbagai metode publikasi dan
imbauan untuk mengembangkan “kesadaran akan keselamatan”.
h. Asuransi, yaitu merupakan usaha untuk memberikan perlindungan dengan
memberikan jaminan terhadap kecelakaan yang terjadi.
i. Penataan dan pengaturan ruangan yang baik,
j. Tindakan-tindakan atau pemakaian alat-alat pengaman yang dilakukan oleh
masing-masing individu berupa pakaian kerja, topi pelindung, pelindung mata,
penutup hidung dan mulut (masker), penyumbat telinga, sarung tangan, sepatu
pengaman
k. Peringatan tanda-tanda
l. Penerangan
m. Ventilasi dan pengaturan suhu.
12
b. Pencegahan Sekunder
Prinsip dari pencegahan ini adalah mencoba mengurangi kontak pajanan dengan
tubuh atau mengurangi masuknya pajanan ke dalam tubuh, dengan Specific
Protection. Kegiatan yang dilakukan adalah Pengendalian teknik seperti
melakukan substiusi pajanan, isolasi pajanan, membuat ventilasi ruang kerja
yang sesuai. Setelah itu ada Pengendalian administrasi yang kegiatannya dengan
melakukan aplikasi perundang-undangan dan peraturan yang terkait dengan
kesehatan dan keselamatan kerja serta ketenaga kerjaan. Pengendalian
administrasi juga dapat dilakukan dengan membuat aturan interal di tempat kerja
seperti dengan membuat aturan rotasi dan pembatasan jam kerja. Khusus untuk
pelayanan kesehatan, pengendaliannya antara lain dengan melakukan kegiatan
imunisasi. Penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk
mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke dalam tubuh pekerja. Alat pelindung
diri yang dipilih harus sesuai dengan cara masuk pajanan ke dalam tubuh, dan
alat pelindung diri harus nyaman dipakai. Ingat, alat pelindung diri harus
digunakan oleh diri sendiri, bukan untuk bersama-sama.
c. Pencegahan tersier
Prinsip dari pencegahan ini adalah melakukan deteksi dini tentang adanya
pajanan yang sudah masuk ke dalam tubuh pekerja dan memberikan efek dalam
tubuh. Selain itu mencoba mengurangi efek dari gangguan kesehatan yang
ditimbulkan dan bila sudah ada efeknya dicoba untuk mengembalikan fungsi
tubuh secara optimal agar pekerja tetap dapat melakukan pekerjaannya. Prinsip
untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan kesehatan dan melakukan
tindakan yang memadai disebut dengan Early Diagnosis & Prompt treatment.
Kegiatan yang dilakukan antara lain Pemeriksaan pra-kerja sesuai pajanan,
Pemeriksaan berkala sesuai pajanan, Surveilans, Pemeriksaan lingkungan secara
berkala, Pengobatan segera bila ditemukan adanya gangguan kesehatan pada
pekerja, Pengendalian segera ditempat kerja.
