Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA PADA


HOME INDUSTRY “PEMOTONGAN AYAM” RW 14 DESA
HAURPANGGUNG KEC. TAROGONG KIDUL KAB. GARUT

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners XXXVI


Stase Keperawatan Komunitas

Disusun oleh:
KELOMPOK RW 14
Hilawati 2201121800146
Dewi 2201121800142
Yulianti 2201121800104

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
GARUT
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir
Keperawatan Kesehatan Kerja pada Industri Rumah Tangga “Pemotongan Ayam”
Wilayah RW 14 Desa Haurpanggung Kec Tarogong Kidul Kab. Garut. Penyusunan
laporan akhir ini adalah merupakan salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan
tugas pada Stase Keperawatan Komunitas Program Profesi Ners Angkatan XXXVI
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Dalam penyusunan laporan akhir ini penulis Ucapkan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan akhir ini, terkhusus kepada:
1. Bapak Ahmad Yamin, S.Kp., M.Kes., Sp.Kom selaku koordinator mata kuliah
pada Stase Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Bapak Setiawan, BSN., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah pada Stase
Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Ketua RW dan RT serta para ibu-ibu kader yang telah membantu kami dalam
proses pengumpulan data.
4. Pemilik dan pegawai Pemotongan Ayam, masyarakat RW 14 Desa
Haurpanggung, yang telah menyisihkan waktunya dan memberikan informasi
yang dibutuhkan.
5. Semua pihak yang terkait dalam proses penyelesaian tugas ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Dalam penyelesaian laporan akhir ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan sehingga penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Semoga laporan akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca.
Garut, April 2019

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Setiap orang melakukan aktivitas untuk melanjutkan keberlangsungan
kehidupannya. Salah satu aspek penting dalam kehidupan sesorang adalah
pekerjaan. Hal ini yang menyebabkan seseorang lebih banyak terlibat dan
menghabiskan waktunya di lingkungan kerja dalam kesehariannya. Pekerjaan
merupakan hubungan yang melibatkan dua pihak antara perusahaan dengan para
pekerja/karyawan, sehingga dibutuhkan kondisi kerja yang aman dan sehat antara
sesama pekerja, pekerja dengan atasan, sertalingkungandisekitarnya. Jika tempat
kerja dalam keadaan aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan
mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir
dan banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit
takterhindarkan,mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan
produktivitas berkurang bagi perusahaan.
Berdasarkan data International Labour Organization (2017), setiap tahun ada
lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja
menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Setiap 15 detik terdapat 1 pekerja di
dunia meninggal dikarenakan kecelakaan kerja. Sedangkan di Indonesia sepanjang
2017, menurut statistik terjadi peningkatan kecelakaan kerja sekira 20 persen
dibandingkan 2016 secara nasional. (Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan
Krishna Syarif, 2018). Menurut Infodatin (2018), sepanjang tahun 2018 sebanyak
26,74% penduduk yang bekerja memiliki keluhan kesehatan.
Kesehatan kerja merupakan suatu bentuk pemeliharaan fisik, mental dan
kesejahteraan sosial pekerja pada tingkat tertinggi pada setiap pekerjaan, yang
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja.
Keselamatan kerja sendiri merupakan suatu bentuk keadaan yang menghindarkan
kesalahan dan kerusakan kerja yang dilakukan oleh para pekerja/karyawan (Halajur,
2018). Sedangkan kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupakan hal yang

1
tidak terpisahkan dalam
sistemketenagakerjaandansumberdayamanusia.Kesehatandankeselamatankerja(K3)
adalahsalahsatubentukupayauntukmenciptakantempatkerjayangaman,sehat,bebasdar
i pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan
kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisien dan produktivitas kerja (Irzal,
2016).
Kesehatan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Visi dari Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan
adalah Indonesia Sehat dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan pada 6 pekerja pada home
industry “Pemotongan ayam RW 14” Desa Haurpanggung didapatkan
hasilkurangnyakesadaran
pekerjaakanpentingnyapemakaianAPD,posisiergonomi,danpereganganwaktukerja.
seperti pemakaian sarung tangan yang penting dalam mengurangi resiko jari ataupun
tangan teriris. Higiene perseorangan disebut juga dengan kebersihan diri yang
merupakan usaha dari individu dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan
terhadap kesehatan, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh faktor
lingkungan yang merugikan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian sehingga
terjamin pemeliharaan kesehatan. Selain itu, pekerja di industri Pemotongan ayam
masih tergolong belum mendapatkan pelayanan kesehatan kerja ataupun jaminan
atas kesehatan seperti yang diharapkan, apabila terjadi penyakit akibat kerja.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan pekerja
mendapatkan perhatian dari seluruh dunia dengan diprioritaskannya Occupational
Health/kesehatan kerja dalam kebijakan Healthy People 2000. Upaya yang
dilakukan berupa tindakan preventif primer, skunder, dan tersier. Preventif primer
tergolong dalam tindakan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan cedera.

2
Prevensi skunder dilakukan dengan tindakan pemeriksaan atau screening,
penatalaksanaan kasus, serta penanganan kegawatan. Prevensi tersier berupa bentuk
pencegahan terhadap penyebaran penyakit menular, pencegahan kekambuhan dan
komplikasi, serta rehabilitasi pekerja. Upaya yang harus dilakukan tersebut termasuk
dalam tugas dan peran perawat dalam proses kesehatan keselamatan kerja. Menurut
AAOHN (2004), keperawatan kesehatan kerja dan lingkungan adalah praktik
spesialisasi yang berfokus pada tindakan promosi, pencegahan, dan pembaharuan
kesehatan dalam kontekskeselamatan dan kesehatan lingkungan. Keperawatan
kesehatan kerja nantinya akan memberikan pelayanan kesehatan kerja dan
lingkungan, pelayanan untuk keamanan pekerja, masyarakat pekerja, dan kelompok
komunitas.
Peningkatan angka kecelakaan kerja membuktikan belum optimalnya
penerapan K3 dalam lingkungan kerja. Sejauh ini, penerapan K3 hanya dilakukan
pada perusahaan besar dengan jumlah karyawan banyak. Namun, untuk jenis usaha
seperti industri rumah tangga pun harus tetap menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja. Industri rumah tangga yaitu perusahaan prosuksi kecil yang
dilakukan di lingkungan perumahan. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena
jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah (Efendi, F & Makhfudli., 2009).
Pelaksanaan program kesehatan kerja di industri rumah tangga saat ini masih sangat
kurang dengan ditandai oleh kurangnya pengetahuan para pemilik atau pekerja
industri rumah tangga mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Belum ada
program pemantauan, atau pendidikan kesehatan dari Puskesmas sebagai unit
layanan kesehatan terdekat mengenai K3 pada pekerja maupun pemilik industri
rumah tangga. Oleh karena itu, kami tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
kepada para pekerja mengenai kesehatan kerja di industri rumah tangga
“Pemotongan Ayam” di RW 14 Desa Haurpanggung.