13
2.9 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Kerja
Dalam melaksanakan peran dan fungsi serta tugasnya, perawat yang bekerja
sebagai perawat kesehatan kerja tetap membutuhkan pendekatan proses
keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif. Peran
Occupational Health Nursing dalam beberapa decade sebelumnya hanya terfokus
pada penanganan kasus kegawatdaruratan yang terjadi ditempat kerja serta dialami
oleh pekerja. Namun seiring perkembangan zaman, Lusk (1990, dalam
Permatasari,2018) mengidentifikasi 8 peran OHN diantaranya adalah
1. Pemberi Pelayanan Kesehatan
2. Penemu Kasus
3. Pendidik Kesehatan
4. Perawat Pendidik
5. Pemberi Layanan Konseling
6. Manajemen Kasus
7. Konsultan
8. Peneliti
Berdasarkan Peran yang telah disebutkan Lusk tersebut, maka fungsi
Occupational Health Nursing (Stanhope & Lancaster,2004 dalam
Permatasari,2018) adalah
14
8. Melakukan konseling untuk pekerja
9. Melakukan upaya rehabilitasi untuk pekerja yang kembali bekerja setelah
mengalami kecelakaan atau dirawat dirumah sakit
10. Melakukan pencatatan dan pelaporan kesehatan kerja
11. Melakukan penatalaksanaan terhadap menajemen pelayanan kesehatan kerja
termasuk menetapkan perencanaan, pengembangan
kebijakan,pendanaan,staffing
12. Melakukan tugas administrasi di unit kesehatan atau klinik kesehatan yang
tersedia
13. Melakukan riset keperawatan kesehatan kerja.
15
2.11 Tugas Perawat Kesehatan di Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 Tugas Perawat Puskesmas diantaranya sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas Asuhan Keperawatan (Askep) didalam gedung maupun
diluar gedung.
2. Berkolaborasi dengan Dokter dalam pelayanan pengobatan pasien baik di
Puskesmas Induk,Puskesmas Pembantu,Pukesmas Keliling dan Poskesdes
3. Bertanggung jawab atas kebersihan dan penataan ruang BP dan ruang
perawatan dan Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengamanan alat
medis dan non medis di ruang BP dan ruang perawatan.
4. Membantu kegiatan lintas program antara lain dalam kegiatan pemberantasan
penyakit menular,UKS,Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan kegiatan
lapangan lainnya.
5. Melaksanakan kegiatan Puskesmas diluar gedung.
6. Membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia.
7. Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat perencanaan kegiatan.
8. Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat laporan kegiatan.
9. Melaksanakan kegiatan pelayanan pos MTBS di Puskesmas.
10. Membantu pelaksanaan pelacakan kelainan mata,jiwa dan tumbuh kembang
anak balita.
16
Aspek lingkungan meliputi berbagai potensial hazard yang bisa
menyebabkan gangguan kesehatan akibat kerja yang meliputi hazard
fisik, biologi, kimia, psikososial, dan ergonomi.
c. Gaya Hidup
Pengkajian tentang gaya hidup meliputi pola konsumsi makanan, aktivitas
dan istirahat, penampilan pada saat bekerja, serta penggunaan alat
pelingdung diri (APD).
d. Sistem Kesehatan
Pengkajian sistem kesehatan meliputi sistem pelayanan kesehatan baik
yang terdapat di perusahaan maupun di luar perusahaan (rujukan),
program pengawasan (monitoring) terkait dengan keselamatan kerja,
kebijakan dan program promosi kesehatan yang ada di perusahaan,
keterbatasan dan upaya promosi dan protesi, sistem pelayanan kesehatan
pada keluarga pekerja.
2. Analisa data
Analisis dan pembahasan adalah dengan menjabarkan sumber-sumber
dan akar penyebab dari permasalahan yang mengakibatkan kecelakaan kerja
maupun ganggun proses itu terjadi. Adapun langkah-langkah dalam analisis
dan pembahasan ini menurut Sari, R. P. D. (2015) adalah:
a. Melakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja
maupun gangguan proses kerja yang terjadi.
b. Melakukan analisis penilaian risiko sehingga diperoleh rekomendasi
perbaikan yang sesuai bahkan dapat diterapkan pada objek penelitian
tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
17
masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
a. Problem: merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi: penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom: tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang
terjadi.
4. Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan
18
pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
6. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
19
BAB III
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Demografi
Pengkajian dilakukan di sebuah tempat pemotongan ayam yang berada di
Desa Haurpanggung RW 14 Kecamatan Tarogong Kidul. Pengkajian dilakukan sejak
tanggal 13 hingga 15 Maret 2019. Pengkajian dilakukan kepada 6 pegawai dari total
seluruh pegawai sejumlah 17 pegawai yang tetap maupun tidak tetap.
Nama : Tn. C
Usia : 42 tahun
Alamat : Sukaasih
Pendidikan terakhir : SD
3.1.1.2 Profil Perusahaan
20
3.1.1.5 Agama
Berdasarkan hasil pengkajian, seluruh pegawai di rumah potong ayam
beragama Islam
3.1.1.6 Suku
Berdasarkan hasil pengkajian, semua pegawai pada rumah potong ayam
berasal dari suku Sunda.
3.1.1.7 Lama Bekerja
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada 6 pegawai, ditemukan
sebanyak 2 orang yang bekerja selama kurang dari 1 tahun, 1 orang yang bekerja
dalam rentang waktu 1-2 tahun, serta 2 orang yang telah bekerja lebih dari 2 tahun.
21
tampak kotor
Ventilasi dan Pencahayaan Pada bangunan terdapat ventilasi yang berfungsi
dengan baik sehingga intensitas cahaya yang
masuk pun baik. pencahayaan merata di setiap
ruangan dan tidak menyilaukan
Atap dan Langit-langit Atap tidak bocor dan cukup landau dengan tinggi
mencapai 2,4 meter. Langit-langit tampak kotor
dan berdebu.
Pintu Tidak terdapat pintu pada bangunan
2 FASILITAS SANITASI
Air Bersih Air tampak bersih, tidak berwarna, berbau,
ataupun berasa. Jumlah air bersih tampak
mencukupi
Limbah Hasil Produksi Terdapat limbah hasil produksi berupa air bekas
cucian ayam dan air bekas rebusan ayam serta
darah ayam. Tidak terdapat tempat pembuangan
limbah secara khusus, limbah langsung dialirkan
ke sungai cimanuk yang berada langsung
dibelakang bangunan.
Toilet Toilet tampak kotor dan berada diluar bangunan,
serta juga terdapat toilet bantuan dari perusahaan
kartu seluler.
Tempat Sampah Pada setiap ruangan penghasil sampah, terdapat
tempat sampah yang terbuat dari bahan kedap air
dan tertutup. Sampah tersebut diangkut setiap 24
jam sekali oleh petugas kebersihan.
Tempat Cuci Tangan Tersedia air cuci tangan yang mencukupi, tersedia
sabun dan jumlahnya cukup untuk karyawan
Tempat Mencuci Peralatan Tersedia tempat dan air yang cukup untuk
mencuci peralatan, namun tempatya tidak terlalu
bersih.
3 PENGOLAHAN
Pengolahan ayam Pengolahan ayam dimulai dari menimbang ayam
terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan
mencabuti bulu, memotong, membersihkan, dan
merebus ayam. Selama proses pengolahan, semua
pegawai tidak menggunakan alat pelindung diri
seperti barak skort dan sarung tangan, hanya
22
menggunakan sepatu boot saja.
4 PERALATAN
Jenis Peralatan Peralatan yang digunakan di Rumah Potong
Ayam diantaranya adalah pisau untung memotong
ayam, drum dan tong untuk tempat air yang
digunakan untuk merebus ayam, serta timbangan.
Ketentuan Peralatan Semua peralatan yang digunakan tersedia dalam
keadaan baik dan utuh, serta sering dibersihkan.
Peralatan yang kontak langsung dengan bahan
makanan tidak mengandung racun atau zat
berbahaya lainnya.
23
di sela-sela jam kerja saat kelelahan. Sebagian besar
pegawai hanya istirahat sebentar kurang lebih 1 jam
saja.
4. Aturan Kerja Perusahaan tidak menerapkan aturan khusus selama
bekerja. Aturan kerja yang diterapkan hanya semua
pegawai tidak boleh libur sembarangan dan harus
bekerja sesuai jadwalnya.
5. Pemeriksaan Pemilik dan karyawan mengatakan tidak pernah
Kesehatan dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin setiap 6 bulan
sekali ataupun check up penyakit khusus, serta
apabila ada pegawai yang mengalami kecelakaan,
tidak ada rujukan rumah sakit khusus.