3
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Mampu memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada karyawan
industry rumah tangga “Pemotongan Ayam” dalam mengkatkan derajat
kesehatan setiap karyawan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan pada para karyawan
industrirumahtangga “Pemotongan Ayam”.
2. Mampu mengidentifikasi perencanaan keperawatan yang dapat diterapkan
pada para pekerja industri rumah tangga “Pemotongan Ayam”.
3. Mampu mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat dalam
megatasi masalah kesehatan pada pekerja industri rumah tangga
“Pemotongan Ayam”.
4. Mampu mengevaluasi hasil implementasi terhadap pekerja
industrirumahtangga “Pemotongan Ayam”.
1.3 Metode Penulisan
Dalam pembuatan laporan ini penulis menggunakan studi lapangan dan
studi kepustakaan.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB III LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
-.1 Pengkajian
-.2 Analisa Data

4
-.3 Perencanaan
-.4 Implementasi dan Evaluasi BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Menurut Depkes RI Tahun 1995, kesehatan kerja merupakan semua upaya
untuk menyerasikan kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada di
sekeliling. Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja,
upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan.
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat
berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan
bekerja secara maksimal dan semangat. Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang terbebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994).
Faktor keselamatan kerjamenjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawa. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999)
bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan
fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan yang
diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut
bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien (Suma’mur, 2006).

6
2.2 Langkah-langkah Manajerial Keperawatan Kerja
Dalam pelaksanaan kesehatan kerja memerlukan langkah- langkah manajerial
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja. Langkah-langkah Usaha
Kesehatan Kerja (UKK) merupakan langkah utama dalam manajemen
keperawatan okupasi. UKK yang dapat dilakukan di perusahaan adalah(Efendi, F
& Makhfudli., 2009):
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja.
e. Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
f. Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya pencemaran
yang berasal dari perusahaan.
g. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk industri.
h. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan seperti
kebersihan, pembuangan limbah, sumber air bersih dan sebagainya.

2.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Menurut Suma’mur dalam Hidarto (2012) tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah :melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatanya
dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
kinerja.
a. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
b. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep 463/MEN/1993
tujuan dari keselamatan dan sehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai

7
suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman dengan keadaan tenaga
kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.

2.4 Sasaran
Sasaran manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ialah mengurangi dan
menghilangkan faktor-faktor yang berperan dalam kejadian kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja sehingga terwujud suatu tempat kerja yang
aman dan sehat yang dapat mendukung proses berproduksi yang efisien dan
produktif (Syukri Sahab, 2001:175).

2.5 Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Sedarmayanti (2011: 112-115), Faktor yangmempengaruhi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
a. Kebersihan
Kebersihan merpakan syarat utama bagi pegawai agar tetap sehat,dan
pelaksanaannya tidak memerluakan banyak biaya. Untukmenjaga kesehatan,
semua ruangan hendaknya tetap dalamkeadaan bersih. Penumpukan abu dan
kotoran tidak boleh terjadi dankarenanya semua ruang kerja, gang dan tangga
harus dibersihkantiap hari.Perlu disediakan tempat sampah dalam jumlah
yang cukup, bersihdan bebas hama, tidak bocor dan dapat dibersihkan dengan
mudah.Bahan buangan dan sisa diupayakan disingkirkan di luar jam
kerjauntuk menghindari resiko terhadap kesehatan.
b. Air minum dan kesehatan
Air minum yang bersih dari sumber yang sehat secara teraturhendaknya
diperiksa dan harus disediakan secara cuma-cuma dekattempat kerja.
c. Urusan rumah tangga
Kerapihan dalam ruang kerja membantu pencapaian produktivitasdan
mengurangi kemungkinan kecelakaan. Jika jalan sempit dantidak bebas dari
tumpukan bahan dan hambatan lain, maka waktuakan terbuang untuk

8
menggeser hambatan tersebut sewaktu bahandibawa ke dan dari tempat kerja
atau mesin. Tempat penyimpananharus diberi tanda dan bahan disusun dalam
tempat tertentu, sertadiberi tanda pengenal seperlunya.
d. Ventilasi, pemanas dan pendingin
Ventilasi yang menyeluruh perlu untuk kesehatan dan rasakeserasian para
pegawai, oleh karenanya merupakan faktor yangmempengaruhi efisiensi
kerja. Pengaruh udara panas dan akibatnyadapat menyebabkan banyak waktu
hilang karena pegawai tiap kaliharus pergi ke luar akibat “keadaan kerja yang
tidak tertahan”.
e. Tempat kerja, ruang kerja dan tempat duduk
Seorang pegawai tak mungkin bekerja jika baginya tidak tersediacukup
tempat untuk bergerak tanpat mendapat gangguan dari temansekerjanya,
gangguan dari mesin ataupun dari tumpukan bahan.Dalam keadaan tertentu
kepadatan tempat kerja dapat berakibatburuk bagi kesehatan pegawai, tetapi
pada umumnya kepadatantermaksud menyangkut masalah efisiensi kerja.
Bekerja denganberdiri terus-menerus merupakan salah satu sebab merasa letih
yangpada umumnya dapat dihindari.
f. Pencegahan kecelakaan
Pencegahan kecelakaan harus diusahakandengan meniadakan penyebabnya,
apakah sebab itu merupakansebab teknis atau sebab yang datan dari manusia.
Upaya ke arah ituterlampau beraneka ragam untuk dibahas, yakni mencakup
upayamemenuhi peraturan dan standar teknis, antara lain meliputipengawasan
dan pemeliharaan tingkat tinggi.
g. Pencegahan kebakaran
Kebakaran yang tidak terduga, kemungkinan terjadi di daerahberiklim panas
dan kering serta lingkungan industri tertentu.Pencegahan kebakaran
merupakan salah satu masalah untuk semuayang bersangkutan dan perlu
dilaksanakan dengan cepat menurutperaturan pencegahan kebakaran, seperti
larangan merokok ditempat yang mudah timbul kebakaran dan lain-
lain.Pencegahan senatiasa lebih baik daripada memadamkan kebakaran,tetapi

9
harus ditekankan pentingnya peralatan dan perlengkapanlainnya untuk
pemadaman kebakaran, yang harus dipelihara dalamkeadaan baik. Manajemen
dan pengawas hendaknya diberitahutentang apa yang seharusnya dilakukan
pegawai jika timbulkebakaran.
h. Gizi
Pembahasan lingkungan kerja tidak dapat lepas tanpa menyinggungtentang
masalah jumlah dan nilai gizi makanan para pegawai. Dibeberapa negara
jumlah makanan pegawai tiap hari hanya sedikit melebihi yang diperlukan
badannya, jadi hanya cukup untuk hidupdan sama sekali kurang untuk dapat
mengimbangi pengeluarantenaga selama menjalankan pekerjaan yang berat.
Dalam keadaaanyang demikian tidak dapat diharapkan bahwa pegawai akan
sanggupmenghasilkan keluaran yang memerlukan energy berat, yangbiasanya
dapat dihasilkan oleh pegawai yang sehat, cukup makan,lepas dari kesulitan
akibat iklim yang harus dihadapi.
i. Penerangan/cahaya, warna, dan suara bising di tempat kerja
Pemanfaatan penerangan/cahaya dan warna di tempat kerja dengansetepat-
tepatnya mempunyai arti penting dalam menunjangkeselamatan dan kesehatan
kerja. Kebisingan di tempat kerjamerupakan faktor yang perlu dicegah dan
dihilangkan karena dapat mengakibatkan kerusakan.

2.6 Macam-Macam Gangguan Pekerjaan


Menurut Sayuti (2013: 200), Sesungguhnya gangguan danterjadinya
kecelakaan dapat dilihat dari 3 (tiga) faktor utama yang menjadipenyebabnya,
yaitu:
a. Lingkungan kerja, maksudnya tempat di mana pekerja melakukanpekerjaanya
dalam kondisi yang tidak aman atau dalam kondisimembahayakan. Kondisi
yang tidak aman ini dapat terjadi karenatidak teraturnya suasana,
perlengkapan dan peralatan kerja.
b. Manusia atau karyawan, faktor ini banyak disebabkan oleh beberapahal:

10
1) Sifat fisik dan mental manusia yang tidak standar, contohnya:karyawan
yang rabun, penerangan kurang, otot lemah, reaksimental lambat, syaraf
yang tidak stabil dan lainya. Bagi yangmemiliki sifat dan kondisi seperti
ini sering mnjadi penyebabkecelakaan dan gangguan kerja.
2) Pengetahuan dan keterampilan, karena kurangnya pengetahuanmaka
kurang memperhatikan metode kerja yang aman dan baik,memiliki
kebiasaan yang salah, dan kurang pengalaman.
3) Sikap, karyawan memiliki sikap kurang minat dan kurangperhatian,
kurang teliti, malas dan sombong (mengabaikanperaturan dan petunjuk),
tidak peduli akan suatu akibat, hubunganyang kurang baik dengan pihak
lain, sifat ceroboh dan perbuatanyang berbahaya.
c. Mesin dan alat, jika pada lingkungn kerja menyangkut pengaturanperalatan
dan konstruksi bangunan, maka faktor mesin dan alat iniadalah penggunaan
mesin-mesin dan perlatan yang tidak memenuhistandar.

2.7 Tingkat Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Akibat Kerja


Menurut International Labour Organization (ILO) (2013), pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja diklasifikasikan yaitu,
a. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal
seperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban-
kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan,
pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupun
tidak resmi.
c. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yang
harus dipatuhi.
d. Penelitian penelitian baik teknik medis, psikologis maupun statistic, termasuk
hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri dari bahan berbahaya,
penelitian tentang pelindung mesin, pengujian masker pernapasan, penyelidikan

11
berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debu dan pencarian bahan-bahan
yang paling cocok serta perancangan tali kerekan dan alat kerekan lainya.
e. Pendidikan, meliputi subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam akademi
teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang.
f. Pelatihan, sebagai contoh yaitu pemberian instruksi-instruksi praktis bagi para
pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja.
g. Persuasi, sebagai contoh yaitu penerapan berbagai metode publikasi dan
imbauan untuk mengembangkan “kesadaran akan keselamatan”.
h. Asuransi, yaitu merupakan usaha untuk memberikan perlindungan dengan
memberikan jaminan terhadap kecelakaan yang terjadi.
i. Penataan dan pengaturan ruangan yang baik,
j. Tindakan-tindakan atau pemakaian alat-alat pengaman yang dilakukan oleh
masing-masing individu berupa pakaian kerja, topi pelindung, pelindung mata,
penutup hidung dan mulut (masker), penyumbat telinga, sarung tangan, sepatu
pengaman
k. Peringatan tanda-tanda
l. Penerangan
m. Ventilasi dan pengaturan suhu.

2.8 Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Akibat kerja


Pencegahan adalah hal prinsip yang harus dilakukan untuk mengatasi
Penyakit Akibat Kerja. Pencegahan yang dilakukan harus berdasarkan 5 Level of
Pevention yang dibuat oleh Level and Clark (Efendi, F & Makhfudli., 2009). Saat ini
penggolongannya dimodifikasi menjadi pencegahan primer, pencegahan sekunder
dan pencegahan tersier.
a. Pencegahan Primer
Prinsip dari pencegahan ini adalah mencoba meningkatkan daya tubuh pekerja,
dengan Health Promotion. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan
tentang perilaku kesehatan, faktor bahaya ditempat kerja dan perilaku kerja yang
baik. Kegiatan yang lain adalah olahraga dan makan dengan gizi yang seimbang.

12
b. Pencegahan Sekunder
Prinsip dari pencegahan ini adalah mencoba mengurangi kontak pajanan dengan
tubuh atau mengurangi masuknya pajanan ke dalam tubuh, dengan Specific
Protection. Kegiatan yang dilakukan adalah Pengendalian teknik seperti
melakukan substiusi pajanan, isolasi pajanan, membuat ventilasi ruang kerja
yang sesuai. Setelah itu ada Pengendalian administrasi yang kegiatannya dengan
melakukan aplikasi perundang-undangan dan peraturan yang terkait dengan
kesehatan dan keselamatan kerja serta ketenaga kerjaan. Pengendalian
administrasi juga dapat dilakukan dengan membuat aturan interal di tempat kerja
seperti dengan membuat aturan rotasi dan pembatasan jam kerja. Khusus untuk
pelayanan kesehatan, pengendaliannya antara lain dengan melakukan kegiatan
imunisasi. Penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk
mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke dalam tubuh pekerja. Alat pelindung
diri yang dipilih harus sesuai dengan cara masuk pajanan ke dalam tubuh, dan
alat pelindung diri harus nyaman dipakai. Ingat, alat pelindung diri harus
digunakan oleh diri sendiri, bukan untuk bersama-sama.
c. Pencegahan tersier
Prinsip dari pencegahan ini adalah melakukan deteksi dini tentang adanya
pajanan yang sudah masuk ke dalam tubuh pekerja dan memberikan efek dalam
tubuh. Selain itu mencoba mengurangi efek dari gangguan kesehatan yang
ditimbulkan dan bila sudah ada efeknya dicoba untuk mengembalikan fungsi
tubuh secara optimal agar pekerja tetap dapat melakukan pekerjaannya. Prinsip
untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan kesehatan dan melakukan
tindakan yang memadai disebut dengan Early Diagnosis & Prompt treatment.
Kegiatan yang dilakukan antara lain Pemeriksaan pra-kerja sesuai pajanan,
Pemeriksaan berkala sesuai pajanan, Surveilans, Pemeriksaan lingkungan secara
berkala, Pengobatan segera bila ditemukan adanya gangguan kesehatan pada
pekerja, Pengendalian segera ditempat kerja.