6. Kecelakaan Kerja Semua pekerja (100%) pernah mengalami kecelakaan
saat bekerja berupa tersayat pisau.
7. Ketersedian P3K Tidak tersedia kotak P3K di tempat pemotongan
ayam. Apabila ada yang terluka, biasanya langsung
membeli plester dan betadine di warung sekitar.
8. Gizi Kerja Berdasarkan hasil pengkajian, tidak terdapat kantin di
tempat kerja dan tidak ada yang menyediakan
makanan untuk para pekerja. Pekerja biasanya
membeli makan sendiri. Semua pekerja tidak makan
nasi selama bekerja, pekerja hanya makan gorengan,
minum kopi, dan merokok saat bekerja.
9. Potensial Hazard 1. Fisik Lantai licin
Alat pemotongan ayam yang
merupakan pisau tajam
Penggunaan APD :
Semua pegawai yang bekerja
dibidang pemotongan
menggunakan sepatu boot
Konsumsi Rokok : Dari 6 pegawai,
semua pegawai yang merokok
dengan konsumsi rokok yang lebih
dari 4 batang sehari bahkan
mencapai 1 bungkus dalam
seharinya.
2. Kimia --
24
3. Biologi Terdapat lalat di area produksi
Pemilik dan pegawai juga
mengatakan terkadang terdapat
tikus dan kecoa
4. Posisi tubuh
Ergonomis Sebagian besar pegawai bekerja
dalam posisi duduk yaitu
sebanyak 2 orang (33,3%), 2
pegawai (33,3%) yang sering
berdiri, dan 2 pegawai (33,3%)
sering dalam posisi jongkok.
Sebagian besar pegawai
melakukan posisi tersebut selama
lebih dari 2 jam.
Lifting
1 orang orang pegawai (16,7%)
mengangkat ayam dengan beban
kurang dari 5 Kg, dan 5 orang
pegawai (83,3%) mengangkat
beban lebih dari 25 kg. posisi
yang biasa digunakan pekerja
ketika mengangkat beban adalah
sejajar pundak 100%.
25
Hipertensi 0 0
Diabetes 0 0
Patah Tulang 0 0
Lainnya (gastritis) 1 16,7
Masalah Kesehatan Selama Bekerja
Tidak Ada 4 66,7
Ada, dengan jenis masalah kesehatan: 2 33,3
Saluran Pernafasan (Batuk, pilek) 4 66,7
Sendi dan Tulang (reumatik, nyeri punggung, pegal- 6 100
pegal)
Sirkulasi Darah (Sakit kepala, pusingg, kram) 1 16,7
Absen Saat Bekerja Karena Sakit
Tidak 1 16,7
Ya, dengan frekuensi dalam sebulan: 5 83,3
1 Hari 6 100
2 Hari 2 33,3
3 Hari 2 33,3
> 3 Hari 1 16,7
Merokok
Tidak 0 0
Ya, dengan jumlah rokok yang dikonsumsi perhari: 6 100
> 3 Batang 6 100
Masalah Sendi dan Tulang
Tidak Ada 0 0
Ada, dengan intensitas: 6 100
Sering 0 0
Kadang-kadang 6 100
Ada, pada bagian:
Leher/kepala 2 33,3
Punggung 3 50
Pundak/bahu 3 50
Tangan 0 0
Kaki 5 83,3
26
dan nyeri punggung. Bagian sendi dan tulang yang sering mengalami masalaha
adalah pada bagian punggung (50%), pada bagian pundak/bahu (50%), pada bagian
kaki (83,3%). Sebanyak 1 dari 6 pekerja pernah absen saat bekerja karena sakit.
Selain itu, semua pekerja merupakan perokok.
27
Cara Mencuci Tangan Frekuensi (n) Persentase (%)
Dicelupkan ke ember berisi air 0 0
Mencuci tangan di air mengalir 8 100
Tabel 3.4 Cara Mencuci Tangan (n=8)
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa semua pekerja (100%) mencuci tangan dengan
air mengalir.