13
2.9 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Kerja
Dalam melaksanakan peran dan fungsi serta tugasnya, perawat yang bekerja
sebagai perawat kesehatan kerja tetap membutuhkan pendekatan proses
keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif. Peran
Occupational Health Nursing dalam beberapa decade sebelumnya hanya terfokus
pada penanganan kasus kegawatdaruratan yang terjadi ditempat kerja serta dialami
oleh pekerja. Namun seiring perkembangan zaman, Lusk (1990, dalam
Permatasari,2018) mengidentifikasi 8 peran OHN diantaranya adalah
1. Pemberi Pelayanan Kesehatan
2. Penemu Kasus
3. Pendidik Kesehatan
4. Perawat Pendidik
5. Pemberi Layanan Konseling
6. Manajemen Kasus
7. Konsultan
8. Peneliti
Berdasarkan Peran yang telah disebutkan Lusk tersebut, maka fungsi
Occupational Health Nursing (Stanhope & Lancaster,2004 dalam
Permatasari,2018) adalah

1. Melakukan Supervisi terhadap kesehatan pekerja


2. Melakukan surveilens terhadap lingkungan kerja
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
4. Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
5. Penatalaksanaan penyakit baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan,kecelakaan di tempat kerja,serta pelayanan
kesehatan dasar
6. Mengatur dan mengkoordinasikan upaya pertolongan pertaman di tempat
kerja
7. Melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit ditempat kerja

14
8. Melakukan konseling untuk pekerja
9. Melakukan upaya rehabilitasi untuk pekerja yang kembali bekerja setelah
mengalami kecelakaan atau dirawat dirumah sakit
10. Melakukan pencatatan dan pelaporan kesehatan kerja
11. Melakukan penatalaksanaan terhadap menajemen pelayanan kesehatan kerja
termasuk menetapkan perencanaan, pengembangan
kebijakan,pendanaan,staffing
12. Melakukan tugas administrasi di unit kesehatan atau klinik kesehatan yang
tersedia
13. Melakukan riset keperawatan kesehatan kerja.

2.10 Tugas Perawat Kesehatan di Perusahaan


Adapun tugas Perawat Kesehatan di prusahaan diantaranya sebagai berikut :
- Membantu dokter menyusun rencana kerja hiperkes
- Melaksanakan program kerja dan administrasi
- Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
- Memelihara alat-alat perawatan
- Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan
- Ikut membantu menentukan kasus2 penderita
- Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja
- Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan
- Membantu merencanakan kunjungan rumah
- Menyelenggarakan pendidikan hiperkes
- Turut ambil bagian dlm usaha keselamatan kerja
- Mengumpulkan data2 dan membuat laporan utk statistik
- Turut membantu usaha penyelidikan kesehatan
- Memelihara hubungan yg harmonis dlm perusahaan
- Memberikan penyuluhan bidang kesehatan
- Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha perawatan hiperkes

15
2.11 Tugas Perawat Kesehatan di Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 Tugas Perawat Puskesmas diantaranya sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas Asuhan Keperawatan (Askep) didalam gedung maupun
diluar gedung.
2. Berkolaborasi dengan Dokter dalam pelayanan pengobatan pasien baik di
Puskesmas Induk,Puskesmas Pembantu,Pukesmas Keliling dan Poskesdes
3. Bertanggung jawab atas kebersihan dan penataan ruang BP dan ruang
perawatan dan Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengamanan alat
medis dan non medis di ruang BP dan ruang perawatan.
4. Membantu kegiatan lintas program antara lain dalam kegiatan pemberantasan
penyakit menular,UKS,Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan kegiatan
lapangan lainnya.
5. Melaksanakan kegiatan Puskesmas diluar gedung.
6. Membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia.
7. Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat perencanaan kegiatan.
8. Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat laporan kegiatan.
9. Melaksanakan kegiatan pelayanan pos MTBS di Puskesmas.
10. Membantu pelaksanaan pelacakan kelainan mata,jiwa dan tumbuh kembang
anak balita.

2.12 Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


1. Pengkajian
Pengkajian dalam kesehatan kerja menurut Buku Panduan Profesi
Ners Keperawatan Komunitas (2019), meliputi:
a. Biologi Manusia
Meliputi karakteristik usia dan jenis kelamin, masalah-masalah kesehatan
yang bersifat genetik dari pekerja, fungsi fisik dengan mengidentifikasi
berbagai sistem tubuh.
b. Lingkungan

16
Aspek lingkungan meliputi berbagai potensial hazard yang bisa
menyebabkan gangguan kesehatan akibat kerja yang meliputi hazard
fisik, biologi, kimia, psikososial, dan ergonomi.
c. Gaya Hidup
Pengkajian tentang gaya hidup meliputi pola konsumsi makanan, aktivitas
dan istirahat, penampilan pada saat bekerja, serta penggunaan alat
pelingdung diri (APD).
d. Sistem Kesehatan
Pengkajian sistem kesehatan meliputi sistem pelayanan kesehatan baik
yang terdapat di perusahaan maupun di luar perusahaan (rujukan),
program pengawasan (monitoring) terkait dengan keselamatan kerja,
kebijakan dan program promosi kesehatan yang ada di perusahaan,
keterbatasan dan upaya promosi dan protesi, sistem pelayanan kesehatan
pada keluarga pekerja.

2. Analisa data
Analisis dan pembahasan adalah dengan menjabarkan sumber-sumber
dan akar penyebab dari permasalahan yang mengakibatkan kecelakaan kerja
maupun ganggun proses itu terjadi. Adapun langkah-langkah dalam analisis
dan pembahasan ini menurut Sari, R. P. D. (2015) adalah:
a. Melakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja
maupun gangguan proses kerja yang terjadi.
b. Melakukan analisis penilaian risiko sehingga diperoleh rekomendasi
perbaikan yang sesuai bahkan dapat diterapkan pada objek penelitian
tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan

17
masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
a. Problem: merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi: penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom: tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang
terjadi.
4. Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan

18
pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
6. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

19
BAB III
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Demografi
Pengkajian dilakukan di sebuah tempat pemotongan ayam yang berada di
Desa Haurpanggung RW 14 Kecamatan Tarogong Kidul. Pengkajian dilakukan sejak
tanggal 13 hingga 15 Maret 2019. Pengkajian dilakukan kepada 6 pegawai dari total
seluruh pegawai sejumlah 17 pegawai yang tetap maupun tidak tetap.

3.1.1.1 Demografi Pemilik

Nama : Tn. C
Usia : 42 tahun
Alamat : Sukaasih
Pendidikan terakhir : SD
3.1.1.2 Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : Pemotongan Ayam


Alamat : RT 01/014 Desa Haurpanggung Kec. Tarogong Kidul
Kab. Garut
No. Telp :-
Kepemilikan : Milik sendiri
Jumlah Pegawai : 17 orang
Omset Perbulan : Rp 70.000.000,-
Upah Karyawan : Rp.1.700.000,-
3.1.1.3 Usia
Dari 6 orang pegawai yang bekerja di rumah potong ayam, sebagian besar
berada pada rentang usia dewasa yaitu, 19-44 tahun, yang terdiri dari 2 pegawai
remaja usia 18 tahun, dan 4 pegawai dewasa.
3.1.1.4 Jenis Kelamin
Seluruh pegawai yang bekerja berjenis kelamin laki-laki

20
3.1.1.5 Agama
Berdasarkan hasil pengkajian, seluruh pegawai di rumah potong ayam
beragama Islam
3.1.1.6 Suku
Berdasarkan hasil pengkajian, semua pegawai pada rumah potong ayam
berasal dari suku Sunda.
3.1.1.7 Lama Bekerja
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada 6 pegawai, ditemukan
sebanyak 2 orang yang bekerja selama kurang dari 1 tahun, 1 orang yang bekerja
dalam rentang waktu 1-2 tahun, serta 2 orang yang telah bekerja lebih dari 2 tahun.

Distribusi pekerja di rumah potong


ayam berdasarkan lama bekerja

38% 37% <1 tahun


1-2 tahun
>2 tahun
25%

3.1.2 Kondisi Umum Home Industry


No. Data
1 LOKASI DAN BANGUNAN
Bangunan Bangunan tempat pemotongan ayam merupakan
bangunan permanen yang terletak dipinggiran
sungai cimanuk dan disamping tempat penjualan
barang rongsokan. Bangunan terdiri dari tempat
penimbangan ayam, pemotongan ayam, dan
pencucian ayam, dan tempat istirahat.
Lantai Lantai bangunan yaitu semen dengan kondisi
lantai yang licin.
Dinding Dinding ruangan tampak tidak kedap air dan

21
tampak kotor
Ventilasi dan Pencahayaan Pada bangunan terdapat ventilasi yang berfungsi
dengan baik sehingga intensitas cahaya yang
masuk pun baik. pencahayaan merata di setiap
ruangan dan tidak menyilaukan
Atap dan Langit-langit Atap tidak bocor dan cukup landau dengan tinggi
mencapai 2,4 meter. Langit-langit tampak kotor
dan berdebu.
Pintu Tidak terdapat pintu pada bangunan
2 FASILITAS SANITASI
Air Bersih Air tampak bersih, tidak berwarna, berbau,
ataupun berasa. Jumlah air bersih tampak
mencukupi
Limbah Hasil Produksi Terdapat limbah hasil produksi berupa air bekas
cucian ayam dan air bekas rebusan ayam serta
darah ayam. Tidak terdapat tempat pembuangan
limbah secara khusus, limbah langsung dialirkan
ke sungai cimanuk yang berada langsung
dibelakang bangunan.
Toilet Toilet tampak kotor dan berada diluar bangunan,
serta juga terdapat toilet bantuan dari perusahaan
kartu seluler.
Tempat Sampah Pada setiap ruangan penghasil sampah, terdapat
tempat sampah yang terbuat dari bahan kedap air
dan tertutup. Sampah tersebut diangkut setiap 24
jam sekali oleh petugas kebersihan.
Tempat Cuci Tangan Tersedia air cuci tangan yang mencukupi, tersedia
sabun dan jumlahnya cukup untuk karyawan
Tempat Mencuci Peralatan Tersedia tempat dan air yang cukup untuk
mencuci peralatan, namun tempatya tidak terlalu
bersih.
3 PENGOLAHAN
Pengolahan ayam Pengolahan ayam dimulai dari menimbang ayam
terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan
mencabuti bulu, memotong, membersihkan, dan
merebus ayam. Selama proses pengolahan, semua
pegawai tidak menggunakan alat pelindung diri
seperti barak skort dan sarung tangan, hanya

22
menggunakan sepatu boot saja.

4 PERALATAN
Jenis Peralatan Peralatan yang digunakan di Rumah Potong
Ayam diantaranya adalah pisau untung memotong
ayam, drum dan tong untuk tempat air yang
digunakan untuk merebus ayam, serta timbangan.
Ketentuan Peralatan Semua peralatan yang digunakan tersedia dalam
keadaan baik dan utuh, serta sering dibersihkan.
Peralatan yang kontak langsung dengan bahan
makanan tidak mengandung racun atau zat
berbahaya lainnya.

3.1.3 Aspek Kesehatan Kerja


No. Aspek Kesehatan Hasil
Kerja
1. Tenaga Kerja Semua pegawai yang bekerja mendapatkan pelatihan
dari para seniornya atau pegawai yang sudah lama
bekerja dan berpengalaman, sebelum bertindak
langsung untuk memotong ayam.
2. Beban Kerja Pegawai memiliki beban kerja yang berbeda dalam
seminggu. Terdapat 1 pegawai (12,5%) yang bekerja
selama 7 hari, 3 pegawai (37,5%) yang bekerja
selama 6 hari, 1 pegawai (12,5%) yang bekerja
selama 5 hari, dan 3 pegawai (37,5%) yang bekerja
selama 4 hari dalam seminggu. Dalam sehari,
pegawai mulai datang bekerja jam 7 malam untuk
menimbang ayam yang telah datang terlebih dahulu
hingga pukul 8 malam. Kemudian, pemotongan ayan
baru dimulai jam 10 malam hingga pukul 3 pagi, 4
pagi, atau 5 pagi tergantung jumlah pasokan ayam
yang datang. Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan
sebagian besar pegawai yaitu sebanyak 6 orang
memiliki beban kerja sehari lebih dari 8 jam, dan
hanya 2 pegawai atau 25% nya saja yang bekerja
kurang dari 8 jam.
3. Waktu Istirahat Perusahaan tidak menetapkan jam istirahat khusus
selama bekerja, sehingga pegawai dapat beristirahat

23
di sela-sela jam kerja saat kelelahan. Sebagian besar
pegawai hanya istirahat sebentar kurang lebih 1 jam
saja.
4. Aturan Kerja Perusahaan tidak menerapkan aturan khusus selama
bekerja. Aturan kerja yang diterapkan hanya semua
pegawai tidak boleh libur sembarangan dan harus
bekerja sesuai jadwalnya.
5. Pemeriksaan Pemilik dan karyawan mengatakan tidak pernah
Kesehatan dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin setiap 6 bulan
sekali ataupun check up penyakit khusus, serta
apabila ada pegawai yang mengalami kecelakaan,
tidak ada rujukan rumah sakit khusus.
6. Kecelakaan Kerja Semua pekerja (100%) pernah mengalami kecelakaan
saat bekerja berupa tersayat pisau.
7. Ketersedian P3K Tidak tersedia kotak P3K di tempat pemotongan
ayam. Apabila ada yang terluka, biasanya langsung
membeli plester dan betadine di warung sekitar.
8. Gizi Kerja Berdasarkan hasil pengkajian, tidak terdapat kantin di
tempat kerja dan tidak ada yang menyediakan
makanan untuk para pekerja. Pekerja biasanya
membeli makan sendiri. Semua pekerja tidak makan
nasi selama bekerja, pekerja hanya makan gorengan,
minum kopi, dan merokok saat bekerja.
9. Potensial Hazard 1. Fisik  Lantai licin
 Alat pemotongan ayam yang
merupakan pisau tajam
 Penggunaan APD :
Semua pegawai yang bekerja
dibidang pemotongan
menggunakan sepatu boot
 Konsumsi Rokok : Dari 6 pegawai,
semua pegawai yang merokok
dengan konsumsi rokok yang lebih
dari 4 batang sehari bahkan
mencapai 1 bungkus dalam
seharinya.