28
3.2 Analissa Data dan Diagnosa Keperawatan
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Posisi tubuh saat bekerja yang Resiko peningkatan
Seluruh pekerja mengaku mengangkat beban lebih dari salah pada pekerja nyeri sendi pada
25kg. dan 1 diantaranya mengangkut beban 5kg. pekerja
DO:
Posisi tubuh pekerja saat bekerja adalah berdiri dan jongkok
(bergantian sesuai kebutuhan)
29
2.5 Implementasi Keperawatan
Diagnosa Kegiatan Waktu Evaluasi Rencana Tindak Lanjut
Pelaksanaan Proses Hasil
Resiko 1. Melakukan pendidikan kesehatan Kamis, 1. Menyiapkan 1. Pemilik dan pekerja 1. Menganjurkan pekerja
peningkatan nyeri tentang ergonomis 28/3/2019 materi diskusi dan meubeul menerima untuk selalu
sendi pada pekerja 2. Melakukan demonstrasi pengangkatan jalan keluar untuk dengan baik kedatangan menggunakan prinsip
di tempat kerja b.d barang secara ergonomis masalah mahasiswa ergonomis dalam
posisi tubuh saat peningkatan nyeri 2. Pemilik menerima dan bekerja
bekerja yang salah sendi antusias saat jalannya 2. Menganjurkan pekerja
pada pekerja 2. Memberikan penyuluhan untuk melakukan
penyuluhan 3. Pekerja dapat memahami stretching di sela-sela
kepada pekerja pentingnya ergomis dan waktu bekerja
mengenai mendemonstrasikannya
ergonomis
30
BAB IV
PEMBAHASAN
31
Industry agar pemilik home industry tersebut dapat memberikan kesejahteraan yang
cukup bagi para pekerja industri.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Home industry “PEMOTONGAN AYAM” milik Tn. C ini baru berjalan
+ 5tahun. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Home Industri
“PEMOTONGAN AYAM” RW 14 RT 01Desa Haurpanggung ini ditemukan
bahwa home industry ini memiliki pekerja sebanyak 17 orang yang dibayar
dengan sistem perbulan. Para pekerja disini semuanya laki-laki dalam rentanusia
dewasa. Pengkajian kesehatan yang dilakukan pada 8 pegawai ditemukan banyak
keluhan yang sering dikeluhkan oleh para pekerja, contohnya seperti pegal-pegal.
Para pekerja juga belum pernah medapatkan pendidikan kesehatan terkait
kesehatan kerja. Untuk itu, diagnosa kesehatan kerja yang terdapat dalam asuhan
keperawatan kesehatan kerja ini antara lain adalah resiko gangguan
muskuloskeletal dan resiko cedera. Sehingga implementasi yang dilakukan untuk
diagnosa tersebut adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait
Peregangan Saat Bekerja dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk home industry seperti pemotongan
ayam ini, antara lain:
1. Ketersediaan dan penggunaan APD seperti masker, celemekdan sarung
tangan harus digunakan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
seperti gangguan pernapasan dan luka akibat benda tajam.
2. Para pekerja menerapkan peregangan yang baik saat bekerja agar terhindar
dari gangguan muskuloskeletas (pegal-pegal).
3. Lakukan latihan peregangan minimal 2 jam sekali atau saat tubuh sudah
mulai terasa pegal, seperti streching (yang sudah diajarkan).
4. Para pekerja disarankan untuk selalu memeriksakan kesehatan ke pelayanan
kesehatan secara rutin tiap 1-3 bulan sekali.
33
5. Adanya larangan untuk merokok saat bekerja untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
6. Memaksimalkan ventilasi untuk menambah kenyamanan para pekerja.
7. Saran yang dapat diberikan untuk home industry ini adalah tersedianya APD
masker, celemek, dan sarung tangan untuk menghindari resiko gangguan
kesehatan dan mengurangi resiko luka akibat benda tajam.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Pengetahuan dan Sikap Dengan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja
peternakan sapid an kambing di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
Jurnal Dunia Kesmas Volume 7. Nomor 4. Oktober 2018.