2. Kimia --

24
3. Biologi  Terdapat lalat di area produksi
 Pemilik dan pegawai juga
mengatakan terkadang terdapat
tikus dan kecoa
4.  Posisi tubuh
Ergonomis Sebagian besar pegawai bekerja
dalam posisi duduk yaitu
sebanyak 2 orang (33,3%), 2
pegawai (33,3%) yang sering
berdiri, dan 2 pegawai (33,3%)
sering dalam posisi jongkok.
Sebagian besar pegawai
melakukan posisi tersebut selama
lebih dari 2 jam.
 Lifting
1 orang orang pegawai (16,7%)
mengangkat ayam dengan beban
kurang dari 5 Kg, dan 5 orang
pegawai (83,3%) mengangkat
beban lebih dari 25 kg. posisi
yang biasa digunakan pekerja
ketika mengangkat beban adalah
sejajar pundak 100%.

3.1.4 Aspek Kondisi Fisik Pekerja


Berikut merupakan hasil pengkajian pada aspek kondisi fisik pekerja
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Aspek Kondisi Fisik Pekerja (n=8)
Aspek Kondisi Fisik Pekerja Frekuensi Persentase
(n) (%)
Riwayat Penyakit Tertentu
ISPA 2 33,3
TBC 0 0

25
Hipertensi 0 0
Diabetes 0 0
Patah Tulang 0 0
Lainnya (gastritis) 1 16,7
Masalah Kesehatan Selama Bekerja
Tidak Ada 4 66,7
Ada, dengan jenis masalah kesehatan: 2 33,3
Saluran Pernafasan (Batuk, pilek) 4 66,7
Sendi dan Tulang (reumatik, nyeri punggung, pegal- 6 100
pegal)
Sirkulasi Darah (Sakit kepala, pusingg, kram) 1 16,7
Absen Saat Bekerja Karena Sakit
Tidak 1 16,7
Ya, dengan frekuensi dalam sebulan: 5 83,3
1 Hari 6 100
2 Hari 2 33,3
3 Hari 2 33,3
> 3 Hari 1 16,7

Merokok
Tidak 0 0
Ya, dengan jumlah rokok yang dikonsumsi perhari: 6 100
> 3 Batang 6 100
Masalah Sendi dan Tulang
Tidak Ada 0 0
Ada, dengan intensitas: 6 100
Sering 0 0
Kadang-kadang 6 100
Ada, pada bagian:
Leher/kepala 2 33,3
Punggung 3 50
Pundak/bahu 3 50
Tangan 0 0
Kaki 5 83,3

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa terdapat pekerja yang memiliki riwayat


penyakit tertentu seperti ISPA dan magh. Selain itu, pada tabel tersebut juga
menunjukkan bahwa seluruh mengalami masalah kesehatan selama bekerja. Sebagian
besar pegawai memiliki keluhan pada bagian sendi dan tulang, seperti pegal-pegal

26
dan nyeri punggung. Bagian sendi dan tulang yang sering mengalami masalaha
adalah pada bagian punggung (50%), pada bagian pundak/bahu (50%), pada bagian
kaki (83,3%). Sebanyak 1 dari 6 pekerja pernah absen saat bekerja karena sakit.
Selain itu, semua pekerja merupakan perokok.

3.1.5 Alat Pelindung Diri Pekerja


Tabel 3.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri (n=8)
Alat Pelindung Diri Frekuensi (n) Persentase (%)
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Tidak 6 100
Ya, dengan jenis alat pelindung diri yang digunakan: 6 100
Sarung tangan 0 0
Masker 0 0
Penutup kepala 0 0
Kacamata 0 0
Sepatu boot 6 100
Helm pelindung 0 0
Barak skort 0 0
Penutup telinga 0 0

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa semua pekerja menggunakan alat pelindung


diri yang sama yaitu sepatu boot sebagai APD yang sering digunakan saat bekerja.

Tabel 3.3 Kebiasaan Hand Hygiene Pekerja (n=8)


Mencuci Tangan Sebelum Menggunakan Sabun
Bekerja Ya Tidak
Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 6 100 3 50
Tidak 0 0 3 50

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa semua pekerja mencuci tangan sebelum


bekerja dan tiga diantarannya (50%) mencuci tangan dengan menggunakan sabun.

27
Cara Mencuci Tangan Frekuensi (n) Persentase (%)
Dicelupkan ke ember berisi air 0 0
Mencuci tangan di air mengalir 8 100
Tabel 3.4 Cara Mencuci Tangan (n=8)

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa semua pekerja (100%) mencuci tangan dengan
air mengalir.

3.1.6 Pengkajian Kesehatan Individu Pekerja


Nama Pekerjaan BP HR RR BB TB Keluhan
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (Kg) (Cm)
Tn. U Pemotongan 110/80 88 18 65 160 Pegal-pegal
Ayam daerah pinggang
dan punggung
Tn. I Pemotongan 110/90 92 20 50 170 Pegal-pegal
Ayam daerah pinggang
dan punggung
Tn. Y Pemotongan 100/90 76 18 55 160 Pegal-pegal di
Ayam pinggang
Tn. E Pemotongan 120/80 82 20 60 165 Pegal-pegal di
Ayam pinggang
Tn. A Pemotongan 110/90 64 20 47 168 Nyeri lutut dan
Ayam pegal-pegal
Tn. N Pemotongan 100/70 82 18 65 170 Magh
Ayam

28
3.2 Analissa Data dan Diagnosa Keperawatan
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Posisi tubuh saat bekerja yang Resiko peningkatan
 Seluruh pekerja mengaku mengangkat beban lebih dari salah pada pekerja nyeri sendi pada
25kg. dan 1 diantaranya mengangkut beban 5kg. pekerja
 DO:
Posisi tubuh pekerja saat bekerja adalah berdiri dan jongkok
(bergantian sesuai kebutuhan)

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko peningkatan nyeri sendi pada pekerja posisi tubuh yang salah saat bekerja
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Umum Khusus
1.  Resiko peningkatan nyeri sendi - Setelah Pemilik dan 1. Para ekerja dapat Pemilik dan 1. Memberikan
pada pekerja posisi tubuh yang dilakukan 2x pekerja menjelaskan apa pekerja dapat pendidikan
salah saat bekerja kegiatan, tidak mengetahui itu ergonomi menjelaskan kesehatan tentang
terjadi cara posisi 2. pekerja dapat kembali 2 poin ergonomi.
peningkatan yang benar menjelaskan dari masing- 2. Melakukan
nyeri sendi pada
saat kembali cara masing manfaat demonstrasi
pekerja
menanngung mengangkat beban melakukan engangkatan baran
beban yang berat yang benar ergonomi dengan ergonomi
berat dengan dengan benar.
benar

29
2.5 Implementasi Keperawatan
Diagnosa Kegiatan Waktu Evaluasi Rencana Tindak Lanjut
Pelaksanaan Proses Hasil
Resiko 1. Melakukan pendidikan kesehatan Kamis, 1. Menyiapkan 1. Pemilik dan pekerja 1. Menganjurkan pekerja
peningkatan nyeri tentang ergonomis 28/3/2019 materi diskusi dan meubeul menerima untuk selalu
sendi pada pekerja 2. Melakukan demonstrasi pengangkatan jalan keluar untuk dengan baik kedatangan menggunakan prinsip
di tempat kerja b.d barang secara ergonomis masalah mahasiswa ergonomis dalam
posisi tubuh saat peningkatan nyeri 2. Pemilik menerima dan bekerja
bekerja yang salah sendi antusias saat jalannya 2. Menganjurkan pekerja
pada pekerja 2. Memberikan penyuluhan untuk melakukan
penyuluhan 3. Pekerja dapat memahami stretching di sela-sela
kepada pekerja pentingnya ergomis dan waktu bekerja
mengenai mendemonstrasikannya
ergonomis

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Home Industry Pemotongan


ayam di RW14 RT 01Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul, ditemukan
beberapa masalah kesehatan yang dialami oleh para pekerja, diantaranya yaitu
kurangnya pengetahuan pekerja terkait permasalahan posisi ergonomis. Saat
dilakukan pengkajian banyak pekerja yang mengeluhkan bahwa mereka sering
merasakan pegal-pegal,nyeri punggung karena para pekerja di Home Industry
Pemotongan ayam pada umumnya bekerja dengan posisi duduk kurang lebih 2 jam,
hal tersebut sangat beresiko menyebabkan keluhan pegal atau nyeri punggung karena
posisi yang monoton selama beberapa jam.
Para pekerja di Home Industry Pemotongan ayam tersebut mengatakan bahwa
bahwa mereka belum mengetahui posisi ergonomi yang baik, kemudian para pekerja
tidak mengetahui posisi kerja dari duduk ke posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki
tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja, kemudian posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan bertumpu secara
seimbang pada dua kaki. Para pekerja home industry tersebut belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan terkait kesehatan para pekerja, apabila ada
pekerja yang sakit atau terluka mereka segera membeli obat di warung terdekat.
Dalam upaya untuk meminimalisasi masalah yang dialami pekerja, peran
perawat sangat dibutuhkan yaitu sebagai health educator. Penanganan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah diatas yaitu pendidikan kesehatan atau
penyuluhan mengenai dampak yang dapat ditimbulkan dari kurangnya mobilitas pada
saat bekerja serta pemaparan keuntungan bekerja dengan posisi ergonomi.
Penyuluhan tersebut merupakan hal konkret yang dapat dilakukan perawat guna
melakukan pencegahan mengenai keluhan dan gangguan kesehatan serta mencegah
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Upaya yang dilakukan untuk meminimalisir
masalah tersebut juga harus mendapat dukungan serta kerjasama dari pemiliki Home

31
Industry agar pemilik home industry tersebut dapat memberikan kesejahteraan yang
cukup bagi para pekerja industri.

Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan, masalah yang diangkat


adalah:
1. Resiko peningkatan nyeri sendi pada pekerja ditempat kerja b.d posisi
tubuh saat bekerja yang salah pada pekerja
Implementasi yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan
tentang ergonomi dan melakukan demonstrasi pengangkatan barang secara
ergonomi. Menurut Jurnal Penelitian yang dilakukan oleh Gamaliel dkk (2018)
dengan judul Pengaruh Stretching terhadap perubahan skala nyeri punggung
bawah pada karyawan di Semarang dikemukakan bahwa gangguan
musculoskeletal yang terjadi pada pekerja suatu perusahaan biasanya terjadi
karena kurangnya peregangan dan posisi ergonomic tubuh yang kurang baik,
pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa stretching dapat mengurangi
skala nyeri punggung yang dialami oleh pekerja. Peregangan yang dilakukan
dalam posisi duduk bertujuan untuk meregangkan otot punggung bagian bawah
yang mengalami kelelahan akibat aktivitas yang statis dan kurang gerak,
peregangan juga bertujuan untuk memperlancar aliran darah di area punggung
(Anderson,2010 dalam Gamaliel,2018).
Keluhan yang dirasakan oleh sebagian pekerja merupakan akibat dari duduk
dengan posisi statis dengan waktu lebih dari 2 jam, hal tersebut tentu
menyebabkan kekakuan pada otot punggung serta menghambat peredaran darah
pada punggung hingga pinggang serta dapat meningkatkan tekanan pada tulang
vertebra sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat kemudian nyeri
dirasakan pada area punggung dan pinggang ( Akbar,2012 Dalam Gamaliel
dkk,2018).

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Home industry “PEMOTONGAN AYAM” milik Tn. C ini baru berjalan
+ 5tahun. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Home Industri
“PEMOTONGAN AYAM” RW 14 RT 01Desa Haurpanggung ini ditemukan
bahwa home industry ini memiliki pekerja sebanyak 17 orang yang dibayar
dengan sistem perbulan. Para pekerja disini semuanya laki-laki dalam rentanusia
dewasa. Pengkajian kesehatan yang dilakukan pada 8 pegawai ditemukan banyak
keluhan yang sering dikeluhkan oleh para pekerja, contohnya seperti pegal-pegal.
Para pekerja juga belum pernah medapatkan pendidikan kesehatan terkait
kesehatan kerja. Untuk itu, diagnosa kesehatan kerja yang terdapat dalam asuhan
keperawatan kesehatan kerja ini antara lain adalah resiko gangguan
muskuloskeletal dan resiko cedera. Sehingga implementasi yang dilakukan untuk
diagnosa tersebut adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait
Peregangan Saat Bekerja dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk home industry seperti pemotongan
ayam ini, antara lain:
1. Ketersediaan dan penggunaan APD seperti masker, celemekdan sarung
tangan harus digunakan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
seperti gangguan pernapasan dan luka akibat benda tajam.
2. Para pekerja menerapkan peregangan yang baik saat bekerja agar terhindar
dari gangguan muskuloskeletas (pegal-pegal).
3. Lakukan latihan peregangan minimal 2 jam sekali atau saat tubuh sudah
mulai terasa pegal, seperti streching (yang sudah diajarkan).
4. Para pekerja disarankan untuk selalu memeriksakan kesehatan ke pelayanan
kesehatan secara rutin tiap 1-3 bulan sekali.

33
5. Adanya larangan untuk merokok saat bekerja untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
6. Memaksimalkan ventilasi untuk menambah kenyamanan para pekerja.
7. Saran yang dapat diberikan untuk home industry ini adalah tersedianya APD
masker, celemek, dan sarung tangan untuk menghindari resiko gangguan
kesehatan dan mengurangi resiko luka akibat benda tajam.