Sahab, Syukri. 1997. Manajemen Keselamatan Kerja. Jakarta
Saputro, V. A. 2015.Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Di Unit Kerja Produksi Pengecoran
Logam. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Sari, R.P.D. (2015). “Jurnal Ilmiah Teknik Industri”, Analisis Kecelakaan Kerja
dengan Menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP) (Study
Kasus: PT. Mayatama Manunggal Sentosa). Vol. 14, No. 1, hal 24-35.
Sayuti, Abdul Jalaludin. (2013). Manajemen Kantor Praktis. Bandung: Alfabeta.
Sedarmayanti. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (cetakan kelima). Bandung: PT Refika
Aditama.
Stanhope,M., & Lancaster, J. 2004. Community and Public Health Nursing. St. Louis:
The Mosby Year Book.
Suma’mur, 2009. Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES). Jakarta :
Sagung Seto
Swarjana, I.K. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: CV. Andi
Offset
36
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan Institusional
Meningkatkan derajat kesehatan pekerja home industryPemotongan ayam pak
odang RW 14 desa Haurpanggung
D. Analisa Tugas
Standar Kompetensi :
Know
37
macam-macam penyakit yang timbul selama bekerja
prinsip ergonomi di lingkungan kerja
Do
1. Klien mau menerapkan prinsip ergonomi di lingkungan kerja.
Show
Klien menyimak dan memperhatikan kegiatan penyuluhan dengan
seksama
Klien mendengarkan dengan seksama penjelasan pemateri dan penyuluh
Klien mendiskusikan hal-hal yang belum dimengerti tentang materi
penyuluhan
E. Pokok Bahasan
Prinsip ergonomi dalam lingkungan kerja
F. Alokasi Waktu
Alokasi waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan prinsip ergonomi
kesehatan kerja adalah 30 menit
Kegiatan Waktu
Tahap Kegiatan Penyuluh Metode Media
Peserta
- - -
38
membuka perkenalan. Menyimak Ceramah
Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
Menjelaskan cakupan Menyimak Ceramah
2. Menyebutkan kembali
macam-macam
penyakit yang timbul
selama bekerja
Clossure/Pe Mengundang Mengutarakan Tanya Leaflet 5 menit
nutup komentar atau ide atau jawab
pertanyaan dari klien pendapat
atau keluarga
Menjawab komentar Menyimak Ceramah
39
peserta didik. Mengutarakan Tanya
Mengajukan beberapa jawaban jawab
pertanyaan. Menyimak
Ceramah
Memberikan
kesimpulan dari
pembahasan.
Menutup pertemuan.
G. Variasi Media
Leaflet
H. Metoda Instruksional
Ceramah
Demonstrasi
Tanya Jawab
IV. Evaluasi
1. Sebutkan macam-macam penyakitakibat bekerja?
2. Sebutkan prinsip ergonomi dalam bekerja!
3. Praktikkan bagaimana pengaplikasian ergonomi!
V. Sumber
Depkes. Ergonomi Pendahuluan. Diakses di :
www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF (20-04-2013)
40
Lampitan Materi
41
Wanita dewasa 15-20 kg
Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
Frekuensi pergerakan diminimalisasi
Jarak mengangkat beban dikurangi
Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetikdari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan
padadua prinsip :
Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan
momentum
berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
Posisi kaki yang benar
Punggung kuat dan kekar
Posisi lengan dekat dengan tubuh
Mengangkat dengan benar
Menggunakan berat badan
d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi
medisteratur.
Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan
denganbeban kerjanya
42
Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai
denganpekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan
Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan
kesehatan,khususnya pada wanita muda dan yang sudah
berumur.
43
FOTO KEGIATAN IMPLEMENTASI
44
45