34
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Profesi Ners. (2018). Keperawatan Komunitas. Fakultas


KeperawatanUniversitas Padjadjaran.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Halajur, U. (2018). Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja. Malang: Wineka Media
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat Kerja: Sarana untuk Produktivitas Pedoman pelatihan untuk manajer
dan pekerja, Modul Lima.International Labour Office. Jakarta: ILO.
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat Kerja: Sarana untuk Produktivitas Pedoman pelatihan untuk manajer
dan pekerja, Modul Lima.International Labour Office. Jakarta: ILO.
Irzal. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana
Mubarak, Wahit Iqbal, 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV
Sagung seto.
OKANANTO, ADI (2014) Pengaruh pemberian peregangan (stretching) terhadap
penurunan keluhan nyeri pinggang dan nyeri punggung bawah (low back pain)
pada pekerja bagian menjahit cv.vanilla production susukan semarang. Skripsi
thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Permatasari, H. (2010). Tinjauan Teori Keperawatan Kesehatan Kerja. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 13(2), 112-118.
Ringgo Alfarisi, Nucky Nurhikmah Rahman, Tusy Triwahyuni. 2018. Hubungan

35
Pengetahuan dan Sikap Dengan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja
peternakan sapid an kambing di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
Jurnal Dunia Kesmas Volume 7. Nomor 4. Oktober 2018.
Sahab, Syukri. 1997. Manajemen Keselamatan Kerja. Jakarta
Saputro, V. A. 2015.Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Di Unit Kerja Produksi Pengecoran
Logam. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Sari, R.P.D. (2015). “Jurnal Ilmiah Teknik Industri”, Analisis Kecelakaan Kerja
dengan Menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP) (Study
Kasus: PT. Mayatama Manunggal Sentosa). Vol. 14, No. 1, hal 24-35.
Sayuti, Abdul Jalaludin. (2013). Manajemen Kantor Praktis. Bandung: Alfabeta.
Sedarmayanti. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (cetakan kelima). Bandung: PT Refika
Aditama.
Stanhope,M., & Lancaster, J. 2004. Community and Public Health Nursing. St. Louis:
The Mosby Year Book.
Suma’mur, 2009. Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES). Jakarta :
Sagung Seto
Swarjana, I.K. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: CV. Andi
Offset

36
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi / Topik : Kesehatan Kerja


Sasaran : Karyawan home industri Pemotongan Ayam
Subtopik : Ergonomi Kesehatan Kerja
Tempat : home industripemotongan ayam pak odang RW 14 desa
Haurpanggung
Hari/Tanggal : Kamis, 26 Maret 2019
Waktu : 18.30 WIB – Selesai
Durasi : 30 menit
Penyaji : kelompok RW 14Desa Haurpanggung

A. Tujuan Institusional
Meningkatkan derajat kesehatan pekerja home industryPemotongan ayam pak
odang RW 14 desa Haurpanggung

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan ini, klien mampu memahami dan
mengaplikasikan prinsip ergonomi dalam bekerja.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien mampu :
1. Menjelaskan prinsip ergonomi dalam bekerja
2. Menyebutkan kembali macam-macam penyakit yang timbul selama bekerja
3. Mengaplikasikan prinsip ergonomi dalam lingkungan kerja

D. Analisa Tugas
Standar Kompetensi :
 Know

37
 macam-macam penyakit yang timbul selama bekerja
 prinsip ergonomi di lingkungan kerja

 Do
1. Klien mau menerapkan prinsip ergonomi di lingkungan kerja.
 Show
 Klien menyimak dan memperhatikan kegiatan penyuluhan dengan
seksama
 Klien mendengarkan dengan seksama penjelasan pemateri dan penyuluh
 Klien mendiskusikan hal-hal yang belum dimengerti tentang materi
penyuluhan

E. Pokok Bahasan
Prinsip ergonomi dalam lingkungan kerja

F. Alokasi Waktu
Alokasi waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan prinsip ergonomi
kesehatan kerja adalah 30 menit

Kegiatan Waktu
Tahap Kegiatan Penyuluh Metode Media
Peserta

Pra  Menyiapkan - - - 1 menit


lingkungan yang
terapeutik.
- - -

- - -

Kegiatan  Apersepsi Menyimak Ceramah - 2 menit


 Melakukan

38
membuka perkenalan. Menyimak Ceramah
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
 Menjelaskan cakupan Menyimak Ceramah

materi yang akan


dibahas.
Menyimak Ceramah
 Kontrak waktu.
Uraian 1. Prinsip ergonomi Menyimak Ceramah Leaflet 15 menit
Materi dalam bekerja
Menyimak Ceramah
2. macam-macam
dan
penyakit yang timbul
demonstrasi
selama bekerja
Mini  Meminta klien untuk Mengutarakan Tanya Leaflet 7 menit
Clossure menjelaskan sekilas jawaban jawab
tentang :
1. Menjelaskan prinsip
ergonomi kesehatan
kerja

2. Menyebutkan kembali
macam-macam
penyakit yang timbul
selama bekerja
Clossure/Pe  Mengundang Mengutarakan Tanya Leaflet 5 menit
nutup komentar atau ide atau jawab
pertanyaan dari klien pendapat
atau keluarga
 Menjawab komentar Menyimak Ceramah

atau pertanyaan dari

39
peserta didik. Mengutarakan Tanya
 Mengajukan beberapa jawaban jawab
pertanyaan. Menyimak
Ceramah
 Memberikan
kesimpulan dari
pembahasan.
 Menutup pertemuan.
G. Variasi Media
Leaflet

H. Metoda Instruksional
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya Jawab

IV. Evaluasi
1. Sebutkan macam-macam penyakitakibat bekerja?
2. Sebutkan prinsip ergonomi dalam bekerja!
3. Praktikkan bagaimana pengaplikasian ergonomi!

V. Sumber
Depkes. Ergonomi Pendahuluan. Diakses di :
www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF (20-04-2013)

Sari, R. Ergonomi Kesehatan. Diakses di :


http://fik.unissula.ac.id/download/ERGONOMI%20KESEHATAN.ppt (20-04-
2013)

40
Lampitan Materi

ERGONOMI KESEHATAN KERJA

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari dan meneliti masalah manusia


dalam lingkungan pekerjaannya sehingga tercipta keserasian dan tata kerja yang
optimum.
Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI membagi ergonomi
dalam beberapa aspek, yaitu meliputi teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi
dan fisiologi, anthropometri, sosiologi. Depkes RI menyebutkan dalam
Pendahuluan Ergonomi, penerapan ergonomik di lingkungan kerja:
1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal
dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
b. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
c. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILOsbb:
 Laki-laki dewasa 40 kg

41
 Wanita dewasa 15-20 kg
 Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
 Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
 Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
 Frekuensi pergerakan diminimalisasi
 Jarak mengangkat beban dikurangi
 Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
 mengangkat tidak terlalu tinggi.
 Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetikdari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan
padadua prinsip :
 Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
 Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan
momentum
 berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
 Posisi kaki yang benar
 Punggung kuat dan kekar
 Posisi lengan dekat dengan tubuh
 Mengangkat dengan benar
 Menggunakan berat badan
d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi
medisteratur.
 Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan
denganbeban kerjanya

42
 Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai
denganpekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan
 Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan
kesehatan,khususnya pada wanita muda dan yang sudah
berumur.

Hal-hal yang dapat mengatasi kelelahan.


1. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat
dan tidur.
2. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan
danventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising
3. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat
yang cukup saat makan siang.
4. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
5. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus
6. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat
mungkin, kalau memungkinkan.
7. meningkatan semangat kerja.
8. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
9. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
10. kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
- Pekerja remaja
- Wanita hamil dan menyusui
- Pekerja yang telah berumur
- Pekerja shift
- Migrant.

43
FOTO KEGIATAN IMPLEMENTASI

44
45

Anda mungkin juga menyukai